Anda di halaman 1dari 41

Oleh:

Nuril Ukhrowiyah
Termodinamika: Ilmu yang mempelajari hubungan antara
energi (kalor) dan kerja (kerja mekanik atau bentuk lain dari
energi) dari suatu sistem.
Sistem : Sejumlah zat yang diselidiki atau diproses
Sistem disebut juga sebagai benda kerja
Sistem dan lingkungan dibatasi oleh permukaan tertutup
yang disesut sebagai boundary.
Batas : Nyata dan Khayal
Lingkungan (Surrounding) :
Segala sesuatu di luar sistem yang dapat melakukan
pertukaran energi dan mempunyai pengaruh langsung
dengan sistem.
Sistem terisolasi : jika sistem dan lingkungannya tidak terjadi
pertukaran energi
Sistem terbuka: Jika sistem dapat melakukan pertukaran
benda (matter) dengan lingkungannya
Hukum-hukum termodinamika diperoleh secara eksperimen
dengan mengganggu kesetimbangan suatu sistem sehingga
kesetimbangan baru terbentuk

Sistem diamati dan dianalisis Suatu funsi keadaan yg


menghubungkan keadaan awal dan akhir (dikenal sebagai
Hukum-hukum Termodinamika
KOORDINAT SISTEM DAN VARIABEL KEADAAN SISTEM

Keadaan dan sifat-siat sistem ditentukan oleh besaran yang


disebut sebagai Koordinat Termodinamik / Koordinat Sistem /
Variabel Keadaan Sistem’
Besaran-besaran MAKROSKOPIS yang melukiskan keadaan
sistem:
Temperatur sistem = T
Tekanan pada sistem = p
Volume sistem = V VARIABEL KEADAAN
Energi Dalam Sistem = U SISTEM

Entalpi Sistem = H
Entropi Sistem = S
Energi Bebas Helmholtz = F
Energi Bebas Gibbs = G
Variabel Keadaan Sistem dibedakan menjadi 2 :
Intensif : Variabel yang tidak dipengaruhi oleh
massa total sistem
Contoh: Tekanan ,Suhu, Massa Jenis, Kalor
Ekstensif : Variabel yang dipengaruhi oleh massa
total sistem
Contoh: volume, energi
Perbandingan antara varibel ekstensif dengan
massa disebut besaran spesifik
tergantung/seb
anding dengan Besaran Makroskopik
jumlah partikel

Besaran Ekstensif Besaran Intensif

 Jumlah partikel, N  Tekanan, P


 Volume, V  Temperatur, T
 Energi Dalam, U  Kalor jenis, c
 Entropi, S  kerapatan, 
KESETIMBANGAN TERMODINAMIK DAN HUKUM NOL
TERMODINAMIKA
Ada 4 keadaan kesetimbangan sistem.
 Keadaan kesetimbangan mekanis
F = 0
sistem dapat berada dalam keadaan diam atau bergerak
beraturan.

 Keadaan kesetimbangan kimiawi (chemis)


 sistem tidak mengalami difusi
 tidak terjadi r. kimia yg mengubah jmh partikel semula
 tidak terjadi pelarutan
 tidak terjadi kondensasi
 komposisi dan konsentrasinya tetap
 Keadaan kesetimbangan termal
koordinat makro/mikronya tidak berubah walaupun
kontak termal dengan lingkungannya melalui dinding
diatermik.
nilai koordinat makro/mikronya tidak berubah terhadap
perubahan waktu.

 Keadaan kesetimbangan termodinamis


Keadaan setimbang termodinamis hanya tercapai jika
syarat – syarat kesetimbangan mekanis, kimiawi, dan
termal terpenuhi.
Koordinat sistem / lingkungan sistem cenderung tidak
berubah sepanjang masa.
• Dinding diatermik : dinding yang dapat
menghantarkan kalor
• Dinding adiabati: dinding yang tidak dapat
menghantarkan kalor
Sistem dalam Kesetimbangan Termal

Setiap bagian sistem bersuhu sama

Tidak ada aliran Kalor (Panas)

Hk ke-Nol Termodinamika
Jika dua benda dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga
maka benda ketiga dalam kesetimbangan termal satu sama lain

C
A B A B

10
Proses
• Proses : setiap perubahan dalam koordinat
termodinamika dari suatu sistem
• Proses quasistatis : suatu proses yang
berlangsung sedemikian hingga selama proses
berlangsung, kesetimbangan termodinamika
terganggu.
• Proses nonquasistatis : suatu proses yang
berlangsung yang selama proses berlangsung,
kesetimbangan termodinamika terganggu.
• Pada keadaan sebenarnya hampir tdk ada
proses yg quasistatis
Persamaan Keadaan
• Sifat suatu zat ditentukan oleh variabel keadaan /
Besaran Termodinamika
SIFAT – SIFAT GAS

Terdiri atas atom/molekul yang bergerak dengan lintasan


lurus dan ke segala arah, dengan kecepatan tinggi.
mudah bercampur dengan
molekul gas lain (difusi)

Molekul - molekul gas selalu BERTUMBUKAN dengan


molekul lain atau dengan dinding bejana.
menyebabkan
tekanan.

Volume dari molekul – molekul gas  dibanding volume


ruang yang ditempati gas.
Akibatnya:
kerapatan gas  cair /padat
gas bersifat kompresibel (mudah ditekan).

GAS

Gas ideal Gas nyata


Setiap partikel mempunyai massa
yang sama.
Tidak ada gaya tarik – menarik
antara partikel satu dengan
partikel lain.
Tumbukan partikel dengan
dinding lenting sempurna.
HUKUM  HUKUM PADA GAS IDEAL

Sifat gas ideal hanya dapat didekati oleh gas beratom satu
pada tekanan rendah dan pada temperatur tinggi.

1
HUKUM BOYLE Volume (V) dari sejumlah tertentu
gas pada temperatur tetap,
berbanding terbalik dengan
tekanannya (p)

1
p
V
p V  kons tan

p1 V1  p 2 V2
Untuk sejumlah gas tertentu, grafik p terhadap V pada masing
– masing temperatur merupakan suatu hyperbola,
ditunjukkan gambar berikut.

GRAFIK ISOTERM
Contoh:
Sejumlah tertentu gas diekspansi dari tekanan 760 torr
menjadi 250 torr Hg pada temperatur tetap. Jika volume
mula – mula 10 dm3, berapakah volume akhir gas tersebut?

SOLUSI:

Volume akhir gas:


p1
V2   V1
p2

760
V2   10 dm3
250

V2 = 30,4 dm3
2
HUKUM CHARLES atau GAY LUSSAC
Pada tekanan rendah  kerapatan molekul gas rendah 
molekul bergerak secara acak.

jika T 
Tekanan molekul gas
pada dinding 

kecepatan partikel/molekul gas 

Hukum Charles
Pada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa tertentu
berbanding lurus dengan temperaturnya (dalam Kelvin).
percobaan Charles.mp4
Tahun 1802
Gay Lussac mendapatkan bahwa semua gas pada temperatur
pemanasan dengan tekanan tetap, volumenya bertambah:
t
V  V0   V0
273,15
T
 t  273,15  T0  Suhu mutlak
V  V0   
 273 ,15 

V0
V T
T0

V  KT Volume sejumlah gas tertentu gas pada


tekanan tetap berbanding lurus dengan
temperatur absolutnya.
VT
Grafik isobar: Hubungan volume (V) terhadap temperatur (T)

GRAFIK ISOBAR
3
HUKUM BOYLE  GAY LUSSAC
1
 Hukum Boyle: p  Untuk memperoleh
V perubahan volume (V) gas
terhadap temperatur (T) dan
 Hukum Boyle – Gay Lussac : VT Tekanan (p)

Perhatikan ilustrasi :
Keadaan I: Keadaan II:
V1 ; p1’ ; T1 V2’ ; p2’ ; T2

p1 V1 T
Vx  isoterm isobar V2  2  V X
p2 T1

Vx’ ; p2’ ; T1
Keadaan peralihan:
Dari kedua pers. tersebut diperoleh:
T p V
V2  2  1 1
T1 p 2
p1 V1 p 2 V2
 K = konstanta/tetapan
T1 T2

pV Rumus umum yang menyatakan hubungan antara p, V,


K dan T suatu gas.
T

Conclussion:
Hukum Boyle dan Gay Lussac HANYA menyatakan pada
keadaan KHUSUS:
 pada T tetap  pV = K1  (Boyle)
 pada p tetap  V = K2 T  (Gay Lussac)
Tetapan gas umum (R)
pV  KT
Nilainya ditentukan oleh jumlah mol gas, satuan p dan T,
tetapi tidak bergantung jenis gas

pada p dan T tertentu:


Jika:
KV n = jumlah mol gas K  nR
R = tetapan gas/mol

p V  nR T PERSAMAAN GAS IDEAL


menentukan nilai dan satuan R
pV
R
nT
gaya
 luas  panjang
R  luas
mol  derjat
usaha
R
mol  derajat

energi
R
mol  derajat
Gas ideal: - gaya antar molekul diabaikan
molekul diperlakukan sbg titik massa
energi internal hanya energi kinetik translasi

Hk Boyle: pV = konstan (jika suhu tetap)

Suhu mutlak : T [satuan kelvin (K)] T (K) = t (oC) + 273,15

Persamaan Keadaan Gas:


N
pV  NRT N 
NA
R
pV  N  T  NkT R = 8,3144 JK-1 mol-1
NA 
R
(k = konstanta Boltzmann) k   1,3807  10 23 JK -1  8,6178  105 eVK -1
NA
KEADAAN KESETIMBANGAN TERMODINAMIS

Sistem tertutup:
Jumlah massa dan jumlah partikel sistem tetap  jumlah
partikel sistem tetap.

Sistem terbuka:
Jumlah massa dan jumlah partikel sistem berubah – ubah
nilainya  jumlah mol sistem selalu berubah – ubah.
Jika sistem berada dalam keadaan kesetimbangan
termodinamis, maka:
1. Setiap sistem tertutup dapat digambarkan oleh 3
koordinat dari 8 koordinat yang dimiliki.
2. Ketiga koordinat sistem terdapat hubungan:
f x, y, z   0

Setiap variabel, dapat dinyatakan sebagai fungsi


dua variabel lainya.
hanya dua varibel di antara ketiga varibel sistem
merupakan variabel bebas.
 x = f(y, z)
 y = f(x, z)
 z = f(x, y)
Contoh:
Varibel keaadaan gas dinyatakan:
 f(p,V,T) = 0  implisit, maka:
p = p(V,T), V = V(p, T) dan T = T(p, V)  eksplisit.
DIFFERENSIAL TOTAL DAN DIFFERENSIAL PARSIAL

x  x ( y , z)

Nilai x dapat berubah karena y berubah dengan z tetap,


atau z berubah dengan x tetap dan keduanya berubah.

Differensial Total

 x   x 
 
dx    dy    dz
 y  z  z  y

Differensial
Parsial
PERSAMAAN ENERGI

Persamaan yang menyatakan hubungan antara energi


dalam spesifik (u) sistem yang berada dalam
kesetimbangan termodinamis dengan variabel-variabel
keadaan sistem, yaitu P, v, dan T.

Contoh:

Energi dalam zat murni dinyatakan sebagai fungsi volume


jenis dan suhu: u  f ( v, T )
Maka perubahan energi dalam spesifiknya:
 u   u 
du    dT    dv ...... (1)
 T  v  v  T

Hukum I termodinamika menjadi:


 u   u 
du    dT    dv
 T  v  v  T
dq  du  p dv
 u   u 
dq    dT    dv  p dv
 T  v  v  T

 u    u  
dq    dT  p     dv ...... (2)
 T  v   v  T 

Untuk beberapa kasus khusus.


 proses dengan volume tetap  isokhorik
 u    u  
dq    dT  p     dv
 T  v   v  T 

dq  c v dT dv = 0
 u 
c v dT    dT
 T  v

 u 
   cv
 T  v ...... (3)
Perubahan energi
dalam pada gas ideal
 u   u  tidak tergantung pada
du    dT    dv
 T  v  v  T perubahan volume.

Dari eksperimen
 u 
Gay Lussac –   0
Joule, diperoleh:  v  T
Maka hukum I termodinamika dapat dinyatakan:

  u  
dq  c v dT  p     dv
  v  T 
...... (4)

 proses dengan tekanan tetap  isobarik


  u  
dq  c v dT  p     dv
  v  T 
dq   u   dv
 c v  p    
dT   v  T  dT

 dq    u   dv 
   c v  p     
 dT  P   v  T  dT  P

  u    dv 
c p  c v  p       ...... (5)
  v  T   dT p
dan dari persamaan Maxwell, diperoleh:
1  dv   dv 
      v
v  dT p  dT p
Hukum I termodinamika pada proses ini dapat
diungkapkan sbb:
  u  
c p  c v  p      v
  v  T 

cp  c v  u 
p   
v  v  T

 u  cp  c v
   p ...... (6)
 v  T v
 proses dengan suhu tetap  isotermis
  u  
dq  c v dT  p     dv
  v  T 
Karena dT = 0, maka persamaan di atas menjadi:

  u  
dq  p     dv
  v  T 
cp  c v
p
v

cp  c v 
dqT    dv T ...... (7)
 v 
Proses adiabatis
  u  
dq  c v dT  p     dv
  v  T 
Karena dq = 0, maka persamaan di atas menjadi:
  u  
0  c v dT  p     dv
  v  T 
  u  
c v dT  p     dv
  v  T 
cp  c v
p
v

 dT  c v  cp
   ...... (8)
 dv  S cv  v
1. Energi dalam zat murni dinyatakan: u = f (T, p)
Buktikan:

a. 
u 
  cp  p  v
 T  p
 u 

b.     p v k 
k
c p  cv 
 p T 

c.  q   k cv  c p 
 p 
 T 
 T  k c p  cv 
d.   
 p  ad  c p  p v 
2. Energi dalam zat murni dinyatakan: u = f (p, v)
Buktikan:
 du  k cv
a.   
 dp  v 

 u
b.    cp
p
 v  p  v
 k cv   cp 
c. qT   pT    vT
    v
 p  cp
d.    
 v  ad k v cv
3. Kapasitas kalor molar suatu logam pada suhu rendah
bervariasi terhadap suhu menurut persamaan:
a
c T 3  bT
3
dengan a, b, dan  adalah tetapan.
Berapakah banyak kalor per mol dipindahkan selama
berlangsungnya proses sehingga suhunya berubah
dati 0,01 menjadi 0,02 ?
Termodinamika: Ilmu yang mempelajari hubungan antara
energi (kalor) dan kerja dari suatu sistem.

KONSEP PENDUKUNG TERMODINAMIKA:


 Hukum ke NOL Termodinamika
 Hukum PERTAMA Termodinamika
 Hukum KEDUA Termodinamika
 Hukum KETIGA Termodinamika

HANYA mempelajari besaran-besaran MAKROSKOPIS dari


sistem yang dapat diamati dan diukur dalam eksperimen.

Anda mungkin juga menyukai