Kelompok A-2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
LATAR BELAKANG
1. Gambaran Wilayah
1.1. Gambaran Lingkungan Cempaka Putih
Cempaka putih merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Jakarta Pusat
dan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Senen. Cempaka Putih berbatasan
dengan Kemayoran di sebelah utara, Johar Baru dan Senen di sebelah barat,
Pulogadung di sebelah timur, dan Matraman di sebelah selatan. Cempaka Putih terletak
di bahu Jalan Letjen Suprato. Cempaka Putih terdiri dari 3 kelurahan yaitu Cempaka
Putih Timur, Cempaka Putih Barat, dan Rawasari.
Luas wilayah yang menjadi tanggung jawab Koramil 06/ Cempaka Putih di
wilayah Kecamatan Cempaka Putih seluas 468.66 Ha terdiri dari 3 kelurahan yaitu
Kelurahan Rawasari 121,76 Ha, Cempaka Putih Timur 222,6 Ha, dan Cempaka Putih
Barat 124,75 Ha. Jumlah Penduduk yang menjadi tanggung jawab Koramil 06/
Cempaka Putih di Kecamatan Cempaka Putih sebanyak 94.104 jiwa (berdasarkan data
Kodim 0501/ JP BS bulan Juni 2014), terbagi dalam 21,342 Keluarga (KK), 368 RT,
30 RW. (BPS DKI Jakarta, 2014)
Daerah Cempaka Putih banyak didominasi oleh pemukiman penduduk dan
banyak instansi – isnstansi seperti universitas, rumah sakit dan perkantoran.
Lingkungan cempaka putih bisa dikatakan cukup baik, pemukimannya tidak terlalu
padat dan masih terdapat ruang hijau sehingga ketersedian oksigen masih tersedia.
Namun di beberapa tempat di wilayah Cempaka Putih masih ditemukan daerah yang
mempunyai tingkat polusi dan pencemaan yang tinggi. Polusi yang terdapat di
Cempaka Putih tidak hanya dari kendaran bermotor saja, namun juga berasal dari asap
rokok, karena rata – rata perokok di Cempaka Putih masih dibiarkan merokok di
sembarang tempat dan belum tersedianya tempat khusus untuk perokok. Selain itu,
kawasan Cempaka Putih juga masih rawan terhadap banjir. Untuk pelayanan kesehatan
di wilayah ini cukup tersedia dikarenakan terdapat rumah sakit, puskemas, dan klinik
pelayanan kesehatan.
Untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari- hari, penduduk sangat bergantung
pada tukang sayur keliling, sehingga tidak sulit menemukan komunitas tukang sayur
di Cempaka Putih.
Gambar 1. Wilayah Cempaka Putih
1. Tinjauan Pustaka
A. Pengetahuan
DEFINISI PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di
peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007)
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi
setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok,
dkk, 2007)
TINGKATAN PENGETAHUAN
Menurut Rogers, pengetahuan di cakup di dalam domain kognitif 6 tingkatan
(Notoatmojo, 2007).
1. Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang
telah di terima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang
paling rendah.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan
terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan
makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-
rumus, metode-metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan
dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-komponen tetapi
masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat
menggambarkan (menurut bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan
menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya : dapat
membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan
gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan
sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yakni :
B. Perilaku
DEFINISI PERILAKU
Perilaku adalah sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu
itu bersifat nyata. Tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan sesuatu yang konkrit
yang dapat diobservasi, direkam, maupun dipelajari.
Walgio (1994) mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian yang luas yaitu
perilaku yang tampak dan perilaku yang tidak tampak, demikian pula aktivitas-aktivitas
tersebut disamping aktivitas motoris juga termasuk aktivitas emosional dan kognitif.
Chaplin (1999) memberikan pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku dalam
arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami seseorang. Pengertian yang kedua,
perilaku didefinisikan dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat
diamati.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang
dilakukan oleh manusia dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas
motoris, emosional, dan kognitif.
DEFINISI PERILAKU MEROKOK
Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus
yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku
merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat
itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan
kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut.
Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok
berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin
dapat disebabkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimanapun juga.
Merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau
yang berbalut daun nipah atau kertas.
Merokok adalah menghisap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar. Asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat
berakibat bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahwa
perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan
menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang
disekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu
kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya
keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
TIPE PERILAKU MEROKOK
Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (Komasari & Helmi, 2000)
terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu :
1. Tahap prepatory.
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok
dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat
untuk merokok.
2. Tahap initiation.
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau
tidak terhadap perilaku merokok.
3. Tahap becoming a smoker.
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka
mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4. Tahap maintenance of smoking.
Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self
regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang
menyenangkan.
Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut
banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut :
1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok sehari.
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok sehari.
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdassarkan tempat-
tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka mu’tadin (2002) menggolongkan tipe
perilaku merokok menjadi :
1. Merokok ditempat umum/ ruang publik.
a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombolan mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,
karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
b. Kelompok heterogen (merokok di tengah orang lain yang tidak merokok, anak
kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain).
2. Dampak negatif.
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat berpengaruh bagi
kesehatan. Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu
jenis penyakit sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi
dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok dimulai dari penyakit di
kepala sampai dengan penyakit di telapak kaki, antara lain : penyakit kardiovaskular,
neoplasma, saluran pernapasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur,
penurunan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan
pembuluh darah, pengahambat pengeluaran air seni, amblyopia (penglihatan kabur),
kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga
terjadi iritasi mata, hidung, dan tenggorokan).
BAHAYA MEROKOK
Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di
sekitarnya. Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel.
Partikel yang dibebaskan selama merokok sebanyak 5 x 109 pp. Komponen gas terdiri dari
karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan
senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol,
dan kadmium. Dampak asap rokok adalah terjadinya kanker paru-paru.
Asap rokok dapat mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan fungsi saluran
napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan
kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan
hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru,
terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran
napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala
klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM).
Dampak asap rokok terhadap janin sangat banyak, antara lain: Berat badan janin lebih rendah
dari normal (pertumbuhan janin terhambat), kematian janin di dalam rahim, Meningkatkan
risiko kematian janin mendadak (Valleria, 2009).
Bahaya asap rokok yang paling utama adalah bahaya bagi ibu hamil, yaitu : adanya
ancaman persalinan prematur, ketuban pecah sebelum waktunya, ancaman lepasnya plasenta
sebelum janin dilahirkan (solusio placentae) dengan risiko kematian ibu dan janin. Plasenta
previa yaitu letak plasenta yang menutupi jalan lahir berisiko mengalami perdarahan selama
hamil dan saat persalinan meningkat dan risiko meningkatnya kematian ibu dan janin akibat
perdarahan. Dampak negatif rokok terhadap janin juga sangat banyak, antara lain: Berat badan
janin lebih rendah dari normal (pertumbuhan janin terhambat) dan kondisi ini sangat
mempengaruhi tumbuh kembang janin/bayi selanjutnya karena dengan berat badan yang tidak
normal, maka akan mudah sekali terjadi hambatan tumbuh-kembang, Kematian janin di dalam
rahim, Meningkatkan risiko kematian janin mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/SIDS)
(Valleria, 2009).
PREVALENSI MEROKOK DI INDONESIA
Pada tahun 2002 Indonesia menduduki peringkat kelima dengan mengkonsumsi 182 milyar
batang rokok setelah China (1.697 milyar batang), Amerika Serikat (464 milyar batang), Rusia
(375 milyar batang), dan Jepang (299 milyar batang (Riskesdas, 2009).
Global Youth Tobacco Survey(GYTS) menunjukan bahwa pravalensi remaja perokok di
Jakarta tahun 2006 yang digunakan sebagai angka Nasional adalah sebesar 12,6% (laki-laki
24,5%; perempuan 2,3%) (Riskesdas,2009).
Persentase nasional Merokok Setiap Hari Pada Penduduk Umur >10 tahun adalah 23,7%.
Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi merokok Setiap Hari Pada Penduduk Umur >10
tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Banten, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara
(Riskesdas, 2007).
Tingginya jumlah perokok di kalangan remaja sangat mengkhawatirkan, karena kurangnya
pengetahuan siswa tentang rokok. Merokok merupakan masalah yang masih sulit diselesaikan.
Banyaknya faktor yang mendorong di kalangan siswa untuk merokok. Salah satu yang
mempengaruhi kebiasaan tersebut adalah pengetahuan dan sikap terhadap bahaya rokok itu
sendiri. Pengetahuan dan sikap ini dapat diubah dengan penyuluhan dan bimbingan kesehatan
(Fitriani, 2011).
KOMPONEN ROKOK
Komponen yang paling banyak adalah nikotin. Tar, nikotin dan karbonmonoksida
merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam asap rokok.
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok
dan bersifat karsigonik. Pada saat rokok di isap, tar masuk kerongga mulut sebagai uap padat
yang setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan yang berwarna coklat pada
permukaan gigi, saluran napas, dan paru-paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang
berhubungan dengan resiko timbulnya kanker (Kusuma, 2012).
Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat menimbulkan ketergantungan
psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis yang berbentuk cairan, tidak
berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat merubah warna menjadi coklat dan berbau seperti
tembakau jika bersentuhan dengan udara. Nikotin berperan dalam menghambat perlekatan dan
pertumbuhan sel fibroblast ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat
merusak sel membran (Kusuma, 2012). Ketergantungan dengan nikotin dapat penyebabkan
depresi (Horwood et al, 2010).
MACAM JENIS ROKOK
Rokok adalah salah satu hasil olahan tembakau dengan menggunakan bahan ataupun
tanpa bahan berupa cengkeh disebut rokok kretek. Rokok tambah bahan tambahan cengkeh
disebut sebagai rokok putih. Rokok putih sering dihubungkan dengan rokok ultramild, mild,
dan light. Rokok semacam adalah rokok dengan kandungan nikotin dan tar yang rendah yang
biasanya yang dicantumkan pada label pembungkus rokok (Sukmahningsih, 2012).
2. Kerangka Teori
Tahu (Know)
Cara memperoleh
pengetahuan Memahami
Pengetahuan
1. Cara kuno (Comprehention)
a. Trial and Analisis (Analysis)
Error
b. Kekuasaan Sintesis (Syntesis)
c. Pengalaman
d. Jalan Evaluasi
pikiran (Evaluation)
2. Cara modern Dipengaruhi oleh
1. Umur
2. Pendidikan
3. Lingkungan
4. Pekerjaan
5. Sosial Ekonomi
6. Informasi yang
diperoleh
7. Pengalaman
Perilaku Merokok
Perokok Sedang (5-14 batang/hari)
Yang mempengaruhi
perilaku merokok
1. Biologis
2. Psikologis
3. Lingkungan sosial
4. Demografis
5. Sosio-kultural
6. Sosial Politik
Pengetahuan
mengenai rokok
Yang mempengaruhi
perilaku merokok
1. Biologis
2. Psikologis
3. Lingkungan sosial
4. Demografis
5. Sosio-kultural
6. Sosial Politik
Nasution IK. 2007. Skripsi. Perilaku merokok pada remaja. Medan. Fakultas Kedokteran USU.
Setianingrum, ratri. 2009. Hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya merokok
dengan perilaku merokok pada remaja di desa boro wetan kecamatan banyu urip purworejo.
Santi. 2013. Hubungan pengetahuan tentang rokok dengan sikap terhadap bahaya merokok
pada siswa smk batik 1 surakarta. Fakultas kedokteran UMS