Anda di halaman 1dari 103

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan lapisan yang menempati bagian atas kulit bumi yang
terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi
(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah
melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Pengertian tanah
menurut Ensiklopedia Indonesia adalah campuran bagian-bagian batuan dengan
material serta bahan organik yang merupakan sisa kehidupan yang timbul pada
permukaan bumi akibat erosi dan pelapukan karena proses waktu.

Tanah merupakan suatu bagian yang sangat menentukan perencanaan


suatu konstruksi. Kekuatan tanah sangat berbeda-beda, sehingga hal ini
mengharuskan para perencana untuk memperhatikan kondisi tanah sebagai
elemen kestabilan suatu konstruksi pada penggunaannya sebelum dilakukan
pembangunan.

Tanah berguna sebagai bahan konstruksi pada berbagai macam pekerjaan


teknik sipil seperti pembangunan gedung, jalan, terminal, stasiun dan bandara.
Disamping itu tanah juga berfungsi sebagai pendukung pondasi dari bangunan.
Fungsi utama tanah yaitu (1) tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
tanaman, (2) penyedia kebutuhan primer tanaman seperti air, udara, dan unsur-
unsur hara.

Tanah dibagi menjadi tanah lempung, tanah lanau, pasir, dan juga lumpur
yang digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel pada batas ukuran butiran
yang telah ditentukan. Pengelompokan tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai
sifat serupa ke dalam group-group dan sub group sehingga untuk mengetahui
parameter-parameter dari sifat fisis dan mekanis tanah perlu dilakukan pengujian

1
2

atau percobaan yang dilakukan secara ilmiah yakni melalui pengujian


laboratorium.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum mekanika tanah yaitu untuk mengetahui


karakteristik dan parameter tanah yaitu meliputi sifat-sifat fisis dan mekanis tanah.
Sehingga dengan adanya penelitian tersebut insfrastruktur yang meliputi
konstruksi diharapkan sesuai dengan keadaan tanah pada lokasi tersebut.

1.3 Waktu dan Tempat Praktikum

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum mekanika tanah dilaksanakan


pada hari senin, 27 November 2017 s/d Selasa 05 Desemeber 2017 , yang
bertempat di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Malikussaleh, Bukit Indah,
Lhokseumawe.

1.4 Kegiatan Praktikum


Adapun hal-hal yang dilakukakan dan diteliti di laboratorium meliputi
pengujian sifat fisis dan mekanis yaitu :

Sifat fisis antara lain :

1.4.1 Pengujian Kadar Air Tanah


1.4.2 Pengujian Berat Volume Tanah Basah
1.4.3 Pengujian Berat Jenis Tanah
1.4.4 Pengujian Atterberg Limit ( batas cair dan batas plastis)
1.4.5 Pengujian Analisa Saringan
1.4.6 Pengujian Analisa Hidrometer
3

Sifat mekanis antara lain :

1.4.7 Pengujian Pemadatan (Proctor test)


1.4.8 Pengujian CBR
1.4.9 Pengujian Unconfined
1.4.10 Pengujian Direct Shear
1.4.11 Pengujian Triaksial
1.4.12 Pengujian Konsolidasi Tanah
4

BAB II
PEKERJAAN LAPANGAN

2.1 Keadaan Alam dan Lokasi Asal Tanah

Sampel tanah yang digunakan berasal dari Kutablang, Kabupaten


Bireuen. Lokasi ini terletak di daerah perbukitan dengan keadaan yang sepi,
dengan kondisi jalannya hanya jalan setapak dan di sekelilingnya banyak
ditumbuhi pohon seperti pohon pinang dan pohon jati.

Tanah sampel yang diambil merupakan jenis tanah dengan warna abu-
abu kecoklatan. Tanah tersebut apabila terkena hujan akan menjadi lengket dan
padat.

2.2 Cara Pengambilan Sampel Tanah

2.2.1 Pengambilan Tanah Terganggu (Disturbed Soil Sample)

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada hari Kamis 23 s/d 24


November 2017. Dimulai pada pukul 08:00 sampai 17:00 Wib. Untuk menuju ke
lokasi tempat pengambilan tanah membutuhkan waktu sekitar setengah jam,
dengan keadaan cuaca terang benderang. Sampel tanah diambil pada kedalaman
50 cm sebelum dibuang lapisan humus yang paling atas setinggi 50 cm dari
permukaan tanah dengan menggunakan cangkul. Sampel tanah diambil sebanyak
35 kg. Sampel tanah tersebut dimasukan kedalam kantong plastik yang tebal yang
bersih untuk mengurangi penguapan air dan diikat dengan rapi.

2.2.2 Pengambilan Sampel Tanah Tak Terganggu ( Undisturb Sampel)

Akibat adanya kerusakan dan persediaan alat yang terbatas, pengambilan


tanah tak terganggu dilakukan dengan menggunakan tube, palu, cangkul dan
sekop. Tanah utuh merupakan sampel tanah yang diambil dari lapisan tanah
tertentu dalam keadaan tidak terganggu.

4
5

Tanah diambil pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah. Tube


diletakan tegak lurus dengan permukaan tanah, kemudian secara perlahan-lahan
bagian atas tube dipikul dengan menggunakan palu sampai seluruhnya terbenam
ke dalam tanah, untuk menghindari gangguan-gangguan tanah di dalam tube,
maka sebelum diangkat tanah di sekeliling tube harus digali sampai pada ujung
bawah tube. Kemudian tube diangkat dan pada tian ujungnya ditutup dengan
plastik dan dimasukan kedalam cetakan triplek yang ukurannya 35 x 35 yang
sama dengan ukuran tanahnya.

2.3 Cara Pengangkutan

Pengangkutan sampel dari lokasi yaitu menggunakan motor. Kemudian


sampel dibawa ke laboratorium pada hari senin 27 November 2017. Sampel tanah
yang sudah dimasukan ke dalam cetakan triplek diikat di atas tempat duduk
belakang motor, agar tidak jatuh atau terkena goncangan.

2.4 Pemberian Nomor Sampel

Pelaksanaan praktikum dilaksanakan secara bergantian, mengingat


banyaknya peserta praktikum dan alat laboratorium yang terbatas, dan banyaknya
sampel tanah yang diambil, maka untuk menghindari terjadinya pertukaran
sampel tanah selama praktikum, maka setiap sampel tanah dimasukan ke dalam
kantung plastik dan diberi tanda oleh masing-masing kelompok.
6

BAB III
PEKERJAAN LABORATORIUM

Pekerjaan laboratorium meliputi pemeriksaan sifat fisis dan mekanis


sesuai standart acuan, dan meliputi pengumpulan data yang langsung dilakukan di
laboratorium atau di luar laboratorium dengan formulir kerja sama.

3.1 Pengujian Kadar Air Tanah (Water Content)

3.1.1 Dasar Teori

Kadar air atau kandungan air dalam tanah adalah sejumlah air yang
terdapat dalam tanah saat ini. Secara definisinya, Kadar air tanah adalah
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat tanah
tersebut yang dinyatakan dalam % (persen) terhadap tanah dalam keadaan kering.
Tanah terdiri dari tiga fase yaitu : butiran padat (solid), air, dan udara. Kandungan
air dan udara yang terdapat di dalam tanah menempati rongga (void) yang terdapat
diantara butiran yang disebut pori tanah.

Wa Udara Va

Ww Air % Vw

w v

Ws Solid (%) Vs

Gambar 3.1 Tiga Fase Elemen Tanah dengan Volume Butiran Padat = 1

6
7

Kadar air dapat dihitung dengan rumus :

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝑊1 −𝑊2


𝑤= =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑊2 −𝑊3

Keterangan :

W1= Berat cawan + tanah basah (gram)

W2= Berat cawan + tanah kering (gram)

W3= Berat cawan kosong (gram)

3.1.2 Tujuan Pengujian

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar air yang terkandung di


dalam suatu contoh tanah beserta faktor yang mempengaruhinya. Kadar air tanah
adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat
tanah tersebut yang dinyatakan dalam % (persen) terhadap tanah dalam keadaan
kering.

Acuan/Refrensi

- ASTM D 2937

- (Das, Braja M. dkk. 1995. “Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa


Geoteknis)” Jilid I, Jakarta : Erlangga)

3.1.3 Peralatan
1. Mini Container
2. Oven dengan suhu 110 ⁰C
3. Neraca dengan ketelitian 0.001 gram
4. Spatula
5. Cawan
8

(a) (b)
Gambar 3.1.2 Foto Alat dan Pengujian Kadar Air Tanah (a) Mini container, (b)
Sampel tanah

3.1.4 Benda Uji


1. tanah asli ( tidak terganggu)

3.1.5 Prosedur Kerja


1. Benda uji yang akan dijadikan sampel diletakkan di dalam cawan
yang bersih, dan kering.
2. Cawan ditimbang
3. Cawan dan isinya ditimbang, dan beratnya dicatat
4. Cawan yang berisi sampel dimasukan kedalam oven pengering selama
24 jam atau selama suhu constant
5. Kemudian cawan dikeluarkan dan di dinginkan di dalam desikator
6. Setelah dingin, cawan yang berisi sampel ditimbang dan dicatat
beratnya.
7. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali.

3.1.6 Analisa Data


Sampel 1
Berat container + tanah (W2) = 68,5 gr

Berat container + tanah kering (W1) = 54 gr


9

Berat air (W3 = W2 - W1) = 68,5 – 54 gr


= 14,5 gr

Berat container (W4) = 10,4 gr

Berat tanah kering (W5 = W1 – W4) = 54 – 10,4 gr


= 43,6 gr

Kadar air (Wn = W3 / W5) = (14,5 / 43,6 gr) x 100 %


= 33,26 %

Perhitungan Sampel 2 dan Sampel 3 sama dengan perhitungan sampel 1


yang di atas.
Data pada sampel 1, 2, dan 3 disajikan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Pengujian Kadar Air Tanah


No.Container 1 2 3
Berat Container + Tanah (W₂) gr 68,5 68,6 68,4
Berat Container + Tanah Kering (W₁) gr 54 54 54
Berat Air (W₃ =W₂ - W₁) gr 14,5 14,6 14,4
Berat Container (W₄) gr 10,4 9,7 9,3
Berat Tanah Kering (W₅=W₁ - W₄) gr 43,6 44,3 44,7
Kadar Air (Wn =W₃/W₅) gr 0,33 0,32 0,32
Kadar Air Rata – rata gr 0,32

3.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian kadar air tanah, didapat rata- rata kadar air
yaitu 0,32 %. Maka disimpulkan bahwa keadaan tanah tersebut memiliki kadar air
yang cukup tinggi, sehingga apabila ingin mendirikan suatu konstruksi
bangunan sebaiknya menggunakan pondasi sumuran.
10

3.2 Pengujian Berat Volume Tanah Basah (Bulk Density Test )

3.2.1 Dasar Teori


Berat volume adalah kadar berat tanah basah yang dibandingkan dengan
volume dari cincin tempat pengujian. Berat isi dapat juga dinyatakan dalam berat
butiran padat kadar air dan volume total. Berat isi akan berubah apabila terjadi
perubahan angka pori atau kadar air dan masa tanah, maka berat isi juga dapat
didefinisikan sebagai suatu vektor yang harus mengikutsertakan angka pori dan
kadar air dalam deskripsinya. Berat volume tanah basah (γ) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
γ = W
V
Keterangan :

W = Berat tanah

V = Volume ring

3.2.2 Tujuan Pengujian


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat volume atau
perbandingan dalam keadaan kering udara dan berat volume dalam keadaan
kering oven dari suatu sampel.

Acuan/Refrensi
- ASTM D-2937
- (Jalil, Abdul. “Modul Praktikum Mekanika Tanah”, Laboratorium
Geoteknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh)

3.2.3 Peralatan
1. Ring berdiameter 6.4 cm
2. Straigedge atau pisau, alat yang terbuat dari baja dengan satu sisi yang
tajam untuk memotong ujung sampel pada permukaan silinder
3. Oven dengan suhu 110⁰C
4. Neraca dengan ketelitian 0.01 gram
11

(a) (b)
Gambar 3.2 Foto Pengujian Berat Volume Tanah Basah (a) Sampel tanah, (b)
Sampel tanah saat ditimbang
3.2.4 Benda Uji
1. tanah asli ( tidak terganggu)

3.2.5 Prosedur Kerja


1. Ring di timbang dalam keadaan bersih, kemudian ring diolesi oli agar
sampel tanah tidak lengket dengan ring
2. Ring diukur diameter dan tinggi
3. Tanah diambil dari dalam tabung, dengan menekan ring ke dalam
tabung sampai ring terisi penuh dengan sampel tanah
4. Kemudian tanah diratakan setinggi ring
5. Ring beserta isinya ditimbang dan dicatat beratnya.
6. Sampel tanah yang berada di dalam ring dikeluarkan dan dipakai untuk
pemeriksaan kadar air tanah untuk menghitung kadar airnya.

3.2.6 Analisa Data


Sampel 1

Berat tanah + ring (W2) = 237,9 gr

Berat ring (W1) = 76,8 gr

Berat tanah (W3 = W2 – W1) = 237,9 – 76,8 gr

= 161,1 gr
12

Diameter dalam ring (D) = 6,4 cm

Tinggi ring (t) = 1,9 cm

Volume ring = ¼ π.D².t

= 1/4 x π (6,4)².(1,9)

= 81,72 cm³

Berat volume tanah basah = W3 / Volume ring

= 161,1 gr / 81,72 cm³

= 79,38 gr/cm³

Berat volume rata-rata tanah basah = (jumlah berat volume tanah


basah sampel 1,2,3) / 3

= (1,97 + 1,91 + 1,98) / 3

= 1,94 gr/cm³

Berat volume tanah kering = (berat volume rata-rata tanah


basah x 100) / (100+ kadar air
tanah rata-rata )

= (1,94 x 100)/(100 + 0,33)

= 1,93 gr/cm³

Perhitungan sampel 2 dan sampel 3 sama dengan perhitungan sampel 1


yang di atas.

Data pada sampel 1, 2, dan 3 disajikan pada tabel 3.2


13

Tabel 3.2 Pengujian Berat Volume Tanah Basah

Nomor Sample Satuan I II III


Berat Tanah + Ring (W2) gram 237,9 233,2 234,7
Berat Ring (W1) gram 76,8 76,8 76,8
Berat Tanah (W3) gram 161,1 156,4 157,9
Diameter Dalam Ring cm 7,4 7,4 7,4
Tinggi Ring cm 1,9 1,9 1,9
Volume Ring = Volume Tanah cm³ 85,00 85 85
Berat Volume Tanah Basah gram/cm³ 1,90 1,84 1,86
Berat Volume Rata-rata Tanah Basah 1,86
Berat Volume Tanah Kering 1,86

3.2.7 Kesimpulan

Berdasarkan pengujian berat volume tanah basah, dapat disimpulkan


bahwa berat volume tanah basah untuk sampel 1 adalah 1,90 gr/cm³, sampel 2
adalah 1,84 gr/cm³, sampel 3 adalah 1,86 gr/cm³ dan rata-rata dari ketiga sampel
tersebut adalah 1,86 gr/cm³. Untuk berat volume tanah kering yaitu 1,86 gr/cm³
dengan kadar air rata-rata 0,33 %. Besaran berat volume tanah basah yang
berbeda disebabkan oleh adanya butiran kasar yang berbeda.
14

3.3 Pengujian Berat Jenis Tanah (Spesific Gravity)

3.3.1 Dasar Teori


Berat jenis tanah ialah perbandingan (rasio) antara massa (berat) kering
butiran tanah dengan massa (berat) air pada volume yang sama dengan volume
butiran tanah padat tersebut. Percobaan ini mencakup penentuan berat jenis tanah
yang menggunakan botol piknometer yang harus lolos pada saringan nomor 4.
Harga berat spesifik dari butiran tanah (bagian padat) sering dibutuhkan dalam
bermacam-macam keperluan perhitungan mekanika tanah, harga-harga tersebut
dapat ditentukan secara akurat dengan menggujinya di laboratorium, harga berat
jenis tanah berkisar antara 2,6 – 2,9.

Tabel 3.3.1 Berat Spesifik Mineral-mineral Penting


Macam Tanah Berat Jenis
Kerikil 2.65 - 2.68
Pasir 2.65 - 2.68
Lanau non organic 2.62 - 2.68
Lempung organic 2.58 - 2.65
Lempung non organic 2.68 - 2.75
Humus 1.37
Gambut 1.25 - 1.8

Berat jenis tanah dapat dihitung menggunakan rumus :

Wt
Gs =
W5 - W3

Keterangan :

Gs = Berat jenis tanah


W1 = Berat piknometer kosong (gr)
W2 = Berat piknometer + tanah kering (gr)
W3 = Berat piknometer + tanah kering + air (gr)
15

Wt = Berat tanah kering (W2 – W1) (gr)


W4 = Berat piknometer + air (gr)
Wk = (Berat piknometer + air) x Faktor koreksi (gr)
W5 = Berat total (Wt + Wk) (gr)

Tabel 3.3.2 Faktor Koreksi Terhadap Temperatur


Temperatur (°c) 18 19 20 21 22 23 24
Koreksi 1.0016 1.0014 1.0012 1.001 1.0007 1.0005 1.0003

Temperatur (°c) 25 26 27 28 29 30 31
Koreksi 1 0.9997 0.9995 0.9992 0.9989 0.9986 0.9983

3.3.2 Tujuan Pengujian


Percobaan ini bertujuan untuk menentukan besaran berat jenis pada suatu
tanah. Berat jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antar fase udara, air,
dan butiran dalam tanah karenanya diperlukan untuk perhitungan-perhitungan
parameter indeks tanah (indeks properties).

Acuan/Refrensi

- ASTM- 854- 02
- (Das, Braja M. dkk. 1995. “Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis)” Jilid I, Jakarta : Erlangga)

3.3.3 Peralatan
1. 2 buah piknometer
2. Oven
3. Thermometer
4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
5. Kompor (alat pemanas)
6. Saringan No. 40
7. Alat penumbuk dan pengaduk
8. Aquades dan Glicerin
9. 2 buah mini container
10. Desikator
16

(a) (b)

Gambar 3.3 Foto Pengujian Berat Jenis Tanah (a) Sampel tanah saat
dipanaskan di atas kompor, (b) Sampel tanah saat didinginkan di desikator

3.3.4 Prosedur Kerja


1. Ambil sampel tanah lalu ayak dengan saringan No. 40 sebanyak 25 gr
2. Bersihkan piknometer kemudian di timbang, catat berat piknometer
(W1)
3. Piknometer diisi dengan air suling (aquades), suhunya diukur,
kemudian piknometer ditimbang beserta tutupnya (W4).
4. Masukan sampel tanah kedalam piknometer kemudian beratnya
ditimbang, piknometer + sampel (W2)
5. Tambahkan air suling hingga 2/3 isi piknometer
6. Piknometer + sampel tanah + air dipanaskan hingga mendidih.
7. Piknometer didinginkan dengan desikator
8. Air aquades ditambahkan sampai penuh, kemudian ditutup, dan
ditimbang beratnya (W3)
9. Pengujian ini dilakukan sebanyak 2 kali
17

3.3.5 Analisa Data

Data sampel 1

Temperatur = 23 ⁰C

Berat piknometer + tanah (W2) = 74,00 gr

Berat piknometer (W1) = 50,00 gr

Berat tanah kering (Wt = W2 – W1) = 74,00 – 50,00 gr


= 24,00 gr

Berat piknometer + air (W4) = 156,000 gr

Faktor koreksi untuk 29 ⁰C = 1.0005

(W4 x Faktor koreksi) (Wk) = 156,000 gr x 0,9989


= 155,83 gr

Berat total (W5 = Wt + Wk) = 24,00 gr + 155,83 gr


= 179,89 gr

Berat piknometer + tanah + air (W3) = 171,00 gr

Volume tanah (W5 – W3) = 180,00 gr - 171,00 gr


= 9,00 gr

Berat jenis (Gs = Wt / (W5 – W3)) = 24,00 gr / 9,00 gr


= 267 gr/cm³

Perhitungan sampel 2 dan sampel 3 sama dengan perhitungan sampel 1


yang di atas.

Data sampel 1, 2, dan 3 disajikan pada tabel 3.3.1


18

Tabel 3.3.3 Pengujian Berat Jenis Tanah


No Picnometer 1 2 3
Suhu C 23 23
Berat Picnometer + Contoh (W2) gr 74,00 86,10
Berat Picnometer(W1) gr 50,00 61,10
Berat Contoh (Wt = W2 - W1) gr 24,00 25,00
Berat Picnometer + Air (W4) gr 156,00 160,32
Berat Total (W5 = Wt + W4) gr 180,00 185,32
Berat Picnometer + Air + Tanah (W3) gr 171,00 175,70
Volume Tanah (W5 - W3) cm³ 9,00 9,62
Berat Jenis (Gs = Wt / (W5 - W3)) gr/cm³ 2,67 2,60
Berat Jenis Rata-rata gr/cm³ 2,63

3.3.6 Kesimpulan
Dengan melakukan pengujian berat jenis tanah maka dapat disimpulkan
bahwa berat jenis tanah sampel 1 yaitu sebesar 2,67 gr/cm³, dan berat jenis tanah
sampel 2 yaitu sebesar 2,60 gr/cm³, sehingga di dapat berat jenis rata-rata tanah
yaitu sebesar 2,67 gram/cm³, maka tanah tersebut dapat di kategorikan ke dalam
“Lanau non organic”, karena nilai tersebut berada diantara 2.62 - 2.68 gr/cm³.
19

3.4 Pengujian Atterberg Limit

Seperti diketahui bahwa konsistensi (consistency) tanah lempung (clays)


berubah seiring dengan perubahan kadar airnya. Tanah lempung akan menjadi
lebih lunak bila kadar airnya meningkat dan sebaliknya akan mengeras bila kadar
airnya berkurang.
Pada volume butiran tanah (solid) yang konstan, bila kadar air di dalam
tanah lempung tersebut relatif besar, maka tanah lempung menjadi lumpur (slurry)
yang bersifat seperti cairan yang kental (viscous liquid), dan kodisi ini disebut fase
cair (liquid state). Sebaliknya bila kadar air di dalam tanah lempung dibiarkan
menguap sedikit demi sedikit, maka tanah lempung mulai mengeras dan
mempunyai kemampuan untuk menahan perubahan bentuk. Kondisi ini
dinamakan fase plastis (plastic state). Jika kadar air dibiarkan menguap lebih
lanjut, maka tanah lempung mengalami penyusutan (shrink), kaku (stiff), dan
mudah retak (brittle). Kondisi ini dinamakan fase setengah padat (semi solid).
Pada proses penurunan kadar air, tanah lempung jenuh akan mengalami
penyusutan yang besarnya sebanding dengan besarnya kehilangan volume air.
Apabila kehilangan kadar air di dalam tanah tidak lagi menyebabkan perubahan
volume total tanah (penyusutan), maka kondisi ini dinamakan fase padat (solid).
Batas antara fase-fase tersebut dinamakan batas-batas Atterberg.
Atterberg menetapkan batas-batas untuk keadaan “batas” sebagai
berikut :
1. Batas Cair (Liquid Limit) adalah batas antara keadaan cair dan keadaan
plastis.
2. Batas Plastis (Plastis Limit) adalah batas antara keadaan plastis dan semi
padat.
3. Shrinkage Limit adalah antara keadaan semi solid dan solid. Dalam
praktikum ini, pengujian ini tidak dilakukan.
20

3.4.1 Penggujian Batas Cair (Liquid Limit Test)

3.4.1.1 Dasar Teori


Batas cair (liquid limit) didefenisikan sebagai kadar air (water content)
yang terkandung di dalam tanah pada perbatasan antara fase cair dan fase plastis.
Nilai LL (liquid limit) diperoleh dari pengujian dengan menggunakan alat
casagrande.

Padat Semi padat Plastis Cair


Kadar air
bertambah

Batas susut Batas plastis Batas cair


(SL) (PL) (LL)

Gambar 3.4 Batas - batas Atterberg

3.4.1.2 Tujuan Pengujian


Pengujian batas cair ini bertujuan untuk menentukan besarnya kadar air
di dalam contoh tanah pada saat fase tanah akan berubah dari cair menjadi plastis
atau sebaliknya.

Acuan/Refrensi
- ASTM D- 4318
- (Das, Braja M. dkk. 1995. “Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis)” Jilid I, Jakarta : Erlangga)

3.4.1.3 Peralatan
1. Alat batas cair standar (casagrande)
2. Alat pembuat alur ( grooving tool)
3. Spatula
4. Neraca dengan ketelitian 0.001 gr
21

5. Mini container, minimal 4 buah


6. Sendok dempul
7. Plat kaca ukuran (45 x 45 x 9 cm)
8. Aquades
9. Air suling
10. Oven dengan suhu 110⁰C

(a) (b) (c)

Gambar 3.4.1 Foto Alat dan Pengujian Batas Cair (a) Alat casagrande, (b)
Grooving tool, (c) Sampel tanah saat di uji

3.4.1.4 Benda Uji


Benda uji dengan sampel tanah yang tidak mengandung batu dan hampir
semua butirannya lebih halus dari saringan No 40.

3.4.1.5 Prosedur Kerja


1. Mangkuk casagrande diatur tinggi jatuhnya, setinggi 10 mm.
2. Sampel seberat 100 gram telah dipersiapkan di atas plat kaca pengaduk
3. Dengan menggunakan spatula, benda uji diaduk dengan menambahkan
air suling sedikit demi sedikit sampai sampel tambah air menjadi
homogen.
4. Setelah sampel menjadi campuran yang homogen, benda uji diambil
dan diletakan didalam mangkuk alat batas cair, permukaannya
22

diratakan sedemikian rupa menggunakan spatula, sehingga sejajar


dengan tepi muka mangkuk, dengan bagian yang tebal 1 cm.
5. Alur dibuat tepat ditengah-tengah dan membagi dua benda uji dalam
mangkuk casagrande, dengan menggunakan alat pembuat alur
(grooving tool) dengan posisi tegak lurus permukaan mangkuk,
sehingga sampel tanah akan terbagi 2 yaitu kanan dan kiri.
6. Alat engkol diputar, sehingga mangkuk naik-jatuh dengan kecepatan 2
putaran per/detik pada ketinggian 10 mm.
7. Putaran terus dilakukan sampai dasar alur benda uji atau kedua sisi
benda uji bertemu sepanjang 1,27 cm, dan dihitung jumlah ketukan
yang berada diantara 10 – 50 kali.
8. Ketika sisi kanan dan sisi kiri benda uji sudah bertemu , maka Diambil
sebagian benda uji dibagian tengah mangkuk untuk pemeriksaan kadar
air.
9. Cara kerja (2) sampai (8) diulangi dengan keadaan adonan benda uji
yang berbeda sehingga diperoleh 4 macam sampel dengan jumlah
ketukan yang berbeda yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan, dan 2 buah
diatas 25 ketukan.

3.4.1.6 Analisa Data


Hasil-hasil yang diperoleh berdasarkan jumlah pukulan dan kadar air
yang bersangkutan, kemudian digambar dalam bentuk grafik. Jumlah pukulan
sebagai skala datar dengan skala logaritma, sedangkan sumbu tegaknya adalah
kadar air dengan skala biasa. Besar kadar air pada jumlah 25 ketukan dan kadar
air tersebutlah yang merupakan batas cair (liquid limit) dari sampel tanah.

Data pengujian Sampel 1


N (ketukan) = 14

Berat container + tanah basah (W2) = 46,000 gr

Berat container + tanah kering (W1) = 36,000 gr


23

Berat air = (W2) - (W1) = 46,000 - 36,000 gr


= 10,000 gr

Berat container = 9,000 gr

Berat tanah kering = (W1) – Berat container


= 36,000 - 9,000 gr
= 27 gr

Kadar air = (Berat air / berat tanah kering) x


100 %
= (5,5 gr / 10 gr) x 100 %
= 37,037 %

Sehingga diperoleh kadar air rata-rata dari sampel 1,2,3, dan 4 yaitu :
(37,037 %+ 34,783% + 37,037% + 31,25 % ) / 4 = 35,027 %

Perhitungan ketukan selanjutnya yaitu 24, 30 dan 43 sama dengan


perhitungan pada ketukan ke 15 yang diatas.

Data pengujian ketukan ke 14, 24, 30, dan 43 disajikan pada tabel 3.4

Tabel 3.4.1 Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)


LIQUID LIMIT
No.Of Blows 14 24 30 43
Container No 1 2 3 4
Wt.Container + Wet Soil gr 46,000 41,000 46,000 52,000
Wt.Container + Dry Soil gr 36,000 33,000 36,000 42,000
Wt.Water gr 10,000 8,000 10,000 10,000
Wt.Container gr 9,000 10,000 9,000 10,000
Wt.Dry Soil ( Ws ) gr 27,00 23,00 27,00 32,00
Water Content ( w ) % 37,037 34,783 37,037 31,250
24

40

35
kadar air (%)

30

25

20
1 10 100
Jumlah ketukan (n)

Gambar 3.4.2 Grafik Hubungan antara Jumlah Ketukan (N) dengan


Kadar Air (%)

3.4.1.7 Kesimpulan
Dari pengujian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk sampel 1
ketukan ke 14 dengan kadar air 37,037 %, sampel 2 dengan ketukan ke 24 sebesar
34,783 %, sampel 3 dengan ketukan 30 sebesar 37,037%, sampel 4 ketukan ke
43 sebesar 31,250%. Sehingga nilai rata-rata kadar air yaitu 52,34 %.
Dan pada ketukan ke 24 didapat nilai kadar air yaitu 34,783 % dari
perhitungan di bawah ini :
x = 24, substitusikan nilai x ke persamaan y
y = -0,282 x + 60,09
= -0.282 (24) + 60,09
= -6,768 + 60,09
= 53,322 %
25

3.4.2. Pengujian Batas Plastis (Plastic Limit)

3.4.2.1 Dasar Teori


Batas plastis ( ASTM D-4318, 1998) didefinisikan sebagai kadar air di
dalam tanah pada fase antara plastis dan semi padat. Ketika tanah digulung seperti
lidih diatas plat kaca sampai dengan diameter 1/8 inchi (3,175 mm) menjadi retak-
retak. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan tanah.
Berdasarkan kadar airnya, tanah dapat digolongkan kedalam 4 keadaaan, yakni
padat, semi padat, plastis, dan cair. Kadar air tanah pada batas-batas antara
keempat keadaan ini dinamakan batas-batas atterberg. Penentuan batas atterberg
dilakukan dengan secara rutin dan sangat penting untuk sebagian besar
penyelidikan tanah berbutir halus.
Sifat-sifat tanah lempung dan lanau secara langsung tidak ada
hubungannya dengan ukuran butirannya, karna sifat lempung dan lanau lebih
tergantung kepada komposisi zat mineralnya dari pada ukuran butirannya.
Indeks plastisitas (Plastisitas indeks (PI)) adalah perbedaan antara batas
cair dan batas plastis suatu tanah.

PI = LL – PL
Keterangan :
LL = Nilai kadar air rata-rata batas cair

PL = Nilai kadar air rata-rata batas plastis

3.4.2.2 Tujuan Pengujian


Untuk mengetahui batas plastis suatu contoh tanah, yaitu nilai kadar air
terendah dari suatu contoh tanah dimana tanah tersebut masih dalam keadaan
plastis.

Acuan/Refrensi
- ASTM D- 4318
- (Das, Braja M. dkk. 1995. “Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis)” Jilid I, Jakarta : Erlangga)
26

- Craig, RF. Mekanika Tanah. BAB 1 Klasifikasi Dasar Tanah Plastisitas


Tanah Berbutir Halus

3.4.2.3 Peralatan
1. Plat kaca ukuran 45 x 45 x 0,9 cm
2. Sendok dempul panjang 12,5 cm
3. Batang pembanding dengan diameter 3 mm panjang 10 cm
4. Neraca dengan ketelitian 0,001 gr
5. Aquades
6. Mini container 2 buah, untuk menentukan kadar air
7. Mangkuk porselin
8. Air suling
9. Oven dengan pengatur suhu sampai 110⁰C
10. Desikator
11. Spatula

(a) (b)
Gambar 3.4.3 Foto Pengujian Batas Plastis (a) Pengadukan sampel tanah yang
diberi air, (b) Sampel tanah setelah digulung
27

3.4.2.4 Benda Uji


Benda uji yang sudah diayak dengan saringan nomor 40 dipersiapkan
sebanyak 120 gram

3.4.2.5 Prosedur Kerja


1. Benda uji diletakan diatas plat kaca, kemudian diaduk sehingga kadar
airnya merata (homogen)
2. Setelah kadar airnya cukup merata, dibuat bola-bola tanah dari benda
uji, kemudin bola-bola tanah itu digulung-gulungkan diatas plat kaca.
3. Penggulungan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang
dengan diameter 3 mm.
 Jika pada waktu penggulungan benda uji sudah mencapai
diameter 3 mm, namun belum retak maka benda uji disatukan
kembali dan diaduk sampai rata
 Jika penggulungan bola-bola itu sudah mencapai diameter lebih
kecil dari 3 mm tanpa menunjukan retakkan-retakan, maka benda
uji harus dibiarkan beberapa saat diudara, agar kadar airnya
berkurang sedikit.
4. Pengadukan dan penggelengan diulangi terus sampai retakan-retakan
terjadi dengan diameter 3 mm.
5. Kemudian dimasukan ke dalam mini container sebanyak 2 buah, dan
ditimbang beratnya.
6. Setelah 24 jam di oven, mini container di keluarkan dari oven dan
dimasukan ke dalam desikator sampai dingin, kemudian ditimbang
beratnya untuk menentukan kadar airnya.
7. Pengujian ini dilakukan sebanyak 2 sampel.
8. Kadar air tanah diperiksa dilakukan ganda benda uji untuk perbedaan
kadar air 5% (maksimum).
28

3.4.2.6 Analisa Data


Data pengujian sampel 5
Berat container + tanah basah (W2) = 22 gr

Berat container + tanah kering (W1) = 20 gr

Berat air (W2 – W1) = 22– 20 gr


= 2,0 gr

Berat container = 9 gr

Berat tanah kering = (W1) – (Berat Container)


= 20 – 9 gr
= 11,0 gr

Kadar air = (Berat air / Berat tanah kering) x


100 %
= (2,0 gr / 11,0 gr ) x 100 %
= 18,182 %

Sehingga kadar air rata-rata yaitu = (18,182 % +18,182 %) / 2


= 18,1%
PI = LL – PL
= 37,037 – 18,1
= 18,937 %

Perhitungan sampel ke 2 sama dengan perhitungan sampel 1 yang diatas


Data sampel 5 dan 6 disajikan pada Tabel 3.4.1
29

Tabel 3.4.1 Pengujian Batas Plastis (Plastic Limit)


Plastic Limit
Container No 5 6
Wt. Container + Wet Soil gr 22,000 24,000
Wt. Container + Dry Soil gr 20,000 22,000
Wt. Water gr 2,000 2,000
Wt. Container gr 9,000 11,000
Wt. Dry Soil (Ws) gr 11,00 11,00
Water Content (w) % 18,182 18,182
Average of Water Content % 18,182

Tabel 3.4.2 Data Pengujian Plastik Limit


RESULT SUMMARY LIQUIT LIMIT % 34,500
PLASTIC LIMIT % 18,182
PLASTISITAS INDEX % 16,318

CH

CL

CL - ML MH & OH

M ML & OL

Gambar 3.4.4 Grafik Hubungan antara Indeks Plastisitas dan Batas Cair (%)

3.4.2.7 Kesimpulan
Dengan melakukan pengujian ini maka dapat disimpulkan bahwa kadar
air untuk sampel 1 yaitu 37,037 % dan sampel 5 yaitu 18,1 %. Maka kadar air
rata-rata yaitu 18,182 %. Indeks plastisitas (plasticity Index (PI)) sebesar 16,318
30

yang didapatkan dengan mengurangkan nilai liquid limit dengan plastis limit.
Berdasarkan Sistem Klasifikasi Tanah menurut USCS termasuk pada tanah CH
yaitu lempung anorganik dengan plastsitas tinggi, lempung ”gemuk” (fat clays).
31

3.5 Pengujian Analisa Saringan (Sieve Analisis)

3.5.1 Dasar Teori


Analisa saringan adalah mengayak dan menggetarkan sampel tanah
melalui sat user ayakan dimana lubang-lubang ayakan tersebut disusun mulai dari
lubang ayakan terbesar hingga ayakan yang berlubang kecil, dengan demikian
butiran tanah terpisah menjadi beberapa bagian dengan batas-batas ukuran yang
diketahui.
Besarnya butiran tanah tersebut di-plotkan dalam grafik semi log yang
disebut grafik lengkung pembagian butiran. Tanah bergradasi baik mempunyai Cu
lebih besar dari 4 untuk kerikil dan 6 untuk pasir, dan Cc antara 1-3 untuk kerikil
dan pasir. Koefisien yang digunakan untuk menggambarkan bentuk lengkungan
pembagian butir adalah sebagai berikut :
- Ukuran relative (effective size) = D10
- Koefisien keseragaman (uniformity coefisient) Cu = D60 / D10
- Koefisien lengkungan/gradasi (coefisient of curvature) = D30²/D10 x D60
Dimana D10, D30, D60 adalah ukuran butiran yang selaras dengan 10%,
30%, 60% lolos saringan ditentukan dari kurva.
Untuk standar ayakan Amerika Serikat nomor dan ukuran lubang
disajikan pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Standard Ukuran-ukuran Ayakan Amerika Serikat


Ayakan No Lubang (mm)
4 4.750
6 3.350
8 2.360
10 2.000
16 1.180
20 0.850
30 0.600
40 0.425
50 0.300
60 0.250
32

80 0.180
100 0.150
140 0.106
170 0.088
200 0.075
270 0.053

Tanah yang ukuran butirnya dibagi rata antara yang besar sampai yang
kecil dikatakan bergradasi baik (well graded). Apabila terdapat kekurangan atau
kelebihan dalah satu ukuran butir tertentu maka tanah itu dikatakan bergradasi
buruk (poor graded). Apabila besar butirannya semua hampir sama maka
dikatakan bergradaasi seragam (uniformly graded).

Tabel 3.5.1 Batas-batasan Ukuran Golongan Tanah


Nama golongan Kerikil Pasir Lanau Lempung
MIT >2 2 – 0,06 0,06 – 0,002 <0,002
USDA >2 2 – 005 0,05 – 0,002 <0,002
AASHTO 76,2 - 2 2 - 0,0075 0,075 – 0,002 <0,002
USCS 76,2 – 4,75 4,75 – 0,075 <0,0075

3.5.2 Tujuan Pengujian


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui persentasi butiran tanah dan
susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang tertahan di ataas
saringan No.200 (0.0075 mm).

Acuan/Refrensi
- ASTM – D422-63 (Metoda Standar Pengujian Analisa Ukuran Partikel)
- (Das, Braja M. dkk. 1995. “Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis)” Jilid I, Jakarta : Erlangga)
33

3.5.3 Peralatan

1. Tujuh buah saringan tipe ASTM, masing-masing No.4, 10, 16, 30, 50,
100, 200, dan pan
2. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram
3. Oven dengan suhu 110⁰C
4. Alat pemisah contoh
5. Mesin pengguncang saringan (Shaker Sieve)
6. Kuas
7. Sikat baja

(a) (b)

Gambar 3.5 Foto Alat Pengujian Analisa Saringan (a) Shieve shaker, (b) Sampel
tanah setelah diayak
34

3.5.4 Prosedur Kerja

1. Saringan dibersihkan dan ditimbang berat kosongnya satu persatu


kemudian dicatat.
2. Ambil sampel tanah lalu rendam dengan air selama 24 jam.
3. Kemudian sampel tanah yang di rendam air tadi dicuci hingga bersih
menggunakan saringan No.200.
4. Lalu sampel tanah dikeringkan di dalam oven selama 24 jam dengan
suhu 110⁰C sampai berat tetap.
5. Kemudian Tanah didinginkan di dalam desikator.
6. Setelah dingin, tanah dimasukan ke dalam saringan paling atas yang
telah disusun beserta tutupnya.
7. Mesin penggetar dihidupkan selama 15 menit
8. Timbanglah masing-masing saringan kemudian dicatat.
35

3.5.5 Analisa Data


Data pengujian sampel seberat = 500 gr
Cara perhitungan
Berat
No Berat
saringan Berat tertahan Jumlah Berat Tertahan
saringan saringan
+ tanah

(gr) % (gr) Tertahan Lolos


{1} {2} {3} {4} {5} {6} {7} {8}
({4}/500)
{3) - {2} {6}+{4) {7} + {5} {100 – {7}}
x 100%
4 417,0 418,0 1,0 0,200 0,000 0,200 100 – 99,800 = 0,2
10 372,2 380,0 7,8 1,560 0,000 + 1,0 = 1,0 0,200 + 1,560 = 1,76 100 – 1,560 = 98,44
16 389,4 400,0 10,6 2,210 1,0 + 7,8 = 88,8 1,76 + 2,210 = 3,97 100 – 2,210 = 97,79
30 379,2 413,0 33,8 6,760 88,8 + 33,8 = 122,6 3,97 + 6,760 = 10,73 100 – 6,760 = 93,24
50 373,3 391,0 17,7 3,540 122,6 + 17,7 = 140,3 10,73 + 3,540 = 14,3 100 – 3,540 = 96,46
100 365,4 411,5 46,1 9,220 140,3 + 46,1 = 186,4 14,3 + 9,220 = 23,52 100 – 9,220 = 91,20
200 363,0 389,0 26,0 5,200 186,4 + 26,0 = 212,4 23,52 + 5,200 = 28,72 100 – 28,72= 71,28
Pan 330,0 346,0 357,0 71,400 212,4 + 357,0 = 569,4 28,72 + 71,400= 101,1 100 - 71,400 = 28,6

Jumlah
500,00 100.00
36

Tabel 3.5.2 Pengujian Analisa Saringan


Ayakan Ukuran berat Berat tertahan
berat Jumlah Berat Tertahan
saringan
No saringan
( mm ) + tanah ( Gram ) % ( Gram ) Tertahan Lolos ( % )
4 4,750 417,0 418,0 1,0 0,200 0,000 0,200 99,800
10 2,000 372,2 380,0 7,8 1,560 8,800 1,760 98,240
16 1,180 389,4 400,0 10,6 2,120 19,400 3,880 96,120

30 0,600 379,2 413,0 33,8 6,760 53,200 10,640 89,360


50 0,300 373,3 391,0 17,7 3,540 70,900 14,180 85,820
100 0,150 365,4 411,5 46,1 9,220 117,000 23,400 76,600

200 0,08 363,0 389,0 26,0 5,200 143,000 28,600 71,400


pan PAN 330,0 346,0 357,0 71,400 500,000 100,000 0,000
jumlah 500,000 100,000

100
90
80
Persentase Lolos (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
0.075 0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8
Ukuran Ayakan (mm)

Gambar 3.5.1 Grafik Hubungan antara Persentase Lolos (%) dengan


Ukuran Ayakan (mm)

3.5.6 Kesimpulan
Dari pengujian analisa saringan ini dapat disimpulkan bahwa sampel
tanah tersebut mempunyai gradasi yang baik, karena persentase tanah yang lolos
saringan No. 200 yaitu sebesar (71,400%) > 50 %. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa banyaknya sampel tanah yang lolos pada saringan No. 200, yaitu benda uji
37

banyak mengandung abu dan debu tanah. Dan butiran tanah pada sampel di atas
yang tertahan pada ayakan No. 200 yaitu sebesar 28,600% yaitu termasuk tanah
pasir halus, sedangkan yang lolos pada ayakan No. 200 yaitu sebesar 71,400%
adalah tanah berbutir halus lanau atau lempung.

3.6 Pengujian Analisa Hidrometer (Hydrometer Analysis)

3.6.1 Dasat Teori


Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan)
butir-butir tanah dalam air. Tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah
akan mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung bentuk, ukuran
dan beratnya. Dapat dianggap bahwa semua partikel tanah berbentuk bola (bulat)
dan kecepatan mengendap dari partikel-partikel tersebut dapat dinyatakan dalam
hokum stoke, yaitu:

s w
V=  D2
18 …………………………………………………..……(1)
Keterangan :
V = kecepatan mengendap
γs = berat volume partikel tanah
γw = berat volume aiar
η = kekentalan air
D = diameter partikel tanah

Sehingga persamaan (1)

18v 18 L
D=  
 w s w t
……………………………...…………(2)
38

Keterangan:
jarak L
V= 
waktu t
 s  Gs   w
Atau dalam satuan SI =
30 L

(Gs  1) w t
D=
Dengan menganggap bahwa γw kira-kira 1 gram/cm³, didapat:
L(cm)
K
D= t (men) …………………………………………………….….(3)

Keterangan :
30
K = (Gs  1) ……………………...………………………………….(4)

Harga K merupakan fungsi dari Gs dan η, yang tergantung pada

temperatur uji. Dengan mengetahui jumlah tanah dalam larutan, L dan t, kita dapat

menghitung persentase berat dari tanah yang lebih halus dari diameter yang

ditentukan, dimana L adalah kedalaman yang diukur dari permukaan air terhadap

pusat berat bola kaca dari alat hydrometer dimana kekentalan larutan diukur.

Analisis hidrometer sangat efektif dugunakan untuk memisahkan fraksi tanah

halus sampai dengan ukuran kira-kira 0.5 m.

Tabel 3.6 Faktor Koreksi a Untuk Berat Jenis (Gs) yang Berbeda
Unit Weight of Correction
Soil Solid, Gs Factor, a
2.85 0.96
2.80 0.97
2.75 0.98
2.70 0.99
2.65 1.00
2.60 1.01
2.55 1.02
2.50 1.04
39

Tabel 3.6.1 Penentuan Harga K untuk Suhu (T) dan Berat Jenis (Gs) yang Berbeda

Tabel 3.6.2 Penentuan Harga Zr untuk R yang Berbeda


40

3.6.2 Tujuan Pengujian

Pengujian ini dilakukan untuk butir-butir tanah halus, lebih halus dari

0.074 mm (lolos saringan No. 200), tetapi lebih kasar dari 0,0002 mm. Untuk

butir-butir yang lebih halus dari 0,0002 mm akan berbentuk koloidal. Percobaan

ini dilakukan untuk menentukan distribusi butiran tanah yang lolos saringan

No.200 dengan cara pengendapan atau dangan kata lain menentukan pembagian

ukuran butir (gradasi) dari tanah yang lewat saringan No. 200.

Acuan/Refrensi
- ASTM D-422- 63 (98)
- (Das, Braja M. dkk. 1995. “Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis)” Jilid I, Jakarta : Erlangga)

3.6.3 Peralatan

1. Satu buah hidrometer tipe ASTM- 152 H

2. Dua buah tabung gelas ukur dengan volume 1000 ml

3. Stopwatch

4. Mixer dan mangkoknya

5. Air aquades

6. Natrium Sulfat

7. Spatula dan cawan

8. Neraca dengan ketelitian 0.01 gram

9. Termometer
41

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 3.6 Foto Alat dan Pengujian Hidrometer (a) Pengujian hidrometer, (b)
Pembacaan hidrometer, (c) Hidrometer, (d) Gelas ukur yang diisi sampel,
(e) Natrium sulfat, (f) Sampel tanah saat di blender
3.6.4 Prosedur Kerja

1. Tanah asli diambil dari tabung sebanyak 50 gram. Kemudian di oven

selama 24 jam sampai berat tetap.

2. Kemudian tanah tersebut dihaluskan dalam cawan hingga halus namun

tidak merusak struktur bagian butiran.

3. Sampel tanah disaring dengan saringan No.200

4. Tanah sebanyak 50 gram, kemudian ditambahkan aquades ke dalam

contoh tanah secukupnya dan direndam selama 24 jam.


42

5. Sampel tanah tersebut dimasukan kedalam cawan, ditambahkan air

aquades dan ditambahkan larutan natrium sulfat sebanyak 10 gram.

Kemudian diaduk dengan menggunakan mixer selama 15 menit.

6. Selama menunggu larutan di mixer, aquades dimasukan ke dalam

gelas ukur sebanyak 1000 ml

7. Hidrometer dimasukan kedalam tabung gelas kemudian dilakukan

pembacaan pada ujung permukaan air yang menempel pada

permukaan hydrometer. Pembacaan ini disebut dengan zero

correction, dengan ketentuan bila diatas angka 0 bernilai negative dan

dibawah angka 0 bernilai positif.

8. Ketika sudah siap dimixer, larutan dimasukan ke dalam satu tabung

gelas ukur dan ditambahkan air hingga volume gelas ukur 1000 ml.

Gelas ukur yang satunya lagi diisi dengan air untuk tempat

hidrometer.

9. Tabung yang berisi larutan tanah dikocok dengan cara ditutup

menggunakan telapak tangan dan dibolak balikan selama 30 detik

sampai larutan menjadi homogen. Kemudian hidrometer di masukan

pada menit ke 1/4, 1/2, 1, 2, 5, 15, sampai 24 jam.

10. Temperatur juga diukur setelah pembacaan

11. Pada saat pengukuran hidrometer di dalam gelas ukur, tidak

diperkenankan dari 10 detik pada setiap pembacaan

12. Termometer diangkat lalu dimasukan kedalam gelar ukur yang berisi

air aquades, kemudian dicatat angka termometer

13. Termometer dimasukan ke dalam larutan suspensi gelas ukur

kemudian temperaturnya dicatat.


43

14. Pembacaan telah selesai dilakukan, larutan dituang dalam dish yang

telah ditimbang beratnya, kemudian dimasukan kedalam oven selama

24 jam pada temperature 110⁰C untuk mendapatkan berat keringnya.

3.6.5 Analisa Data

Data pengujian waktu ke 0,25 menit (15 detik)

waktu = 0,25
R = 1,03
Rw = 1,01
Suhu = 23 °C
R-Rw = 1,03 – 1,01
= 0,03
Gs = 2,59

Dari Tabel 3.6 maka nilai faktor koreksi (A) untuk Gs = 2,59 yaitu 1,01

N% = (R-Rw) x A
X 100%
W
= 0,03 x 1,01
X 100%
50
= 0,061 %

zr (cm) = Dari Tabel 3.6.2 Harga Zr untuk R = 56 yaitu 7,1

Zr (t) = √zr/t
= √7,1/0,25
= 5,33

Dari Tabel 3.6.1 nilai K untuk Gs = 2,59 dan T = 23 ⁰C yaitu 0,01337

D = K x Zr(t)
= 0,01337 x 5,33
= 0,071 cm

N’ = N (%) x (Berat tertahan pada Pan / jumlah)


= 0,061 x (357/500)
= 0,04 %
44

Pada Grain Size Curve selanjutnya ditentukan persentase distribusi

butiran terhadap sampel tanah tersebut berdasarkan unified soil classification

system (USCS) dan AASHTO. Dari harga-harga D10, D30, dan D60 dapat diperoleh

koefisien keseragaman (Cu) serta koefisien gradasi (Cc).

Tabel 3.6.3 Analisa Hidrometer


WAKTU R= Rw = SUHU R - Rw N Zr Zr D N'
V--------
1000(r- 1000(r-
(menit) 1) 1) C (%) ( Cm ) t ( mm ) (%)

0,25 1,03 1,01 23,00 0,03 0,06 84 18,33 0,1974 0,04

0,5 1,03 1,01 23,00 0,03 0,06 84 12,96 0,1396 0,04

1 1,03 1,01 23,00 0,02 0,05 84 9,17 0,0987 0,04


84
2 1,03 1,01 23,00 0,02 0,05 6,48 0,0698 0,03

3 1,25 1,01 23,00 0,24 0,53 9,7 1,80 0,0194 0,38

5 1,02 1,01 23,00 0,01 0,02 11 1,48 0,0160 0,01

15 1,01 1,01 23,00 0,00 0,01 13,7 0,96 0,0103 0,01

30 1,01 1,01 23,00 0,00 0,01 13,7 0,68 0,0073 0,01

45 1,25 1,01 23,00 0,24 0,53 9,7 0,46 0,0050 0,00

60 1,01 1,01 23,00 0,00 0,01 13,7 0,48 0,0051 0,01

120 1,25 1,01 23,00 0,24 0,53 9,7 0,28 0,0031 0,00

240 1,01 1,01 23,00 0,00 0,01 13,7 0,24 0,0026 0,01

1440 1,01 1,01 23,00 0,00 0,01 13,70 0,10 0,00105 0,01
45

Gambar 3.6.1 Grafik Hubungan antara Analisa Saringan dengan


Analisa Hidrometer

3.6.6 Kesimpulan

Dari grafik di atas didapat yaitu :

Nilai D10 = 0,018, D30 = 0,014, D60 = 0,085

Cu = D60 / D10

= 0,085/ 0,018

= 4,7222

Cc = (D30)²
D60 x D10
= (0,014)²
(0,085) x (0,018)
= 0,1281

Dari perhitungan di atas didapat nilai (Cu = 4,7222) dan nilai (Cc =

0,1281). Menurut kriteria koefisien keseragaman (Cu) tanah ini bergradasi buruk
46

karena nilai (Cu = 4,80 < 6) sedangkan menurut koefisien gradasi (Cc) tanah ini

bergradasi baik karena mempunyai nilai (Cc = 1,20 > 1).

3.7 Pengujian Pemadatan (Standard Proctor)

3.7.1 Dasar Teori

Percobaan proctor adalah suatu metode untuk mencari kadar air optimum

untuk pemadatan suatu tanah. Suatu cetakan berbentuk silinder dengan isi 0.001

m³ diisi dengan suatu contoh tanah dalam tiga lapis, masing-masing lapis

dipadatkan dengan 25 pukulan dengan pemukul standar, berat 2.5 kg, tinggi jatuh

45.7 cm untuk setiap pukulan.

Pada saat kadar air (w) bernilai 0 (nol), berat volume basah dari tanah (γ)

adalah sama dengan berta volume keringnya (γd).

Berat volume kering maksimum pada suatu kadar air tertentu dengan

kondisi zero air voids (pori-pori tanah tidak mengandung udara sama sekali) dapat

dinyatakan sebagai berikut:


GS
γzav =
(1  (Gs.w) / 100

Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, dan struktur teknik

lainnya, tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan untuk meningkatkan

berat volumenya.

Pemadatan tersebut berfungsi untuk meninggkatkan kekuatan tanah,

sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi diatasnya.

Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak

diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankment).

Penggilas besi berpermukaan halus (Smooth whell rollers), dan penggilas getar

(vibratory rollers) adalah alat - alat yang umum digunakan di lapangan untuk

pemadatan. Mesin getar dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk


47

memadatkan tanah berbutir (granular soils) sampai kedalaman yang cukup besar

dari permukaan tanah. Cara pemadatan tanah dengan sistem ini disebut

vibroflotation (pemampatan getar apung).

Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang

dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air

tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumas) pada partikel-partikel

tanah. Karena adanya air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah

bergerak dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih

rapat/padat. Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah

akan naik bila kaar air dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat.

Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha

pemadatan yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan

volume juga meningkat secara bertahap pula.

Setelah mencapai kadar air tertentu, w = w2, adanya penambahan kadar

air justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini

disebabkan karena air tersebut kemudian menempati ruang pori dalam tanah yang

sebetulnya dapat diempati oleh partikel-partikel padat dari tanah.

3.7.2 Tujuan Pengujian

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan

kepadatan tanah. Sehingga bisa diketahui kepadatan tanah maksimum dan kadar

air optimum.

Acuan/Refrensi
- ASTM D-698
- (Das, Braja M. dkk. 1995. “Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis)” Jilid I, Jakarta : Erlangga)
48

3.7.3 Peralatan
1. Mold pemadatan Φ4”

2. Mold pemadatan Φ6”

3. Palu pemadatan sandart

4. Extruder mold

5. Pisau pemotong

6. Palu karet

7. Kantong plastik

8. Kertas

9. Pan

10. Gelas ukur 1000 ml

11. 5 buah mini container

(a) (b) (c)


Gambar 3.7 Foto Alat dan Pengujian Standart Proctor (a) Bantalan dan
mold, (b) Palu pemadatan, (c) Pengujian standar proctor

3.7.3 Persiapan Benda Uji


1. Sampel tanah disiapkan yang sudah dijemur lalu dihancurkan dengan

palu karet agar gumpalan-gumpalan tanah hancur.

2. Kadar air mula-mula ditentukan dengan menggunakan alat speedy.


49

3. 5 buah sampel tanah dipisahkan , masing-masing 2,5 kg untuk mold

Φ4” dan mold Φ6” kemudian dimasukan kedalam kantung plastic.

4. Salah satu sampel diambil, kemudian dibuat kadar air optimum

perkiraan dengan cara sebagai berikut :

- Disemprotkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk dengan

tangan sampai merata. Penambhan air dilakukan sampai mendapat

campuran tanah bila digumpalkan dengan tangan lalu dibuka,

tidak hancur dan tidak lengket ditangan. Setelah didapat campuran

tanah seperti ini, dicatat jumlah air yang ditambah , kemudian

dihitung kadar airnya dengan perhitungan sebagai berikut :

100 + B
D=C + B
100 + A

5. Data diisi pada kolom 3 formulir pengisian data percobaan

caompaction kemudian diisi kolom-kolom samping kanan dan kiri

untuk kadar air 3% dan 6% diatas dan dibawah kadar air optimum

perkiraan.

6. Penambabah air yang diperlukan dihitung untuk membuat sampel

tanah dengan air yang sudah ditentukan dengan rumus:

D1– B
C1 = + A
100 + B

Keterangan :

D = Kadar air yang dicari (%)

C = Penambahan air (cc)

B = Kadar air mula-mula (%)


50

A = Berat Tanah (gr)

Lakukan penambahan air sesuai dengan perhitungan lalu disimpan

sampel tanah tersebut selama 24 jam agar didaptakan kadar air benar-benar

merata.

3.7.4 Prosedur Kerja


1. Siapkan 5 buah mini container kosong dan bersih, timbang dan catat

beratnya masing-masing.

2. Timbang berat tabung Proctor (mold), tanpa alas dan collar.


3. Siapkan contoh tanah yang akan di tentukan kepadatannya sebanyak

2,5 kg yang sudah dikeringkan di dalam oven selama 24 jam.

4. Keluarkan contoh tanah dari oven, biarkan hingga dingin.


5. Sampel tanah yang sudah dingin kemudian dimasukkan ke dalam

mold, tumbuk dengan palu pemadatan standart 5.5 lb sebanyak 25 x

tumbukan, dan ditumbuk secara merata sehingga memadat.

LapisanPertama LapisanKedua LapisanKetiga

6. Setelah tanah padat, lepas collar dengan hati-hati agar tanah dalam

collar tidak terpotong.

7. Ratakan tanah di permukaan tabung sedatar mungkin, lepas bagian

alas tabung, dan timbang (mold dan tanah).

8. Sampel yang sudah dipadatkan dikeluarkan dari dalam mold dengan

menggunakan extruder mold, lalu ambil contoh tanah di bagian atas,


51

tengah, dan bawah tabung, masukkan ke dalam mini container yang

sudah ditimbang beratnya, untuk menentukan kadar airnya.

9. Timbang mini container dan contoh tanah, masukkan ke dalam oven

pada suhu 110° C selama 24 jam.

10. Ulangi langkah 1 sampai 9 untuk sampel 2, 3, 4, dan 5.


3.7.5 Analisa Data

Data pengujian berat isi sampel 1

Berat tanah basah + cetakan (W2) = 3289 gr

Berat cetakan (W1) = 1731 gr

Berat tanah basah (W2 – W1) = 3289 – 1731 gr = 1558 gr

Isi cetakan = ¼ x π x D² x t

= ¼ x (10M130) x (10)² x (11,68)

= 941,351 cm³

Berat isi basah = Berat tanah basah / isi cetakan

= 1558 gr / 941,351 cm³

= 1,66 gr/cm³

Berat isi kering = (Berat isi basah x 100) / (Kadar

air +100)

= (1,66 x 100) / (11,65 + 100)

= 1,48 gr/cm³

ZAV = Berat jenis / (1+ ( kadar air /100)

x berat jenis)

= 2,63 /(1 + (11,65 / 100) x 2,63)

= 2.01
52

Data sampel I pengujian kadar air

Berat tanah basah + container (W2) = 66,5 gr

Berat tanah kering + container (W1) = 60,5 gr

Berat container (W3) = 9 gr

Berat air (W2 – W1) = 66,5 gr – 60,5 gr


= 51,50 gr

Berat tanah kering (W1 – W3) = 60,5 gr - 9 gr

= 51,5 gr

Kadar air = (Berat air / berat tanah kering)

x 100 %

= (6 / 51,50) x 100 %

= 11,65 %

Pada sampel 2, 3, 4, dan 5, perhitungan sama dengan perhitungan berat

isi dan kadar air pada sampel 1.

Tabel 3.7 Pengujian Berat isi Kering Standart Proctor


Berat Isi 1 2 3 4 5
Berat tanah basah + Cetakan ( gr ) 3289 3270 3483 3375 3370
Berat Cetakan ( gr ) 1731 1731 1731 1731 1731
Berat tanah basah ( gr ) 1558 1539 1752 1644 1639
3
Isi cetakan ( Cm ) 941,351 941,351 941,351 941,351 941,351
( gr /
Berat isi basah Cm3 ) 1,66 1,63 1,86 1,75 1,74
( gr /
Berat isi kering Cm3 ) 1,48 1,44 1,63 1,48 1,45
( gr /
ZAV Cm3 ) 1,81 1,76 1,72 1,62 1,57
53

Tabel 3.7.1 Pengujian Kadar Air Standart Proctor


Kadar Air
Berat tanah basah + Cawan ( gr ) 66,500 79,800 70,900 82,850 85,200
Berat tanah kering + Cawan ( gr ) 60,500 71,500 63,100 71,600 72,400
Berat cawan ( gr ) 9,000 9,800 9,400 9,700 9,200
Berat air ( gr ) 6,00 8,30 7,80 11,25 12,80
Berat tanah
kering ( gr ) 51,50 61,70 53,70 61,90 63,20
Kadar Air (%) 11,65 13,45 14,53 18,17 20,25

3
d max = 1,53 gr/cm
1.60

1.50
Berat Isi ( gr / Cm3 )

1.40

1.30

1.20
5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

W opt = 15 ,5 % Kadar Air ( % )

Gambar 3.7.1 Grafik Hubungan Kadar Air (%) dengan


Berat Isi Kering (gr/cm³)
3.7.6 Kesimpulan

Dengan pengujian pemadatan (proctor test), maka didapat ZAV (zero air

void) rata-rata yaitu 1,81 dan kadar air rata-rata yaitu 15,5 %. Pada grafik
54

hubungan antara kadar air dan berat isi kering, didapat kadar air optimum yaitu 20

%, dan berat isi kering optimum yaitu 1,63 gr/cm³.

3.8 Pengujian Direct Shear Test


3.8.1 Dasar Teori

Pada pengujian Direct Shear kekuatan gser tanah diperoleh dengan cara

menggeser contoh tanah yang diberi beban normal (N). Kekuatan tanah yang

diperoleh dari percobaan tersebut adalah dalam kondisi draied (kering), karena air

di dalam pori tanah diijinkan keluar selama pembebanan. Oleh karena itu

percobaan Direct Shear pada umumnya digunakan untuk tanah pasir (granular).

Hubungan antara besarnya gaya geser (T) dan beban normal (N)

dipresentasikan dalam grafik, untuk menentukan parameter kohesi (c) dan sudut

geser dalam tanah (ϕ). Agar diperoleh hasil yang akurat, maka pengujian

dilakukan minimum 3 kali dengan beban normal yang berbeda-beda.

3.8.2 Tujuan Pengujian

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan parameter kohesi (c) dan

sudut geser dalam tanah (ϕ).

Acuan/Refrensi
55

- (Budi, Gogot Setyo. 2011. “Pengujian Tanah Di Laboratorium


(Penjelasan dan Panduan)”, Yogyakarta : Graha Ilmu)

3.8.3 Peralatan
1. Alat geser langsung terdiri dari
- Setang penekan dan pemberi beban
- Alat penggeser lengkap dengan cincin penguji (proving ring) dan 2
buah arloji geser (extensionmeter).
- Cincin pemeriksaan yang terbagi dua dengan penguncinya terletak
dalam kotak.
- Beban-beban
- Dua buah batu pori
2. Alat pengeluar contoh dan pisau pemotong
3. Cincin cetak benda uji
4. Neraca dengan ketelitian 0.001 gram
5. Stopwatch

Gambar 3.8 Foto Alat Pengujian Kuat Geser (Direct Shear)

3.8.4 Benda Uji

1. Benda uji tanah tak terganggu.

Sampel tanah tersebut ujung nya diratakan dengan pisau dan cincin

cetak benda uji ditekan pada ujung tanah tersebut. Tanah dikeluarkan

secukupnya untuk tiga benda uji, dan diratakan bagian atasnya.

2. Benda uji tak terganggu lainnya.


56

Contoh yang dibuat harus cukup besar untuk membuat 3 buah beban

benda uji. Benda uji dipersiapkan agar tidak kehilangan kadar air.

Bentuk benda uji dengan cincin cetak. Dalam mempersiapkan benda

uji, terutama tanah yang peka harus hati-hati agar menghindari

terganggunya struktur asli dari tanah tersebut.

3. Benda uji buatan (dipadatkan).

Contoh tanah harus dipadatkan pada kadar air yang berat dan isi yang

dikehendaki. Pemadatan dapat langsung dilakukan pada cincin

pemeriksaan atau pada tabung pemadatan.

4. Tebal minimum benda uji kira-kira 1,3 cm tetapi tidak kurang dari 6

kali diameter butir maksimum.

5. Perbandingan diameter terhadap tebal benda uji harus minimal 2:1

untuk benda uji yang berbentuk empat persegi panjang atau bujur

sangkar, perbandingan lebar dan tebal minimal 2:1.

6. Untuk tanah lembek pembebanan harus diusahakan agar tidak

merusak benda uji.

3.8.5 Prosedur Kerja


1. Dibuat sampel benda uji

2. Masukan sampel ke dalam frame bawah dan ditutupi dengan frame

atas lalu diisi dengan air.

3. Diletakan frame pada tempatnya.

4. Dial diletakan pada tempatnya dan diatur agar dapat menyinggung

frame kemudian jarum diputar pas diangka mol.

5. Sampel tanah yang telah dipasang pada alat direct shear diberi beban

yang telah ditentukan. Mesin dijalankan untuk mendapatkan tegangan

geser dengan kecepatan deformasi sebesar 1 mm/detik.


57

6. Pembacaan dial dilakukan tiap 15 detik. Setelah tanah runtuh, yaitu

pada saat dial menunjukan harga konstant atau sudah mengalami

penurunan sebanyak 3 kali, percobaan dihentikan.

7. Pengujian ini diulang lagi untuk sampel yang kedua dan ketiga.

3.8.6 Analisa Data

Diameter = 6,06 cm

Tinggi = 2,67 cm

Luas Penampang = ¼ x π x D²

= ¼ x π x (6,06)²

= 28,843 cm²

Kalibrasi Alat = 0,574

Data pengujian waktu 15 detik gaya normal 1 kg

Waktu = 0,25

Pembacaan Dial (Div) = 6

Regangan (cm) = Pembacaan Dial (Div) x 0.001


= 6 x 0,001
= 0,06 cm

Beban Dial (Div) = 0,5

Beban Dial (Kg) = Beban Dial (Div) x 0.575


= 0,5 x 0,575
= 0,287
58

Tegangan geser (Kg/cm²) = Beban Dial (Kg) / Luas Penampang


= 5747 / 28,843
= 1,99 kg/cm²

Perhitungan sampel 2 dan sampel 3 sama dengan perhitungan sampel 1

yang di atas.
59

Data pengujian gaya normal 1, 2, dan 3 kg disajikan pada tabel 3.8 :

Tabel 3.8 Pengujian Direct Shear


Gaya Normal 1 Kg 2 kg 3 kg
Tegangan normal 0,0347 kg/cm2 0,0693 kg/cm2 0,1040 kg/cm2
Waktu Reg Pembacaan Beban Tegangan Pembacaan Beban Tegangan Pembacaan Beban Tegangan
0,01 Dial Geser Dial Geser Dial Geser
(menit) (mm) (Div) (kg) (kg/cm2) (Div) (kg) (kg/cm2) (Div) (kg) (kg/cm2)
0 0,00 0 0,000 0,000 0 0,000 0,000 0 0,000 0,000
0,25 0,54 6 3,448 0,120 15 8,621 0,299 5 2,874 0,100
0,5 1,18 10 5,747 0,199 20 11,494 0,399 12 6,897 0,239
0,75 1,08 11 6,322 0,219 20 11,494 0,399 18 10,345 0,359
1 2,65 11 6,322 0,219 19 10,920 0,379 24 13,793 0,478
1,25 3,40 11 6,322 0,219 19 10,920 0,379 31 17,816 0,618
1,5 4,10 11 6,322 0,219 31 17,816 0,618
60

0.700

TEGANGAN GESER (KG/CM2)


0.600

0.500

0.400
1KG
0.300
2KG
0.200
3KG
0.100

0.000
0.00 2.00 4.00 6.00
REGANGAN (MM)

Gambar 3.8.1 Grafik Hubungan antara Tegangan Geser (Kg/cm²)


dan Regangan (cm)

0.8
TEGANGAN GESER (KG/CM2)

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3 0,2

0.2
0,036
0.1
0,02 kg/cm2
0.0
0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.12
TEGANGAN NORMAL (KG/CM2)

Gambar 3.8.2 Grafik Hubungan antara Tegangan Normal dan


Tegangan Geser

3.8.7 Kesimpulan

Dari Gambar 3.8.2 di dapat persamaan fungsi y = 15,41x + 0,01

y = mx + b

dengan : m = 15,41 dan b = 0,01

Kohesi (C = b) yaitu 0,01


61

Sudur geser (ϕ) = tanˉ¹ (m)

= tanˉ¹ (15,41)

= 86,29°

Pada pengujian ini, didapat sudur geser (ϕ) sebesar (86,29⁰), dan nilai

kohesi (c) sebesar (0,01). Semakin besar sudut geser maka semakin besar kuat

geser tanah. Semakin besar kadar air maka sudut geser semakin kecil menuju

harga nol.

3.9 Pengujian CBR (California Bearing RatioG)


3.9.1 CBR Tidak Terendam

3.9.2 Dasar Teori

Lapisan tanah yang akan dipakai sebagai lapisan sub-base atau sub-grade

suatu konstruksi jalan pada umumnya memerlukan proses pemadatan agar mampu

menerima beban sesuai dengan yang direncanakan. Salah satu cara untuk

mengukur kekokohan (bearing) lapisan tanah adalah dengan pengujian California

Bearing Ratio (CBR). Prinsip dasar dari pengujian CBR adalah membandingkan

besarnya beban (gaya) yang diperlukan untuk menekan torak dengan luas

penampang 3 inchi² ke dalam lapisan perkerasan sedalam 0,1 inchi (2,54 mm)

atau 0,2 inchi (5,08 mm) dengan beban standar. Oleh karena itu, kekokohan

lapisan perkerasan dinyatakan dalam “kekokohan relatif” atau persen kekokohan.

Besarnya beban standar untuk penetrasi 0,1 inchi adalah 3000 lbs (pound) atau

sekitar 1350 kg, sedangkan besarnya beban standar untuk penetrasi 0,2 inchi

adalah 4500 lbs atau sekitar 2025 kg.

Harga CBR adalah perbandingan antara kekuatan bahan yang

bersangkutan dengan kekuatan bahan yang dianggap standar. Harga CBR

dinyatakan dalam persen (%) dan cara yang digunakan untuk menilai kekuatan
62

tanah dasar adalah suatu percobaaan penetrasi yang disebut percobaan CBR.

Dimana hasil pengujian tersebut dapat digambarkan pada suatu grafik untuk

mendapatkan tebal perkerasan dari suatu nilai CBR tertentu. Pengujian CBR

mempunyai teoritis dan grafik tabel perkerasan terhadap nilai CBR. Harga CBR

yang dicari yaitu harga CBR laboratorium.

CBR di laboratorium diukur dalam 2 kondisi, yaitu kondisi tidak

terendam disebut CBR unsoaked dan pada kondisi terendam atau disebut CBR

soaked, pada umumnya harga CBR soaked lebih rendah dari CBR unsoaked.

Namun dengan demikian kondisi soaked adalah kondisi yang sering dialami di

lapangan, sehingga di dalam perhitungan konstruksi bangunan, CBR soaked yang

dipergunakan sebagai dasar perhitungan karena dalam kenyataan air selalu

mempengaruhi konstruksi bangunan. Dipengujian ini dilakukan CBR tidak

terendam.

3.9.3 Tujuan Pengujian

Pengujian CBR bertujuan untuk menentukan kekokohan permukaan

lapisan tanah yang umumnya akan dipakai sebagai sub-base (urugan) atau sub-

grade (lapisan tanah dasar) konstruksi jalan.


Acuan/Refrensi

- (Budi, Gogot Setyo. 2011. “Pengujian Tanah Di Laboratorium


(Penjelasan dan Panduan)”, Yogyakarta : Graha Ilmu).

3.9.4 Peralatan

1. Mesin penetrasi CBR

2. CBR mold (cetakan)

3. Piringan pemisah

4. Palu penumbuk

5. Alat pengukur pengembangan (swelling)


63

6. Keping beban lubang bulat

7. Keping beban lubang alur

8. Piston penetrasi

9. Pengukur beban dan penetrasi

10. Talam

11. Alat perata

12. Alat pengeluar sampel (extruder mold)

13. Timbangan 20 kg

14. Mini Container

15. Oven

(a) (b)
Gambar 3.9 Foto Alat dan Pengujian CBR (a) Pengujian CBR, (b) Pengeluaran
sampel tanah dari cetakan

3.9.5 Prosedur Kerja

1. Diambil sampel tanah kering udara seperti yang digunakan pada

percobaan pemadatan, sebanyak 3 sampel dengan berat masing-

masing 5 kg yang lolos ayakan No.4


64

2. Sampel tanah tersebut dicampur dengan air sampai kadar air optimum.

Untuk mencapai kadar air optimum tersebut diperlukan pemadatan air

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

100 + 𝐵
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 = 5000 𝑥 −1
100 + 𝐴

Keterangan :
A = Kada air asli (mula-mula) (%)
B = Kadar air optimum (%)
5000 = Jumlah contoh

3. Sampel dimasukan kedalam kantung plastic dan ditutup rapat agar


tidak terjadi penguapan. Didiamkan selama 24 jam.
4. CBR mold dipasang pada keping alas dan ditimbang. Kemudian
dimasukan keping pemisah (spacer dish), lalu diletakkan kertas saring
di atasnya.
5. Masing-masing sampel dipadatkan di dalam CBR mold dengan jumlah
tumbukan 10 untuk sampel 1, 25 untuk sampel 2, dan 56 kali untuk
sampel 3, dengan jumlah lapisan dan berat pemadatan sesuai dengan
pengujian pemadatan berat (modified compaction). Kemudian
diperiksa kadar airnya dilakukan setelah benda uji dikeluarkan dari
cetakan.
6. Kemudian collar dilepaskan lalu diratakan permukaan contoh dengan
alat perata. Di tambal lubang-lubang yang ada pada permukaan karena
lepasnya butir-butir kasar dengan bahan yang lebih halus.
7. Keping pemisah (spacer dish) di keluarkan dari kertas saring,
dibalikan dan dipasang kembali mold yang berisi contoh pada alas,
kemudian ditimbang.
65

8. Kemudian keping beban seberat 10 lbs dipasang kembali di atas


permukaan benda uji, diletakan mold di atas piringan penekan pada
alat penetrasi CBR.
9. Piston penetrasi diatur agar menyentuh permukaan benda uji,
kemudian dilakukan penetrasi sampai arloji beban menunjukan beban
permukaan sebesar 4,5 kg atau 10 lbs. Pembebanan permulaan
diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna antara torak
dengan permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan
arloji pengukur penetrasi dinolkan.
10. Pembebanan diberi secara teratur hingga kecepatan penetrasi
mendekati kecepatan 1,27 mm/menit atau 0,05/menit
11. Beban maksimum dan penetrasi dicatat apabila pembebanan
maksimum terjadi sebelum penetrasi 0,5”
12. Benda uji dikeluarkan dari cetakan dan ditentukan kadar air seluruh
lapisan.
Perubahan tinggi
13. Pengembangan = x 100 %
Tinggi semula

14. Setiap hasil pembacaan arloji dikalikan dengan hasil kalibrasi alat.

3.9.6 Analisa Data


Data pengujian kadar air mula-mula sampel 1
Berat tanah basah + container (W1) = 52,5 gr

Berat tanah kering + container (W2) = 49,5 gr

Berat container (W3) = 14,5 gr


Berat air (W1 – W2) = 52,5 gr – 49,5 gr

= 3 gr

Berat tanah kering (W2 – W3) = 49,5 gr – 14,5 gr

= 35 gr
66

Kadar air (%) = (Berat air / berat tanah kering) x


100 %

= (3 gr / 35 gr) x 100 %
= 8,57 %

Kadar air rata-rata (%) = (Kadar air sampel 1+ sampel 2 +

sampel 3) / 3

= (8,57 % + 9,18 % + 7,53%) / 3

= 8,43 %

Perhitungan sampel 2, dan sampel 3 sama dengan perhitungan sampel 1


yang di atas.
Data pengujian kadar air mula-mula sampel 1, 2, dan 3 disajikan pada
tabel 3.9.

Tabel 3.9 Pengujian Kadar Air Mula-mula CBR

Kadar air 1 2 3
Berat tanah basah + container (W1) Gr 52.5 67 63
Berat tanah kering + container (W2) Gr 49.5 62.5 59.5
Berat container (W3) Gr 14.5 13.5 13
Berat air Gr 3 4.5 3.5
Berat tanah kering Gr 35 49 46.5
Kadar air (%) 8.57 9.18 7.53
Rata-rata kadar air (%) 8.43

Data pengujian sampel 1

Berat tanah + cetakan = 8167 gr

Berat cetakan = 4313 gr

Berat tanah basah = (Berat tanah + cetakan) – (Berat cetakan)


= 8167 gr - 4313 gr
67

= 3854 gr

Isi cetakan = ¼ x π x D² (t)


= ¼ x π x (15,1)² x 11,9 cm
= 2131,04 cm³

Berat isi basah = (Berat tanah basah / isi cetakan)


= 3854 gr / 2131,04 cm³
= 1,81 gr/cm³

Berat isi kering = (Berat isi basah x 100) / (kadar air + 100)
= (1,81 x 100) / (18,68 + 100)
= 1,52 gr/cm³

Pada sampel 2 dan 3, perhitungannya sama dengan perhitungan sampel 1


yang di atas.

Pengujian Kadar air sampel 1

Berat tanah basah + container (W1) = 63,5 gr

Berat tanah kering + container (W2) = 55 gr

Berat tanah container (W3) = 9,5 gr

Berat air (W1 – W2) = 63,5 gr – 55 gr

= 8,5 gr
68

Berat tanah kering (W2 – W3) = 55 gr – 9,5 gr

= 45,5 gr

Kadar air = (Berat air / berat tanah kering) x

100 %

= (8,5 gr / 45,5 gr) x 100%

= 18,68 %

Perhitungan sampel 2 dan sampel 3, sama dengan perhitungan sampel 1


yang di atas.

Tabel 3.9.1 Pengujian Berat Isi Kering CBR Sampel 1

Sebelum Sesudah

Berat tanah + Cetakan ( gr ) 7559,5

Berat Cetakan ( gr ) 3988

Berat tanah basah ( gr ) 3571,5

Isi Cetakan ( Cm3 ) 2127,921

Berat isi basah ( gr / Cm3 ) 1,678

Berat isi kering ( gr / Cm3 ) 1,56

Tabel 3.9.2 Pengujian Kadar Air CBR Sampel 1


Kadar Air Sebelum Sesudah
Berat tanah basah + Cawan 78,50

Berat tanah kering + Cawan 73,80

Berat Cawan 10,00

Berat Air 4,70

Berat tanah Kkering 63,80

Kadar Air % 7,37


69

Tabel 3.9.3 Pengujian CBR Penetrasi 10 x Tumbukan


Penetrasi 10 X Tumbukan
Waktu Penurunan Beban
Pembacaan Dial
( Menit ) ( Inchi ) ( Lb )

Atas Bawah Atas Bawah

0 0,000 0 0

1/4 0,011 4 128,568

1/2 0,030 5 160,71

1 0,047 6 192,852

1 1/2 0,067 7 224,994

2 0,100 9 289,278

3 0,137 10 321,42

4 0,216 13 417,846

6 0,316 15 482,13

8 0,528 19 610,698

10 0,677 23 739,266

750

700

650

600

550

500

450
Beban ( lb )

400

350

300

250

200

150

100

50

0
0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600

Penurunan ( Inchi )
70

Gambar 3.9.1 Grafik Hubungan antara Beban (Lb) dan Penurunan


(Inchi) sampel 1

Harga CBR
CBR 0.1" 0.2"

250 390
Atas x 100 % x 100 %
3x1000 3x1500

8,333 8,667

Tabel 3.9.4 Pengujian Berat Isi Kering CBR Sampel 2


Sebelum Sesudah

Berat tanah + Cetakan ( gr ) 8054

Berat Cetakan ( gr ) 3988

Berat tanah basah ( gr ) 4066


3
Isi Cetakan ( Cm ) 2127,92
3
Berat isi basah ( gr / Cm ) 1,911
3
Berat isi kering ( gr / Cm ) 1,70

Tabel 3.9.5 Pengujian Kadar Air CBR Sampel 2


Kadar Air Sebelum Sesudah
Berat tanah basah + Cawan 76,000

Berat tanah kering + Cawan 68,70

Berat Cawan 8,80

Berat Air 7,30

Berat tanah Kkering 59,90

Kadar Air % 12,19

Tabel 3.9.6 Pengujian CBR Penetrasi 25 x Tumbukan


Penetrasi 25 X Tumbukan
Waktu Penurunan Beban
Pembacaan Dial
( Menit ) ( Inchi ) ( Lb )

Atas Bawah Atas Bawah

0 0 0 0

1/4 0,017 5 160,71

1/2 0,033 10 321,42


71

1 0,052 13 417,846

1 1/2 0,073 16 514,272

2 0,118 21 674,982

3 0,156 24 771,408

4 0,214 29 932,118

6 0,301 34 1092,83

8 0,492 43 1382,11

10

1400

1300

1200

1100

1000

900

800
Beban ( lb )

700

600

500

400

300

200

100

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

Penurunan ( Inchi )

Gambar 3.9.2 Grafik Hubungan antara Beban (Lb) dan


Penurunan (Inchi) sampel 2
72

Harga CBR
CBR 0.1" 0.2"

530 900
Atas x 100 % x 100 %
3x1000 3x1500

17,667 20,000

Tabel 3.9.7 Pengujian Berat Isi Kering CBR Sampel 3


Sebelum Sesudah

Berat tanah + Cetakan( gr ) 8309

Berat Cetakan ( gr ) 3988

Berat tanah basah ( gr ) 4321


3
Isi Cetakan ( Cm ) 2127,92
3
Berat isi basah ( gr / Cm ) 2,031
3
Berat isi kering ( gr / Cm ) 1,79

Tabel 3.9.8 Pengujian Kadar Air CBR Sampel 3


Kadar Air Sebelum Sesudah
Berat tanah basah + Cawan 78,50

Berat tanah kering + Cawan 70,30

Berat Cawan 9,30

Berat Air 8,20

Berat tanah Kkering 61,00

Kadar Air % 13,44

Tabel 3.9.9 Pengujian CBR Penetrasi 56 x Tumbukan


Penetrasi 56 X Tumbukan
Waktu Penurunan Beban
Pembacaan Dial
( Menit ) ( Inchi ) ( Lb )

Atas Bawah Atas Bawah

0 0 0 0

1/4 0,033 9 289,278

1/2 0,059 14 449,988

1 0,113 23 739,266

1 1/2 0,170 29 932,118

2 0,222 35 1124,97
73

3 0,335 43 1382,11

4 0,415 51 1639,24

6 0,669 58 1864,24

8 0,817 60 1928,52

10

1700

1600

1500

1400

1300

1200

1100

1000
Beban ( lb )

900

800

700

600

500

400

300

200

100

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

Penurunan ( Inchi )

Gambar 3.9.3 Grafik Hubungan antara Beban (Lb) dan


Penurunan (Inchi) sampel 3

Harga CBR
CBR 0.1" 0.2"

590 990
Atas x 100 % x 100 %
3x1000 3x1500

19,667 22,000
74

3.9.7 Kesimpulan

Pada pengujian CBR ini, didapat nilai CBR pada 10 kali tumbukan yaitu
sebesar 8,333 % dan 8,667 %. Pada 25 kali tumbukan didapat nilai CBR sebesar
17,667 % dan 20,000 % dan pada 56 kali tumbukan didapat nilai CBR sebesar
19,667 % dan 22,000 %. Ini berarti tanah ini cocok digunakan untuk sub-grade
sebagaitanah timbunan, karena mempunyai nilai CBR rata-rata di atas 6%.
75

3.10 Pengujian Unconfined


3.10.1 Dasar Teori
Pengujian kokoh tekan Unconfined adalah metode yang paling
sederhana, mudah, dan murah untuk menentukan kekuatan geser tanah lempung.
Pengujian ini hanya cocok untuk tanah lempung jenuh, karena contoh tanah harus
bisa dibentuk sesuai ukuran tanpa merusak susunan partikelnya, dan besarnya
sudut geser dalam tanah dipastikan sama dengan nol.
Kuat tekan bebas (qu) adalah harga tegangan aksial maksimum yang
dapat ditahan oleh benda uji silinder (dalam hal ini sampel tanah) sebelum
mengalami keruntuhan geser. Unconfined digunakan untuk menghitung kekuatan
geser tanah. Uji kuat tekan dimaksudkan untuk memperoleh kuat geser dari tanah
kohesif secara cepat dan ekonomis.
Derajat kepekaan/sensitivitas (St) adalah rasio antara kuat tekan bebas
dalam kondisi asli (undistrubed) dan dalam kondisi teremas (remolded).

3.10.2 Tujuan pengujian


Metode ini mencakup penentuan kekuatan tekan bebas tanah
kohesif pada kondisi tanah asli (undisturbed) maupun tanah yang
dipadatkan/dibuat (remoulded).

Acuan/Refrensi

- (Budi, Gogot Setyo. 2011. “Pengujian Tanah Di Laboratorium


(Penjelasan dan Panduan)”, Yogyakarta : Graha Ilmu).

3.10.3 Peralatan
1. Mesin penekan
2. Tabung penuh dan tabung belah
3. Alat pengeluar contoh
4. Dial deformasi
5. Jangka sorong
6. Stopwatch
76

7. Oven

8. Timbangan

9. Pisau

(a) (a) (b) (c)

Gambar 3.10 Foto Alat dan Pengujian Unconfined (a) Pengujian unconfined, (b)
Compression test, (c) Tabung dan alat penekan

3.10.4 Benda Uji

1. Ukuran benda uji:

Benda uji yang digunakan mempunyai diameter minimum 1,3 in


(3,3 mm), apabila ukuran maksimum partikel benda uji lebih kecil dari
1/10 diameter benda uji.Untuk benda uji yang berdiameter
minimal 2,8 in (71 mm) atau lebih, digunakan apabila ukuran
partikel maksimum lebih kecil dari 1/6 diameter benda uji. Tinggi
contoh dibuat 2 atau 3 kali diameternya.
77

2. Benda Uji Asli

- Untuk menjamin keaslian benda uji keluarkan benda uji dari tabung
contoh asli, potong bagian contoh yang terdapat pada tepi
tabung contoh asli sepanjang 2 cm. Dorong benda uji pada
tabung contoh asli, sampai masuk seluruhnya ke dalam tabung
yang akan diuji. Diratakan kedua ujung permukaan benda uji
dengan pisau.

- benda uji diambil dari tabung contoh asli dengan memasang tabung
yang sesuai ukuran benda uji yang digunakan tepat di tengah-
tengah.

- Kekuatan benda uji yang sudah tercetak dalam tabung dengan


alat pengeluar contoh, tentukan berat benda uji tersebut.

3. Benda Uji Buatan

- Diambil tabung belah yang sudah diberi pelumas bagian dalamnya


dengan ukuran sesuai pada langkah
- Diambil benda uji dan contoh tanah asli atau terganggu. Untuk
benda uji dari contoh tanah asli, remas-remas dengan jari
tangan hingga mendapatkan berat isi seragam. Masukkan
sedikit demi sedikit ke dalam tabung belah dan padatkan.
Pengisian terus dilakukan sampai memenuhi isi tabung. Dalam
memadatkan benda uji tersebut menghasilkan tingkat kepadatan yang
sama dan kemudian benda uji dikeluarkan, dan ditentukan beratnya.

3.10.5 Prosedur Kerja


1. Benda uji ditempatkan pada mesin penekan tepat di tengah-tengah
plat bagian bawah. Diturunkan plat bagian atas sampai
menyentuh permukaan benda uji.
2. Dial beban dan dial deformasi diputar pada posisi nol.
3. Dilakukan penekanan dengan nilai regangan 1/2 - 2 % per menit
78

dan catat nilai beban & deformasi yang terjadi setiap 15 detik.
4. Penekanan terus dilakukan hingga sudah tidak ada penambahan
beban pada penambahan regangan atau hingga tercapainya
regangan 20 %.
5. Ditentukan kadar air benda uji tersebut.
6. Digambarkan pola keruntuhan yang terjadi pada benda uji tersebut,
dan diukur sudut kemiringan keruntuhannya.

3.10.6 Analisa Data


Data pengujian waktu 15 detik
Waktu = 0,25 detik

Pembacaan Dial (Div) = 90

Regangan (cm) = (Pembacaan Dial x 0,001)


= 90 x 0,001
= 0,09 cm

Regangan (%) = (Regangan (cm) / 14 %)


= 0,035433 / 14%
= 0,253

Luas penampang = ¼ x π x D²
= ¼ x π x (6,95 cm)²
= 37,94 cm²

Luas koreksi (cm²) = penampang / (1- (Regangan cm / waktu))


= 36,94 / (1 – (0,253 / 0,15)
= 55,25 cm²

Beban Dial (Div) = 156

Kalibrasi alat = 0,51021

Beban (Kg) = Beban Dial x Kalibrasi Alat


= 156 x 0,51021 = 79,592 kg
79

Tegangan = Beban (Kg) / Luas Koreksi


= 79,592 / 71,13
= 1,11 Kg/cm²
Untuk detik ke 0,25, 0,5, 0,75, 1 dan seterusnya disajikan pada tabel 3.10
Tabel 3.10 Pengujian Unconfined
Luas Luas
Waktu Pembacaan Beban Tegangan c = 0.5
Reg (Cm) Sampel Koreksi qu
(Menit) Dial (Div) (Kg) (Kg/Cm2) qu
(Cm2) (Cm2)
0 0 0,000 0,000 0 0 0,000 0,000 0
0,25 0,035433 46,543 46,667 90 4,000 0,086 0,086 0,043
0,5 0,061417 46,543 46,759 156 19,000 0,406 0,408 0,204
0,75 0,084646 46,543 46,841 215 23,000 0,491 0,494 0,247
1 0,108268 46,543 46,925 275 28,000 0,597 0,602 0,301
1,25 0,136614 46,543 47,026 347 31,000 0,659 0,666 0,333
1,5 0,175197 46,543 47,164 445 35,000 0,742 0,752 0,376
1,75 0,216535 46,543 47,313 550 37,000 0,782 0,795 0,397
2 0,255118 46,543 47,453 648 37,000 0,780 0,795 0,397
2,25 0,299213 46,543 47,614 760 35,000 0,735 0,752 0,376
2,5 0,347638 46,543 47,792 883 30,000 0,628 0,645 0,322
c rata-rata 0,272

0.900
0.800
0.700
0,78 kg/cm²
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100 0,22 mm
0.000
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Regangan (cm)

Gambar 3.10.1 Grafik Hubungan antara Tegangan (Kg/cm²) dan


Regangan (cm)
80

3.10.7 Kesimpulan
Pada grafik hubungan antara tegangan dan regangan di atas didapat nilai
Cu (kekuatan geser) = 0,78 dan nilai qu (kuat tekan bebas) = 0,22 kg/cm². Sehingga
tanah tersebut masuk pada konsistensi tanah “lempung sedang” karena kekuatan
tekanan bebas tanah berada di rentang 0,50 – 1,0.

3.11 Pengujian Triaksial


3.11.1 Dasar Teori
Pada pengujian Triaksial, contoh tanah dibebani pada ketiga sumbunya
(sumbu Cartesius) dengan beban tekan σ1, σ2, dan σ3. Pengujian ini bertujuan untuk
mensimulasikan kondisi tanah yang sebenarnya di lapangan, yaitu bahwa suatu
elemen tanah menerima beban tekan dari atas (vertikal) yang terdiri dari beban
tanah di atasnya (overburden pressure) dan beban lainnya (σ1), serta tekanan
tanah dari arah radial yang mengekang (menghimpit) elemen tanah tersebut (σ2
dan σ3).
Tekanan yang diterima elemen tanah akibat kekangan dari tanah di
sekelilingnya pada umumnya merupakan tekanan radial (σ1) yang mempunyai
besaran sama pada semua arahnya, sehingga σ2 sama dengan σ3. Namun demikian
tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu elemen tanah akan menerima beban
kekangan yang tidak sama besarnya (σ2 ≠ σ3), misalnya tekanan radial pada
elemen tanah di daerah dinding galian.
Pengujian Triaksial memerlukan tekanan radial untuk mengekang contoh
tanah. Besarnya tekanan radial tersebut sering disebut sebagai σ3 (σmin pada
lingkaran Mohr), sedangkan besarnya tekanan yang mengakibatkan hancurnya
contoh tanah dinamakan tekanan maksimum (σ1).

3.11.2 Tujuan Percobaan


Pengujian ini bertujuan untuk mensimulasikan kondisi tanah yang
sebenarnya di lapangan, yaitu untuk menentukan parameter geser (sudut geser
dalam (p) dan kohesi (c)) dengan cara menvisualisasikan grafik lingkaran mohr
suatu contoh tanah di laboratorium.
81

Acuan/Refrensi

- (Budi, Gogot Setyo. 2011. “Pengujian Tanah Di Laboratorium


(Penjelasan dan Panduan)”, Yogyakarta : Graha Ilmu).

3.11.3 Peralatan
1. Axial loadbig device, berupa dongkrak yang digerakkan oleh motor
elektronik melalui transmisi getar yang dilengkpai dengan compressor
untuk memberikan tegangan hydraulik ke dalam chamber triaksial.
2. Axial load measuring device, berupa proving ring, stain gage,
hydraulic load cell.
3. Chamber pressure maintaining device, terdiri dari reservoid yang
disambungkan pada triaksial chamber fluid.
4. Specimen cap dan specimen base
5. Deformation indicator
6. Satu unit mesin triaxial, yang terdiri dan :
a. load frame (kerangka beban)
b. proving ring
c. dial untuk mengukur kecepatan regangan cell triaxial
7. Extruder
8. Tabung pencetak sesuai dengan ukuran contoh
9. Pisau/spatula
10. Ring karet
11. Membran karet
12. Timbangan
82

(a) (b) (c)


Gambar 3.11 Foto Alat dan Pengujian Triaksial (a) Pengujian triaksial,
(b) Triaxial apparatus, (c) Sampel tanah saat di bungkus
membran karet

3.11.4 Benda Uji

1. .Lapisan pelindung (paraffin) dari tabung sample dilepaskan

2. Tabung sample pads extruder dipasang

3. Dipasang tabung pencetak didepan sampel tanah yang akan dikeluarkan

4. Dengan extruder sampel tanah dikeluarkan dari tabung sampel sehingga


mengisi tabung pencetak sampai penuh dengan kelebihan ± 1 cm.

5. Sampel dipotong, kemudian kedua ujung tabung pencetak


diratakan dengan pisau, kemudian dengan extruder yang sesuai
sampel dikeluarkan dari tabung pencetak.

3.11.5 Prosedur Kerja

1. Diukur diameter dan tinggi contoh tanah, kemudian ditimbang, untuk


mengetahui berat isinya.

2. Diambil satu cell triaxial, dibersihkan dan dipasang base plate yang
sesuai dengan ukuran contoh tanah.
83

3. Di tempatkan contoh tanah diatas base plate, kemudian dibungkus


dengan membran karet secara hati-hati. Bagian atas dan bawah contoh
tanah diberi batu pori dan kertas filter.

4. Dipasang gelas penutup cell (sangkup) dan dikunci.

5. Dihubungkan cell dengan selang dari tabung tekanan, kemudian


bentuk tekanan cell (σ3) sesuai dengan tekanan yang dikehendaki.

6. Cell ditempatkan pada load frame, pasang proving ring dan dial
pengukur regangan, kemudian putar dongkrak perlahan untuk
memastikan bahwa piston telah menyentuh bagian atas contoh tanah.
Hal ini dapat diketahui bila dial proving ring telah bergerak.

7. Kecepatan regangan ditentukan, dan disiapkan alat tulis serta tabel-


tabel pencatat. Kecepatan regangan diambil antara 0.5 - 2 %
permenit.

8. Mulai dilakukan pembebanan (penekanan) sambil dicatat pembacaan


proving ring pada setiap interval waktu atau regangan tertentu,
hingga contoh tanah runtuh atau sampai regangan 15 % (bila contoh
tanah tidak runtuh).

9. Setelah tercapai keruntuhan, dilepaskan tekan cell, dikeluarkan contoh


tanah, dilepaskan karet pembungkus, kemudian diukur dan digambar
bentuk keruntuhannya.

10. Pengujian dilanjutkan dengan contoh-contoh berikutnya.


84

3.11.6 Analisa Data

Data Pengujian Sampel 1 (0,25 menit)


Tinggi tabung = 0,25 cm

Diameter = 3,45 cm

Luas penampang = ¼ x π x D²
= ¼ x π x (3,45 cm)²
= 3,475 cm²

Kalibrasi = 1,082 kg/div

σ₁ = 0,25

Waktu = 0,25 menit

Deform Dial (units) = 75

ΔL (cm) = Deform Dial x 0,001


= 75 x 0,001
= 0,075 cm
Strain rate (%) = (ΔL / Tinggi tabung) x 100%
= (0,02 cm / 7,1 cm) x 100%
= 0,28 %

Beban dial (units) =4

Beban sampel (Kg) = Beban dial x Kalibrasi


= 4 x 1,082 kg
= 4,33 kg

Î (ΔL/L0) = ΔL / Tinggi tabung


= 0,02 cm / 6,84 cm
= 0,003

1–Î = 1 – 0,003
= 0,997
85

Luas koreksi (cm²) = Luas penmpang / (1-Î)


= 3,475 cm² / 0,997
= 3,49 cm²

Teg. Deviator (Kg/cm²) = Beban sampel / Luas koreksi


= 4,33 kg / 3,49 cm²
= 1,24 kg/cm²

Teg. Normal (Kg/cm²) = Teg. Deviator / σ1

= 1,24 kg/cm² / 0,25


= 4,97 kg/cm²

Untuk perhitungan sampel 2 dan sampel 3 sama dengan perhitungan


sampel 1 yang di atas.
86

Data Pengujian Triaksial Sampel 1 Tekanan Sel (σ₁) = 0,25

Tabel 3.11 Pengujian Triaksial Sampel 1

Deform Teg.
L  koreksi
Waktu dial. Beban Beban Deviator egangan
Luas
dial Sampel 1- 1 = normal
0,001 L/L0 A1 P/A1

(menit) (Units) (cm) (Units) (kg) (cm2) kg/cm2 kg/cm2


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0,00 0 0,00 0,000 0,000 0,00 0,00 0,00
0,25 75 0,02 4 4,33 0,003 0,997 3,49 1,24 4,97
0,50 170 0,05 5,5 5,95 0,007 0,993 3,50 1,70 6,80
0,75 250 0,07 5,5 5,95 0,011 0,989 3,51 1,69 6,78
1,00 338 0,10 6 6,49 0,014 0,986 3,53 1,84 7,37
1,15 413 0,12 7 7,57 0,017 0,983 3,54 2,14 8,57
1,30 500 0,14 7 7,57 0,021 0,979 3,55 2,13 8,53
1,45 590 0,17 6,5 7,03 0,025 0,975 3,56 1,97 7,89
2,00 675 0,19 6,5 7,03 0,028 0,972 3,58 1,97 7,87
2,15 765 0,22 7 7,57 0,032 0,968 3,59 2,11 8,44
2,30 840 0,24 6,8 7,36 0,035 0,965 3,60 2,04 8,17
2,45 925 0,2662 8 8,66 0,039 0,961 3,62 2,39 9,58
3,00 1010 0,2906 7,8 8,44 0,042 0,958 3,63 2,33 9,30
3,15 1100 0,3165 7 7,57 0,046 0,954 3,64 2,08 8,31
87

10.00
9.00
Beban Sampel (kg) 8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050

Strain ϵ
Gambar 3.11.1 Grafik Hubungan antara Strain Rate (%) dengan
Beban Sampel 1 (Kg)

3.00
Deviator stress (kg/cm2)

2.50

2.00

1.50

1.00

0.50

0.00
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050

Strain ϵ
Gambar 3.11.2 Grafik Hubungan antara Strain Rate (%) dengan
Tegangan Deviator (Kg/cm²)
88

12.00
10.00
Tegangan normal
8.00
(kg/cm2)
6.00
4.00
2.00
0.00
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050

Strain ϵ

Gambar 3.11.3 Grafik Hubungan antara Strain Rate (%) dengan


Tegangan normal (Kg/cm²)
89

Data Pengujian Triaksial Sampel 2 Tekanan Sel (σ₂) = 0,5

Tabel 3.11.1 Pengujian Triaksial Sampel 2


Deform Teg.
L  koreksi
Waktu dial. Beban Beban Deviator egangan
Luas
dial Sampel 1- 1 = normal
L/L0 A1
0,001 P/A1

(menit) (Units) (cm) (Units) (kg) (cm2) kg/cm2 kg/cm2


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0,0000 0 0,00 0,000 0,000 0,00 0,00 0,00
0,25 45 0,0129 6 6,49 0,002 0,998 3,48 1,86 3,73
0,50 100 0,0288 7 7,57 0,004 0,996 3,49 2,17 4,34
0,75 175 0,0504 7,5 8,12 0,007 0,993 3,50 2,32 4,64
1,00 245 0,0705 8 8,66 0,010 0,990 3,51 2,47 4,93
1,15 320 0,0921 8,5 9,20 0,013 0,987 3,52 2,61 5,22
1,30 390 0,1122 9 9,74 0,016 0,984 3,53 2,76 5,51
1,45 460 0,1324 9,5 10,28 0,019 0,981 3,54 2,90 5,80
2,00 532 0,1531 10 10,82 0,022 0,978 3,55 3,04 6,09
2,15 610 0,1755 10 10,82 0,026 0,974 3,57 3,03 6,07
2,30 680 0,1957 10,5 11,36 0,029 0,971 3,58 3,18 6,35
2,45 755 0,2173 10 10,82 0,032 0,968 3,59 3,01 6,03
3,00 825 0,2374 10,5 11,36 0,035 0,965 3,60 3,16 6,31
3,15 895 0,2576 10 10,82 0,038 0,962 3,61 3,00 5,99
90

3,30 975 0,2806 11 11,90 0,041 0,959 3,62 3,28 6,57


3,45 1050 0,3022 11 11,90 0,044 0,956 3,64 3,27 6,55
4,00 1120 0,3223 10,5 11,36 0,047 0,953 3,65 3,12 6,23
4,15 1195 0,3439 9,5 10,28 0,050 0,950 3,66 2,81 5,62
91

14.00

12.00
Beban Sampel (kg)

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060
Strain ϵ
Gambar 3.11.4 Grafik Hubungan antara Strain Rate (%) dengan
Beban Sampel 2 (Kg)

3.50
Deviator stress (kg/cm2)

3.00

2.50

2.00

1.50

1.00

0.50

0.00
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060

Strain ϵ

Gambar 3.11.5 Grafik Hubungan antara Strain Rate (%) dengan


Tegangan Deviator (Kg/cm²)
92

7.00

Tegangan normal (kg/cm2)


6.00

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060

Strain ϵ
Gambar 3.11.6 Grafik Hubungan antara Strain Rate (%) dengan
Tegangan normal (Kg/cm²)
93

Data Pengujian Triaksial Sampel 3 Tekanan Sel (σ3) = 0,75

Tabel 3.11.2 Pengujian Triaksial Sampel 3


Deform Teg.
L  koreksi
Waktu dial. Beban Beban Deviator egangan
Luas
dial Sampel 1- 1 = normal
L/L0 A1
0,001 P/A1

(menit) (Units) (cm) (Units) (kg) (cm2) kg/cm2 kg/cm2


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0,0000 0 0,00 0,000 0,000 0,00 0,00 0,00
0,25 102 0,0294 4,5 4,87 0,004 0,996 3,49 1,40 1,86
0,50 215 0,0619 6,5 7,03 0,009 0,991 3,51 2,01 2,67
0,75 335 0,0964 7,5 8,12 0,014 0,986 3,52 2,30 3,07
1,00 470 0,1353 8 8,66 0,020 0,980 3,55 2,44 3,26
1,15 577 0,1660 8 8,66 0,024 0,976 3,56 2,43 3,24
1,30 602 0,1732 8,5 9,20 0,025 0,975 3,57 2,58 3,44
1,45 723 0,2081 8,5 9,20 0,030 0,970 3,58 2,57 3,42
2,00 845 0,2432 9 9,74 0,036 0,964 3,60 2,70 3,60
2,15 965 0,2777 8,5 9,20 0,041 0,959 3,62 2,54 3,39
2,30 1090 0,3137 8,5 9,20 0,046 0,954 3,64 2,53 3,37
2,45 1115 0,3209 8 8,66 0,047 0,953 3,65 2,37 3,17
3,00 1220 0,3511 8 8,66 0,051 0,949 3,66 2,36 3,15
94

12.00
Beban Sampel (kg) 10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060

Strain ϵ

Gambar 3.11.7 Grafik Hubungan antara Strain Rate (%) dengan


Beban Sampel 3 (Kg)

3.00
Deviator stress (kg/cm2)

2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0.000 0.020 0.040 0.060

Strain ϵ

Gambar 3.11.8 Grafik Hubungan antara Strain Rate (%) dengan


Tegangan Deviator (Kg/cm²)
95

4.00

Tegangan normal (kg/cm2)


3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0.000 0.020 0.040 0.060

Strain ϵ

Gambar 3.11.9 Grafik Hubungan antara Strain Rate (%) dengan


Tegangan normal (Kg/cm²)

Tabel 3.11.3 Tabel Hasil Perhitungan PengujianTriaksial


1- P R 1-
 1
Sampel (max) (1+3)/2 
kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2
1 0,25 2,3940 2,64 1,4470 1,1970
2 0,5 3,2845 3,78 2,1423 1,6423
3 0,75 2,7027 3,45 2,1013 1,3513

Perhitungan sampel 1 :
Teg σ3 = 0,25

Δσ1 (Tegangan Deviator) = 2,3940

Teg σ1 = (σ3 + Δσ1)


= 0,25 + 2,3940
= 2,64
96

P = Teg σ1 / 2
= 2,64/ 2
= 1,32

R (jari-jari) = Δσ1 / 2

= 1,1970 / 2
= 0,5985

Diameter = (σ1 - σ3)


= 2,64 - 0,25

Y
= 2,3940

40°

0.35

x
2.70 3.28
0.25 0.50 0.75 2.39

Grafik 3.11.10 Grafik Lingkaran Mohr


3.11.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian triaksial diatas dapat diperoleh nilai
kohesi tanah (c) = 0,35 dan untuk nilai sudut geser dalam tanah (φ) = 40⁰. Saat
pembebanan (σ3 = 0,25) pada sampel 1 dapat menahan beban sebesar = 7,57kg
dan terjadinya keruntuhan pada tegangan deviator = 2,08 kg/cm² pada waktu 3
menit 15 detik. Saat pembebanan (σ3 = 0,5) pada sampel 2 dapat menahan beban
= 10,24 kg dan terjadinya keruntuhan pada tegangan deviator = 2,81 kg/cm² pada
waktu 4 menit 15 detik. Saat pembebanan (σ3 = 0,75) pada sampel 3 dapat
97

menahan beban sebesar = 8 kg dan terjadinya keruntuhan pada tegangan


deviator = 2,36 kg/cm² waktu 3 menit
98
99
100
101
102
103

Anda mungkin juga menyukai