Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Komunikasi dan Lanjut Usia

Komunikasi merupakan suatu hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan


dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat serta
dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. (Widjaja,
1986 : 13) Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain.
(Potter & Perry, 2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya
sebatas tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang
terapeutik.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa
pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70
tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Kelompok lanjut usia ( LANSIA ) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok
yakni:
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Komunikasi pada lansia

Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi,


lingkungan ketrampilan komunikasi yang tepat juga perlu memperhatikan waktu yang tepat.

a. Keterampilan komunikasi
Listening/Pendengaran yang baik yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
2. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
3. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
b. Teknik komunikasi dengan lansia
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
1. Teknik asertif
2. Responsif
3. Fokus
4. Supportif
5. Klarifikasi
6. Sabar dan Ikhlas
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila
ada sikap agresif dan sikan non asertif.
 Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan perilaku-perilaku di bawah ini:
1. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
2. Meremehkan orang lain
1
3. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
4. Menonjolkan diri sendiri
5. Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan
 Non asertif
Tanda-tanda dari non asertif ini adalah:
1. Menarik diri bila di ajak berbicara
2. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
3. Merasa tidak berdaya
4. Tidak berani mengungkap keyakinaan
5. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
6. Tampil diam (pasif)
7. Mengikuti kehendak orang lain
8. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunnya fisik dan psikis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional perawat
di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips-tips
tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan dengan efektif antara lain:
1. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien.
2. Keraskan suara Anda jika perlu.
3. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat
mulut Anda.
4. Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi
gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
5. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan
menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
6. Jangan berharap untuk berkomunikasi denagn cara yang sama dengan orang yang tidak
mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya
memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
7. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat pendek
dengan bahasa yang sederhana.
8. Bantulah kata-kata Anda dengan isyarat visual.
9. Serasikan bahasa tubuh Anda dengan pembicaraan Anda, misalnya ketika melaporkan
hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus
seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara Anda yang
menggembirakan (misalnya dengan senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
10. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
11. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan Anda.
12. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan
Anda menyelesaikan kalimat.
13. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkannya.
14. Arahkan ke suatu topik pada suatu saat.
15. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama Anda. Orang ini
biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses
komunikasi.
c. Lingkungan wawancara

2
1. Posisi duduk berhadapan
Perawat duduk sangat dekat dan berhadapan dengan klien lansia. Duduk sedekat
mungkin 1 sampai 2 kaki dapat diterima jika terdapat penurunan penglihatan atau
pendengaran. Jika individu-individu tampak berhati-hati atau takut, jarak dapat lebih
besar pada waktu permulaan wawancara dan kemudian dikurangi sesuai
berkembangnya wawancara. Perawat harus duduk dengan kepala sedekat mungkin
dengan ketinggian mata klien.
2. Jaga privasi
3. Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
4. Kurangi keramaian dan berisik
5. Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita
mengekspresikan diri kita sendiri efek dari komunikasi adalah pengaruh timbal balik
seperti cermin.
Kendala-Kendala dan Hambatan dalam Berkomunikasi dengan Lansia
1. Gangguan neurology sering menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat
juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.
2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat
dan respon pada pertanyaan seseorang.
3. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut
membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
5. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya.
6. Gangguan sensoris dalam pendengarannya
7. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.
8. “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak
orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
9. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya fokus
pada rasa sakit, haus, lapar, capek, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan
lain-lain.
10. Hambatan pada pribadi: penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan
dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia,
gangguan kontak dengan realita.
11. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak
informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan
budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes.
Teknik Pendekatan dalam Perawatan Lansia pada Konteks Komunikasi dan Reaksi
Penolakan

a. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi


1. Pendekatan Fisik
2. Pendekatan Psikologis
3. Pendekatan Sosial
4. Pendekatan Spiritual
b. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan

3
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian – kejadian nyata sesuatu
yang merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.

Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
penolakan antara lain:

1. Penolakan segera reaksi penolakan klien


Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Orientasikan klien
lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri
Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan
dilakukan serta upaya untuk memandikan klien

2. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat


Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber
informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat terealisasi dengan
baik dan cepat

Keterampilan Komunikasi Terapeutik pada Lansia


a. Keterampilan komunikasi terapeutik, dapat melalui:
1. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
dan lama wawancara
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam
berfikir abstrak
5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon
nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan
distress yang ada
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara
pengkajian.
8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan
tetap mengobservasi.
9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap,
suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
12. Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang
lain yang sangat mengenal pasien.
13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

Anda mungkin juga menyukai