Anda di halaman 1dari 2

RAKYAT KECIL

Oleh : Siti Rochmah

Orang-orang menyebutnya rakyat kecil karena ketidakmampuan dalam pemenuhan


ekonomi, pendidikan yang kurang serta nilai sosial cenderung kurang baik. Padahal mereka sama
saja, seperti manusia pada umumnya mereka makan, minum, mengobrol dengan sesama, tertawa,
pernah bersedih juga ataupun marah bedanya mereka disepelekan dan dianggap tak terlalu
berpengaruh. Terkadang mereka garang karena keinginannya tak diberika contohnya saja seperti
pada perstiwa krisis tahun 1998 . Entahlah... aku pikir mereka juga ingin hidup dihargai, dianggap
penting, dianggap ada hanya saja mereka butuh bantuan. Siapa yang kira-kira membantu?
Seseorang yang mengaku hidupnya berkecukupan atau bahkan berlimpah. Ya! Harus mau
membantu.

Siang ini, aku pergi ke swalayan yang lumayan besar di kotaku, banyak sekali pengemis
disana. Sebetulnya dalam hati aku ingin memberi, namun teringat cerita temanku yang memberi ke
salah satu peminta-minta dan langsung digerubungi oleh peminta-minta yang lain. Ada juga yang
karena memberi jadi diberi tanda dan selalu diikuti untuk meminta setiap hari. Tangan diatas lebih
baik dari tangan dibawah, beramal pun tak ada salahnya. Namun, sepertinya ‘mereka’ tak
seharusnya meminta-minta atau berharap balas iba seseorang, yang memberilah yang menghampiri
tanpa harus ditodong. Tapi kuperhatikan belum ada suatu badan yang memberi mereka santunan
sehingga mereka tak perlu meminta secara gamblang dan terkesan derajatnya lebih dibawah yang
mampu.

Kuperhatikan mereka hanya menjalankan peran akibat desakan ekonomi, kurangnya


pengetahuan dan mental yang lemah. Dari peristiwa ini aku jadi punya impian untuk menolong
teman-temanku ini, karena sudah sepatutnya kita saling menolong. Setidaknya mereka tak perlu
duduk dijalanan dan memperhatikan lalu lalang aktivitas orang lain. Mereka berharga, karena Allah
SWT tidak pernah menciptakan sesuatu yang tidak berharga.

Kupikirkan cara agar bisa membantu, begini caranya jika ada yang sepahaman denganku,
aku sangat berterimakasih. Dimulai dengan pembangunan sebuah Gedung Dinas yang berfungsi
untuk mencatat data warga penghasilan kurang dari 1 juta yang akan diberi santunan setiap
bulannya. Sistemnya uang santunan langsung diantarkan ke kediaman oleh petugas untuk
menghindari adanya desak-desakan antrian dan menurutku ini cara yang sopan yang telah
diterapkan di Belanda.

Selain santunan, di gedung tersebut ada kelas-kelas pelatihan. Beberapa jenis kelasnya
adalah kelas etika, kelas musik, kelas menulis, kelas olahraga yang mempunyai pilihan (bulu tangkis,
renang, catur, basket, angkat besi,taekwondo dan karate), kelas memasak, kelas prakarya dan kelas
menjahit. Dari ketujuh kelas itu hanya boleh mengambil satu kelas pilihan dan maksimal dua kelas
wajib.
Kelas wajibnya adalah kelas etika dan kelas prakarya. Kelas etika menjadi kelas wajib karena
manusia sudah sepatutnya mempunya etika yang baik, tata krama dan sopan santun yang bagus.
Untuk kelas prakarya diwajibkan karena untuk pengembangan otak kanan secara terapan yang
nantinya bisa diterapkan sehari-hari. Misalnya membuat prakarya keranjang dari eceng gondok,
sabun mandi, sandal, dan sebagainya yang nanyinya memiliki nilai ekonomi.Sedangkan kelas pilihan
seperti kelas musik diharapkan nantinya bisa menjadi musisi, penyanyi yang berhubungan dengan
entertaiment berkualitas, kemudian kelas menulis diharapkan sebagai penulis sesuai genre yang
diminati,penerjemah dan berbagai bidang terkait kepenulisan, selanjutnya kelas memasak
diharapkan menjadi koki yang handal serta penyedia makanan setiap harinya untuk masyarakat
kurang mampu, selanjutnya kelas olahraga diharapkan nantinya menjadi atlet kebanggaan nasional
sesuai peminatan yang dipilih dan kelas menjahit diharapkan memiliki kemampuan dalam
pembuatan konveksi dalam penyediaan pakaian jadi yang setiap tahunnya selalu bertambah.

Untuk penambahan pemasukan, akan ada pendokumentasian berbentuk video yang


nantinya akan diupload melalui platform youtube sekaligus sebagai penginspirasi kita bersama dan
kenang-kenangan para pembelajar dikelas tersebut bahwa mereka telah menuntut ilmu dengan
semangat.

Setelah membaca rencana tersebut, apa yang kalian pikirkan? Jika dana, itu memang
masalah klasik yang selalu menjadi tantangan dalam segala sesuatu. Rencana yang kutulis ini bukan
kepunyaanku, melainkan punya kita bersama. Segala sesuatu yang dilakukan bersama nampaknya
akan menjadi mudah. Kita doakan saja semoga Allah AWT meridhoi dan mewujudkan rencana yang
baik ini. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai