Anda di halaman 1dari 12

ANATOMI FISIOLOGI HATI DAN EMPEDU

HATI
Hati adalah: Kelenjar terbesar dalam tubuh, yang terletak di bagian teratas dari rongga
abdomen sebelah kanan di bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi oleh iga-iga.
Hati di bagi dalam empat belahan lobus:
 Kanan
 Kiri
 Kaudata
 wadarata

Setiap belahan hati terdiri atas lobus yang berbentuk polyhedral (segi banyak) . Hati terbagi
daLam dua belahan utama: kanan dan kiri, permukaan atas hati berbentuk cembung dan
terletak di bawah diafragma, permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan hati.

UKURAN HATI
Panjang : Seberapa mili meter
Diameter : 0,8-2 mm
Isi : 50 000-100 000 lobus

PEMBULUH DARAH PADA HATI


Arteri Hepatica: Merupakan pembuluh darah yang keluar dari aorta dan memberi seperlima
darah kepada hati. Darah ini mempunyai kejenuhan oxygen 95-100%
Vena Portal: Terbentuk dari vena lienalis dan vena menseterika posterior, memberi 4/5 darah
ke hati dengan kejenuhan oxygen 70%
Vena Hepatica: Mengembalikan darah dari ke vena kava inferior.
Saluran Empedu: terbentuk dari penyatuan kapiler-kapiler empedu dari sel hati.

Cabang vena portal, arteri hepatica dan saluran empedu di bungkus bersama oleh sebuah
jaringan ikat yang disebut kapsul glisson dan membentuk saluran portal. Darah yang berasal
dari vena portal bersentuhan erat dengan sel hati.

Pembuluh darah hilus berjalan diantara lobula hati disebut vena interlobular, pembuluh
darah ini menuangkan isinya kedalam vena lain (vena sub lobuler), Vena ini bergabung
membentuk beberapa vena hepatica dan bergabung langsung kedalam vena cava inferior.
FUNGSI HATI
 Fungsi sistim Vascular Hepar: Merupakan salah sate penyimpanan darah utama,
dimana jika terjadi perdarahan dalam sistim sirkulasi sebahagian besar darah normal
di sinusoid hati mengalir ke sirkulasi untuk membantu mengembalikan darah yang
hilang.
Ini dapat dilihat dengan skema sebagai berikut :

Peredaran darah ke hati

AORTA Arteri Hepatika Vena Porta Vena mesentrika


dan Vena lienalis

Disimpan di hati Masuk ke sinusoid hati


Sistim Pencernaan

Masuk Vena hepatica


Vena hepatika

Masuk Vena Cava Inferior

Tempat perdarahan

 Fungsi metabolic Hepar: memberikan substansi dan energi dari satu system
metabolisme terhadap lainnya dengan jalan mengolah dan mensintesa berbagai zat
yang di angkut ke seluruh tubuh melalui fungsi metabolisme yang lasim seperti:
1. Metabolisme karbohirat
 Menyimpan Glikogen.
 Mengubah galaktosa dan Fructose menjadi glucose
 Glukoneogenesis
 Membentuk senyawa kimia dari hasil perantara metabolisme karbohidrat
Secara singkat mekanismenva terlihat dalam skema.
2. Metabolisme Protein
 Deaminasi asam amino
 Pembentukan ureum dan mengeluarkan ammonia dari cairan tubuh
 Pembentukan plasma protein
 Interkonvensi diantara asam amino yang berbeda. dan ikatan yang penting
untuk proses metabolisme tubuh.
Secara sinngkat mekanismenya terlihat dalam skema:

 Fungsi metabolic yang lain seperti:


 Menyimpan vitamin
 Koagulasi darah (pembentukan zat-zat fibrinogen, prothombin, accelerator
globulin, faktor tujuh,)
 Penyimpanan zat besi (disimpan dalam bentuk feritin sebagai penyangga
besi darah dan media penyimpanan besi)
 Pengeluaran atau eksresi obat - obatan dan zat lain (detoksikasi dan eksresi
berbagai obat-obatan akibat pengaruh hormon-hormon khususnya hormon
steroid yang di sekresi oleh kelenjar endokrin dan diubah secara kimia oleh
hati)
 Hati juga berperan dengan isi normal darah
 Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin
 Berperan dalam penghancuran sel darah merah
 Menyimpan hematin yang diperlukan untuk penyempurnaan sel darah merah
yang baru.
 Membersihkan Biiirubin dalam darah
 Menghasilkan prothombin dan fibrinogen yang perlu untuk Koagulasi darah

EMPEDU
DEFENISI
Kandung Empedu adalah sebuah Kantong berbentuk terung dan merupakan membran
berotot.
Kandung empedu mudah terkena infeksi, yang dapat merupakan penyebaran dari hati,
usus, atau aliran darah.
LETAK
Kandung empedu terletak di dalam lakukan sebelah permukaan bawah hati.

UKURAN
Panjang : 8-12 cm
Isi : kira-kira 60 cc
BAGIAN-BAGIAN EMPEDU
Empedu terdiri dari
 Fundus
 Badan
 Leher
Selaput pembungkus empedu terdiri dari:
 Serosa peritoneal (bagian luar)
 Jaringan otot (bagian tengah)
 Membran mukosa (membran mukosa) terdiri dari: sel-sel epitel silinder yang
mengeluarkan sekret musin
Duktus sisticus: Panjang 3,5 cm terletak pad leher empedu dan bersambung dengan duktus
hepaticus dan membuat saluran empedu ke duodenum.
FUNGSI KANTONG EMPEDU
 Sebagai tempat produksi getah empedu.
 Memekatkan getah empedu.
Dalam waktu ½ jam setelah makanan masuk, sphincter oddi mengendor -- > getah empedu
masuk ke duodenum, kandung empedu berkontraksi.
SUSUNAN GETAH EMPEDU
Terdiri dari:
 Cairan bersifat alkali yang disekresikan oleh sel hati, jumlah produksi: 500-1000
cc/hr. Sekresi ini dipercepat bila terjadi pencernaan lemak.
 80% getah empedu terdiri dari air, garam empedu, pigment, cholesterol, musin dan
zat-zat lain.
 Pigment empedu terbentuk dalam system reticule endothelium yang berasal dari
pecahan hemoglobin eritrosit yang rusak dan disalurkan ke hati. Diekresikan dalam
empedu.
 Garam empedu : bersifat digestive.

FUNGSI GETAH EMPEDU


 Saat pencernaan lemak terjadi, lemak dipecahkan dalam bagian - bagian kecil dan
membantu kerja lipase, sifatnya alkali untuk menetralkan makanan yang bersifat
asam dari lambung.
 Fungsi choleretik: menambah sekresi empedu.
 Fungsi cholagogi: Menyebabkan kandung empedu mengosongkan diri.
 Pigment empedu: Masuk ke usus halus menjadi sterkobilin, memberi warna feces,
sebagian diabsobsi kembali oleh aliran darah dan membuat warna pada urine yaitu
urobilin.
 Garam Empedu: bersifat digestive dalam melancarkan ensim lipase untuk memecah
lemak dan membantu absorbsi lemak yang telah di cerna (glycerin dan asam lemak)
dengan cara menurunkan tegangan permukaan dan memperbesar daya tembus
endothelium yang menutupi villi usus.

Dari skema ini menunjukan mekanisme pembentukan dan eksresi Bilirubin dalam empedu
yaitu bila sel darah merah habis masa hidupnya (120 hari) maka menjadikannya tidak
bertahan lama dalam system sirkulasi, kemudian membran selnya pecah dan hemoglobin
yang terlepas difagisotosis oleh jaringan makrofag (system retikulo endothelia) di seluruh
tubuh. Pecahan ini menjadi globin dan heme, kemudian cincin heme terbuka untuk memberi
keping besi bebas yang akan ditransport kedalam darah oleh transferin dan rantai lurus dari
4 inti piron, terbentuk oleh pigment empedu+ membentuk biliferbin+direduksi4Bilirubin bebas
kemudian masuk+plasma & protein plasma ->menjadi Bilirubin bebas+di absorbsi oleh sel
hati menjadi +Bilirubin terkonjunggasi.
Hasil ini bila masuk kedalam uses, maka diubah+bakteri menjadi-*urobilinogen diubah dan
teroksidasi menjadi+sterkobilin, beberapa urobilinogen di rearbsorbsi kedalam darah oleh
+mukosa usus kemudian didalam feces teroksidasi menjadi sterkobilin yang akan mewarnai
feces.
Sedangkan 5% lainnya hasil rearbsorbsi tersebut diekresikan oleh ginjal kedalam urine
kemudian terpapar dengan udara didalam urine->teroksidasi menjadi4urobilin yang pada
akhirnya urine menjadi berwarna.
PENGKAJIAN HATI DAN EMPEDU
1. Pengkajian Hati
a. Data Subyektif; Pengkajiannya meliputi
1) Status Comfort
Dari discomfort abdomen dan pruritis. Biasanya klien mengeluh discomfort pada
kuadran kanan abdomen (nyeri hebat). Nyeri tersebut biasanya dihubungkan
dengan adanya infeksi. Sedangkan gatal atau pruritis dihubungkan dengan
adanya joundice.
2) Status Nutrisi
Gangguan status nutrisi berupa anorexsia, nausea dan vomiting. Kaji pula faktor
presipitatus, hubungan dengan intake alkohol atau makanan. Biasanya pada
klien dengan kronic liver diberikan diit khusus, misalnya : rendah Na, gangguan
intake protein, dan pembatasan air.
3) Status cairan dan elektrolit
Kurangnya volume cairan dan elektrolit akibat mual, muntah atau perdarahan
akut dari sirosis. Ada juga retensi cairan dari sodium abnormal dan tertahannya
air (cairan).
4) Pola eliminasi
Jika obstruksi empedu, urine klien putih keabuan, dari feses dan urine warnanya
gelap. Catat menurunya urine output sebagai akibat dari tertahannya air dan Na.
5) Status energi/kelemahan
Dengan intake nutrisi yang inadekuat, cairan yang inadekuat, sehingga klien
tidak mampu melakukan aktivitas secara baik karena lemah, sehingga klien
butuh waktu yang cukup untuk memulihkan energinya tersebut.
6) Persepsi, kognitif dan psikomotor
Perubahan fungsi neurologi terutama berhubungan dengan saraf-saraf perifer
dan fungsi kognitifnya bisa meningka. Sehingga menimbulkan gangguan sensasi
di kaki, perubahan ingatan, pelupa, dan gangguan koordinasi.
7) Terpapar terhadap toxin
Misalnya : alkohol, obat-obatan, zat kimia, dan virus. Riwayat obatobatan dan
alkohol yang perlu dikaji intakenya dan kapan konsumsi terakhirnya. Riwayat
pekerjaan yang perlu dikaji lingkungan kerja juga bisa sebagai sumber virus.
b. Data Objektif; Pengkajian meliputi Kaji seluruh tubuh
1) Penampilan umum ( sakit berat atau ringan ) 2. Inspeksi
Secara umum perawat perlu melihat status cairannya, tanda vitainya, suhu,
turgor, kelembaban mukosa membran, edema dan perilakunya. Secara khusus
inspeksi dilakukan terhadap luas abdomen, distensi atau dilatasi versa peri
umbilikus dan asites.
2) Status mental
Yang mana perawat melihat sikap dan kewaspadaan dari klien, ekspresi
wajahnya.
3) Palpasi dan perkusi
Untuk melihat adanya nyeri dan adanya cairan. Kaji pula ukuran, massa di hati,
lunaknya hati dan biasanya terjadi pembesaran limfa pada klien yang kronik saat
di palpasi atau diperkusi dan ukur pula lingkar perut klien.
c. Test-test Diagnostik
Tindakan tersebut memerlukan biaya yang cukup besar dan menyebabkan
discomfrot pada klien. Pada setiap rumah sakit mempunyai cara yang berbeda
dalam persiapan klien, menyangkut persiapan rutin, termasuk fisik ajar dan monitor
klien sebelum dan sesudah test diagnostik tersebut.
1) Test Laboratorium
Ini dilakukan untuk menentukan seriusnya penyakit. Pemeriksaan test
laboratorium untuk fungsi hati
Fungsi dan Test Prosedur dan persiapan Interprestasi

1. Metabolisme Lemak, Darah - pasien Normal 140-220 mg/dl, menurun pada orang dengan
Kolesterol (total dan puasa penyakit hepar. Obstuksi, ester menurun, cholesterol
ester) meningkat sesuai dengan meningkatnya usia.

Darah - tidak ada persiapan Normal 150 - 250 mg/dl, menurun pada orang dengan
Fosfolipid yang khusus penyakit hepar dan obstruksi meningkat

2. Metabolisme Protein Darah - tidak ada persiapan Normal 6-8 mg/dl, ukur semua protein pada orang dengan
 Protein serum (total) yang khusus penyakit hepar.

 Albumin normal 3,4 -5 Darah - tidak ada persiapan Normal protein total 100, albumin 54-68% dan globulin 12-
gr/dl dibuat hanya pada yang khusus. 17%. Aglobulin 7-15%, globulin 9 -19% menurun pada
orang dengan penyakit orang dengan penyakit hepar dan infeksi. Obstruksi
hepar meningkat.

 Protein elektro Phoresis Darah – tidak ada persiapan Sama dengan pada tes albumin di atas
yang khusus
 Imonoglobulin IPA dan
IPG Darah - tidak ada persiapan IPA dan IPG meningkat pada cirosis chronis IG6 meningkat
yang khusus cirosis dan hepatitis A - 1 mg
meningkat.

 Blood urea nitrogen Darah - tidak ada persiapan Normal 10-20 mg/dl, pada orang dengan penyakit hati dan
(BUN) yang khusus pengkonsumsian obat, maka is menurun. Variasi dengan
diit dan volume cairan.

 Serum prothromtime (PT)


Darah; persiapan Normal 12-15 sec/100. Meningkat pada penyakit liver
(produk kurang obstruksi malabsorbsi Vit. K) setelah diberi
 Serum partial vitamin K tetap indikasi kerusakan.
tromboplastin time (PTT) Darah persiapan Normal PTT : 68-82 sec dan standar normal APTT : 32-64
dan aktivated partial kurang sec penyakit hepar meningkat (hepar tidak mampu produk
tromplastin time (APPT) elotting time).

 Kadar darah amonia Darah : butuh puasa Normal < 75 mg/100ml penyakit hati dan struksi akan
meningkat

Darah persiapan kurang Total : conjugated dan unconjugate N : 0,1-1 mg/ 100 ml
 Total bilirubin
Urine persiapan kurang Normal billirubin kurang jika conjungate billirubin lebih dari
 Urine billirubin 0,4 mg/100 ml, keluar lewat urin ada sebelum kuning.

Urine 24 jam/2 hr setelah Normal 0,2 - 1,2 unit urine segarany kurang berwarna.
 Urobilinogenurine dikumpulkan

Specimen feses, persiapan Normal 90 - 280 mg/hr.


kurang Normal GGT meningkat, AST
 - Feses urobiIlinogen meningkat LPH meningkat

Darah persiapan
kurang
Enzim-enzim darah Asparate
amino transferase (AST), biasa
disbt; serum glutamic oxaloa
cefic trans aminase (SGOT).
Alanine amino transferase
(ALT)
biasa ditulis serum glutamic
pyruvic transaminase SGPT).
Gamma glutamyl, transse
phidase (CGT).

2) Test khasus
a. Biopsi liver: membantu menetukan penyakit liver
Jarum ditusuk melalui dada / abdominal ke hati, dan ambit sepotong jaringan,
untuk pemeriksaan.
Kontra indikasi : infeksi lobus paru akrena asites, klien tidak kooperatif. Untuk
cegah perdarahan beri Vit K, perenteral untuk beberapa hari sebelum dan
sesudah biopi. Biopsi tidak dilakukan jika protrombin time kurang dari 40%.
Penjelasan prosedur yaitu penting nafas panjang dan ulang seat jam masuk,
dada diem. Rumah sakit butuh infom concent sebelum tindakan. Puasa
makan atau minum sebelum biopsi dan 30 menit sebelum beri sedatifa,
prosedur lihat tentang pungsi.
Post biopsi cegah perdarahan, peritonitis make nadi dan tensi cek tiap 30 mat
I, lokasi biopsi tekan dengan bantalan pasir dengan baring miring kanan
dengan bantalan tadi di bawah garis rusuk untuk beberapa jam sesudah
biopsi. Bedrest pertahankan 24 jam sesudah biopsi.
b. Endoscopy : Tube masuk lewat anus atau esophagus (peritoneuscopy),
esophagoscopy atau gastrocopy untuk varises esophagus. Puasa perlu dan
beri sedativa sebelum prosedur.
c. Parasentesis Untuk angkat cairan peritoneum (cairan asites) untuk citologi
dan pemeriksaan lab. Lain, atau untuk aliran cairan asites. Bile distres
pernapasan, nyeri abdomen hebat, disfungsi cardiac, perlu parasintesis.
Asites timbul lagi bukan dari parasintesis tapi oleh komplikasi. Komplikasi
parasintesis peritonitis bile tidak steril. Perdarahan peritoneal akibat trauma
pembuluh darah, monitor TV, suhu, urine out put, suhu kulit kelembaban, juga
kaku abdomen. Pengangkatan dalam jumalah yang banyak mengakibatkan
hypovolemic dan shock sebab cairan berpindah dari intra vaskuler
d. Test Radiologi
Bantu indentifikasi penyebab disfungsi liver, tes untuk gler, abdomen, teln
barium, barium enema; dan gastros copy, jugs untuk kondisi patologi GI yang
gejalanya serupa.
e. USG : Tolong bedakan antara penyebab kuning dengan tinggi serum
billirubin, metastase, hematomas dan abses.
Persiapan : relatif tak boleh makan untuk 8-12 jam sebelum prosedur, sebab
gas dalam GI bisa bedakan gambaran Cairan harus cukup.
f. CT-Scan : Tolong identifikasi masalah serupa, bisa pakai zat kontras puasa 8-
12 jam pre tes, jika pakai kontras, Kaji elergi terhadap iodine. barium enema
dilakukan kurang dari 4 hari pre CT-Scan post CT-Scan.
g. Radio Nudide Imaging : Radio isotop heri IV, lalu telentang, beri deteksi di
abdomen area liver, radio isotop, billium 67 (67 ba) kelar lewat GI, cegah
absorbsi di GI maka beri laxansive enema, dll.
h. Ukur tekanan angiography dan tekanan portal kateterisasi arteri hepatika,
sistem venous portal, dan ikuti dengan ijenksi zat kontras sebelum dilakukan
angiography. Sesudah angiography dan baca tekanan. Observasi
perdarahan, dan sering cek TV (tiap 15 menit - 1 jam tiap 30 mnt untuk 1 jam,
tiap 1 jam untuk 4 jam, dan stabil tiap 4 jam. bedrest untuk 24 - 48 jam dan
tidur posisi ke samping untuk kurangi perdarahan ke rongga peritoneal walau
minimum pada klien cirrosis dan udem. Maka post prosedur ...... monitor TV,
status mental, urine output, suhu kulit, kelembaban mukosa dan monitor
hypocalemia. Lab ..... protein dan K+.
i. Lavage peritoneal .... Kaji kerusakan liver akibat trauma abdomen pads yang
gangguan kesadaran. Caranya dapat open metode atau dose metode. Tanam
katetr dialisa dan sedot darah -darah dari rongga peritoneal, dilakukan
dengan Na, CI, 0,9 %. Pada open metode .... Abdomen dibuka, pasang
kateter dialisa, bila tidak ada darah lagi kateter diangkat. Lavage peritoneal
butuh penjelasan klien dan prang penting lainnya dan informed concent.
Pasang NGT dan Floley kateter untuk cegah penetrasi

PENGKAJIAN KANDUNG EMPEDU


 Data Subjektif :
Yang perlu pengkajian status kesehatan klien melalui riwayat dan potensial disfungsi,
kantong empedu dan sistem duktus biliary aau excokrin pankreas. Pengkajian
berfokus pada status kenyamanan, nutrisi, cairan dan elektrolit. Pola eliminasi dan
adanya kelemahan dan kelelahan.
 Yang perlu dikaji pada status rasa nyaman : nyeri dan gatal (Pruritis) untuk orang
dengan disfungsi gallbladder dan saluran empedu atau masalah pankreas ada
tanda nyeri. Dapat kolic terus menerus atau bila makan pada kuadran kanan
atas, untuk pankreas nyeri diepigastrik, atau dikuadran kiri atau kanan. Ini juga
bisa dihubungkan dengan makan atau minum alkohol. Kuning pada kulit, sklera,
terjadi karena atau penyebabnya adalah tersimpannya pigmen empedu karena
meningkatnya serum bilirubin dan adanya gatal karena adanya bilirubin.
 Status nutrisi : kliens ering mengalami anoreksia, naisea, vomiting, dan berat
badan menurun. Untuk yang kronic beri diit khusus. Pengkajian difokuskan pada
intake alkohol dan kopi.
 Status cairan dan elektrolit : adanya nausea dan vomiting, serta bisa juga terjadi
perdarahan pada pakreatitis akut, maka penting dicatat abnormalitas cairan dan
tanda-tanda kehilangan cairan misalnya : lemah, BB menurun, sincope dan
pusing.
 Pola eliminasi : terjadi pada gangguan eliminasi intestinal dan urinari. Misalnya :
warna urine gelap atau pekat. Terjadinya dotosite cairan menyebabkan
menurunnya urin output.
 Kelemahan dan kelelahan. Penting kaji pada tingkat kelemahan, lelah dan lesu
meski bisa dikontrol, klien perlu mengerti tentang pemecahan masalah ini karena
membutuhkan waktu yang cukup bisa sampai 8 minggu sesudah pengobatan
efektif.
 Data Obyektif : yang perlu dikaji dalam hal ini : volume pembuluh darah, observasi
karakteristik tanda dan disfungsinya dan tes abdomen.
 Inspeksi : setelah kaji volume vaskuler, kaji pula status mental, riwayat dan
kesadarannya dan perlu didokumentasikan. Volume darah kurang sebab alkohol,
obat-obatan, atau karena komplikasi disfungsi tersebut. BB klien menurun dan
kulitnya berwarna kuning. Inspeksi lihat kuning pada telapak tangan, sklera dan
telapak kaki. Perlu dikuatkan lagi dengan test Lab. Pada isnpeksi abdomen
ditemukan distensi dan ukur lingkar perut untuk kaji asietes.
 Palpasi dan perkusi : periksa abdomen dengan lampu terang dan palpasi dalam.
Pada pankreastitis kronic ada asietes dan kaji atau palpasi untuk mengetahui
cairan atau bukan.
 Test Diagnostik
Pada macam-macam ini butuh contoh darah. Kadang timbul rasa sakit sebagian
butuh istirahat. Perawat bertanggung jawab menyiapkan klien untuk test, persiapan
fisik klien, persiapan bervariasi pada setiap rumah sakit maka perawat perlu belajar
itu sendiri.
 Test Lab
 Bilirubin total
 Conjugate
 Uncomnyugate
 Urin bilirubin
 Urobillinogen
 Feses dengan urobillinogen
Perlu belajar tentang status pembekuan darah dan alkali fosfatase. Bilirubin yang keluar dari
ibu. Bilirubin diextesikan dalam empedu maka jika ada obstruksi maka test bilirubin menjadi
abnormal. Masalah dari disfungsi liver bisa menyebabkan masalah glap bladder, sehingga
bisa ditemukan hasil labnya :
 Bilirubin total : direct dan indirect meningkat
 Urin bilirubin : positif (abnormal)
 Urin urobillinogen : menurun pada obstruksi dan emningkat pada penyakit liver.
Normalnya 0,2 - 1,2 unit.
 Feses urobillinogen : normalnya 90 - 128 mg/hr, sehingga pewarna, kalau tidak
ada maka feses berwarna abu-abu sampai putih. Jika ada hemolisis maka
meningkat jumlahnya.
 Alkali fosfatase :sedikit meningkat pada penyakit liver dan meningkat hebat pada
obstruksi.
 Serum prothrombine time (PT) : normalnya 12-15 detik 100% meningkat pada
obstruksi atau pada penyakit liver. Jika normal hanya sesudah beri Vit. K
tandanya penyakit liver.
Pasien harus banyak minum, sebab dehidrasi akan menurunkan kemampuan ultrasonografi
untuk membedakan antara organ dan sekitar jaringan.

 CT Scan
Digunakan untuk kaji glat bladder, saluran empedu atau pada masalah pankreas.
Dapat digunakan medium (zat kontras) untuk membantu penglihatan saluran
empedu. Klien pasa 8-12 jam sebelum test.
 RN I ( Radio Nude Imaging)
Intravena injeksi 19 mTc derivat imino dicetic menyebabkan meningkat dalam tubuh.
Klien dalam status puasa dilakukan pada keadaan akuc cholocystitis. Persiapan klien
utnuk cholocystografi
 Jelaskan prosedur
 Cek alergi terhadap lodium / zat kntras
 Bed dosis radio opaque sesuai instruksi (biasanya 3 gr)
 Monitor nausea, vomiting, diare dan tanda keracunan. jika terjadi muntah obat
radioopaque meski diulang. Jika perawat tidak bisa lewat mulut, beri IV
diradiologi.
 Bed diit sesuai : - bebas lemah pada makan sore, -tidak makan setelah sore
-bisa beri teh, kopi, atau air putih pada pagi sebelum test.
 Bed laxaneia sesuai perintah sehingga persiapan utnuk colicyctosgram
 Evolangiografi
Test rontgen untuk saluran empedu, ditujukan pada adanya batu, strictur atau tumor,
obat radiopaque diberi IV atau langsung ke saluran empedu dengan jarum atau
kateter saat operasi. Bisa juga disuntik melalui kulit dan dinding abdomen diteruskan
ke dalam saluran empedu dalam zat utama dari liver. Teknik untuk menentukan
lokasi obstruksi, dll.
Prosedur ini perlu ahli bedah untuk menentukan loksasi obstruksi, apakah perlu
menimbulkan kebocoran empedu sehingga terjadi peritonitis atau perdarahan oleh
ruptur : pembuluh darah karena tindakan yang kasar.

Anda mungkin juga menyukai