Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI
Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikrobia

Disusun oleh :
Dian Ratnasari
12.01.4017
Teknik Kimia

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2014
PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBIA

I. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikrobia

II. Dasar Teori


Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain
menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor
lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba
tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang
menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe
mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai
(Pelczar & Chan, 1986).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal
yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk
mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa
faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat
gizi, waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,
akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH
dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun
faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor
abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu
mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat
dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-
faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan
osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal:
adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1993).
Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju
reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur, maka pola pertumbuhan bakteri dapat
sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga mempengaruhi laju
pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman temperatur dapat
juga mengubah proses-proses metabolik tertentu serta morfologi sel (Pelczar &
Chan, 1986).
Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau basa.
Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan pengecualian
basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik
pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik pada pH netral (pH7)
atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada pH 6;tidak jarang
dijumpai organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu
organisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4; bakteri autotrof tertentu
merupakan pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan produk metabolisme
yang bersifat asam atau basa (Volk&Wheeler,1993).
Di dalam alam yang sewajarnya, bakteri jarang menemui zat-zat kimia yang
menyebabkan ia sampai mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya untuk
membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu zat-zat yang dapat meracuni bakteri,
akan tetapi tidak meracuni diri sendiri atau meracuni zat makanan yang
diperlukannya. Zat-zat yang hanya menghambat pembiakan bakteri dengan tidak
membunuhnya disebut zat antiseptik atau zat bakteriostatik (Dwidjoseputro,1994).
Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana
desinfektan bekerja adalah kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada
desinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan
bahan yang didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk
melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada. Desinfeksi
adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya adalah
perusakan agen – agen patogen. Berbagai istilah digunakan sehubungan dengan agen
– agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme khas yang terkena. Mekanisme
kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke yang lain. Akibatnya
mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau oleh tindakan pada
protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian atau mutasi (Volk dan
Wheeler, 1993).

III. Alat & Bahan

Alat : Bahan :
 Waterbath - Media padat
 Pemanas spiritus - Bakteri
 Cawan petridish - Yeast
 Inkubator
 Ose
 Tabung reaksi
 Alat spreade

IV. Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Panaskan menggunakan waterbath agar media padat tersebut mencair.
3. Lakukan isolasi terhadap media padat yang sudah mencair menggunakan
bakteri dan yeast.
4. Simpan pada suhu 5o C, suhu 20o C, suhu kamar, dan suhu > 50o C.
5. Amati pertumbuhan mikrobia selama 5 hari.

V. Hasil Pengamatan
Bakteri
Hari Suhu 5°C Suhu 20°C Suhu 30°C Suhu >50°C
1 - - ++
2 - + +++
3 - ++ +++
4 - ++
5 - +++
Yeast 1
Hari Suhu 5°C Suhu 20°C Suhu 30°C Suhu >50°C
1 - + +++
2 - ++ +++
3 - +++ +++
4 - +++
5 + ++++

Yeast 2
Hari Suhu 5°C Suhu 20°C Suhu 30°C Suhu >50°C
1 - + +++
2 - + +++
3 - ++ +++
4 - ++
5 - +++

VI. Pembahasan
Pertumbuhan Mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan
sifat morfologi dan fisiologi. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme yaitu faktor abiotik, meliputi pengaruh suhu, pH dan pengaruh daya
desinfektan. Selain itu juga pengaruh biotik yaitu antibiose. temperatur juga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Pengaruh temperatur pada petumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan atas
tiga golongan yaitu: Mikroorganisme Psikofilik, adalah bakteri yang dapat bertahan
hidup antara temperatur 0°C sampai 30°C. Sedangkan temperatur optimumnya antara
10°C sampai 20°C. Mikroorganisme mesofilik adalah bakteri yang dapat bertahan
hidup antara temperatur 5°C sampai 60°C. Sedangkan temperatur optimumnya antara
25°C sampai 40°C. Mikroorganisme Termofilik adalah bakteri yang dapat bertahan
hidup antara temperatur 55°C sampai 65°C, meskipun bakteri ini juga dapat
berkembang biak pada temperatur yang lebih rendah ataupun lebih tinggi dengan
batas optimumnya antara 40°C sampai 80°C.
Pengamatan pertumbuhan bakteri dan yeast dilakukan dalam suhu yang
berbeda-beda yaitu pada suhu 5°C, 20°C, 30°C dan suhu lebih dari 50°C. Pengamatan
ini dilakukan untuk mengetahui pada suhu berapakah bakteri dan yeast dapat tumbuh
maksimal. Pada kelompok 2 pengamatan dilakukan pada suhu 20°C, pada suhu
tersebut bakteri tidak tumbuh secara maksimal mungkin disebabkan karena media
pertumbuhan bakteri terkontaminasi suatu zat yang menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan bakteri.

VII. Kesimpulan
Bakteri dan yeast tumbuh secara maksimal pada suhu 20°C pada hari ke-5 hal ini
disebabkan karena bakteri dan yeast tumbuh dan berkembangbiak di dalam media dan
pada suhu yang stabil.

VIII. Daftar Pusaka


1. Brooks, dkk., 1994, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2, Penerbit buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
2. Dwidjoseputro, 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambaran, Jakarta.
3. Fardiaz, S., 1992, Analisa mikrobiologi Pangan, Gramedia, Jakarta.
4. Hadioetomo, R.S., 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi,
Gramedia, Jakarta.
5. Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press,
Jakarta.
6. Volk &Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Yogyakarta, 17 Desember 2014

Dosen Praktikan

Nurwijayanti Dian Ratnasari

Anda mungkin juga menyukai