OLEH :
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB I
PENDAHULUAN
bau tidak sedap dari pernafasan baik yang berasal dari dalam mulut maupun luar
mulut. Sekitar 80-90% kasus halitosis disebabkan oleh kondisi dalam rongga
mulut. Dua puluh lima persen dari populasi dunia mengalami halitosis dan
biasanya tidak menyadari kondisi tersebut karena terbiasa dengan bau atau karena
jalur udara yang dihirup dan dihembuskan berbeda. Udara yang dihembuskan
lewat mulut berjalan horizontal sedangkan udara yang dihirup berasal dari arah
suatu kondisi pasien merasa menderita halitosis, tetapi bau mulut tersebut tidak
berlebihan menderita halitosis, hal ini terjadi pada orang baik yang pernah
yang meliputi methyl mercaptan (CH3SH), hydrogen sulfide (H2S) dan dimethyl
negatif proteolitik yang terletak di area rongga mulut seperti poket periodontal,
permukaan lidah, dan bagian interproksimal gigi. Dimetyl sulfide merupakan
salah satu komponen utama VSCs penyebab utama halitosis yang mempunyai bau
seperti kubis yang busuk. Dimethyl sulfide merupakan penyebab halitosis yang
sering ditemukan di dalam rongga mulut. Salah satu perawatan untuk mengurangi
terjadinya halitosis atau penyebab bau mulut adalah dengan meningkatkan status
kesehatan mulut dengan penggunaan obat kumur. Bentuk sediaan obat kumur
yang praktis memudahkan pasien dalam melakukan perawatan kesehatan gigi dan
mulut. Salah satu zat aktif di dalam obat kumur yang diyakini efektif dalam
Bila oral hygiene tidak dilakukan dengan baik, sisa-sisa makanan akan
mengumpul diantara gigi. Cepat atau lambat makanan yang telah
mengalami pembusukan akan terbentuk, dan hampir keseluruhan dari
produk-produk yang disebabkan oleh pembusukan akan mengeluarkan bau
yang tidak sedap.
3. Merokok
4. Obat-obatan :
5. Penyakit periodontal
6. Penyakit sistemik
5. Penderita halitosis merasakan mulut kering atau air liur lebih kental
daripada biasanya.
4. Bersihkan gigi dan lidah menggunakan pasta gigi dengan baking soda.
5. Gunakan Water Pik (penyemprot air khusus gigi) yang dapat melepaskan
sisa kotoran di sela sela gigi.
6. Gunakan obat kumur yang mengandung bahan penetral bau mulut seperti
cetylperidinium chloride (CPC), zinc chloride, atau chlorhexidine.
Menurut Aziz Ahmad Srigupta (2004), ada tiga jenis pencuci mulut
yang dapat berfungsi untuk mengurangi bau nafas tidak sedap :
1. Penyegar : Terdiri dari mint atau kayu manis dan hanya sebagai pelindung
bau nafas yang tidak sedap untuk sementara waktu. Bahan-bahan ini
membuat penderita halitosis diterima masyarakat untuk smentara.
2. Obat pencuci mulut : Bahan-bahan ini mengandung menthol, asam
benzoid, thymol, eucalyptol, dan alkohol.Bahan-bahan tersebut dapat
membunuh bakteri dan menghentikan bau tidak sedap selama beberapa
jam. Beberapa produk lain mengandung sodium fluor, gabungan
chlorhexidine dapat mengurangi terbentuknya plak. Juga dapat
mengurangi kerusakan gigi dan mencegah permasalahan nafas yang
berbau tidak sedap.
3. Pencuci mulut anti-mikroba : Bahan-bahan ini mengandung glusonet
chlorhexidine sebagai bahan ramuan yang aktif. Pencuci mulut lainnya
mengandung iodine providone. Pencuci mulut yang mengandung sodium
fluor hendaknya digunakan sesuai anjuran karena penggunaan yang terlalu
lama akan memusnahkan bakteri-bakteri baik dan juga bakteri-bakteri
yang membahayakan. Bahan pencuci mulut tersebut juga bisa
membahayakan lapisan mulut, bisa terjadi gusi terasa sakit. Bila gusi
terasa sakit, segera hubungi dokter gigi.
1. Penyakit ginjal
2. Penyakit hati
Bau amis (fishy odor atau fetor hepaticus) pada penyakit hepar. Gangguan lever
yang kronis sering menyebabkan halitosis (bau mulut) akibat metabolisme protein
dan lemak tidak berjalan semestinya lantaran terganggunya fungsi hati. Maka dari
komponen-komponen itu terbentuk metabolik yang dapat dikeluarkan lewat
saluran pernapasandengan bau spesifik
3. Diabetes
Bau buah sering tercium pada penderita koma diabetikum. Penderita diabetes
biasanya mengeluarkan napas khas berbau aseton yang diakibatkan kurangnya
kadar insulin dalam tubuh. Penanggulangannya :
Gunakan permen bebas gula atau permen karet yang dapat merangsang
produksi air liur.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz A.S., 2004. Panduan Singkat Perawatan Gigi dan Mulut. Prestasi Pustaka,
Jakarta
Djaya, A., 2000, Halitosis Nafas Tak Sedap, PT. Dental Lintas Meditama, Jakarta,
h. 9 – 10
Donna P, 2007. Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari – hari. PT Kompas Media
Nusantara, Jakarta
Endah K, 2011. Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut Memicu Penyakit Diabetes,
Stroke dan Jantung. Hanggar Kreator, Yogyakarta
Herawati, D., 2003, Mengenali Halitosis Patologis Berdasarkan Lokasi Asal untuk
Keberhasilan Perawatan Mal Odor Oral, Majalah Ceril, xii (3) : 118 -22.
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi, Vol.4 - No.1 - Mei 2007