Anda di halaman 1dari 19

BAB VII

STANDAR OPERATIONAL
PROCEDURE
( SOP )

A. Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP).


Standart kerja yang diberlakukan dalam perusahaan untuk
menciptakan suasanaa kerja yang harmonis dan tepat
sehingga diharapkan pekerja akan terhindar dari kesalahan
sistem kerja maupun keselamatan kerja menjadi lebih
terjamin. Standar ini harus ada di setiap perusahaan dan
ditandatanggani oleh Direktur perusahaan tersebut. Di
Indonesia standar kerja ini masih sangat langka sehingga saat
perusahaan akan mengantongi atau membuat sertifikasi yang
mewajibkan adanya standar kerja menjadi sesuatu hal yang
sangat membingungkan, sebab rata-rata sumber daya manusia
yang bekerja lebih banyak bekerja atau mengikuti aturan
berdasarkan melihat, mendengar dan mengikuti senior yang
sudah ada dan bekerja terlebih dahulu.

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 246


SOP dibuat untuk menjadi pedoman kerja setiap karyawan
sehingga tidak ada yang merasa tidak tahu dengan peraturan
kerja dalam perusahaan, tujuannya SOP adalah :
1. Menghindari sedini mungkin kesalahan prosedur dalam
proses produksi.
2. Menghindari sedini mungkin kerusakan mesin akhibat
nenggunaan yang tidak sesuai dengan ketentuan
pemakaian mesin oleh supplier mesin tersebut.
3. Mengingatkan pada pekerja untuk selalu waspada dan
bekerja secara benar dan teratur.
4. Menjaga keselamatan pekerja akhibat kerusakan atau
kesalahan mesin.
Hal-hal yang tercantum dalam SOP menjadi pedoman dalam
melaksanakan kerja di rumah sakit, dalam melaksanakan
setiap pekerjaan seharusnya disesuaikan dengan pedoman
SOP yang sudah diterbitkan agar lebih terjada kebenaran
dalam melaksanakan pekerjaan dan ebih aan dalam
melakukan pekerjaan tersebut. SOP diterbitkan oleh unit kerja
itu sendiri dan oleh unit kerja terkait dengan pekerjaan ang
dilakukan.
Untuk membuat SOP harus diketahui dulu cara kerja yang
benar sehingga urutan pembuatan SOP akan terangkai dengan

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 247


benar, misal dalam menjalankan mesin urutan yang harus
dikerjakan mulai dari menyalakan mesin sampai selesai
mematikan mesin harus tepat dan benar agar SOP menjadi
pedoman yang benar. Adapun SOP biasanya mengalami
revisi antar 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) bulan sekali, hal
ini ditujukan untuk mengantisipasi adanya perubahan karena
beberapa hal yang ada dalam mesin tersebut.
Banyak hal=hal yang salah saat pembuatan SOP di
perusahaan-perusahaan, demikian juga di rumah sakit –
rumah sakit dimana pembuatan SOP dilakukan oleh pihak
pengguna atau user, yang rata-rata hanya memahami saat
dilakukan sosialisasi oleh penyedia barang, sementara untuk
pokok penaganan peralatan tersebut tidak sepenuhnya
dipahami, untuk itu peralatan atau mesin-mesin yang
digunakan sebaiknya mintakan SOP dari pabrik pembuatnya
sehingga didapatkan SOP yang benar dan tepat, bukan
berdasarkan pemakaian rutinitas melainkan berdasrakan
produksi peralatan tersebut dan operasional yang
distandarkan oleh pabrik peralatan tersebut.
SOP adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi dan
dikerjakan sesuai peraturan yang berlaku dan sesuai dengan
SOP itu sendiri, apabila pekerja tidak mematuhi SOP maka

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 248


perusahaan wajib memberikan sangsi teguran atau surat
peringatan sehingga SOP menjadi hal yang menyatu dalam
lingkungan kerja. SOP berlaku untuk semua pekerja yang
akan melakukan tindakan atau mengopersikan peralatan yang
ada, sehingga walaupun bukan petugas yang bertanggung
jawab terhadap peralatan tersebut namun juga harus
mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan berdarkan SOP
yang sudah diterbitkan.
SOP dibuat dengan dasar-dasar seperti Surat Keputusan
Direktur sebagai jembatan penegasan perintah kerja yang
harus diikuti dan dilaksanakan oleh pekerja. Siapapun yang
melakukan pekerjaan tersebut maka punya kewajiban untuk
membaca SOP sebagai ketentuan dalam melaksanakan
pekerjaan, sebagai contoh : Pekerja yang melaksanakan
proses pencucian, maka pekerja tersebut wajib memahami
dan mengerti serta melaksanakan SOP yang sudah
diterbitkan, adapun SOP yang harus dilakukan adalah :
1. SOP Pengoperasian mesin laundry (dibuat oleh penyedia
mesin laundry).
2. SOP Pemakaian kimia Laundry (dibuat oleh penyedia
kimia laundry).

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 249


3. SOP Pencucian linen sesuai dengan linen yang dicuci
(dibuat oleh penyedia linen).
4. SOP Cara pemakaian APD sebagai washer (disetujui oleh
K3 RS dan PPI).
5. SOP Pemakaian APD sebagai washer (disetujui oleh K3
RS dan PPI).
6. SOP Kecelakaan kerja (disetujui oleh K3 RS dan PPI).
Sehingga pada saat melaksanakan pekerjaan terrsebut tidak
akan terjadi kesalahan, yang akan mengakibatkan kerugian
dll. Sering kali permasalahan SOP ini hanya yang
berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan saja yang
dibaca, akhibatnya justru akan menjadi masalah karena
prosedur yang lain tidak dipahami dan dimengerti, saat tejadi
kesalahan akan berakhibat fatal dan merugikan.
Faktor terbiasa dalam melaksanakan pekerjaan tersbut
membuat orang tidak pernah membaca dan mengerti tentang
SOP yang berlaku, disamping pihak perusahaan juga tidak
pernah memantau ketepatan bekerja setiap karyawan sesuai
SOP berlaku, kecuali apabila akan ada Akreditasi. Padahal
pada pelaksanaannya SOP akan berubah sejalan dengan
erkembangan perusahaan atau perubahan mesin yang
digunakan atau hal-hal lain yang aksn membuat SOP tadi

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 250


menjadi berbeda dengan awal SOP tadi dibuat, sementara
karyawan tetap melakukan hal yang sama karena ketidak
tahuan dari perusahaan atau tidak ada sosialisasi dari
perubahan SOP yang sudah berlaku, sebagai contoh : SOP
membuka kemasan kimia laundry, saat SOP dibuat kimia
laundry yang digunakan bentuknya bubuk, seiring dengan
waktu maka diganti kimia jenis liquid, makas dilakukan
perubahan SOP. Pada kenyataannya petugas yang membuka
kimia laundry tadi tidak membaca dan tidak ada sosialisasi
perubahan SOP tersebut, sehingga dilakukanlah prosedur
seperti biasa yaitu membuka kemasan kimia bentuk bubuk,
saat terjadi kecelakaan kerja dengan adanya cipratan kimia
tersebut maka kesalahan terjadi, dan permasalahan timbul,
rata-rata akan menjadi kesalahan karyawan atau petugas yang
bekerja.
SOP biasanya sekali diterbitkan menjadi selamanya
digunakan, sementara di tabel SOP ada kolom yang
,emuliskan REVISI, artinya SOP tersebut sudah mengalami
perubahan atau belum dan berapa kali perubahan yang sudah
dilakukan. Selain hal itu juga adanya tahun penerbitan dari
SOP yang ada, namun demikian seorang Akredisator jarang
membaca tahun penerbitan SOP dan Revisi SOP sehingga

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 251


tidak disadari bahwa SOP tadi baru dibuat dan baru
dilaksanakan, dimana mengartikannya bahwa rumah sakit
tersebut selama ini tidak memiliki SOP dalam melaksanakan
pekerjaan-pekerjaasn rutinitas dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan.
Seharusnya SOP itu muncul bersamaan dengan pembangunan
rumah sakit dan berubah seiring dengan perkembangan rumah
sakit itu sendiri, namun demikian adanya penambahan
fasilitas dan perubahaan peralatan, maka akan muncul
perubahan SOP atau pengantian SOP (pengantian SOP
dilakukan karena perubahan sistim kerja atau mesin yang
digunakan) dengan kejadian tersebut maka muncul tahun
yang lebih baru dan belum ada revisinya.
Sebagai contoh : laundry menggunakan mesin cuci rumah
tangga, maka muncul SOP pemakaiannya sesuai dengan
mesin tersebut. Tahun berikutnya mesin cuci tersebut diganti
dengan mesin cuci standar industri/standar rumah sdakit,
maka akan muncul SOP baru yang merubah SOP lama karena
cara pengoperasikan mesin tersebut sudah berbeda, berneda
dengan contoh diatas karena jenis kimia yang berbeda maka
cara membuka berbeda sehingga SOP akaan direvisi bukan
diganti.

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 252


Ketidak pahaman tentang adanya SOP ini menjadi hal yang
biasa saja, bahkan lebih cenderung diabaikan karena lebih
mengutamakan hal-hal yang lebih bersifat finansial atau
keuntungan pihak rumah sakit. Kesadaran tersebut bukan hal
yang harus dilakukan namun hal yang biasa diabaikan. Tanpa
disadari kenyataan hal tersebut selalu berjalan, sebagai contok
; perubahan suplier jarum suntuk, yang juga disadaari akan
ada perubahan bentuk, model, kemasan dll dimana hal-hal
tersebut akan mempengaruhi SOP yang sudah diterbitkan,
masalhnya pihak pengadaan sadar tidak dengan hal tersebut
jika tidak maka pengadaan akan tetap membeli dan
mengedarkan karena berpedoman pada harga beli, tanpa
disadari pengguna suntikan tersebut harus meREVISI SOP
terkait pengantian produk tersebut sesuai dengan perbedaan-
perbedaan yang terjadi dari produk lama dengan produk baru,
berapa jumlah SOP yang harus direvisi. Jika setiap pengadaan
berbeda-beda maka akan muncul SOP yang berbeda-beda
juga. Bagaimana dengan perubahan kemasan atau produk
pada perushaan yang sama ? hal tersebut juga akan
mempengaruhi SOP dari alat tersebut saat membuka kemasan
atau pemakaiannya.

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 253


Penyususnan SOP di lingkungan laundry rumah sakit dapat
juga dimintakan pada suplier-suplier yang bekerja sama
dengan laundry rumah sakit, SOP pencucian dapat
dimintakan pada sulpier mesin cuci bagaimans
mengopersikan mesin cuci tersebut, dari tahapan pemakaian
sampai program mesin cuci yang digunakan, begitu juga
dengan pemakaian kimia laundry dapat dimintakan pada
suplier kimia laundry tersebut, mulai dari dosis pakai,
pengenceran untuk spoolhook dll. Hal tersebut akan
mempermudah penyusunan SOP yang akan digunakan sebab
secara garis besarnya suplier tersebut telah memiliki SOP
yang dibutuhkan oleh user pemakai barang-barang yang
dijual.
B. Standarisasi pembuatan SOP.
SOP atau Standar Prosedur Operasional ( SPO ) adalah Tata
Tertip dalam bekerja khususnya dalam mengoperasikan
mesin-mesin perusahaan sehingga diharapkan tidak terjadi
kesalahan dan mesin juga tidak mudah rusak (kesalahan
proses) atau juga dalam bekerja diharapkan tidak terjadi
kesalahan prosedurnya. Untuk hal tersebut maka di dalam
lembaran SOP tercantum beberapa hal pokok yang sifatnya

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 254


wajib ditulis dalam kolom-kolom SOP yang akan dietrbitkan,
hal-hal tersebut antara lain :
 Logo dan nama rumah sakit.
 Nama SOP yang memakai (prosedur yang ditujukan).
 Nomer Dokumen / Noer SOP tersebut.
 Tanggal penerbitan SOP (disesuaikan dengan
pemakaiasn SOP atau pemakain peralatan).
 No Revisi SOP jika ada revisi.
 Halaman SOP tersebut (perbandingan halan 1 / halaman
akhir dari setiap SOP).
 Pengesahan/Penetapan oleh Direktur rumah sakit.
 Pengertian dari setiap SOP.
 Tujuan pembuatan SOP.
 Kebijakasn dari pembuatan SOP.
 Prosedur SOP tersebut
 Unit kerja terkait dari SOP yang diterbitkan.
SOP dibuat oleh setiap unit kerja berdasarkan tatakerja di unit
tersebut, setiap unit kerja memiliki SOP yang berbeda-beda
menurut pekerjaan atau operasional mesin atau peralatan yang
digunakan. Standar SOP berlaku di unit kerja tersebut yang di
beri nomor berdasarkan unit kerja masing-masing, sementara
itu ada juga SOP yang diterbitkan oleh satu unit kerja yang

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 255


ditujukan untuk unit kerja lain atau sering disebut SOP lintas
unit kerja. SOP ini berkaitan dengan proses yang harus
dilakukan oleh unit kerja terkait agar bekerja secara benar dan
tepat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menjalankan
pekerjaan, mengoperasikan mesin atau peralatan yang ada.
Bentuk kolom dalam pembuatan SOP beragam, ada yang
menggunakan standar ISO atau standar Akreditasi rumah
sakit, namun demikian isi yang tercantum lebih kurang seperti
uraian diatas, sehingga tidak jauh berbeda dengan standar
yang lainnya. Pada saat pelaksanaan audit internal ataupun
audit external yang menjadi dasar audit adalah SOP tersebut,
sehingga dasar audit adalah SOP yang berlaku dan sudah
dilaksanakan atau belum, selain ada atau tidaknya
penyimpangan saat melaksanakan pekerjaan tersebut dari
SOP yang berlaku.
Pemakaian SOP sebagai standar kerja masih sangat minim
diterapkan, secara logika pemahaman kerja dari aktifitas
melihat mempelajari dan mencoba masih menjadi dasar
pokok dalam melaksanakan pekerjaan tersebut, sehingga
dominasi bekerja sesuai dengan SOP masih menjadi
pandangan langka, sehingga saat mendapatkan SOP justru
bingung melakukan pekerjaan tersebut, atau sebaliknya

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 256


membuat SOP sesuai dengan cara bekerja mereka selama ini
bukan berdasarkan pola kerja yang sesuai dan mengutamakan
keselamatan kerja.
C. Hubungsn SOP dengan K3 RS.
SOP merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap
karyawan rumah sskit, sebagasi polisi militer yang berperan
dalam pengawasan SOP adalah unit kerja di K3 RS
(keselamatan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit / K3 RS.
Peranan K3 RS adalah menjaga agar prosedur-prosedur SOP
yang sudah diterbitkan dilaksanakan secara benar sehingga
akan terjaga keselamatan dan kesehatan dari setiap pekerja di
rumah saakit. K3 RS berhak menegur karyawan/ti yang
bekerja tidak berdasrkan prosedur yang berlaku, hal tersebut
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja atau hal-hal yang
merugikan perusahaan nantinya.
Ruang lingkup K3 RS mencakup Prinsip program dan
kebijakan pelaksanaan K3 RS standar pelayanan K3 RS,
standar sarana prasarana dan peralatan K3 RS, pengelolaan
barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3 RS,
pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.
Peranaasn K3 RS dalam pengawasan dan standar kerja yang

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 257


tertuang di SOP akan menjadi landasan utama dalam
mengevalusi dalam pelaporan ke pihak manajemen atau
direktur rumah sakit.
Pada proses pekerjaannya K3 RS akan memberikan masukan
ke manajemen atau direktur rumah sakit sebagai bahan
evaluasi para pekerja di lingkungan rumah sakit, bahkan K3
RS bisa menyarankan untuk evaluasi kesehatan, penambahan
extra makanan (extra fooding) ataupun evaluasi tenaga kerja
yang menderita sakit akibat kerja. Tingkat kecelakaan kerja
dan kesadaran pekerja dalam pemakaian APD menjadi
sorotan utama selain lokasi bekerja sudah sesuai atau belum
juga termasuk kerusakan-kerusakan yang ada di lingkungan
kerja atau peralatan yang digunkan termasuk kelayakan APD
pekerja.
Sedangkan identifikasi bahaya di laundry rumah sakit adalah :
1. Bahaya biologi (debu dari serat linen yang engandung
mikroorganise).
2. Bahayas fisika (kebisingan peralatan mesin laundry, suhu
panas faktor resiko).
3. Bahaya kimia ( detergen, disinfektan, pewangi dll).
4. Bahaya ergonomis (posisi kerja berdiri, mengangkat dll).

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 258


Evaluasi pada K3 RS harus dilakukan secara bertahap dengan
mengedepankan keselamatan kerja, baik pada karyawan,
petugas, pasien, pengunjung dan rekanan rumah sakit.
Prosedur SOP terkait hal-hal tersebut harus teridentifikasi
oleh K3 RS yang bertanggung jawab dalam permaslahan
lingkungan rumah sakit, seperti :
 Identifikasi pengunjung yang tercatat dan teridentifikadi
menggunakan ID.
 Identifikasi pengunjung, karyawan, pasien dan lain-lain
untuk merokok di area rumah sakit.
 Identifikasi keluarga pasien yang memberi makanan pada
kucing di area rumah sakit.
 Dll.
Pembangunan atau rehap ruanagan atau lingkungan rumah
sakit merupakan sasaran yang harus diawasi secara akurat
sehingga pada saat pelaksanannya tidak mengganggu aktifitas
ataupun pekerjaan di rumah sakit disamping itu juga
menhindari kecelakan kerja. Prosedur SOP pada
pembangunan dan rehab lingkungan rumah sakit juga harus
dimonitoring secara tepat, peakaian APD pekerja bangunan
harus standar dan ada SOP yang mengaturnya. Kecerobohan
seting terjadi saat tender atau pelelangan pembangunan

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 259


tersebut pihak-pihak terkait seperti K3 RS dan PPI tidak
dilibatkan sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pembuatan SOP unit laundry rumah sakit menyangkut dalam
penanganan linen infeksius secara benar dan tepat, dimana
linen kotor infeksius diperlakukan secara benar dengan
meminimalkan kontak dengan udara dan manusia, hal
tersebut untuk mencegah terjadinya pemaparan
mikroorganisne baik dengan udara atau pada manusia di
lingkungan rumah sakit. SOP dibuat berdasarkan lokasi
pekerjaan yang dilakukan sehingga semua menggunkan SOP
dalam melaksanakan pekerjaan tersebut walupun hanya
mengisi blanko penerimaan linen kotor atau pengiriman linen
bersihm jika tidak ada SOP maka pekerjaan tersebut bisa
salah dilakukan, sebagai contoh saat peneriman linen ada
SOP penghitungan linen kotor dan pencatat peneriman linen
yang ditandatanggani kdua belah pihak, jika hanya sepihak
maka akan terjadi permasalahan saat pengiriman dilakukan
karena sering ada perbedaan peneriman dan pengiriman
hanya karena pengirimannya tidak dihitung secasar cermat
atau tidak ada tanda tanggan sebagai buktinya. Hal tersebut
menyebabkan seringnya terjadi kehilangan dalam data

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 260


pengiriman linen yang pada skhirnya masalah tersebut
menjadi kesalahan unit laundry.

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 261


 Kasus : Tidak adanya SOP yang berlaku dan APD

pada laundry di rumah sakit

 Jawaban : Sebagian besar laundry-laundry rumah

sakit di Indonesia belum menggunkan


SOP sebagai bagaian dari standar dalam
bekerja sehingga dalam bekerja karyawan
laundry hanya mengandalkan pengetahuan
yang diberikan secara lapangan sementara
cara yang benar belum dipahami karena
setiap laundry mempunyai mesin yang
berbeda maka SOP yang ada juga berbeda
namun rata-rata karyawan laundry
mengetahui secara garis besar tanpa
menerima SOP sebelum dibekerjakan di
laundry tersebut. Kurangnya pemahaman
SOP kadang membuat sistem bekerjanya
menjadi asal selesai tanpa harus
memperhatikan kualitas pekerjaanya
dimana apabila diberikan kompalin
kurang bersih maka diterima dan dicuci
ulang, bukan dilihat dan dipeljari sebab

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 262


apa cuciannya kurang bersih, setelah
dicuci berulang-ulang tidak bersih hanya
dilaporkan bahwa tekstil tersebut
tidakdapat dicuci bersih lagi, sementara
ada banyak faktor yang harus dipahami
dari SOP itu sendiri yang menyebabkan
pencucian kurang bersih. SOP yang ada
dilaundry macam-macam seperti SOP
mesin, SOP chemical, SOP produksi dll.
APD atau alat pelindung diri saat ini
masih kurang dipahami oleh karyawan,
karena merasa sudah bekerja lama di
laundry dan tidak pernah merasa sakit
maka pemakaian APD tidak pernah
dilakukan sehingga pernah ditemukan
karyawan laundry mencuci linen kotor
hanya memakai celana panjang dan kaos
dalam saja tanpa baju, tanpa sarung
tangan, tanpa topi dll setelah ditegur
hanya dijawab karena sudah bekerja lebih
dari 10 tahun sampai sekarang belum
pernah sakit jadi tidak ada masalah.

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 263


Sebagai pengelola laundry maka menjadi kewajibannya untuk
memperhatikan karyawannya sehingga masalah pemakaian APD
sangat diwajibkan agar karyawan seminimal mungkin terjadi
kontak langsung dengan linen kotor, perlu juga diterapkan SOP
yang benar sehingga dalam bekerja karyawan lebih terarah dan
untuk menjaga keawetan mesin-mesin laundry dengan penerapan
SOP yang benar.
Peraturan-paraturan perusahaan tentang kewajiban pemakaian
APD dan ketersediaan APD sangat membantu untuk penerapan di
lapangan sehingga teguran dan pemberian surat peringatan apabila
karyawan tidak memakai APD saat bekerja menjadi prioritas
utama di dalam perusahaan laundry rumah sakit.

Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 264

Anda mungkin juga menyukai