Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KUNJUNGAN LAPANGAN

LAPORAN DIAGNOSTIK KOMUNITAS MAHASISWA


KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

Kelompok A-2

ANGGOTA ERNI VUSPITA DEWI 1102011090


DYAH ARUM MAHARANI 1102012072
ANDHANI PUTRI KUSUMANINGTYAS 1102013024
ARINA ZHABRINA 1102013042
CLARAZ WANISA’DA ERMANI 1102013066
EMIRIA ANDINI 1102013096
HERWIDYANDARI PERMATA PUTRI 1102013126
HIRARI FATTAH YASFI 1102013128
IQHBAL YUNAS ALFIANSYAH 1102013139

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2016
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

BAB I LATAR BELAKANG


1. Gambaran Wilayah
1.1. Gambaran Lingkungan Cempaka Putih
1.2. Komunitas Tukang Sayur Keliling Cempaka Putih
2. Gambaran Umum Komunitas Tukang Sayur Keliling Cempaka Putih
3. Penentuan Area Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Tinjauan Pustaka
2. Kerangka Teori
3. Kerangka Konsep
4. Definisi Operasional

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
LATAR BELAKANG

1. Gambaran Wilayah
1.1. Gambaran Lingkungan Cempaka Putih
Cempaka putih merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Jakarta Pusat
dan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Senen. Cempaka Putih berbatasan
dengan Kemayoran di sebelah utara, Johar Baru dan Senen di sebelah barat,
Pulogadung di sebelah timur, dan Matraman di sebelah selatan. Cempaka Putih terletak
di bahu Jalan Letjen Suprato. Cempaka Putih terdiri dari 3 kelurahan yaitu Cempaka
Putih Timur, Cempaka Putih Barat, dan Rawasari.
Luas wilayah yang menjadi tanggung jawab Koramil 06/ Cempaka Putih di
wilayah Kecamatan Cempaka Putih seluas 468.66 Ha terdiri dari 3 kelurahan yaitu
Kelurahan Rawasari 121,76 Ha, Cempaka Putih Timur 222,6 Ha, dan Cempaka Putih
Barat 124,75 Ha. Jumlah Penduduk yang menjadi tanggung jawab Koramil 06/
Cempaka Putih di Kecamatan Cempaka Putih sebanyak 94.104 jiwa (berdasarkan data
Kodim 0501/ JP BS bulan Juni 2014), terbagi dalam 21,342 Keluarga (KK), 368 RT,
30 RW. (BPS DKI Jakarta, 2014)
Daerah Cempaka Putih banyak didominasi oleh pemukiman penduduk dan
banyak instansi – isnstansi seperti universitas, rumah sakit dan perkantoran.
Lingkungan cempaka putih bisa dikatakan cukup baik, pemukimannya tidak terlalu
padat dan masih terdapat ruang hijau sehingga ketersedian oksigen masih tersedia.
Namun di beberapa tempat di wilayah Cempaka Putih masih ditemukan daerah yang
mempunyai tingkat polusi dan pencemaan yang tinggi. Polusi yang terdapat di
Cempaka Putih tidak hanya dari kendaran bermotor saja, namun juga berasal dari asap
rokok, karena rata – rata perokok di Cempaka Putih masih dibiarkan merokok di
sembarang tempat dan belum tersedianya tempat khusus untuk perokok. Selain itu,
kawasan Cempaka Putih juga masih rawan terhadap banjir. Untuk pelayanan kesehatan
di wilayah ini cukup tersedia dikarenakan terdapat rumah sakit, puskemas, dan klinik
pelayanan kesehatan.
Untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari- hari, penduduk sangat bergantung
pada tukang sayur keliling, sehingga tidak sulit menemukan komunitas tukang sayur
di Cempaka Putih.
Gambar 1. Wilayah Cempaka Putih

1.2. Komunitas Tukang Sayur Keliling Cempaka Putih


Komunitas tukang sayur Cempaka Putih merupakan pedagang sayur yang ada
di sekitar Cempaka Putih. Pedagang sayur di Cempaka Putih sebagian besar tidak
memiliki rumah singgah di Jakarta. Rumah, keluarga dan kerabat berada di kota lain.
Sehingga kehidupan sehari-hari mereka berada di pasar dan berkeliling menjajakan
sayur dan buah dagangannya dari rumah ke rumah di daerah Cempaka Putih. Para
tukang sayur pulang ke rumah atau kampong halamannya masing-masing sekitar setiap
1 bulan sekali, lalu menetap di sana sekitar 1-2 minggu lalu kembali lagi ke Jakarta
untuk berjualan sayur keliling.
Biasanya para tukang sayur mempersiapkan barang dagangannya dari malam
sampai dini hari. Diselingi dengan tidur di pasar, dengan kondisi pasar yang kurang
memadai untuk tidur dan ramai-ramai bersama dengan tukang sayur dan orang pasar
lainnya.
Jam 8 pagi para tukang sayur keliling sudah berpencar berdagang sayur dan
buah, berkeliling di sekitar Cempaka Putih. Lalu saat istirahat makan siang sekitar jam
12 siang, para tukang sayur biasanya berkumpul di suatu pangkalan untuk beristirahat,
makan siang, dan menunggu pembeli yang datang sampai jam 5 sore. Di saat waktu
senggang, para tukang sayur banyak yang menghabiskan waktunya untuk tidur siang
atau hanya sekedar berbincang-bincang dengan sesame tukang sayur sambil merokok
dan minum kopi. Setelah jam 5-6 sore, para tukang sayur kembali ke Pasar Rawasari
untuk kembali menyiapkan barang dagangan untuk esok harinya dan beristirahat.
Pola makan para tukang sayur terbilang baik karena bagi mereka urusan perut
merupakan hal yang tidak akan dilupakan, sehingga pola makannya teratur 3 kali
sehari. Namun untuk pola tidur para tukang sayur terbilang sudah cukup dan terbilang
lama namun masih banyak yang merasa sering mengantuk di sela aktivitas jual beli.
Sehingga salah satu cara untuk mengusir rasa kantuk yang datang, para tukang sayur
sering mengakalinya dengan merokok.

2. Gambaran Umum Komunitas Tukang Sayur Keliling Cempaka Putih


Tukang sayur yang berjualan di Cempaka Putih Tengah berumur antara 22-55 tahun,
dimana rata-rata bertempat tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Tukang sayur yang berjualan
di Cempaka Putih Tengah ada yang berjualan dengan mobil maupun gerobak. Mayoritas
dari tukang sayur tidak memiliki tempat tinggal sehingga mereka tidur bersama di pasar.
Berikut adalah tabel hasil wawancara dengan beberapa tukang sayur di Cempaka Putih
Tengah.

Nama Suanda Irwan Nimun Pujianto Sarwadi Karmi Faisal Nurfaizi


Umur 50 tahun 55 tahun 45 tahun 22 tahun 55 tahun 55 tahun 28 tahun 30 tahun
Pasar Pasar Jogja- Pasar
Alamat Rawasari Bekasi Rawasari karta Bekasi Rawasari Rawasari Rawasari
Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
Pendidi
kan SD SD SMK SD SD SMA SMP
Status
Pernika Belum
han Nikah Nikah Nikah Nikah Nikah Nikah Menikah Nikah
Nomor 085692- 08154- 085772-
Telepon 859824 6022124 272758
Jam 08.00- 02.00- 06.30- 08.00- 07.00- 06.00- 08.00-
Kerja 12.00 18.00 17.30 18.00 17.00 18.00 18.00
Riwayat
Penyaki
t Diabetes Pusing Demam Demam Pilek

Tabel 1. Hasil Wawancara


3. Penentuan Area Masalah
Dalam penentuan masalah kami melakukan pengamatan langsung pada tukang sayur di
sekitar Cempaka Putih dari hasil pengamatan ditemukan beberapa masalah kesehatan fisik
dan psikis:
Gangguan kesehatan fisik:
 Batuk dan pilek
 Pusing
 Tifoid
 Diabetes Melitus
 Hernia
Gangguan kesehatan psikis:
 Kebiasaan merokok
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, kami mengambil masalah kesehatan
“Kebiasaan merokok pada pedagang sayur di sekitar Cempaka Putih”. Hal ini disebabkan
karena kondisi tersebut paling banyak dialami oleh pedagang sayur di sekitar Cempaka
Putih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Pustaka
A. Pengetahuan
DEFINISI PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di
peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007)
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi
setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok,
dkk, 2007)
TINGKATAN PENGETAHUAN
Menurut Rogers, pengetahuan di cakup di dalam domain kognitif 6 tingkatan
(Notoatmojo, 2007).
1. Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang
telah di terima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang
paling rendah.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan
terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan
makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-
rumus, metode-metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan
dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-komponen tetapi
masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat
menggambarkan (menurut bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan
menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya : dapat
membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan
gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan
sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui


terlebih dahulu terhadap stimulus objek.
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek
sudah mulai timbul.
3. Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. (Notoatmodjo, 2007)

CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN

Pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara


yang tetah digunakan untuk memperoleh kebenaran, yaitu :

1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara coba-coba salah (Trial dan Error)


Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan bahkan mungkin
sebelum adanya peradapan yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinaan
yang lain sampai masalah dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoriter
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat
baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan. Prinsip ini
adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang punya
otoriter, tanpa terlebih dahulu membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta
empiris maupun berdasarkan masa lalu.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapkan pada masa lalu.
d. Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan
pikiran, baik melalui induksi maupun deduksi. Apabila proses pembuatan
kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum
dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan


Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah“ atau lebih populer disebut metodologi
penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Franeuis Bacor (1561-1626)
kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallien akhirnya lahir suatu cara penelitian
yang dewasa ini kita kenal sebagai metodologi penelitian ilmiah.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGETAHUAN


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal,
yaitu :
1. Umur
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi tingkat
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
2. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka makin mudah dalam menerima informasi, sehingga
semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
dikenal.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
Lingkungan adalah input kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptif yang
melibatkan baik faktor internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam
lingkungan yang berpikiran luas maka pengetahuannya akan lebih baik daripada orang
yang hidup di lingkungan yang berpikiran sempit.
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau
diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Status
pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Pekerjaan biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat. Masyarakat akan
memandang seseorang dengan penuh penghormatan apabila pekerjaannya sudah
pegawai negeri atau pejabat di pemerintahan.
5. Sosial Ekonomi
Variabel ini sering dilihat angka kesakitan dan kematian, variabel ini
menggambarkan tingkat kehidupan seseorang yang ditentukan unsur seperti
pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh serta ditentukan pula oleh
tempat tinggal karena hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan.
6. Informasi yang diperoleh
Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak
dan tempat pelayanan kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan
informasi sekaligus menghasilkan informasi. Jika pengetahuan berkembang sangat
cepat maka informasi berkembang sangat cepat pula. Adanya ledakan pengetahuan
sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan pengetahuan, maka semakin
banyak pengetahuan baru bermunculan. Pemberian informasi seperti cara-cara
pencapaian hidup sehat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dapat
menambah kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
7. Pengalaman
Merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Orang yang
memiliki pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik bila dibandingkan
dengan orang yang tidak memiliki pengalaman dalam segi apapun (Mubarok, 2007).

B. Perilaku
DEFINISI PERILAKU
Perilaku adalah sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu
itu bersifat nyata. Tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan sesuatu yang konkrit
yang dapat diobservasi, direkam, maupun dipelajari.
Walgio (1994) mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian yang luas yaitu
perilaku yang tampak dan perilaku yang tidak tampak, demikian pula aktivitas-aktivitas
tersebut disamping aktivitas motoris juga termasuk aktivitas emosional dan kognitif.
Chaplin (1999) memberikan pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku dalam
arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami seseorang. Pengertian yang kedua,
perilaku didefinisikan dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat
diamati.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang
dilakukan oleh manusia dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas
motoris, emosional, dan kognitif.
DEFINISI PERILAKU MEROKOK
Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus
yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku
merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat
itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan
kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut.
Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok
berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin
dapat disebabkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimanapun juga.
Merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau
yang berbalut daun nipah atau kertas.
Merokok adalah menghisap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar. Asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat
berakibat bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahwa
perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan
menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang
disekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu
kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya
keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
TIPE PERILAKU MEROKOK
Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (Komasari & Helmi, 2000)
terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu :
1. Tahap prepatory.
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok
dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat
untuk merokok.
2. Tahap initiation.
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau
tidak terhadap perilaku merokok.
3. Tahap becoming a smoker.
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka
mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4. Tahap maintenance of smoking.
Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self
regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang
menyenangkan.
Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut
banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut :
1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok sehari.
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok sehari.
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdassarkan tempat-
tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka mu’tadin (2002) menggolongkan tipe
perilaku merokok menjadi :
1. Merokok ditempat umum/ ruang publik.
a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombolan mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,
karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
b. Kelompok heterogen (merokok di tengah orang lain yang tidak merokok, anak
kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain).

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi


a. Kantor /kamar tidur pribadi. Perokok memiliki tempat-tempat seperti ini yang
sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga
kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
Terdapat 4 tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory, keempat
tipe tersebut adalah :
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.
a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum
kopi atau makan.
b. Simulation to picthem up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk
menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dari memegang
rokok.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif.


Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negative dalam
dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga
terhindar dari perasaan yang tidak enak.

3. Perilaku merokok yang addiktif.


Perokok yang sudah addiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan
setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.


Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengendalikan perasaan
mereka, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok
digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok yang dihisap,
tempat merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.
FAKTOR PERILAKU MEROKOK
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu :
1. Faktor biologis.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu
bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Nikotin dalam darah
perokok cukup tinggi.
2. Faktor psikologis.
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk,
mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan
kesan modern dan berwibawa, sehinga bagi individu yang sering bergaul dengan orang
lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.
3. Faktor lingkungan sosial.
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian individu
pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan
lingkungan sosialnya.
4. Faktor demografis.
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa
semakin banyak. Akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak
terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok.
5. Faktor sosial-kultural.
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi pekerjaan
akan mempengaruhi perilaku individu.
6. Faktor sosial-politik.
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat
melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-
kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi
masalah yang bertambah besar di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi perilaku merokok remaja, faktor-faktor tersebut yaitu faktor
demografis, faktor lingkungan sosial, faktor psikologis, faktor sosial-kultural, dan faktor sosial-
politik.
DAMPAK PERILAKU MEROKOK
Dampak perilaku merokok meliputi :
1. Dampak positif.
Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Perokok
menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu
individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Keuntungan merokok (terutama bagi
perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial,
dan menyenangkan.

2. Dampak negatif.
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat berpengaruh bagi
kesehatan. Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu
jenis penyakit sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi
dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok dimulai dari penyakit di
kepala sampai dengan penyakit di telapak kaki, antara lain : penyakit kardiovaskular,
neoplasma, saluran pernapasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur,
penurunan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan
pembuluh darah, pengahambat pengeluaran air seni, amblyopia (penglihatan kabur),
kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga
terjadi iritasi mata, hidung, dan tenggorokan).
BAHAYA MEROKOK
Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di
sekitarnya. Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel.
Partikel yang dibebaskan selama merokok sebanyak 5 x 109 pp. Komponen gas terdiri dari
karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan
senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol,
dan kadmium. Dampak asap rokok adalah terjadinya kanker paru-paru.
Asap rokok dapat mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan fungsi saluran
napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan
kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan
hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru,
terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran
napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala
klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM).
Dampak asap rokok terhadap janin sangat banyak, antara lain: Berat badan janin lebih rendah
dari normal (pertumbuhan janin terhambat), kematian janin di dalam rahim, Meningkatkan
risiko kematian janin mendadak (Valleria, 2009).
Bahaya asap rokok yang paling utama adalah bahaya bagi ibu hamil, yaitu : adanya
ancaman persalinan prematur, ketuban pecah sebelum waktunya, ancaman lepasnya plasenta
sebelum janin dilahirkan (solusio placentae) dengan risiko kematian ibu dan janin. Plasenta
previa yaitu letak plasenta yang menutupi jalan lahir berisiko mengalami perdarahan selama
hamil dan saat persalinan meningkat dan risiko meningkatnya kematian ibu dan janin akibat
perdarahan. Dampak negatif rokok terhadap janin juga sangat banyak, antara lain: Berat badan
janin lebih rendah dari normal (pertumbuhan janin terhambat) dan kondisi ini sangat
mempengaruhi tumbuh kembang janin/bayi selanjutnya karena dengan berat badan yang tidak
normal, maka akan mudah sekali terjadi hambatan tumbuh-kembang, Kematian janin di dalam
rahim, Meningkatkan risiko kematian janin mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/SIDS)
(Valleria, 2009).
PREVALENSI MEROKOK DI INDONESIA
Pada tahun 2002 Indonesia menduduki peringkat kelima dengan mengkonsumsi 182 milyar
batang rokok setelah China (1.697 milyar batang), Amerika Serikat (464 milyar batang), Rusia
(375 milyar batang), dan Jepang (299 milyar batang (Riskesdas, 2009).
Global Youth Tobacco Survey(GYTS) menunjukan bahwa pravalensi remaja perokok di
Jakarta tahun 2006 yang digunakan sebagai angka Nasional adalah sebesar 12,6% (laki-laki
24,5%; perempuan 2,3%) (Riskesdas,2009).
Persentase nasional Merokok Setiap Hari Pada Penduduk Umur >10 tahun adalah 23,7%.
Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi merokok Setiap Hari Pada Penduduk Umur >10
tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Banten, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara
(Riskesdas, 2007).
Tingginya jumlah perokok di kalangan remaja sangat mengkhawatirkan, karena kurangnya
pengetahuan siswa tentang rokok. Merokok merupakan masalah yang masih sulit diselesaikan.
Banyaknya faktor yang mendorong di kalangan siswa untuk merokok. Salah satu yang
mempengaruhi kebiasaan tersebut adalah pengetahuan dan sikap terhadap bahaya rokok itu
sendiri. Pengetahuan dan sikap ini dapat diubah dengan penyuluhan dan bimbingan kesehatan
(Fitriani, 2011).
KOMPONEN ROKOK
Komponen yang paling banyak adalah nikotin. Tar, nikotin dan karbonmonoksida
merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam asap rokok.
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok
dan bersifat karsigonik. Pada saat rokok di isap, tar masuk kerongga mulut sebagai uap padat
yang setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan yang berwarna coklat pada
permukaan gigi, saluran napas, dan paru-paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang
berhubungan dengan resiko timbulnya kanker (Kusuma, 2012).
Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat menimbulkan ketergantungan
psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis yang berbentuk cairan, tidak
berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat merubah warna menjadi coklat dan berbau seperti
tembakau jika bersentuhan dengan udara. Nikotin berperan dalam menghambat perlekatan dan
pertumbuhan sel fibroblast ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat
merusak sel membran (Kusuma, 2012). Ketergantungan dengan nikotin dapat penyebabkan
depresi (Horwood et al, 2010).
MACAM JENIS ROKOK
Rokok adalah salah satu hasil olahan tembakau dengan menggunakan bahan ataupun
tanpa bahan berupa cengkeh disebut rokok kretek. Rokok tambah bahan tambahan cengkeh
disebut sebagai rokok putih. Rokok putih sering dihubungkan dengan rokok ultramild, mild,
dan light. Rokok semacam adalah rokok dengan kandungan nikotin dan tar yang rendah yang
biasanya yang dicantumkan pada label pembungkus rokok (Sukmahningsih, 2012).
2. Kerangka Teori

Tahu (Know)
Cara memperoleh
pengetahuan Memahami
Pengetahuan
1. Cara kuno (Comprehention)
a. Trial and Analisis (Analysis)
Error
b. Kekuasaan Sintesis (Syntesis)
c. Pengalaman
d. Jalan Evaluasi
pikiran (Evaluation)
2. Cara modern Dipengaruhi oleh
1. Umur
2. Pendidikan
3. Lingkungan
4. Pekerjaan
5. Sosial Ekonomi
6. Informasi yang
diperoleh
7. Pengalaman

Gambar 2. Kerangka Teori Pengetahuan

Perokok Berat (>15 batang/hari)

Perilaku Merokok
Perokok Sedang (5-14 batang/hari)

Perokok Ringan (1-4 batang/hari)

Yang mempengaruhi
perilaku merokok
1. Biologis
2. Psikologis
3. Lingkungan sosial
4. Demografis
5. Sosio-kultural
6. Sosial Politik

Gambar 3. Kerangka Teori Perilaku Merokok


3. Kerangka Konsep

Pengetahuan
mengenai rokok

Perokok Berat (>15 batang/hari)


Perilaku Merokok
Perokok Sedang (5-14 batang/hari)

Perokok Ringan (1-4 batang/hari)

Yang mempengaruhi
perilaku merokok
1. Biologis
2. Psikologis
3. Lingkungan sosial
4. Demografis
5. Sosio-kultural
6. Sosial Politik

Gambar 4. Kerangka Konsep


4. Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Nilai Rujukan Skala
Operasional
1 Pengetahuan Merokok
2 Perilaku Merokok
3 Perokok 1. Perokok
Ringan (1-4
batang/hari)
2. Perokok
Sedang (5-14
batang/hari)
3. Perokok
Berat (>15
batang/hari)
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha ilmu.

Nasution IK. 2007. Skripsi. Perilaku merokok pada remaja. Medan. Fakultas Kedokteran USU.

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Setianingrum, ratri. 2009. Hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya merokok
dengan perilaku merokok pada remaja di desa boro wetan kecamatan banyu urip purworejo.
Santi. 2013. Hubungan pengetahuan tentang rokok dengan sikap terhadap bahaya merokok
pada siswa smk batik 1 surakarta. Fakultas kedokteran UMS

Anda mungkin juga menyukai