Standart kerja yang diberlakukan dalam perusahaan untuk menciptakan suasanaa kerja yang harmonis dan tepat sehingga diharapkan pekerja akan terhindar dari kesalahan sistem kerja maupun keselamatan kerja menjadi lebih terjamin. Standar ini harus ada di setiap perusahaan dan ditandatanggani oleh Direktur perusahaan tersebut. Di Indonesia standar kerja ini masih sangat langka sehingga saat perusahaan akan mengantongi atau membuat sertifikasi yang mewajibkan adanya standar kerja menjadi sesuatu hal yang sangat membingungkan, sebab rata-rata sumber daya manusia yang bekerja lebih banyak bekerja atau mengikuti aturan berdasarkan melihat, mendengar dan mengikuti senior yang sudah ada dan bekerja terlebih dahulu.
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 246
SOP dibuat untuk menjadi pedoman kerja setiap karyawan sehingga tidak ada yang merasa tidak tahu dengan peraturan kerja dalam perusahaan, tujuannya SOP adalah : 1. Menghindari sedini mungkin kesalahan prosedur dalam proses produksi. 2. Menghindari sedini mungkin kerusakan mesin akhibat nenggunaan yang tidak sesuai dengan ketentuan pemakaian mesin oleh supplier mesin tersebut. 3. Mengingatkan pada pekerja untuk selalu waspada dan bekerja secara benar dan teratur. 4. Menjaga keselamatan pekerja akhibat kerusakan atau kesalahan mesin. Hal-hal yang tercantum dalam SOP menjadi pedoman dalam melaksanakan kerja di rumah sakit, dalam melaksanakan setiap pekerjaan seharusnya disesuaikan dengan pedoman SOP yang sudah diterbitkan agar lebih terjada kebenaran dalam melaksanakan pekerjaan dan ebih aan dalam melakukan pekerjaan tersebut. SOP diterbitkan oleh unit kerja itu sendiri dan oleh unit kerja terkait dengan pekerjaan ang dilakukan. Untuk membuat SOP harus diketahui dulu cara kerja yang benar sehingga urutan pembuatan SOP akan terangkai dengan
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 247
benar, misal dalam menjalankan mesin urutan yang harus dikerjakan mulai dari menyalakan mesin sampai selesai mematikan mesin harus tepat dan benar agar SOP menjadi pedoman yang benar. Adapun SOP biasanya mengalami revisi antar 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) bulan sekali, hal ini ditujukan untuk mengantisipasi adanya perubahan karena beberapa hal yang ada dalam mesin tersebut. Banyak hal=hal yang salah saat pembuatan SOP di perusahaan-perusahaan, demikian juga di rumah sakit – rumah sakit dimana pembuatan SOP dilakukan oleh pihak pengguna atau user, yang rata-rata hanya memahami saat dilakukan sosialisasi oleh penyedia barang, sementara untuk pokok penaganan peralatan tersebut tidak sepenuhnya dipahami, untuk itu peralatan atau mesin-mesin yang digunakan sebaiknya mintakan SOP dari pabrik pembuatnya sehingga didapatkan SOP yang benar dan tepat, bukan berdasarkan pemakaian rutinitas melainkan berdasrakan produksi peralatan tersebut dan operasional yang distandarkan oleh pabrik peralatan tersebut. SOP adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi dan dikerjakan sesuai peraturan yang berlaku dan sesuai dengan SOP itu sendiri, apabila pekerja tidak mematuhi SOP maka
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 248
perusahaan wajib memberikan sangsi teguran atau surat peringatan sehingga SOP menjadi hal yang menyatu dalam lingkungan kerja. SOP berlaku untuk semua pekerja yang akan melakukan tindakan atau mengopersikan peralatan yang ada, sehingga walaupun bukan petugas yang bertanggung jawab terhadap peralatan tersebut namun juga harus mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan berdarkan SOP yang sudah diterbitkan. SOP dibuat dengan dasar-dasar seperti Surat Keputusan Direktur sebagai jembatan penegasan perintah kerja yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh pekerja. Siapapun yang melakukan pekerjaan tersebut maka punya kewajiban untuk membaca SOP sebagai ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan, sebagai contoh : Pekerja yang melaksanakan proses pencucian, maka pekerja tersebut wajib memahami dan mengerti serta melaksanakan SOP yang sudah diterbitkan, adapun SOP yang harus dilakukan adalah : 1. SOP Pengoperasian mesin laundry (dibuat oleh penyedia mesin laundry). 2. SOP Pemakaian kimia Laundry (dibuat oleh penyedia kimia laundry).
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 249
3. SOP Pencucian linen sesuai dengan linen yang dicuci (dibuat oleh penyedia linen). 4. SOP Cara pemakaian APD sebagai washer (disetujui oleh K3 RS dan PPI). 5. SOP Pemakaian APD sebagai washer (disetujui oleh K3 RS dan PPI). 6. SOP Kecelakaan kerja (disetujui oleh K3 RS dan PPI). Sehingga pada saat melaksanakan pekerjaan terrsebut tidak akan terjadi kesalahan, yang akan mengakibatkan kerugian dll. Sering kali permasalahan SOP ini hanya yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan saja yang dibaca, akhibatnya justru akan menjadi masalah karena prosedur yang lain tidak dipahami dan dimengerti, saat tejadi kesalahan akan berakhibat fatal dan merugikan. Faktor terbiasa dalam melaksanakan pekerjaan tersbut membuat orang tidak pernah membaca dan mengerti tentang SOP yang berlaku, disamping pihak perusahaan juga tidak pernah memantau ketepatan bekerja setiap karyawan sesuai SOP berlaku, kecuali apabila akan ada Akreditasi. Padahal pada pelaksanaannya SOP akan berubah sejalan dengan erkembangan perusahaan atau perubahan mesin yang digunakan atau hal-hal lain yang aksn membuat SOP tadi
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 250
menjadi berbeda dengan awal SOP tadi dibuat, sementara karyawan tetap melakukan hal yang sama karena ketidak tahuan dari perusahaan atau tidak ada sosialisasi dari perubahan SOP yang sudah berlaku, sebagai contoh : SOP membuka kemasan kimia laundry, saat SOP dibuat kimia laundry yang digunakan bentuknya bubuk, seiring dengan waktu maka diganti kimia jenis liquid, makas dilakukan perubahan SOP. Pada kenyataannya petugas yang membuka kimia laundry tadi tidak membaca dan tidak ada sosialisasi perubahan SOP tersebut, sehingga dilakukanlah prosedur seperti biasa yaitu membuka kemasan kimia bentuk bubuk, saat terjadi kecelakaan kerja dengan adanya cipratan kimia tersebut maka kesalahan terjadi, dan permasalahan timbul, rata-rata akan menjadi kesalahan karyawan atau petugas yang bekerja. SOP biasanya sekali diterbitkan menjadi selamanya digunakan, sementara di tabel SOP ada kolom yang ,emuliskan REVISI, artinya SOP tersebut sudah mengalami perubahan atau belum dan berapa kali perubahan yang sudah dilakukan. Selain hal itu juga adanya tahun penerbitan dari SOP yang ada, namun demikian seorang Akredisator jarang membaca tahun penerbitan SOP dan Revisi SOP sehingga
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 251
tidak disadari bahwa SOP tadi baru dibuat dan baru dilaksanakan, dimana mengartikannya bahwa rumah sakit tersebut selama ini tidak memiliki SOP dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaasn rutinitas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Seharusnya SOP itu muncul bersamaan dengan pembangunan rumah sakit dan berubah seiring dengan perkembangan rumah sakit itu sendiri, namun demikian adanya penambahan fasilitas dan perubahaan peralatan, maka akan muncul perubahan SOP atau pengantian SOP (pengantian SOP dilakukan karena perubahan sistim kerja atau mesin yang digunakan) dengan kejadian tersebut maka muncul tahun yang lebih baru dan belum ada revisinya. Sebagai contoh : laundry menggunakan mesin cuci rumah tangga, maka muncul SOP pemakaiannya sesuai dengan mesin tersebut. Tahun berikutnya mesin cuci tersebut diganti dengan mesin cuci standar industri/standar rumah sdakit, maka akan muncul SOP baru yang merubah SOP lama karena cara pengoperasikan mesin tersebut sudah berbeda, berneda dengan contoh diatas karena jenis kimia yang berbeda maka cara membuka berbeda sehingga SOP akaan direvisi bukan diganti.
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 252
Ketidak pahaman tentang adanya SOP ini menjadi hal yang biasa saja, bahkan lebih cenderung diabaikan karena lebih mengutamakan hal-hal yang lebih bersifat finansial atau keuntungan pihak rumah sakit. Kesadaran tersebut bukan hal yang harus dilakukan namun hal yang biasa diabaikan. Tanpa disadari kenyataan hal tersebut selalu berjalan, sebagai contok ; perubahan suplier jarum suntuk, yang juga disadaari akan ada perubahan bentuk, model, kemasan dll dimana hal-hal tersebut akan mempengaruhi SOP yang sudah diterbitkan, masalhnya pihak pengadaan sadar tidak dengan hal tersebut jika tidak maka pengadaan akan tetap membeli dan mengedarkan karena berpedoman pada harga beli, tanpa disadari pengguna suntikan tersebut harus meREVISI SOP terkait pengantian produk tersebut sesuai dengan perbedaan- perbedaan yang terjadi dari produk lama dengan produk baru, berapa jumlah SOP yang harus direvisi. Jika setiap pengadaan berbeda-beda maka akan muncul SOP yang berbeda-beda juga. Bagaimana dengan perubahan kemasan atau produk pada perushaan yang sama ? hal tersebut juga akan mempengaruhi SOP dari alat tersebut saat membuka kemasan atau pemakaiannya.
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 253
Penyususnan SOP di lingkungan laundry rumah sakit dapat juga dimintakan pada suplier-suplier yang bekerja sama dengan laundry rumah sakit, SOP pencucian dapat dimintakan pada sulpier mesin cuci bagaimans mengopersikan mesin cuci tersebut, dari tahapan pemakaian sampai program mesin cuci yang digunakan, begitu juga dengan pemakaian kimia laundry dapat dimintakan pada suplier kimia laundry tersebut, mulai dari dosis pakai, pengenceran untuk spoolhook dll. Hal tersebut akan mempermudah penyusunan SOP yang akan digunakan sebab secara garis besarnya suplier tersebut telah memiliki SOP yang dibutuhkan oleh user pemakai barang-barang yang dijual. B. Standarisasi pembuatan SOP. SOP atau Standar Prosedur Operasional ( SPO ) adalah Tata Tertip dalam bekerja khususnya dalam mengoperasikan mesin-mesin perusahaan sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan dan mesin juga tidak mudah rusak (kesalahan proses) atau juga dalam bekerja diharapkan tidak terjadi kesalahan prosedurnya. Untuk hal tersebut maka di dalam lembaran SOP tercantum beberapa hal pokok yang sifatnya
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 254
wajib ditulis dalam kolom-kolom SOP yang akan dietrbitkan, hal-hal tersebut antara lain : Logo dan nama rumah sakit. Nama SOP yang memakai (prosedur yang ditujukan). Nomer Dokumen / Noer SOP tersebut. Tanggal penerbitan SOP (disesuaikan dengan pemakaiasn SOP atau pemakain peralatan). No Revisi SOP jika ada revisi. Halaman SOP tersebut (perbandingan halan 1 / halaman akhir dari setiap SOP). Pengesahan/Penetapan oleh Direktur rumah sakit. Pengertian dari setiap SOP. Tujuan pembuatan SOP. Kebijakasn dari pembuatan SOP. Prosedur SOP tersebut Unit kerja terkait dari SOP yang diterbitkan. SOP dibuat oleh setiap unit kerja berdasarkan tatakerja di unit tersebut, setiap unit kerja memiliki SOP yang berbeda-beda menurut pekerjaan atau operasional mesin atau peralatan yang digunakan. Standar SOP berlaku di unit kerja tersebut yang di beri nomor berdasarkan unit kerja masing-masing, sementara itu ada juga SOP yang diterbitkan oleh satu unit kerja yang
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 255
ditujukan untuk unit kerja lain atau sering disebut SOP lintas unit kerja. SOP ini berkaitan dengan proses yang harus dilakukan oleh unit kerja terkait agar bekerja secara benar dan tepat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menjalankan pekerjaan, mengoperasikan mesin atau peralatan yang ada. Bentuk kolom dalam pembuatan SOP beragam, ada yang menggunakan standar ISO atau standar Akreditasi rumah sakit, namun demikian isi yang tercantum lebih kurang seperti uraian diatas, sehingga tidak jauh berbeda dengan standar yang lainnya. Pada saat pelaksanaan audit internal ataupun audit external yang menjadi dasar audit adalah SOP tersebut, sehingga dasar audit adalah SOP yang berlaku dan sudah dilaksanakan atau belum, selain ada atau tidaknya penyimpangan saat melaksanakan pekerjaan tersebut dari SOP yang berlaku. Pemakaian SOP sebagai standar kerja masih sangat minim diterapkan, secara logika pemahaman kerja dari aktifitas melihat mempelajari dan mencoba masih menjadi dasar pokok dalam melaksanakan pekerjaan tersebut, sehingga dominasi bekerja sesuai dengan SOP masih menjadi pandangan langka, sehingga saat mendapatkan SOP justru bingung melakukan pekerjaan tersebut, atau sebaliknya
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 256
membuat SOP sesuai dengan cara bekerja mereka selama ini bukan berdasarkan pola kerja yang sesuai dan mengutamakan keselamatan kerja. C. Hubungsn SOP dengan K3 RS. SOP merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap karyawan rumah sskit, sebagasi polisi militer yang berperan dalam pengawasan SOP adalah unit kerja di K3 RS (keselamatan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit / K3 RS. Peranan K3 RS adalah menjaga agar prosedur-prosedur SOP yang sudah diterbitkan dilaksanakan secara benar sehingga akan terjaga keselamatan dan kesehatan dari setiap pekerja di rumah saakit. K3 RS berhak menegur karyawan/ti yang bekerja tidak berdasrkan prosedur yang berlaku, hal tersebut untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja atau hal-hal yang merugikan perusahaan nantinya. Ruang lingkup K3 RS mencakup Prinsip program dan kebijakan pelaksanaan K3 RS standar pelayanan K3 RS, standar sarana prasarana dan peralatan K3 RS, pengelolaan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3 RS, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan. Peranaasn K3 RS dalam pengawasan dan standar kerja yang
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 257
tertuang di SOP akan menjadi landasan utama dalam mengevalusi dalam pelaporan ke pihak manajemen atau direktur rumah sakit. Pada proses pekerjaannya K3 RS akan memberikan masukan ke manajemen atau direktur rumah sakit sebagai bahan evaluasi para pekerja di lingkungan rumah sakit, bahkan K3 RS bisa menyarankan untuk evaluasi kesehatan, penambahan extra makanan (extra fooding) ataupun evaluasi tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja. Tingkat kecelakaan kerja dan kesadaran pekerja dalam pemakaian APD menjadi sorotan utama selain lokasi bekerja sudah sesuai atau belum juga termasuk kerusakan-kerusakan yang ada di lingkungan kerja atau peralatan yang digunkan termasuk kelayakan APD pekerja. Sedangkan identifikasi bahaya di laundry rumah sakit adalah : 1. Bahaya biologi (debu dari serat linen yang engandung mikroorganise). 2. Bahayas fisika (kebisingan peralatan mesin laundry, suhu panas faktor resiko). 3. Bahaya kimia ( detergen, disinfektan, pewangi dll). 4. Bahaya ergonomis (posisi kerja berdiri, mengangkat dll).
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 258
Evaluasi pada K3 RS harus dilakukan secara bertahap dengan mengedepankan keselamatan kerja, baik pada karyawan, petugas, pasien, pengunjung dan rekanan rumah sakit. Prosedur SOP terkait hal-hal tersebut harus teridentifikasi oleh K3 RS yang bertanggung jawab dalam permaslahan lingkungan rumah sakit, seperti : Identifikasi pengunjung yang tercatat dan teridentifikadi menggunakan ID. Identifikasi pengunjung, karyawan, pasien dan lain-lain untuk merokok di area rumah sakit. Identifikasi keluarga pasien yang memberi makanan pada kucing di area rumah sakit. Dll. Pembangunan atau rehap ruanagan atau lingkungan rumah sakit merupakan sasaran yang harus diawasi secara akurat sehingga pada saat pelaksanannya tidak mengganggu aktifitas ataupun pekerjaan di rumah sakit disamping itu juga menhindari kecelakan kerja. Prosedur SOP pada pembangunan dan rehab lingkungan rumah sakit juga harus dimonitoring secara tepat, peakaian APD pekerja bangunan harus standar dan ada SOP yang mengaturnya. Kecerobohan seting terjadi saat tender atau pelelangan pembangunan
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 259
tersebut pihak-pihak terkait seperti K3 RS dan PPI tidak dilibatkan sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pembuatan SOP unit laundry rumah sakit menyangkut dalam penanganan linen infeksius secara benar dan tepat, dimana linen kotor infeksius diperlakukan secara benar dengan meminimalkan kontak dengan udara dan manusia, hal tersebut untuk mencegah terjadinya pemaparan mikroorganisne baik dengan udara atau pada manusia di lingkungan rumah sakit. SOP dibuat berdasarkan lokasi pekerjaan yang dilakukan sehingga semua menggunkan SOP dalam melaksanakan pekerjaan tersebut walupun hanya mengisi blanko penerimaan linen kotor atau pengiriman linen bersihm jika tidak ada SOP maka pekerjaan tersebut bisa salah dilakukan, sebagai contoh saat peneriman linen ada SOP penghitungan linen kotor dan pencatat peneriman linen yang ditandatanggani kdua belah pihak, jika hanya sepihak maka akan terjadi permasalahan saat pengiriman dilakukan karena sering ada perbedaan peneriman dan pengiriman hanya karena pengirimannya tidak dihitung secasar cermat atau tidak ada tanda tanggan sebagai buktinya. Hal tersebut menyebabkan seringnya terjadi kehilangan dalam data
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 260
pengiriman linen yang pada skhirnya masalah tersebut menjadi kesalahan unit laundry.
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 261
Kasus : Tidak adanya SOP yang berlaku dan APD
pada laundry di rumah sakit
Jawaban : Sebagian besar laundry-laundry rumah
sakit di Indonesia belum menggunkan
SOP sebagai bagaian dari standar dalam bekerja sehingga dalam bekerja karyawan laundry hanya mengandalkan pengetahuan yang diberikan secara lapangan sementara cara yang benar belum dipahami karena setiap laundry mempunyai mesin yang berbeda maka SOP yang ada juga berbeda namun rata-rata karyawan laundry mengetahui secara garis besar tanpa menerima SOP sebelum dibekerjakan di laundry tersebut. Kurangnya pemahaman SOP kadang membuat sistem bekerjanya menjadi asal selesai tanpa harus memperhatikan kualitas pekerjaanya dimana apabila diberikan kompalin kurang bersih maka diterima dan dicuci ulang, bukan dilihat dan dipeljari sebab
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 262
apa cuciannya kurang bersih, setelah dicuci berulang-ulang tidak bersih hanya dilaporkan bahwa tekstil tersebut tidakdapat dicuci bersih lagi, sementara ada banyak faktor yang harus dipahami dari SOP itu sendiri yang menyebabkan pencucian kurang bersih. SOP yang ada dilaundry macam-macam seperti SOP mesin, SOP chemical, SOP produksi dll. APD atau alat pelindung diri saat ini masih kurang dipahami oleh karyawan, karena merasa sudah bekerja lama di laundry dan tidak pernah merasa sakit maka pemakaian APD tidak pernah dilakukan sehingga pernah ditemukan karyawan laundry mencuci linen kotor hanya memakai celana panjang dan kaos dalam saja tanpa baju, tanpa sarung tangan, tanpa topi dll setelah ditegur hanya dijawab karena sudah bekerja lebih dari 10 tahun sampai sekarang belum pernah sakit jadi tidak ada masalah.
Laundry Rumah Sakit dan Masalahnya 263
Sebagai pengelola laundry maka menjadi kewajibannya untuk memperhatikan karyawannya sehingga masalah pemakaian APD sangat diwajibkan agar karyawan seminimal mungkin terjadi kontak langsung dengan linen kotor, perlu juga diterapkan SOP yang benar sehingga dalam bekerja karyawan lebih terarah dan untuk menjaga keawetan mesin-mesin laundry dengan penerapan SOP yang benar. Peraturan-paraturan perusahaan tentang kewajiban pemakaian APD dan ketersediaan APD sangat membantu untuk penerapan di lapangan sehingga teguran dan pemberian surat peringatan apabila karyawan tidak memakai APD saat bekerja menjadi prioritas utama di dalam perusahaan laundry rumah sakit.