Anda di halaman 1dari 21

TUGAS TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR SECARA BIOLOGI

Disusun Oleh :
Nama : 1.Fenty Alnafrah (NIM : 061640421617)
2.Nadia Zaky Fadillah (NIM : 061640421953)
Kelas : 2KIA

Dosen Pembimbing : Adi Syakdani, S.T., M.T.

PROGAM STUDI DIV TEKNOLOGI KMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Teknik
Pengolahan Limbah dengan judul “Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi” ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada
seluruh pihak, terutama kepada Pak Adi Syakdani, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah
Teknik Pengolahan Limbah Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah berkontribusi dalam
menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Palembang, Mei 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3

BAB III PENUTUP...................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dewasa ini perkembangan industri yang sangat pesat tidak lain karena penerapan
kemajuan teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, namun
di sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia.
Dampak tersebut harus dicegah karena keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh
kegiatan industri dan teknologi tersebut. Jika keseimbangan lingkungan terganggu maka
kualitas lingkungan juga berubah. Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya
dukung alam atau kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia.
Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik
disebut limbah. Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan. Ada sampah, ada air sanitasi, dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik
lainnya yang merupakan masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan
lingkungan.
Pembuangan sampah rumah tangga dibiasakan pada tempat sampah sesuai dengan
jenisnya, sampah basah, sampah kering, dan sisa-sisa industry. Selain itu, kebiasaan meludah,
buang air kecil dan besar, air limbah juga harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu
kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan
penyebar penyakit dan bau yang tidak sedap.
Limbah cair yang menjadi konsentrasi bahasan kami kali ini merupakan air buangan
adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat
umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan hidup. Sumber lain
mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari
daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, yang bercampur dengan air tanah,
air permukaan dan air hujan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa air
limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun
kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya.
Lingkungan hidup dapat dilindungi dari pencemaran dengan pengolahan air limbah yang
baik. Secara ilmiah lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan
yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut
mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya sehingga air limbah perlu diolah
sebelum dibuang. Pengolahan limbah sendiri dilakukan secara fisika,kimia dan biologi.

1
1.2 Tujuan
Ada beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini :
a. Menambah wawasan tentang penolahan limbah cair secara biologi.
b. Menambah wawasan tentang prinsip pengolahannya.
c. Mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat dari pengolahan limbah secara biologi.
d. Mengetahui klasifikasinya berdasarkan kondisi prosesnya.
e. Serta mengetahui dan memahami faktor – faktor yang berpengaruh pada proses tersebut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Yaitu pengolahan (treatment) air limbah dengan mendayagunakan mikroorganisme untuk
mendekomposisi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air limbah menjadi bahan yang
kurang menimbulkan potensi bahaya (misalnya keracunan, kematian biotik akibat penurunan
DO, maupun kerusakan ekosistem). Pengolahan secara biologi seringkali merupakan
pengolahan tahap kedua (secondary treatment) dalam sebuah IPAL.

2.2 Prinsip Kerja


Biasanya disediakan media penunjang sebagai tempat hidup mikroorganisme, baik secara
melekat maupun tersuspensi sehingga mereka dapat hidup secara optimal dan menguraikan
sampah organik pada air limbah tersebut.

2.3 Tujuan dan Manfaat


Secara umum tujuan serta manfaat pengolahan air limbah secara biologi yaitu sebagai berikut
:
a. Degradasi (penguraian) bahan organik.
b. Transformasi zat organik menjadi zat yang kurang berbahaya.
c. Nitrifikasi dan denitrifikasi.
d. Menggunakan kembali zat organik dalam air limbah (misalnya gas metana).
e. Stabilisasi air limbah.

2.4 Klasifikasi
Proses pengolahan limbah cair secara biologis, secara garis besar terbagi menjadi 3, yakni :
a. Proses Biologis Dengan Biakan Tersuspensi
Ialah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas mikroorganisme untuk menguraikan
senyawa polutan yang ada dalam air limbah dan mikroorganisme yang digunakan dibiakkan
secara tersuspensi di dalam reaktor. Contoh dari pengolahan dengan sitem ini adalah lumpur
aktif, kolam oksidasi, dan lain – lain.

3
b. Proses Biologis Dengan Biakan Melekat
Ialah proses pengolahan limbah dimana mokroorganisme yang digunakan dibiakkan dalam
suatu media sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Contoh
pengolahan dengan sistem ini adalah trickling filter, aerasi kontak, dan RBC.
c. Proses Biologis Dengan Sistem Lagun Atau Kolam.
Pengolahan dengan sistem ini dilakukan dengan cara menampung air limbah pada suatu kolam
penampungan dalam waktu tinggal yang cukup lama sehingga aktifitas mokroorganisme
tumbuh secara alami dan senyawa polutan yang terkandung dalam air limbah akan terurai
secara perlahan.
Proses pengolahan limbah secara biologi jika diklasifikasikan berdasarkan ketergantungan
mikroorganisme pengurai akan oksigen atau berdasar kondisi proses :
1. Aerob (Memerlukan Oksigen)
Proses ini membutuhkan mikroorganisme maupun kondisi aerob, selain itu proses aerob biasa
digunakan untuk limbah dengan kadar BOD Yng tidak terlalu tinggi.Ada beberapa teknik
pengolahan limbah cair secara biologi dengan proses aerob :
a. Lumpur Aktif (Activated Sludge Process)
Pengolahan limbah dengan sistem lumpur aktif mulai dikembangkan di Inggris pada tahun
1914 oleh Ardern dan Lockett, dan dinamakan lumpur aktif karena prosesnya melibatkan
massa mikroorganisme yang aktif, dan mampu menstabilkan limbah secara aerobik. Istilah
lumpur aktif diterapkan baik pada proses maupun padatan biologis di dalam unit pengolahan.
Cara Kerja :
1. Setelah dilakukan penyaringan dan equalisasi, air limbah dimasukkan kedalam bak
pengendap awal untuk menurunkan suspended solid.
2. Limbah cair dimasukkan ke dalam tangki aerasi di mana terjadi pencampuran dengan
mikroorganisme yang aktif (lumpur aktif). Mikroorganisme inilah yang melakukan
penguraian dan menghilangkan kandungan organik dari limbah secara aerobik. Oksigen
yang dibutuhkan untuk reaksi mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara memasukkan
udara ke dalam tangki aerasi dengan blower. Aerasi ini juga berfungsi untuk mencampur
limbah cair dengan lumpur aktif, hingga terjadi kontak yang intensif.
3. Campuran limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke tangki
sedimentasi di mana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan sebagai
effluen dari proses.
4. Sebagian besar lumpur aktif yang diendapkan di tangki sedimentasi tersebut dikembalikan
ke tangki aerasi sebagai return sludge supaya konsentrasi mikroorganisme dalam tangki
aerasinya tetap sama dan sisanya dikeluarkan sebagai excess sludge.

4
Kelebihan :
· Daya larut oksigen dalam air limbah lebih besar.
· Efisiensi proses lebih tinggi.
· Cocok untuk pengolahan air limbah dengan debit kecil untuk polutan organik yang susah
terdegradasi.
·
Kekurangan :
· Area instalasi luas, sehingga membutuhkan dana investasi cukup besar, akibatnya
pemanfaatan teknologi lumpur aktif menjadi tidak efisien di Indonesia.
· Proses operasional yang rumit mengingat proses lumpur aktif memerlukan pengawasan yang
cukup ketat seperti kondisi suhu dan bulking control proses endapan.
· Membutuhkan energi yang besar.
· Membutuhkan operator yang terampil dan disiplin dalam mengatur jumlah massa mikroba
dalam reaktor.
· Membutuhkan penanganan lumpur lebih lanjut.

Contoh Pengaplikasian :
Sistem pegolahan air limbah pada rumah sakit & industri kertas (pulp).
b. Lagun Aerasi (Aerated Lagoon)
Lagun Aerasi adalah sebuah kolam yang dilengkapi dengan aerator. Proses kerja reaktor ini
ialah menampung air limbah dalam sebuah kolam besar yang diatur supaya suasana aerobik
berjalan melalui pengadukan mekanis ataupun memasang penggelembung udara seperti
gambar dibawah ini. Biomassa yang terbentuk akan mendegradasi polutan organik. Suplai
oksigen juga terkadang mendapat bantuan dari fotosintesis alga maupun ganggang dalam
kolam tersebut.
Cara Kerja :
Lagun aerasi mempunyai proses yang hampir sama dengan proses kerja lumpur aktif,
perbedaannya adalah dalam hal pengembalian lumpur. Pada lagun aerasi lumpur tidak
dikembalikan. Aerator langsung beroperasi di atas permukaan lagun dan menggoncang seluruh
permukaan limbah agar dapat tercampur merata antara udara dan limbah. Mikroorganisme
memanfaatkan limbah sebagai sumber energi. Yang penting disini adalah berapa jumlah
oksigen yang dapat ditransfer untuk kebutuhan kolam.

5
Kelebihan :
· Biaya pemeliharaan rendah.
· Effluent yang dihasilkan baik karena daya larut oksigen dalam air limbah lebih besar sehingga
mengoptimalkan kinerja mikroorganisme.
· Dapat menampung air limbah dengan kuantitas volume yang sangat besar.
· Tidak menimbulkan bau.

Kekurangan :
· Membutuhkan lahan yang luas.
· Membutuhkan energi yang besar, karena disamping untuk suplai oksigen juga untuk
pengadukan secara sempurna.

Contoh Pengaplikasian :
Sistem pengolahan air limbah pada industri pangan.

c. Rotating Biological Contactors (RBC)


Rotating Biological Contactor (RBC) adalah suatu proses perngolahan air limbah secara
biologis yang terdiri atas disk melingkar yang diputar oleh poros dengan kecepatan tertentu.
Unit pengolahan ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as yang digerakkan oleh motor
drive system dari diffuser yang dibenam dalam air limbah, dibawah media.
Cara Kerja :
Mekanisme aerasi terjadi ketika mikroba terpapar oksigen di luar air limbah sehingga terjadi
pelarutan oksigen akibat difusi. Sesaat kemudian, mikroba ini tercelup lagi ke dalam air limbah
sekaligus memberikan oksigen kepada mikroba yang tersuspensi di dalam bak. Bersamaan
dengan itu terjadi juga reintake material organik dan anorganik yang merekat didalam biofilm.
Tetesan air berbutir-butir yang jatuh dari media plastik dan bagian biofilm yang merekat
dipermukaan plastik juga memberikan peluang reaerasi. Begitu seterusnya secara kontinyu
24jam sehari, ada yang bagian terendam, ada bagian yang terpapar oksigen.

Kelebihan :
· Mudah dioperasikan.
· Mudah dalam perawatan.
· Tidak membutuhkan banyak lahan.
· Beberapa variasi parameter dapat di kontrol seperti kecepatan putaran disc, resirkulasi, dan
waktu detensi.

6
Kekurangan :
· Kerusakan pada materialnya seperti as, coupling, bearing, rantai, gear box, motor listrik, dan
lain – lain yang membutuhkan biaya cukup banyak.
· Biaya kapital dan pemasangan mahal.
· Biaya investasi mahal jika debit airnya besar.

d. Saringan Menetes (Trickling Filter)


Merupakan alat penyaring berbentuk silinder dengan media berpori yang disusun secara
bertumpuk. Proses kerja dari reaktor ini yakni mendistribusikan air limbah melalui bagian atas
oleh lengan yang dapat berputar sehingga membentuk sprai/tetes-tetes kecil, kemudian
berkontak dengan mikroorganisme yang menempel pada media. Tujuan pendisribusian
berputar ialah untuk menyebarkan air limbah ke permukaan seluruh media secara merata.
Media itu sendiri dapat berupa potongan – potongan batu kerikil/zeolit, silika, arang, pozzolan
ataupun bahan isian dari plastik yang berukuran antara 40 -80 mm. Permukaan batuan ini
mengandung lapisan (film) mikroorganisme – biasanya, bakteri Zoogloea ramigera dan spesies
protozoa bersilia (Carchesium, Opercularia dan Vorticella). Suplai oksigen didapat dari
penghembusan oleh blower dari bagian bawah. Penghembusan oleh blower ini juga berfungsi
untuk mendistribusikan air limbah menjadi tetesan kecil pada lengan putar.
Prinsipnya adalah bakteri aerob mendegradasi bahan organik yang melekat dan tumbuh pada
suatu lapisan media, saat limbah melewati lapisan yg seperti lendir, limbah yg mengandung
polutan akan terdegradasi. Limbah mengalir melalui pipa distributor yg berlubang sehingga
terdapat zona basah dan kering bergantian dan terjadilah transfer oksigen kemudian limbah
mengalir dan kontak dg mikroorganisme lalu keluar melalui pipa under - drain di bawah bak
penampung.
Cara Kerja :
1. Air limbah dialirkan ke bak pengendapan awal untuk mengendapakan padatan tersuspensi
2. Selanjutnya air limbah dialirkan ke bak Trickling filter melalui pipa berlubang yang
berputar, kemudian keluar melalui pipa under-drain yang ada didasar bak dan keluar melalui
saluran efluen.
3. Air limbah dialirkan ke bak pengendapan akhir dan limpasan dari bak pengendapan akhir
merupakan air olahan.
4. Lumpur yang mengendap selanjutnya disirkulasikan ke inlet bak pengendapan awal

Kelebihan :
· Tidak memerlukan lahan yang terlalu luas serta mudah pengoperasiannya.
· Sangat ekonomis dan praktis.
· Tidak membutuhkan pengawasan yang ketat.
· Suplai oksigen dapat diperoleh secara alamiah melalui permukaan paling atas media.

7
Kekurangan :
· Tidak bisa diisi dengan beban volume yang tinggi mengingat masa biologi pada filter akan
bertambah banyak sehingga bisa menimbulkan penyumbatan filter.
· Timbulnya bau yang tidak sedap
· Prosesnya sering terganggu oleh lalat-lalat yang datang menghampiri.
· Hanya untuk limbah yang encer dan dengan BOD yang rendah.

Contoh Pengaplikasian :
Sistem pengolahan limbah cair domestik dan industri obat herbal.

2. Anaerob ( Tanpa Oksigen )


Pengolahan anaerobik adalah pengolahan air limbah dengan menggunakan bakteri anaerob
atau tanpa membutuhkan oksigen dalam proses pengolahan atau penguraian air limbahnya oleh
bakteri. Pengolahan air limbah secara biologi anaerob bertujuan untuk merombak bahan
organik dalam air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana yang tidak berbahaya.
Disamping itu pada proses pengolahan secara biologi anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti
gas CH4 dan CO2. Proses ini dapat diaplikasikan untuk air limbah organik dengan beban bahan
organik (COD) yang tinggi. Pengolahan anaerob dapat digunakan dalam proses pengolahan air
limbah industri dan air limbah domestik.
Pada proses pengolahan secara biologi anaerob terjadi empat tahapan proses yang terlibat
diantaranya :
· Proses Hidrolisis : suatu proses yang memecah molekul organik komplek menjadi molekul
organik yang sederhana.
· Proses Acidogenisis : suatu proses yang merubah molekul organik sederhana menjadi asam
lemak.
· Proses Acetogenisis : suatu proses yang merubah asam lemak menjadi asam asetat dan
terbentuk gas-gas seperti gas H2, CO2, dan NH4.
· Proses Methanogenisis : suatu proses yang merubah asam asetat dan gas-gas yang dihasilkan
pada proses acetogenisis menjadi gas metan, CH4 dan CO2.Pengaturan pH awal proses sangat
penting. Tahap pembentukan asam akan menurunkan pH awal. Jika penurunan ini cukup
besar akan dapat menghambat aktivitas mikroorganisme penghasil metana. Untuk
meningkatkat pH dapat dilakukan dengan penambahan kapur.

Kelebihan :
· Efisiensi yang tinggi.
· Mudah dalam konstruksi derta pengoperasiannya.
· Tidak membutuhkan lahan yang luas.
· Membutuhkan energi dalam jumlah yang sedikit.
· Jumlah lumpur yang dihasilkan sedikit.
· Serta jumlah nutrien dan bahan kimia yang dibutuhkan juga sedikit.

8
Kekurangan :
· Penyisihan kandungan nutrien an patogen yang rendah.
· Membutuhkan waktu yang lama untuk start-up.
· Menimbulkan bau.

2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengolahan Limbah Secara Biologi


Ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain :
a. Nutrien
b. Nutrien yang dibutuhkan ada dua jenis yakni mikro dan makro. Untuk makro terdiri dari
unsur C, N, dan P.
c. Kadar Oksigen
d. Oksigen hanya dibutuhkan jika proses pengolahan dilakukan pada kondisi aerob.
e. Suhu
f. PH

2.6 Kualitas Air Melalui Parameter Biologi


Parameter biologi adalah indikator (petunjuk) biotik yang dapat mengidentifikasi bahwa suatu
perairan telah mengalami pencemaran. Unsur biotik yang dijadikan parameter ini ialah
waterborn patogen (mikroorganisme patogen yang menetap dan berkembangbiak pada air
tercemar), waterborn patogen yang paling umum diperhatikan diantaranya :
¦ Bakteri : Makhluk bersel tunggal dengan ukuran tubuh antara 0,12 -ratusan mikron yang
merupakan makhluk paling banyak jumlahnya dan tersebar luas di bumi.
¦ Virus : parasit obligat (hanya dapat bereproduksi di dalam inangnya, diluar itu ia akan
mati) berukuran mikroskopik (sampai dengan 20 nm).
¦ Protozoa : mikroorganisme plankton dari golongan kingdom Protista yang berukuran kurang
dari 10 mikron.
¦ Helmint : mikroorganisme dari filum protozoa , kelas rhizopoda yang bersifat parasit dengan
ukuran tubuh 3-1000 mikron. Sering disebut pula amoeba.

Untuk menganalisa kehadiran waterborn patogen tersebut biasanya dilakukan pengujian


langsung pada air limbah sampel dengan mikroskop (mikroskop electron / mikroskop
ultraviolet) maupun pengujian langsung secara mikrobiologi.

9
2.7 Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (Palm Oil Mill Effluent=POME)
Industri berbasis kelapa sawit merupakan investasi yang relatif menguntungkan, namun
demikian perlu diperhatikan pula beban pencemaran yang ditimbulkan bila tidak dilaksanakan
dengan baik. Setiap ton tandan buah segar yang diolah menghasilkan limbah cair sekitar 50%
dibandingkan dengan total limbah lainnya, sedangkan tandan kosong sebanyak 23% (Sutarta et
al, 2000). Lubis dan Tobing (1989) mengatakan bahwa setiap 1 ton CPO menghasilkan limbah
cair sebanyak 5 ton dengan BOD 20.000 - 60.000 mg/l.

Gambar 1. Palm Oil Mill Effluen

Limbah yang dihasilkan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) ada yang berupa limbah padat dan
limbah cair. Limbah padat berupa cangkang dan fiber digunakan sebagai bahan bakar boiler
atau coir mesh dan tandan kosong dimanfaatkan kembali sebagai mulsa (pupuk bagi
tanaman).
Pada mulanya, strategi pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan kapasitas
daya dukung (carrying capacity approach). Keterbatasan daya dukung lingkungan secara
alami dalam menetralisir pencemaran membuat strategi pengelolaan pencemaran berkembang
ke arah pendekatan mengolah limbah yang terbentuk (end of pipe treatment).

10
Limbah cair yang dihasilkan harus mengikuti standard yang sudah ditetapkan dan tidak
dapat dibuang/diaplikasikan secara langsung karena akan berdampak pada pencemaran
lingkungan. Parameter yang menjadi salah satu indikator kontrol untuk pembuangan limbah
cair adalah angka biological oxygen demand (BOD). Angka BOD berarti angka yang
menunjukkan kebutuhan oksigen. Jika air limbah mengandung BOD tinggi dibuang ke sungai
maka oksigen yang ada di sungai tersebut akan terhisap material organik tersebut sehingga
makhluk hidup lainnya akan kekurangan oksigen. Sedangkan angka chemical oxygen deman
(COD) adalah angka yang menunjukkan suatu ukuran apakah dapat secara kimiawi
dioksidasi. Fungsi dari pengolahan limbah (effluent treatment) adalah untuk menetralisir
parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum diaplikasikan (land
aplication). Mutu limbah cair yang dapat dialirkan ke sungai adalah: BOD 3.500 hingga
3.000 mg/liter, Minyak dan lemak ≤ 600 mg/liter, dan pH ≥ 6.

Limbah Cair Kelapa Sawit Limbah cair kelapa sawit berasal dari kondensat, stasiun
klarifikasi dan hidrocyclon atau yang lebih dikenal dengan istilah Palm Oil Mill Effluent
(POME) merupakan sisa buangan yang tidak bersifat toksik (tidak beracun), tetapi memiliki
daya pencemaran yang tinggi karena kandungan organiknya dengan nilai BOD berkisar
18.000- 48.000 mg/L dan nilai COD berkisar 45.000-65.000 mg/L (Chin et al.,1996). Limbah
cair yang dihasilkan tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkanpencemaran
lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibuat tindakan pengendalian limbah cair
melalui sistem kolam yang kemudian dapat diaplikasikan ke lahan.

Limbah cair dalam sistem kolam terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1. Kolam Pendinginan C. Agar proses Limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki temperatur
75-90oC
2. Kolam Pengasaman Pada kolam pengasaman akan terjadi penurunan pH dan pembentukan
karbondioksida. Proses pengasaman ini dibiarkan selama 30 hari.
3. Kolam Pembiakan Bakteri Pada fase ini terjadi pembiakan bakteri, bakteri tersebut
berfungsi untuk pembentukan methane, karbondioksida dan kenaikan pH. Proses
pembiakan bakteri hingga limbah tersebut dapat diaplikasikan memerlukan waktu 30-40
hari. (Kittikun et al., 2000)

11
Secara garis besar alur proses pengolahan limbah di Pabrik Kelapa Sawit adalah sebagai
berikut:

FAT PIT

Gambar 2. Alur Proses Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit


Limbah dari PKS dialirkan masuk kedalam fat pit. Pada fat pit ini terjadi pemanasan dengan
menggunakan steam dari BPV. Pemanasan ini diperlukan untuk memudahkan pemisahan
minyak dengan sludge sebab pada fat pit ini masih dimungkinkan untuk melakukan pengutipan
minyak dengan menggunakan skimmer.
Limbah dari fat pit ini kemudian dialirkan ke kolam cooling pond yang berguna untuk
mendinginkan limbah yang telah dipanaskan.

Gambar 3. Fat Pit

Cooling Pond
Selain untuk mendinginkan limbah, cooling pond juga berfungsi untuk mengendapkan
sludge. Setelah daricooling pond I limbah kemudian masuk ke cooling pond II untuk
dilakukan proses pendinginan yang sama dengan cooling pond I. Limbah dari cooling
pond II kemudian dialirkan ke kolam anaerobic 1, 2, 3.

13
Gambar 4. Cooling Pond

Kolam Anaerobic
Pada kolam anaerobic ini terjadi perlakuan biologis terhadap limbah dengan menggunakan
bakteri metagonik yang telah ada di kolam. Unsur organik yang terdapat dalam limbah cair
digunakan bakteri sebagai makanan dalam proses mengubahnya menjadi bahan yang tidak
berbahaya bagi lingkungan. Pada kolam anaerobic terjadi penurunan BOD dan kenaikan pH
minimal 6. Ketebalan scum pada kolam anaerobic tidak boleh > 25 cm, jika ketebalannya
telah melebihi 25 cm maka itu merupakan tanda bahwa bakteri sudah kurang berfungsi.

Gambar 5. Kolam Aerobik

14
Maturity Pond
Setelah dari kolam anaerobic, limbah masuk ke kolam maturity pond yang berfungsi untuk
pematangan limbah (serta kenaikan pH dan penurunan BOD). Di maturity pond ini terdapat
pompa yang berfungsi mensirkulasikan limbah kembali ke kolam anaerobic (ditunjukkan oleh
garis putus-putus pada flow process). Kegunaan sirkulasi adalah untuk membantu
menurunkan suhu dan menaikkan pH di kolam anaerobic 1, 2, 3.

Gambar 6. Kolam Pematangan

Kolam Aplikasi
Setelah dari maturity pond limbah kemudian masuk ke kolam aplikasi yang merupakan
tempat pembuangan akhir limbah. Limbah yang terdapat pada kolam aplikasi ini digunakan
untuk pupuk tanaman kelapa sawit (land application).

15
Gambar 7. Kolam Aplikasi

Ada beberapa pilihan dalam pengelolaan limbah cair PKS setelah diolah di kolam
pengelolaan limbah (IPAL) diantaranya adalah dibuang ke badan sungai atau diaplikasikan
ke areal tanaman kelapa sawit yang dikenal dengan land application. Pembuangan limbah
cair ke badan sungai bisa dilakukan dengan syarat telah memenuhi baku mutu yang
ditetapkan oleh peraturan perundangan. Alternatif ini mempunyai beberapa kelemahan
diantaranya:
· Pengelolaan limbah cair sehingga menjadi layak dibuang ke badan sungai (BOD dibawah
100 ppm ), secara teknis bisa dilakukan tetapi memerlukan biaya dan teknologi yang tinggi
di samping waktu retensi efluen yang panjang di kolam-kolam pengelolaan
· Tidak ada nilai tambah baik bagi lingkungan maupun bagi perusahaan
· Merupakan potensi sumber konflik oleh masyarakat karena perusahaan dianggap
membuang limbahnya ke badan sungai adalah berbahaya walaupun limbah tersebut
mempunyai BOD di bawah 100 ppm.

Model alternatif lainnya dalam pengelolaan efluen adalah dengan mengaplikasikan ke areal
pertanaman kelapa sawit (land application), sebagai sumber pupuk dan air irigasi. Banyak
lembaga penelitian yang melaporkan bahwa efluen banyak mengandung unsur hara yang
cukup tinggi. Potensi ini menjadi semakin penting artinya dewasa ini karena harga pupuk
impor yang meningkat tajam serta kerap terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan.

Pemanfaatan limbah cair PKS melalui land application telah menjadi hal yang rutin
Dilakukan di perkebunan besar dengan hasil yang baik, yaitu dapat meningkatkan produksi
kelapa sawit tanpa menimbulkan dampak negatif yang berarti terhadap lingkungan. (baca
artikel land application).

16
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
a. Pengolahan limbah cair secara biologi ialah pengolahan limbah dengan bantuan
mikroorganisme untuk mendekomposisikan senyawa organik yang terkandung dalam air
limbah.
b. Prinsip dari pengolahan limbah secara biologi ialah menggunakan mikroorganisme serta
media penunjang yang membantu pertumbuhan mikroorganisme itu.
c. Tujuan utama dari pengolahan limbah cair secara biologi adalah untuk menguraikan
senyawa organik yang terkandung dalam air limbah menjadi senyawa yang tidak berbahaya
lagi.
d. Berdasarkan kondisi proses pengolahan serta mikroorganisme yang digunakan, pengolahan
limbah cair secara biologi terbagi menjadi dua, yakni : pengolahan secara aerob dan anaerob.
e. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pengolahan limbah cair secara biologi,
seperti suhu, pH, nutrien, dan kadar oksigen.

17
Daftar Pustaka

Diakses pada 13 Mei 2017


 http://herudzakwan.blogspot.co.id/
 http://ketutsumada.blogspot.co.id/2012/04/pengolahan-air-limbah-secara-biologi-
i.html
 http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/013biologi.pdf
 https://nurkayat.wordpress.com/artikelku/penangganan-limbah-secara-biologis/
 https://www.academia.edu/9192802/PENGOLAHAN_LIMBAH_CAIR_DI_PABRI
K_KELAPA_SAWIT
 https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&
uact=8&ved=0ahUKEwj1qJ3I2-
vTAhUBv48KHWRbDGQQFgg9MAM&url=http%3A%2F%2Fejurnal.bppt.go.id%2
Fejurnal2011%2Findex.php%2FJAI%2Farticle%2Fview%2F59%2F12&usg=AFQjC
NF_onCZxlMPVcKF4xvaa0SMvrHYGw&sig2=964P60ssjWB8QEQQCjHhvw

18

Anda mungkin juga menyukai