Anda di halaman 1dari 136

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Rumah Sakit adalah sarana pelayanan kesehatan, dimana masyarakat akan merasa
percaya akan pelayanan yang diberikan oleh paramedik untuk mendapatkan kesehatan
yang prima, namun beberapa waktu terakhir ini timbul masalah dalam pelayanan rumah
sakit yang disebabkan oleh pelayanan yang kurang memuaskan yang diberikan hal
tersebut berhubungan dengan kondisi linen rumah sakit, disamping linen yang tidak
memenuhi standar kebersihan, jumlah linen yang kurang, umur/masa pakai linen yang
sudah lebih dari satu tahun, atau juga linen yang sudah tidak layak pakai tetapi masih
digunakan, juga tidak menutup peluang linen yang berubah fungsi untuk menghemat
pengadaan linen itu sendiri.
Buku ini mengupas sebagian terkecil dari hal-hal yang timbul dari permasalahan terkait
dengan pengadaan linen, pelayanan linen penyimpanan linen dan proses pembersihan
linen secara benar yang dihubungkan dengan ulasan dari depatermen terkait yang sudah
menerbitkan buku Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit yang diterbitkan oleh
Depatermen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) dalam menjalankan pelayanan
kesehatan masyarakat di Indonesia.
Buku ini berpusat dari pengalaman dalam bidang laundry baik laundry perhotelan
maupun laundry retaill dimana dalam permasalahan laundry hampir sama, namun
demikian dalam laundry Rumah Sakit mempunyai perbedaan yang menyolok yaitu dalam
pemakaian kimia laundry dan proses produksi laundry yang harus tepat dan benar.
Perbedaan-perbedaan pada mesin laundry, sumber daya manusia, kondisi lingkungan juga
kondisi air yang digunakan dalam proses laundry rumah sakit akan semakin komplek
sebab pengaruh yang ditimbulkan ternyata cukup besar sehingga laundry yang dulu selalu
terbelakang sekarang ini tidak dapat lagi karena laundry mempunyai teknologi yang
cukup berkembang (dibandingkan dengan rumah sakit yang ada di Malaysia, Singapura
atau Australia) maka laundry rumah sakit di Indonesia masih jauh dari kata benar.
Kupasan dalam buku ini diharapkan akan menambah wawasan minimal mengingatkan
pada para pekerja laundry baik yang ada dalam lingkungan rumah sakit maupun
perhotelan mungkin juga laundry retaill bahwa keterkaitan bidang laundry pada usaha
lain adalah sangat erat terutama teknologi tekstil di Indonesia maupun masuknya

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 1


beberapa produk dari luar negeri terutama bidang garment atau dunia mode yang dalam
perawatannya harus mengetahui jenis tekstil yang digunakan sebagai bahan untuk
produksi garment tersebut.
Selain tekstile juga produsen kimia laundry juga berperan dalam perkembangan industri
laundry di Indonesia dengan produksi bermacam kimialaundry yang ramah lingkungan
akan dihasilkan produk yang cukup baik dengan kualitas yang menjanjikan artinya ramah
lingkungan dapat menghilangkan macam-macam jenis noda dan tidak merusak tekstil
yang dicuci sehingga tekstil yang dicuci menjadi bersih dan awet.
(sampaikan kritik dan saran lewat E-mail : jokosulistyo02@yahoo.com)

B. Permasalahan yang timbul.


Sasaran dalam buku ini adalah untuk mengembangkan imajinasi para pekerja laundry
yang bukan hanya sekedar sebagai tukang cuci melainkan sebagai salah satu sumber daya
manusia (SDM) yang dapat potensial terhadap bidang laundry, harapan penulis juga
pekerjaan di laundry dapat berkembang dan menjadi salah satu karier yang akan dicari
oleh pekerja-pekerja bukan lagi sebagai yang terbelakang melainkan sebagai bidang yang
potensial untuk dikembangkan baik bidang bisnisnya maupun bidang formalnya sebagai
pendidikan khusus untuk pengembangan sumber daya manusia yang memang dibutuhkan.
Meninjau kemampuan dan teknologi yang jauh tertinggal dengan negara-negara tetangga
maka perkembangan bidang laundry masih sangat kecil hampir tidak ada perkembangan
hal tersebut dapat dilihat dari oarang-orang yang berkecimpung dalam bidang laundry
hampir setiap tahun tidak ada perubahan, sangat disangkan apabila salah satu dari
lapangan kerja yang ada tidak dimaksimalkan sebagai lahan untuk pekerja-pekerja yang
saat ini banyak di Indonesia.
Buku ini tidak banyak mengupas permasalahan yang ada dalam laundry melainkan yang
berhubungan dengan laundry rumah sakit, namun dapat juga digunakan sebagai bahan
acuan untuk laundry hotel maupun reataill karena inti dari laundry adalah sama sebagai
proses pencucian atau pembersihan tekstil.
Adapun permasalahan yang dikupas meliputi :
1. Dasar pemilihan Bahan untuk Linen Rumah Sakit.
2. Proses Pencucian/perawatan Linen Rumah Sakit.
3. Pengelolaan/managemen Linen Rumah Sakit.
4. Laundry sebagai salah satu depatermen yang menghasilkan.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 2


Secara garis besar masalah yang ada adalah kualitas linen yang kurang baik, pencucian
yang kurang tepat dan noda yang tidak dapat dihilangkan namun demikian adanya saling
menyalahkan dalam lingkungan kerja sendiri menjadi topik masalah yang membuat
laundry menjadi pelengkap penderita karena permasalahan ditumpukan kapada laundry
yang salah (ini terjadi hampir di semua rumah sakit di Indonesia). Hal ini membuat para
pekerja laundry menjadi tidak nyaman dalam bekerja (dibeberapa rumah sakit laundry
adalah depatermen atau bagian dari unit kerja yang digunakan sebagai tempat pemindahan
karyawan/ti yang bermasalah dengan rumah sakit) hal ini membuat laundry menjadi tidak
produktif dan karyawan bekerja tidak terkontrol secara benar, alternatif untuk masalah ini
adalah dengan memberikan peluang bagi pekerja laundry untuk mengikuti seminar dan
pelatihan tentang laundry sehingga penambahan ilmu bagi karyawan laundry menjadi
bagian dari kewajiban rumah sakit. Seminar dan pendidikan laundry adalah salah satu
bidang yang jarang ada bahkan pendidikan yang secara khusus mengembangkan ilmu
laundry tidak ada walupun ada beberapa sekolah perhotelan memberikan materi tersebut
namun rata-rata hanya sebagai pelengkap dalam pendidikan housekeeping bukan secara
khusus mengupas laundry.

C. Dasar Manajemen Linen Rumah Sakit


Rumah Sakit adalah salah satu pelayanan jasa kesehatan yang berada dalam pengawasan
Depatermen Kesehatan RI, untuk itu hal-hal yang menyangkut pelayanan ini akan
ditindak lanjuti dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP), Undang-undang (UU), juga
Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes) dll. Hal ini menjadi pedoman dalam
standarisasi pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit.
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan Manajenen Laundry Rumah Sakit dapat diambil
beberapa Undang-undang, Peraturan Pemerintah atau Keputusan Menteri terkait dengan
pengelolaan Linen Rumah Sakit antara lain adalah :
1. UU No. 23 tahun 1992
Tentang Kesehatan.
2. UU No. 23 tahun 1997
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. UU No. 1 tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja.
4. PP No. 85/1999 tentang Perubahan PP No. 18 tahun 1999
Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Racun.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 3


5. PP No. 20 tahun 1990
Tentang Pencemaran Air.
6. PP No. 27 tahun 1999
Tentang Amdal.
7. PerMenKes RI No. 472/MenKes/Peraturan/V/1996
Tentang Penggunaan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan.
8. PerMenKes RI No. 416/MenKes/Peraturan/IX/1992
Tentang Penyediaan Air Bersih dan Air Minum.
9. PerMenKes RI No. 986/MenKes/Peraturan/XI/1992
Tentang Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.
10. Keputusan Mentrin Kesehatan RI No. 983/MenKes/SK/XI/1992
Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
11. Kepmen LH No. 58/MENLH/12/1995
Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit.
12. Pedoman Sanitrasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992
Tentang Pengelolaan Linen.
13. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/2004.
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
14. Buku Pedoman Infeksi Nosokomial tahun2001.
15. Standard Pelayanan Rumah Sakit tahun 1999.
(Data diambil dari buku Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit Depatermen Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 2004)

Atas dasar peraturan-peraturan tersebut maka didapatkan beberapa hal yang terkait
dengan managemen linen rumah sakit terutama pada pemilihan bahan dasar untuk
pembuatan linen, proses pembuatan linen yang benar sesuai dengan fungsinya dan
perawatan linen yang benar sesuai dengan standar DEPKES yang berlaku, adanya
pengujian linen setiap 6 (enam) bulan sekali terhadap standar kelayakan linen menjadikan
linen sebagai salah satu penyebab timbulnya nosokomial di lingkungan rumah sakit.
Seberapa besar peranan linen rumah sakit tehadap kegiatan yang berlangsung di
lingkungan rumah sakit? Faktor apa yang menyebabkan terjadinya kerusakan linen rumah
sakit sebelum pada waktunya pengantian linen baru?

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 4


Manajemen linen yang baik dan benar akan membuat investasi linen dapat dihitung dan
dapat didepresiasikansehingga keuntungan lebih bagi pengelolaan rumah sakit apabila
menejemen linen dapat dipraktekkan secara tepat dan benar.

D. Tujuan
Tujuan dari pengupasan masalah yang ada hanya meliputi manajemen cara pemilihan
linen/pengadaan linen (bukan pemilihan merk bahan tertentu, melainkan menyarankan
bahan dengan type/kriteria tertentu), jumlah linen untuk memenuhi jumlah standar dari
kebutuhan linen yang benar dalam satu rumah sakit dihitung dengan jumlah tempat tidur
serta perkiraan jumlah hunian dari rumah sakit itu sendiri (BOR), distribusi linen yang
benar dan cara penyimpanan linen yang baik sehingga tidak menimbulkan masalah pada
linen tersebut, juga pemilihan bahan kimia sebagai media pencucian serta air yang
menjadi kebutuhan pokok dalam proses pencucian, pada prinsipnya proses pencucian
semuanya benar namun dalam buku ini proses pencucian yang disesuiakan dengan
kondisi lingkungan serta berhubungan dengan kualitas pencucian, limbah pencucian serta
memandang nosokomial sebagai hal yang harus dihindari dalam pengelolaan laundry
rumah sakit.
Sementara proses pencucian akan dikupas secara terbuka mulai dari pengaruh chemical
laundry yang digunakan, obat-obatan yang digunakan di rumah sakit, ketahanan noda
yang ditimbulkan juga termasuk Prosedur Baku dalam Bekerja (Standard Operation
Prosedur) rotasi/perputaran linen yang benar dari sistem pergerakan linen di rumah sakit
(mulai dari penerimaan linen kotor sampai distribusi linen bersih).
Tujuan dari manajemen linen adalah memenuhi kebutuhan linen dirumah sakit sehingga
proses pelayanan kesehatan yang ada dirumah sakit tidak terganggu karena linen yang
bermasalah (kurangnya ketersediaan linen, linen yang masih basah/belum dicuci, linen
bersih yang masih bernoda atau bau dll).

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 5


BAB II
LINEN RUMAH SAKIT

A. Dasar-dasar Tekstil
Textil adalah proses hasil akhir dari pengolahan serat baik serat alami maupun serat sintetis,
perbedaan jenis textile tergantung dari asal serat sebagai bahan penyusunnya sehingga serat
alami dan serat sintetis (buatan) mempunyai perbedaan yang mendasar untuk itu sistem yang
dibuat dalam perawatan hasail akhir dari textile tersebut juga mengamali perbedaan, untuk itu
dasar sebelum pembahasan lebih lanjut tentang laundry maka sebagai pengetahuan awal
harus diketahui dulu textile sebagai bahan dasar pembuat linen.
Serat alam adalah serat yang dihasilkan oleh alam, biasanya terbuat dari tumbuhan atau
selolusa ada juga yang tebuat dari material bahan tambang.
Serat buatan adalah serat yang dibuat dari bahan-bahan kimia sehingga terbetuk serat yang
hampir sama dengan serat alami namun beda karakter dari serat yang ada.
Saat ini dipasaran textile terdapat pembuatan serat buatan dan serat alam yang diproses
menjadi satu textile hal ini karena kebutuhan membuat inovasi selalu berubah dan
berkembang, karakter yang terbentuk dari serat alam dapat dilihat apabila benang tersebut
dibakar maka akan meninggalkan bekas dan berbau seperti rambut terbakar sedangkan kalau
serat buatan lebih cenderung meninggalkan arang dan tidak berbau (ada beberapa jenis serat
alam tertentu yang beda analisanya tergantung dari jenis serat alam yang dibuat contoh diats
adalah sebagian yang ada).
Serat sintetis adalah proses senyawa kimia buatan yang dihasilkan dengan teknologi tertentu
sehingga akan terbentuk satu serat benang yang apabila ditenun menghasilkan textile.
Pada pembuatan benang sintetis diperlukan bahan-bahan kimia antara lain methanol, ethylene
glycol dan dimethylterephthalate dengan menggunakan reaktor diproses sehingga dihasilkan
serat halus yang nantinya akan dijadikan benang pada proses hasil akhir menjadi textile, serat
yang terbentuk akan dipilin dan ditenun menjadi kain/textile.
Proses pertenunan ini yang menjadikan dasar pembuatan textile dimana dalam proses
pertenunan diberikan mode atau corak dalam membuat motif tenunan pada kain tersebut
sehingga akan terbentuk kain yang bermotif baik dan bagus. Motif tenun dibentuk dengan

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 6


SKEMA PEMBUATAN SERAT BENANG SINTETIS

Feed Tank

Spinneret

Filter

Reaktor
Methanol To Recovery
Ethylene Glycol
Dimethylterephthalate

To Stretcher & Other Processing

sistem Shedding atau pembukaan mulut Lusi. Adapun pembukaan mulut Lusi pada mesin
tenun dapat dilakukan dengan menggunakan sebagai berikut :
1. Cam (>8 picks)
2. Dobby (>6,400 picks)
3. Jacquard (>1,800,000 picks)
kain pada tenunan digunakan untuk memberikan corak yang berbeda dan guna yang berbeda
pula. Selain dilakukan penenunan juga ada yang dilakukan perajutan, perajutan adalah kain
yang dibentuk oleh suatu sistim benang yang membentuk jeratan menjadi kolom (wales) dan
baris (course). Ada 2 (dua) tipe utama untuk rajutan yaitu :
1. Kain Rajut Lusi
2. Kain Rajut Pakan
Sedangkan saat ini ada beberapa merek mesin tenun yang beredar antara lain adalah :

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 7


Gambar : Mesin Tenun Shutlle Loom

Gambar : Mesin Tenun Projectile Loom (tahun 1953)

Gambar 01 : Mesin Tenun Air Jet Loom (tahun 1975).

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 8


Gambar : Rapier Loom (tahun 1953)

Gambar 01 : Mesin Tenun Water Jet Loom (tahun 1980).

Gambar 01 : Mesin Tenun MultiphaseWater Jet Loom M8300

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 9


Hasil akhir dari proses perajutan atau penenunan dilakukan proses akhir yaitu sentuhan akhir
dari kesempurnaan dan mendapatkan karakteristik dari kain tersebut adalah dengan 2 (dua)
cara yaitu :
1. Penyempurnaan Rutin
Penyempurnaan rutin adalah penyempurnaan yang harus dilakukan setiap produksi
kain hal ini untuk memberikan hasil yang lebih bagus dan menyempurnakan produksi
yang ada. Proses ini tidak dapat dilihat atau dirasa secara langsung efeknya, karena
hampir tidak dapat disentuh, dirasa dan dilihat secara langsung.
Contoh proses ini adalah :
a. Bleaching Pemutihan dan Penghilangan Kotoran
b. Calendering Agar permukaan rata, halus dan kilau
c. Decatizing Efek kilau dan Penghilangan Perforasi
d. Heat Setting Stabilisasi Dimensi kain
e. Mercerization Absorpsi dan Kekuatan Tarik
f. Scouring Penghilangan Lilin dan kanji
g. Weighting Penambahan berat
h. Stentering Stabilisasi Corak dan Lebar kain

2. Penyempurnaan Khusus
Proses penyempurnaan khusus dilakukan untuk mendapatkan hasil lebih spesifik lagi
sesuai dengan kebutuhan pasar sehingga hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan saja.
Proses ini memberikan kontribusi pada karakteristik kain yg di inginkan, performance
dan kenampakannya.
a. Durability Abrasion Resistance
b. Comfort W/R, W/P, Antistatic
c. Safety Flame Retardant
d. Improve Care Soil Release, D/Pe. Biological Resistance Antibacterial
Setelah mengetahui hal-hal diatas juga perlu diketahui dasar dari kontruksi kain dimana
konstruksi kain akan menambah pengetahuan tentangkekuatan kain yang dibuat sehingga
sebagai user perlu sedikit tahu akan onstruksi kain ini, konstruksi kain dapat dibedakan
menjadi 6 (enam) macam, antara lain :
A. Komposisi Serat
Suatu kain dibuat dengan satu atau lebih macam serat sesuai karakteristik kain yang
diinginkan.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 10


Contoh :
Cotton 100%
Poly 65% / Cotton 35% (TC)
Poly – Rayon 65/35 (TR)
CVC 55/45B. Jenis Anyaman
Anyaman adalah posisi benang penyususn kain sehingga terbentuk kain dari benang-
benang yang dianyam antara benang melintang dan benang membujur. Ada 3 jenis
anyaman dasar :
B.1. Anyaman Polos / Plain Weave

Gambar : Anyaman Polos / Plain Wave


B.2. Anyaman Twill / Twill Weave
Gambar : Anyaman Twill / Twill WeaveB.3. Anyaman Satin / Sateen Weave
Anyaman yang mempunyai jumlah benang pakan dan benang lusi sama seperti
anyaman polos tetapi menonjolkan satu sisi permukaan depan dengan
karakteristik tertentu seperti licin, mengkilap dan langsai (apabila digunakan
akan mengikuti pola tubuh).
Contoh : di daerah Yogyakarta ada yang disebut SUTRA KECEWA dibuat
dari anyaman SATIN

C. Kepadatan Kain
Dinyatakan dengan jumlah benang Lusi terhadap benang Pakan per inci perseginya.
69 x 60
94 x 64
140 x 72
Catatan : Jumlah Benang Lusi > Jumlah Benang Pakan
D. Nomor Benang

E. Lebar Kain

F. GSM / Berat Kain

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 11


B. Linen Rumah Sakit.
Linen rumah sakit adalah bahan tenun yang digunakan oleh rumah sakit sebagai kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit, sehingga linen rumah sakit sering dimasukkan
dalam bagian tenun di rumah sakit. Saat ini linen rumah sakit masuk di bagian pengadaan
dimana sering diadakan pelelangan untuk memenuhi standar kebutuhan linen di rumah sakit.
Linen rumah sakit meliputi : sepray, stik laken, boven laken, selimut, jas operasi, baju kerja
rumah sakit, duk, baju pasien, selimut sarung bantal, sarung guling dll.
Permasalahan yang ada dalam lingkungan rumah sakit adalah belum ada standar khusus dari
DEPKES yang memberikan persyaratan secara baku tentang linen sehingga pengaruh
terhadap kualitas ;linen yang ada di setiap rumah sakit berbeda-beda,Sedangkan yang
dimaksud dengan standar itu sendiri dapat digolongkan menjadi beberapa macam antara lain :
A1.Standar desain linen.
Standar dimaksudkan agar dalam setiap rumah sakit tidak memiliki ukuran yang
berbeda dan nama yang bebeda, sampai saat ini nama dan ukuran linen rumah sakit
belum seragam atau belum ada standar dari depkes untuk hal ini, rata-rata rumah sakit
hanya mementingkan kebiasaan dari pada standar karena untuk merubah yang biasa
menjadi standar membutuhkan waktu. Sebagai contoh standar yang ada dalam rumah
sakit yang memerlukan perubahan dari pola kebiasaan menjadi standar adalah :
A11. Baju rumah sakit (baju OK, IGD, NICU, ICU dll) harus mementingkan fungsi
desain yang simple bentuknya sehingga mudah pemakaiannya, ergonomis
bentuknya yang mudah dan simple sehingga pembuatannya mudah dan
dengan biaya yang relatif lebih murah tidak dengan model yang macam-
macam dan unisex dapat digunakan oleh pria maupun wanita sehingga tidak
ada bedanya hal ini akan memudahkan pengadaannya serta ukuran yang
standar bukan dengan mengukur satu persatu juga menekan harga pembelian
karena jumlahnya tidak ada bedanya antara pria dan wanita.
A12. Sizeing sistem adalah untuk memudahkan dalam pembelian atau
pembuatannya karena linen dibeli bukan dasar dari pemakainya sehingga akan
lebih mudah untuk menjumlah kebutuhan, dengan sizing (ukuran S, M, L dan
XL) akan mempermudah menghitung kebutuhannya dibandingkan harus
membuat satu-satu berdasarkan ukuran masing-masing.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 12


Sebagai contoh apabila seorang dokter diukur untuk pembuatan baju maka
baju kebutuhannya 3 (tiga) par sehingga setiap 1 (satu) dokter mempunyai 3
(tiga) baju, kalau jumlah dokter ada 20 orang maka kebutuhan baju menjadi
60, bagaimana kalau dokter tersebut keluar dan digantikan dokter baru apakah
harus pengadaan baru berapa lagi kebutuhan biayanya.
A13. Menghindari penggunaan kancing dan sambungan baju, maksudnya adalah
menekan resiko kancing lepas dan hilang dari baju (misal baju operasi
memakai kancing ada kemungkinan kancing tersebut lepas dan masuk pada
pasien yang dioperasi) untuk itu melarang pemakaian kancing sedangkan
untuk sambungan baju untuk mencegah timbulnya jamur atau bakteri yang
bersembunyi dalam lipatan-lipatan jahitan juga untuk menghindari sobek
karena tarikan-tarikan yang mungkin terjadi pada proses pencucian dan
extraktor.
A2.Standar material linen.
Material atau bahan/kain yang digunakan untuk pembuatan linen harus disesuaikan
dengan fungsi dari linen tersebut, cara perawatan linen tersebut dan penampilan linen
sehingga segi warna juga menjadi peranan penting dalam menentukan standar
material linen penyesuaian funsi linen dan penempatan linen yang sesuai akan
menjadi serasi dan enak dipandang, pamakaian warna-warna lembut akan membuat
lebih teduh dan tenang dibandingkan dengan warna-warna menyolok yang akan
membuat pemandangan menjadi terganggu. Kain/bahan bermotif juga dapat
digunakan sebagai alternatif lain untuk linen rawat inap dan kimono pasien.
Pemakaian kain/bahan anti bakteria akan lebih baik, kain/bahan yang tidak
mengandung anti bakteria akan menimbulkan bau yang disebabkan karena tumbuhnya
bakteria, sadangakn kalau menggunakan anti bakteria maka zat anti bakteria tersebut
akan menekan pertumbuhan bakteria sehingga tidak menimbulkan bau dan akan
kelihatan bersih serta segar.
A3.Standar ukuran linen.
Standarisasi pada ukuran linen adalah untuk mempertimbangkan dari segi
penggunaan linen yang tidak benar, biaya pengadaan yang akan makin mahal dan
biaya pemeliharaan yang akan berpengaruh menjadi mahal, namun dengan standar
linen maka biaya pengadaan akan dapat ditekan menjadi lebih murah, biaya
pemeliharaan akan lebih murah juga sebagai contoh pemakaian karet pada
sepray/laken akan menghemat ukuran kain/bahan baku pembuatan laken tersebut

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 13


(sementara apabila tidak menggunakan karet maka ukuran laken harus lebih lebar
agar dapat diikatkan antar ujung laken di bawah kasur) dan pada proses pencucian
karena ukurannya kecil sehingga berat laken/sepray akan lebih ringan dan pemakaian
kimia laundry juga lebih sedikit dan harganya relatif lebih murah dan karena semua
rumah sakit menggunakan ukuran yang sama maka pembelian juga lebih murah
karena produsen membuat secara masal sehingga biaya pembuatannya akan lebih
murah dan dalam pengadaan juga lebih mudah karena selalu ada dipasaran tidak harus
membeli dalam jumlah tertentu (minimal pembelian) karena ukuran yang berbeda dari
produsen linen tersebut, disamping itu harga juga akan lebih mahal karena pihak
produsen tidak dapat memproduksi secara masal.
A4.Standar jumlah linen.
Standar jumlah linen/par stock dalam rumah sakit berbeda, hal ini terjadi karena
aktifitas dan cara pemakaian yang berbeda sehingga par stocknya juga berbeda, yaitu :
A41. Linen Ranap/Poli.
Par stock disini minimal ada 3 (tiga) par stock yang terbagi dalam :
a. 1 (satu) par bersih.
b. 1 (satu) par dipakai.
c. 1 (satu) par dicuci.
Sehingga untuk menghitung kebutuhan linen adalah dengan cara mengalikan
jumlah bed/tempat tidur, BOR dan par stock yang diinginkan, contoh :
Jumlah bed : 200 bed
BOR : 60 %
Par Stock : 3 par
Kebutuhan Linen adalah : 200 X 60% X 3 = 360 set.
360 set artinya 1 (satu) bed ada berapa macam linen yang digunakan dianggap
1 (satu) set, apabila pada 1 (satu) bed terdapat 4 (empat) macam linen maka
setiap macam dibutuhkan 360 pcs untuk memenuhi par stock bed tersebut.
Misalnya :
1 (satu) bed ada 7 (tujuh) macam linen :
- Bed Pad : 1 Pcs
- Sepray/laken : 1 Pcs
- Sarung Bantal : 1 Pcs
- Zeil : 1 Pcs
- Stik Laken : 1 Pcs

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 14


- Sarung Guling : 1 Pcs
- Selimut Polar : 1 Pcs
Total : 7 Pcs
Sehingga setiap linen tersebut harus ada 3 (tiga) par stock untuk memenuhi
kebutuhan yang ada. Jumlah par stock 3 (tiga) adalah jumlah par stock
minimal yang dapat diterima oleh depkes karena dengan par stock 3 (tiga)
untuk menghindari pemakaian linen yang cuci-pakai sehingga linen akan
mengalami kerusakan dalam waktu yang singkat.
Untuk linen poli menurut jumlah poli yang ada dan dikalikan dengan par stock
yang diinginkan maka diketahui kebutuhannya.
Sedangkan untuk poli karena macam linennya lebih sedikit maka jumlahnya
juga lebih sedikit. Untuk ranap kelas 3, 2, 1 dan VIP atau VVIP juga berbeda
macam–macam linen yang digunakan sehingga ada perbedaan jumlahnya.
A42. Linen OK
Par stock disini minimal ada 4 (empat) par stock yang terbagi dalam :
a. 1 (satu) par bersih.
b. 1 (satu) par sterilisasi/CSSD.
c. 1 (satu) par dipakai.
d. 1 (satu) par dicuci.

Untuk menghitung kebutuhan linen tersebut adalah :


Jumlah ruang OK : 5 unit

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 15


Frekwensi Operasi : 5 kali
Jumlah Operator : 5 orang
Par stock : 4 set
Kebutuhan Linen adalah : 5 X 5 X 5 X 4 = 500 set.
Pada kamar operasi dibutuhkan 1 (satu) par lebih banyak sebab sebelum
digunakan biasanya ada tahapan sterilisasi/CSSD sehingga ada tambahan 1
(satu) par untuk CSSD tersebut.
A5.Standar kelayakan linen.
Standar linen baik mempunyai daya tahan atau kelayakan pakai sampai dengan 150
kali cuci tanpa noda dengan pencucian normal artinya tidak ada penambahan kimia
yang dapat menyebabkan linen menjadi cepat rusak atau pemakian kimia laundry
standar tidak berlebihan. Setiap rumah sakit harus memiliki standar jumlah sendiri
untuk linennya yang mengacu pada standar DEPKES RI, dimana pengadaan linen
tersebut untuk menentukan kualitas linen yang digunakan sehingga didapatkan
standar kelayakan pakai dari linen tersebut. Apabila 1 (satu) sepray dapat digunakan
selama 150 kali cuci artinya dapat digunakan selama 150 hari (apabila pengantiannya
setiap hari), perhitungan nilai pakai linen tersebut adalah 3 (tiga) par stock maka
untuk mengadakan linen lagi dibutuhkan waktu 450 hari atau 15 bulan. Sehingga
dapat dihitung dari harga pengadaan linen dibagi waktu pakai akan diperoleh nilai
pakai dari linen tersebut, dimana nilai pakai ini dapat dibebankan ke pasien dengan
menambahkan pada harga sewa rawat inap atau harga pemeriksaan pada poli.
Standar kelayakan pakai dari linen sebenarnya dapat ditentukan dengan beberapa han
antara lain, berdasarkan :
A51. Pencucian.
Umur linen ditentukan dengan berapa kali linen tersebut dapat dicuci, dimana
satu kali proses pencucian berarti umur linen tersebut kurang satu.
Contoh :
Sepray dapat dicuci sebanyak 150 kali, maka umur sepray tersebut adalah 150
kali dimana setiap pencucian satu kali maka umur sepray akan susut satu kali
(dari 150 kali akan berkurang satu-satu sampai sejumlah 150).

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 16


A52. Warna.
Linen akan diganti apabila sudah berubah warnanya, semula berwarna putih
akan diganti apabila sudah menjadi kekuning-kuningan, atau keabu-abuan, dll.
A53. Ketebalan material.
Ketebalan material dilihat dari bahan tekstil yang digunakan masih tebal belum
menipis sehingga akan dilakukan pengantian apabila sudah menipis.
Standar kelayakan tersebut dapat juga digunakan untuk menentukan kapan pengantian
linen dengan dasar empat hal diatas sehingga akan dibutuhkan kecermatan untuk
menjadikan kebutuhan linen sebagai kebutuhan yang baku bukan asal-asalan.
Pergerakan linen dalam pemakaiannya di rumah sakit dapat digolongkan menjadi 2
(dua) golongan, yaitu :
A5a. Slow moving.
Slow moving adalah linen yang dalam proses pencuciannya jarang
dilakukanproses pencucian, hal ini karena tidak setiap saat selalu kotor dan
harus diganti, linen tersebut mamang tidak selalu kotor kecuali terkena noda
yang memang harus segera dicuci, sementara apabila tidak kena noda maka
linen ini masih dipertahankan karena tidak beresiko akan menimbulkan
nosokomial pada pasien lain.
Adapun contoh linen slow moving adalah :
Pillaw/bantal, bed pad, bed cover, guling dll
A5b. Fast moving.
Adalah linen yang proses pencucian hampir setiap hari dilakukan, linen
tersebut dicucikan karena memang harus dicuci setiap hari agar tidak
menimbulkan nosokomial ataupun membuat pasien tidak nyaman apabila
linennya tidak diganti setiap hari. Karena perlakuan proses pencuciannya
setiap hari atau cepat maka disebut fast moving.
Adapun contoh linen fast moving adalah :
Sepray, sarung bantal/pillow cases, selimut, Kimono pasien, dll.
Pada pengertian fast moving dan slow moving masih banyak yang kurang memahami
sehingga masih beranggapan bahwa semua jenis bahan untuk linen adalah sama dan
bahwa umur linen adalah sama sehingga anggapan yang salah ini sudah menjadi
bagian dari pengertian yang pasti, sementara itu dengan adanya kemajuan teknologi

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 17


yang menciptakan dari jenis tekstil tebal adalah berumur panjang dapat diganti
menjadi tekstil tipis juga dapat berumur panjang, hal ini berhubungan dengan
teknologi yang ada saat ini, sementara pemahaman yang tidak berubah akan
menjadikan buta dalam pengertian situasi yang ada saat ini. Keterkaitan linen dengan
noda cukup berpengaruh terhadap umur linen itu sendiri, pemahaman yang salah akan
membuat linen menjadi berumur pendek baik dalam pemilihan linen maupun
kesalahan dalam pemilihan kimia laundry ataupun proses pencuciannya.

Seringkali anggapan bahwa noda dapat dihilangkan di laundry juga membuat linen
menjadi berumur lebih pendek hal tersebut terkait dengan adanya proses pemaksaan
saat pencucian (dengan menambahkan obat-obat spoting) sehingga linen akan lebih
cepat rusak dibandingkan dicuci secara normal (pencucian normal adalah pencucian
dengan mengunakan detergen saja).
Seperti halnya di hotel-hotel linen rumah sakit hampir sepenuhnya sama dengan linen
hotel hanya beberapa item yang berbeda karena kalau hotel lebih kearah estetika atau
keindahan sedangkan kalau rumah sakit dari segi fungsi dan kelas yang mengunakan
linen tersebut, artinya antara kelas 1, 2 dan 3 berbeda dengan kelas VIP, VVIP atau
suite room perbedaan yang menyolok adalah dari segi jumlah dan macam linen yang
digunakan.
Hal tersebut terkait dengan fasilitas yang ada disetiap kamar Rawat Inap seperti
misalnya pemakaian bed cover hanya digunakan untuk VIP, VVIP dan Suite
sedangkan kalau selimut digunakan dari kelas 1, 2, 3, VIP, VVIP dan Suite Room
namun jenis selimutnya berbeda atau mungkin kualitas selimutnya berbeda, adapun
jenis dan macam linen rumah sakit antara lain :
1. Linen Kamar OK, NICU, ICU, IGD, Radiologi, VK atau ruangan sejenis.
Linen yang digunakan di ruangan ini lebih cenderung akan banyak terkena noda
seperti darah, faces, muntahan, obat-obatan sehingga membutuhkan linen yang
lebih spesifik artinya untuk mengantisipasi noda tersebut dibutuhkan jenis
bahan/kain yang mempunyai sifat tidak mudah menyerap air/noda namun juga
harus mempunyai ketahanan pada suhu tinggi dalam waktu yang lama atau tahan
terhadap chemical, panas tinggi, uap air, dll pada saat proses sterilisasi atau
CSSD.
Untuk lebih spesifik lagi bahwa ruang OK, NICU dan ICU boleh dikatakan
ruangan semi steril sehingga ada baiknya bahan yang digunakan tahan terhadap

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 18


perlakuan sterilisasi atau CSSD. Pemakaian bahan yang spesifik akan menjadikan
lebih awet dibandingkan dengan pemakaian bahan yang biasa, bahan yang
spesifik biasanya diperlakukan khusus saat finishing bahan tersebut sehingga
tahan lama, tidak menyerap noda, dan proses pencuciannya lebih mudah (seperti
adanya bahan Water Repalen/WR atau Soil Release/SR).
Contoh :
Duk, Zail, Alas meja Operasi, Apron, Sarung bantal, Sarung kabel Couter, Sarung
Meja Mayo, Pembungkus instrumen, Operating Gown/Jas Operasi, dll.

Gambar : Kain Soil Reallise (SR) Gambar : Kain Water Repalent (WR)

Sifat bahan yang digunakan pada linen rumah sakit dapat dilihat dari posisi bahan
tersebut digunakan seperti pada linen Kamar Operasi (OK) perlu digunakan
bahan-bahan yang mempunyai karakter tertentu seperti sifat Water Repaleant
(WR) atau menggunakan bahan Soil Reallise (SR) dimana bahan-bahan tersebut
tidak mudah menyerap noda sehingga proses pencuciannya akan lebih mudah dan
efesien sehingga waktu proses pencucian cepat dengan standar kualitas hasil
cucian cukup memuaskan.
Bahan SR dan WR sendiri adalah bahan biasa yang pada proses finishing
mengalami perbedaan yaitu dengan menambahan bahan kimia tertentu sehingga
sifat WR atau SR dapat ditimbulkan pada kain tersebut, hal ini sangat membantu
pada proses perawatan linen menjadi lebih mudah dan cepat.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 19


Gambar : Jas Operasi / Operating Gown SR dan WR

2. Linen Poli / Kamar Periksa / Rawat Jalan.


Ruang poli/kamar periksa biasanya untuk periksa rawat jalan artinya linen yang
digunakan jumlahnya lebih sedikit dan penggantiannya setiap hari dengan macam
yang lebih sedikit.
Tujuan pengantian linen setiap hari adalah untuk menghindari kontaminasi terlalu
banyak antara pasien yang satu dengan yang lain dalam satu hari sehingga untuk
hari berikutnya sudah dilakukan pengantian linen yang baru agar kontaminasi
penyakit yang kemarin tidak tertahan dalam linen lebih dari 1 X 24 jam.
Linen poli mempunyai gerakan lebih cepat dalam pergantiannya namun
mempunyai daya kotor sangat ringan boleh dikatakan bahwa linen poli hampir
tidak kotor sama sekali karena rata-rata hanya untuk memeriksa pasien rawat jalan
dimana pasien hanya berobat untuk cek kesehatan atau mengetahui jenis penyakit
yang diderita sedangkan pemakaian linen hanya sebatas untuk memeriksa kondisi
pasien yang tidak lama untuk terjadinya kotoran berat atau sedang sedikit sekali
kecuali pasien muntah, kencing atau berdarah.

Contoh :
Spray/Laken/pembungkus kasur, stik laken, Zeil, Sarung Bantal, standar bakunya
adalah apabila ruangan periksa/poli ber-AC maka gunakan bahan linen yang

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 20


mengandung cotton tinggi tujuannya untuk menghindari perbedaan suhu rungan
yang akan mempengaruhi suhu linen dalam ruangan tersebut.
3. Linen Rawat Inap (RANAP).
Linen di ruangan Ranap harus serasi dengan interior ruangan sebab orang yang
tinggal di Ranap akan terpengaruh pandangannya apabila linen dan tata ruang
tidak bagus, maka pasien yang menginap akan cenderung bosan, pengaruh pola
pikir pasien yang bosan dan jenuh akan mempengaruhi stamina dan kondisi tubuh
pasien tersebut.
Untuk itu linen Ranap akan lebih baik dan bagus dibandingkan linen poli/rawat
jalan. Sementara itu Ranap juga tergantung dari kelas setiap ruangannya sebab
biasanya perbedaan kelas dalam ranap rumah sakit juga berbeda fasilitasnya baik
linen maupun pelayanannya sehingga dalam ranap linen berpengaruh terhadap
kelas dari ranap itu sendiri.

Gamber : Linen Rawat Inap VIP


Dalam penanganan linen ranap yang utama adalah jangan sampai pasien
membawa linen dari rumah karena tidak tersedianya linen di rumah sakit atau
karena linen rumah sakit tidak memenuhi standar kebersihan yang berlaku dari
DEPKES, atau linen rumah sakit sudah tidak layak pakai namun masih tetap
dipakai.
Hal-hal tersebut masih sering dijumpai dibeberapa rumah sakit baik di Jakarta
ataupun didaerah-daerah lainnya di Indonesia, untuk itu pengetahuan tentang linen
dan laundry serta perawatnya sangat penting dipahami oleh pihak rumah sakit
(dalam hal ini pihak-pihak terkait seperti keperawatan, pengadaan, keuangan dan
direktur rumah sakit).

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 21


Contoh :
Sepray, sarung bantal, bed cover, stik laken, boven laken, matras/bed pad, zeil, dll

C. Uniform Rumah Sakit.


Uniform rumah sakit adalah pakaian seragam yang digunakan oleh karyawan rumah sakit,
uniform/seragam tersebut memang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada karyawan untuk
memberikan suasana yang bagus dan indah. Uniform dapat ditentukan menurut bagian
masing-masing sehingga akan diketahui bagian apa karyawan tersebut dilihat dari uniform
yang dikenakan.
Uniform rumah sakit dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :
a. Uniform Office (karyawan, staf, teknisi dll)
b. Uniform Medik (baju kerja OK, baju kerja NICU, ICU dll)

Gambar : Uniform Rumah Sakit (Nurse Color)

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 22


Uniform ini ditentukan pada pemakainya sehingga bahan/kain yang digunakan harus sesuai
dengan bidang kerja pemakainya, maka akan terasa nyaman dan enak untuk bekerja serta
serasi dipandang mata (gunakan bahan anti bakteria untuk uniform dengan aktifitas lapangan
yang banyak mengeluarkan keringat, anti noda untuk bagian banyak berhubungan dengan
noda).
Ada beberapa tampilan bahan/kain untuk digunakan sebagai bahan untuk pembuatan uniform
seperti tampak mengkilat, cerah, sejuk dipandang dan serasi dengan interior rumah sakit,
namun pola pemilihan bahan/kain tersebut harus tepat dan disesuaikan dengan pengguna
nantinya untuk itu faktor-faktor dari pemilihan bahan/kain harus dipahami mulai dari jumlah
rajutan benangnya, tektur kain, material kain, sistem pewarnaan kain sebab kalau pemilihan
salah maka ada kemungkinan akan berpengaruh terhadap perawatan uniform tersebut
nantinya.
Sebagai bahan pertimbangan adalah pemakai dari bahan/kain yang akan dibuat harus merasa
senyaman mungkin dan dari segi perawatannya mudah dan cepat dalam proses pencuciannya
(laundry), sehingga uniform rumah sakit selalu dapat digunakan oleh karyawan tanpa adanya
alasan uniform belum kering disamping itu pemakai juga tidak merasa terganggu karena yang
ukurannya kekecilan atau kebesaran.
Uniform rumah sakit juga berfungsi sebagai identitas bahwa pemakai adalah karyawan rumah
sakit sehingga untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan maka identitas uniform tersebut
sangat membantu, apalagi dalam lingkungan rumah sakit dimana karyawan cukup banyak
dan pengunjung juga banyak sehingga untuk membedakannya cukup sulit, namun dengan
adanya uniform untuk karyawan akan lebih mudah mengetahui perbedaan tersebut. Untuk
rumah sakit tertentu uniform antar bagian dari rumah sakit juga berbeda hal ini untuk
memudahkan membedakan antar bagian dari rumah sakit sehingga pengunjung atau pasien
akan mudah membedakannya antara karyawan, perawat atau dokter.

D. Interior Rumah Sakit.


Interior rumah sakit juga harus dipahami dalam pemilihan bahan/kainnya sehingga saat
perawatan tidak menghabiskan banyak biaya hanya karena proses perawatannya sukar tetapi
dari segi keindahan didapatkan keindahan yang sempurna.
Hal utama adalah pemilihan bahan untuk gorden, karena memilih gorden yang bagus
sehingga mengunakan bahan yang cukup mahal dan baik namun saat proses pencuciannya
harus mengunakan dry clean, saat gorden tersebut kotor maka dicuci mengunakan dry clean
tetapi pada saat gorden tersebut terkena noda infeksius maka tidak dapat digunakan

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 23


disinfektan untuk merendamnya karena disinfektan harus mengunakan media air sebagai
pengencernya, sementara itu pencucian dry clean mengunakan minyak solven sebagai media
pencuciannya.

Gambar 5 : Interior Rawat Inap VIP atau VVIP

 Kasus :

Semua bahan dapat digunakan sebagai linen rumah sakit, pengadaan banyak pemakaiannya
disesuaikan dengan kebutuhan sisanya disimpan dalam gudang.

 Jawaban :

Pada dasarnya linen rumah sakit terbuat dari bahan cotton atau poli-cotton, dimana
diinginkan oleh pihak rumah sakit, yang menjadi permasalahan adalah proses perawatan linen
itu sendiri, dimana adanya noda yang sering timbul di rumah sakit seperti darah, obat-obatan
dan makanan membuat pemilihan jenis bahan dasar linen harus diperhitungkan, artinya bahan
dasar linen yang mudak kena noda tetapi sukar dihilangkannya jangan digunakan lebih baik

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 24


menngunakan bahan campuran poliester namun demikian campurannya jangan terlalu banyak
sebab poliester panas kalau digunakan. Hal-hal tersebut harus diperhitungkan oleh team
pengadaan linen rumah sakit.
Saat pengadaan barang jangan karena murah lalu dibeli dengan jumlah banyak sehingga
digunakan untuk beberapa kali pengadaan karena bahan/linen juga mempunyai masa expaied
sehingga harus diperhitungkan sesuai parstok yang ada jangan berlebihan karena linen akan
rusak dalam penyimpanan apabila tidak segera digunakan.

 Kasus :

Semua noda dapat dihilangkan dengan dicuci di laundry.

 Jawaban :

Anggapan bahwa semua noda dapat dihilangkan setelah dicuci di laundry adalah salah, sebab
noda terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu :
a. Asal/jenis noda.
Asal/jenis noda adalah bagai mana noda itu timbul atau berasal, apakah dari noda
makanan, darah, minuman, karat, tinta dll. Setelah diketahui asal/jenis noda maka
dapat digunakan beberapa pembersihan/spoting dengan chemical yang memang
diproduksi untuk membersikan noda tersebut, hal ini bukan berarti bahwa noda
tersebut dapat dihilangkan melainkan harus dites dulu apakah kain tersebut tahan
terhadap chemical untuk menghilangkan noda tersebut. Pengetesan dilakukan pada
bagian lipatan kain pada barang yang akan di spoting apabila tidak terjadi reaksi
berupa sobek, rapuh, pudar warnanya maka chemical tersebut dapat digunakan
sebagai sarana membantu mengurangi noda yang ada.
Noda yang timbul biasanya tidak dapat dihilangkan secara keseluruhan melainkan
hanya dapat mengurangi saja sehingga noda tersebut menjadi tidak terlihat jelas.
Ada beberapa noda yang tidak dapat dihilangkan atau disamarkan seperti noda kunyit,
noda jamur, beberapa macam tinta permanen, jelaga, dll
Noda tertentu akan bereaksi dengan chemical laundry, ada juga yang bereaksi dengan
obat spoter seperti noda kunyit akan bereaksi dengan chlorin menjadi warna
kecoklatan dari warna kuning, obat spoter rust-Go penghilang noda karat akan
merusak serat kain menjadi cepat putus/sobek dll.
b. Lama noda.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 25


Lama noda adalah jangka waktu noda itu berada pada kain, menurut perhitungan
jangka waktu dapat dibagi menjadi : 1 (satu) jam, 2 (dua) jam, 3 (tiga) jam, 6 (enam)
jam, 12 (dua belas) jam dan 24 (dua puluh empat) jam. Biasanya noda yang masih
dalam waktu 1 – 3 jam dapat tersamarkan sehingga hampir tidak meninggalkan bekas,
namun noda yang sudah 6 – 12 jam akan meninggalkan bekas walaupun masih
transparan, sedangkan noda yang sudah 24 jam atau lebih biasanya sukar untuk
dihilankan sebab noda tersebut sudah masuk dalam sela-sela serat kain, sehingga
untuk membersihkannya mengalami kesulitan, sedangkan chemical sendiri bersifat
mengangkat noda dari serat kain ke permukaan kain sehingga noda akan hilang
apabila diberi sedikit gosokan dengan sikat secara perlahan.
Harus juga dipahami bentuk noda yang ada seperti padat atau cair atau gabungan dari padat
dan cair, kecepatan noda meresap ke dalam serat kain menjadi prioritas utama dalam proses
spoting sebab semakin cepat noda meresap dan kering didalam serat kain maka semakin
sukar untuk dihilangkan. Untuk itu seorang laundry-man harus memahami hampir segala
jenis noda yang ada dan menterjemahkan untuk mendapat solosi pencuciannya.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 26


BAB III
LAUNDRY RUMAH SAKIT

Salah satu dari perawatan linen rumah sakit adalah proses pencucian atau laundry, saat ini
banyak terjadi keluhan tentang hasil pencucian linen rumah sakit yang tidak bagus atau masih
menyisakan noda bahkan ada yang berpendapat masih ada bau tidak sedap (contoh : seorang
dokter yang mau mengoperasi harus membawa baju operasi sendiri karena laundry di rumah
sakit tersebut hasilnya tidak memuaskan atau tertundanya operasi pada pasien karena linen
OK belum selesai di Laundry).
Apa sebenarnya arti dari proses pencucian ? berguna untuk apa proses pencucian tersebut ?
hal yang menjadi pertanyaan utama dalam laundry adalah :
- Sebenarnya apa pengertian dari cuci/mencuci/laundry?
- Apa tujuan pencucian itu sendiri dalam hubungannya dengan pelayanan Rumah
Sakit?
Pengertian pencucian sendiri adalah :
Suatu proses pembersihan suatu benda dengan jalan
mengeluarkan/melepaskan partikel-partikel yang melekat pada
benda tersebut, sehingga diperoleh keadaan seperti semula dari
benda yang bersangkutan.
Untuk menjalankan hal-hal yang tertulis diatas tujuan pelayanan linen di rumah sakit adalah :
1. Secara Umum
Adalah untuk meningkatkan pelayanan linen Rumah Sakit.
2. Secara Khusus :
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit.
b. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi,
utuh dan siap pakai.
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi
silang (nosokomial/hospital acquired infection).
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung, kontraktor dan lingkungan
dari terpapar bahaya potensial.
e. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 27


Dari lima poin diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa linen rumah sakit berperan juga dalam
memberikan pelayanan yang baik kepada pasien juga dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial pada pasien di rumah sakit. Sebagai salah satu service untuk pasien di rumah
sakit maka peranan laundry dalam rumah sakit sangat penting, sebab ketersediaan linen juga
dapat mengganggu aktivitas yang ada di rumah sakit tersebut, selain juga jumlah linen sudah
sesuai dengan kebutuhan yang ada atau belum juga bagaiman kualitas linen yang ada apakah
sudah memenuhi standar yang berlaku atau belum (rata-rata standar linen adalah 120 – 150
kali proses pencucian tanpa noda).
Untuk menambah wawasan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pencucian, yaitu :
1. Bahan dasar linen yang digunakan.
Bahan dasar linen yang digunakan harus sesuai dengan fungsi dari linen tersebut,
mudah perawatannya serta bagus penampilannya.
Bukan hanya karena murah atau karena mudah perawatannya sehingga bahan tersebut
dipilih tetapi dari segi fungsi, estetika dan penampilannya juga diperhatikan, jenis kain
yang tebal belum tentu awet pemakiannya untuk itu perhatikan dari segi pintalan dan
jumlah benang penyusunnya saat kain dibuat (setiap pabrik kain pasti punya catatan
tentang sistem pemintalan dan anyaman benang yang dibuatnya).
Contoh konstruksi kain dari Argo Pantes Grup

Fabric Name : SPOKANE


Color : Light Green
Composition : 100% Nylon
Construction : 150 X 92 / 70 D X 120 D DOBBY
Cutable : 57”, Weight 3.30 Oz / Y2

Fabric Name adalah nama kain itu diproduksi dan diberi nama atau istilah sehingga
mudah dalam pencatatan arsip di pabrik.
Color adalah warna yang dibuat oleh pabrik untuk jenis kain tersebut.
Composition adalah komposisi dari kain itu dibuat apakah dari cotton atau sintetis atau
campuran cotton-sintetis.
Construction adalah type pintalan, konstruksi benang penyusun kain.
Cutable adalah untuk ukuran tertentu mempunyai berat tertentu dimana ini digunakan
untuk penghitungan berat kain nantinya.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 28


Namun demikian ada beberapa produk kain yang tidak memberikan catatan tentang
kain tersebut hal ini hanya ada pada pasaran gelap atau pada pasaran lokal sehingga
kain tersebut tidak memberikan data yang lengkap hanya ada merk dagang dan warna
contoh bahan, kalau dilihat seperti peredaran kain di pasar Tanah Abang (wilayah
Jakarta) maka hanya akan dijumpai sample warna kain sedangkan kalau data detail
tentang kain tersebut rata-rata tidak dimiliki karena di sana hanya ada pasar penjualan
dan pembelian tidak ada yang akan mempertanggung jawabkan kain yang dijual
ataupun yang dibeli, disana hanya kebutuhan pasaran saat ini dan sisa kebutuhan pasar
yang lalu.
Konstruksi kain, warna kain, dll dapat diminta oleh pembeli hal ini dengan aturan
jumlah tertentu seperti pembelian kain jenis WR atau SR dapat dimintakan oleh
pembeli kepada pabrik pembuat kain dalam jumlah yang sudah ditentukan, ini akan
membuat kain yang diproduksi menjadi tidak ada atau berbeda dengan yang ada
dipasaran sebab kain tersebut dibeli dengan desain yang diinginkan oleh pihak pembeli
dan tidak diproduksi secara masal oleh pihak produsen kain tersebut.
Setiap produk apapun pasti ada masa pakainya sehingga tidak dapat dikatakan bahwa
linen ini masih baik atau layak pakai sementara dari sisi masa pakainya memang sudah
harus disingkirkan (bukan berarti digantikan fungsinya misal : dari sepray/laken diubah
menjadi stik laken) ini disababkan sifat benang tersebut sudah tidak seperti semula
adanya penipisaan benang pintalan, rentan terhadap sobek atau bahkan sudah tidak
sama lagi sifat bahannya seperti saat dibuat atau mungkin dapat menyebabkan
penularan penyakit karena pintalan benang yang sudah tidak normal (pintalan benang
yang sudah pecah ada kemungkinan tempat bersarang bakteri atau virus yang dapat
menyebabkan infeksi silang atau nosokomial).
Gunakan bahan yang mengandung Soil Release (SR) atau Water Repalent (WR) untuk
linen atau uniform yang banyak berhubungan dengan noda (misal : baju OK, jas
operasi, duk, alas meja operasi dll).
Bahan Soil Release (SR) adalah bahan biasa seperti yang ada dipasaran namun
difinishing menggunakan kimia tertentu sehingga bahan tersebut tidak menyerap noda
atau apabila terkena noda mudah untuk dihilangkannya.
Bahan Water Repalent (WR) adalah bahan biasa yang finishingnya dilapisi kimia
tertentu sehingga bahan ini menjadi tidak menyerap air (seperti daun talas apabila
terkena air), namun bahan ini pori-porinya tetap terbuka sehingga tidak panas apabila
digunakan.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 29


Sedangkan untuk menguji bahan/kain yang akan digunakan dalam pembutan linen
maka dites dulu dengan cara membuat ukuran 50 X 50 Cm dan mencuci bahan tersebut
dengan kimia laundry dan mengeringkannya kembali untuk linen OK sebaiknya
ditambahkan proses CSSD sehingg akan diketahui hasilnya apakah terjadi penyusautan
atau terjadi perubahan warna pada kain tersebut, proses pengujian dilakukan minimal
10 kali sehingga didapatkan hasil yang konstan dari pengujian tersebut.
Perlu juga dipahami sistem atau cara menjahitnya dimana akan berpengaruh pada saat
proses pencuciannya perlu juga diperhitungkan kekuatan jahitan dengan kemampuan
mesin cuci yang digunakan terutama saat extrak sehingga barang yang dicuci tidak
sobek atau lepas jahitannya karena putaran extrak mesin cuci yang digunakan,
perhitungkan panjang tali, besar tali pada barang-barang tertentu misal jas operasi,
kimono pasien dll sehingga saat pencucian tali-tali tersebut tidak terganggu atau putus
karena mesin cuci/pengering.
2. Bahan kimia yang digunakan.
Sesuai dengan kondisi air yang digunakan, tidak berpengaruh terhadap lingkungan dari
limbah yang dihasilkan pada saat proses pencucian (ramah lingkungan) dan sesuai
dengan SK Menteri Lingkungan Hidup No. 112 tahun2003 tentang baku mutu air
limbah domestik. Tidak meninggalkan residu pada bahan yang dicuci (uji air yang akan
digunakan sebagai bahan dasar pencucian sebelum menentukan jenis kimia yang
digunakan dalam proses pencucian, sebab kimia air akan mempengaruhi kerja kimia
laundry yang akan digunakan sebagai media pencucian) kimia air berhubungan dengan
dari mana asal air yang digunakan apabila mengunakan air perusahaan tertentu (misal
PDAM) maka ada kendala yang berpengaruh nantinya seperti kandungan kaporit pada
air tersebut sering tidak terkontrol atau apabila menggunakan air tanah biasanya ada
pengolahannya terlebih dahulu maka perhatikan pemberian kaporit jangan sampai
berlebihan.
Pemakaian chemical laundry harus hati-hati sebab ada beberapa jenis tekstil yang tidak
tahan terhadap kimia laundry yang terlalu kuat. Perlu diketahui bahwa setiap kimia
laundry pasti ada Material Safety Data Sheet (MSDS) dimana MSDS ini sangat
penting untuk memudahkan perlakuan apabila ada kejadian-kejadian pada saat
pemakaian kimia tersebut.
Pemakaian bahan kimia harus tepat (setiap produsen chemical pasti memberikan
treaning cara dan banyaknya kimia yang digunakan saat proses pencucian, sesuaikan
dengan kondisi setiap mesin yang ada pada laundry rumah sakit tersebut serta kondisi

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 30


air panas pada mesin cuci yang digunakan) sehingga didapatkan hasil yang maksimal,
sebab apabila berlebihan akan merusak bahan yang dicuci apabila kurang maka cucian
tidak bersih, secara umum bahan kimia yang digunakan adalah :

a. Alkalin
Memperkuat fungsi kerja detergen sehingga daya gesek yang dihasilkan oleh
detergen lebih besar juga berfungsi untuk membantu membuka pori-pori kain.
Karena sifat coustic soda akan merusak sifat fiber pada kain, sehingga penelitian
BSE menggunakan gelatine organic untuk suspensi kotoran dan mengeleminasi
noda garam meneral yang mengendap karena kondisi air yang sulit.
Pemakaian Alkohol khusus yang merupakan solvent larut air untuk menghilangkan
noda minyak yang larut dalam air.
Adanya surfactan imidoziline untuk pembilasan lebih cepat dan anti jamur.
Mempunyai pH 12,0 – 13,0
Berbau seperti mengandung kaporit/detergen dengan kadar sedang, dengan aksi
busa yang terkontrol.
Dipasaran dapat berbentuk cairan bening agak kental atau bubuk berwarna kuning
atau putih tergantung produsen pembuatnya.

b. Detergen
Mempunyai peran sebagai penghilang kotoran yang bersifat asam, secara garis
besar sebab kotoran yang ada pada bahan yang dicuci biasanya bersifat basa maka
digunakan asam sebagai pengangkat kotorannya. Beberapa produsen membuat
detergen yang tidak memerlukan campuran additive lain sehingga dalam
pemakiannya akan mengurangi biaya penanganannya, pembelian dan penyimpanan,
mempunyai sifat low foam sehingga akan mempermudah dalam proses
pembilasannya serta aman untuk semua jenis kain.
Mempunyai pH 11,0 – 12,0.
Tidak berbau, dipasaran dapat berbentuk cairan bening agak kental atau bubuk
putih kadang-kadang ada butiran biru atau merah adalah kimia tambahan yang
disebut biolight untuk membuat hasil cucian menjadi lebih cemerlang tergantung
produsen pembuatnya.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 31


c. Emulsi
Sebagai pengemulsi kotoran yang bersifat lemak atau minyak, karena keringat
manusia mengandung lemak/minyak maka kotoran tidak akan hilang secara
sempurna apabila tidak ada pengemulsinya.
Mempunyai pH 10,0 – 11,0, berbentuk cairan bening kental tidak berbau apabila
dicamur air akan timbul busa banyak.
Emulsi akan bekerja secara sempurna pada suhu antara 500 - 750C.

d. Bleach/Chlorin
Pada dasarnya sifat bleach ada 2 (dua) macam yaitu :
- Bleaching atau pemutih adalah bersifat mengambil oksigen dari kain sehingga
noda yang tertinggal dapat terangkat juga, biasanya dipakai untuk bahan yang
berwarna putih.
Pada uji tes reflectance membuktikan bahwa 95% - 100% pemutih dilakukan
oleh Chlorine bleach. Chlorine bleach juga mengikat besi (Fe) dalam air,
mencegah perubahan warna pada kain dan mengurangi penambahan additive
Phospat pada proses pemutihan. Efektivitas pada chlorin bleach adalah karena
terjadi reaksi ogsidasi yang menyebabkan pelepasan chlorin dari senyawa
organik, dengan cairan hypochlorine.
Mempunyai pH 8,0 – 9,0
Bekerja sempurna pada suhu maksimal 600C.
Berbau seperti mengandung kaporit menyengat
Dipasaran berbentuk bubuk putih atau cairan bening tergantung produsen
pembuatnya.
- Oxygen Bleach adalah bersifat menambahkan oksigen sehingga noda akan
menjadi pucat warnanya dan noda akan terlihat samar, biasanya digunakan pada
bahan yang berwarna bukan putih (untuk mencobanya bahan yang akan diberi
Oxygen Bleach harus diuji coba dulu sebab beberapa sistem pewarnaan kain
tidak tahan pada oxygen bleach sehingga warna akan pudar).
Mempunyai pH 10,0 – 11,0
Bekerja sempurna pada suhu minimal 700C
Berbau seperti mengandung kaporit menyengat

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 32


Dipasaran berbentuk bubuk putih atau cairan bening tergantung produsen
pembuatnya.
Seacara garis besar keduanya dapat digunakan sebagai disinfektan pada kadar
0,5% karena sifat dari bahan penyusunnya adalah Chlorin namun karena
bahan/kain sekarang pewarnaannya lebih cenderung tidak tahan terhadap
chlorin/oxy-bleach maka sebaiknya gunakan disinfektan tersendiri untuk
membunuh kuman (ada beberapa detergen ada yang sudah mengandung
disinfektan dipasaran saat ini).
(10 larutan 5,25 % Nahypochlorit telah direkomendasikan CDC dan untuk
membersihkan cipratan darah data dari Panduan CSSD Moderen E. Taufik Hidayat
RS. Pusat Pertamina Jakarta)
Namun karena sifatnya yang panas (chlorin) dan Rekomendasi pemakaian air
panas (oxygen bleach) maka untuk linen OK, VK, NICU, ICU dan IGD
diharapkan tidak menggunkan chemical tersebut, sebab pemanasan yang terjadi
saat pencucian (menggunakan kimia tersebut), pengeringan dan penyetrikaan
serta pada saat sterilisasi/CSSD akan membuat linen menjadi rentan terhadap
tarikan/sobek karena sifat kain akan semakin cepat lapuk apabila sering terkena
panas.

e. Sour/Netralizer
Karena sifat cucian yang menjadi basa akhibat dari pemakaian detergen, alkali,
emulsi juga bleach/oxygen bleach maka digunakan asam sebagai penetralisir dari
basa sehingga didapatkan kondisi netral/balan dengan pH 7 (kondisi asam dan
basa seimbang).
Dalam kandungannya sour adakalanya mengandung metilin blue, dimana sifat
dari metilin blue adalah tidak dapat dibuang secara sembarangan maka periksa
dulu kimia penyusun sour yang akan digunakan.
Mempunyai pH 4,0 – 5,0
Dipasaran berbentuk bubuk biru atau cairan bening tergantung produsen
pembuatnya, tidak berbau.

f. Softener
Mengandung bahan untuk melembutkan yang berasal dari kandungan lemak
tumbuhan atau lemak hewan yang sifatnya melindungi serat kain dari noda namun

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 33


sifat lemak ini akan larut dalam air biasa, selain itu diberikan aroma wangi-
wangian sehingga akan tercium bau wangi setelah dicuci.
Pada beberapa produsen diberikan aroma yang kuat sehingga akan tercium harum
meskipun sudah di tumbler, karena rata-rata wewangian tersebut akan hilang pada
suhu panas tertentu.
Mempunyai pH 4,0 – 5,0
Berbau segar atau aroma bunga/buah tergantung produsennya.
Dipasaran berbentuk cairan kental berwarna tergantung produsen pembuatnya.
Produk softener dipasaran bebas sebenarnya sama dengan produk softener untuk
laundry, hanya parfum untuk laundry lebih kuat.

g. Starch/Kanji
Adalah tepung jagung sebagai bahan dasarnya untuk mengkanji atau untuk
mengkakukan bahan cucian sehingga akan kaku dan keras (mirip kertas), selain
untuk mencegah noda masuk dalam serat kain (beberapa seragam militer masih
menggunakan kanji untuk membuat seragam terlihat kaku dan keras sehingga
tidak mudah kusut).
Tidak berbau dipasaran berbentuk bubuk putih tergantung produsen pembuatnya.

h. Disinfektan
Untuk pencucian di rumah sakit perlu menggunakan disinfektan dimana setiap
linen atau uniform yang terkena noda darah atau cairan lain dari tubuh manusia
maka diharuskan untuk dilakukan perendaman dengan disinfektan untuk
mencegah terjadinya penularan nosokomial (termasuk linen infeksius).
Ada beberapa laundry rumah sakit menggunakan chlorin sebagai penganti
disinfektan tapi hati-hati karena pewarnaan kain saat ini lebih rentan terhadap
chlorin sehingga apabila terkena chlorin maka cenderung pudar warnanya atau
bahkan kain menjadi cepat lapuk dan mudah sobek.
Namun demikian masih digunakannya disinfektan untuk lantai atau kamar mandi
sebagai penganti disinfektan khusus untuk kain yang harganya relatif lebih mahal,
hal tersebut akan merusak kain yang dicuci maka sebaiknya gunakan disinfektan
yang benar.
Kandungan khationic pada disinfektan agan berguna untuk membunuh bakteri,
jamur dan ganggang, dengan takaran tertentu tidak akan menyebabkan imun.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 34


Tabel Kimia Laundry
No Nama Kimia pH Suhu Bekerja Keterangan
1. Detergen 11,0 – 12,0 Max 900C Bersifat Basa
2. Alkaline 12,0 – 13,0 Max 900C Bersifat Basa
3. Emulsi 10,0- 11,0 Max 900C Bersifat Basa
4. Chlorin / Bleaching 8,0 – 9,0 Max 900C Bersifat Basa
5. Oxygen Bleach 10,0 – 11,0 Max 900C Bersifat Basa
6. Sour / Netralizer 4,0 – 5,0 Max 900C Bersifat Asam
7. Starch / Kanji - Max 900C -
8. Softener 4,0 – 5,0 Max 900C Bersifat Asam
9. Disinfektan - Max 900C -
Tabel Kimia Laundry

Jenis-jenis chemical diatas adalah standar chemical yang digunakan dalam laundry baik
rumah sakit maupun laundry hotel namun demikian ada beberapa yang tidak digunakan
karena memang tidak dibutuhkan.
Hal utama dari kimia laundry adalah MSDS sebab pada MSDS terdapat bahan penyusun
kimia tersebut, cara perlakuan/penyimpanan yang benar serta cara pengambilan yang
benar, beberapa kimia laundry berbentuk bubuk/serbuk halus dimana mudah diterbangkan
angin dan dapat terhirup, untuk chemical jenis bleach mengandung chlorin tinggi
sehingga menimbulkan bau yang menyengat yang dapat menyebabkan orang yang
menghirupnya menjadi sesak napas dan pusing-pusing, untuk itu masker penutup mulut
dan hidung harus digunakan apabila membuka kemasan bleach/chlorin (perhatikan SOP
yang berlaku).
Produk yang benar adalah yang mempunyai MSDS yang sudah didaftarkan pada kantor
dinas perindustrian dan perdagangan karena produk tersebut akan mempunyai nama dan
breand tertentu yang sudah menjadi hak paten dari perusahaan (juga terdapat nomer
regrestrasi dari dinas perdagangan dan perindustrian).
Pada proses pencucian dibutuhkan pemahaman yang lebih dimana ada hal-hal yang akan
berakhibat menghambat proses pencucian atau juga menjadikan cucian tersebut menjadi
tidak bersih.
Adapun yang akan mempengaruhi proses pencucian adalah :

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 35


a. Jenis barang.
Pisahkan antara linen dengan uniform, karena kimia yang digunakan berbeda
kadar jumlahnya sehingga harus dipisahkan prose pencuciannya.
Pencucian linen biasanya lebih banyak menggunakan kimia laundry baik dalam
jumlah maupun macamnya karena linen pemakaiannya lebih banyak kotor
dibandingkan dengan uniform (dalam hal ini uniform mekanik terlepas dari
pengawasan seperti uniform office).
Untuk jenis tekstil yang digunakan sebagai bahan pembuat linen dan uniform
berbeda sehingga perlakuan yang diberikan pada proses pencucian juga berbeda,
rata-rata tekstil untuk uniform lebih lembut dibandingkan untuk linen baik dari
segi benang penyusun maupun kualitas finishing menjadi tekstil akhibatnya pada
proses pencucian perlakuannya tidak akan sama terutama pemakian chemical
laundry.
Contoh : sepray, sarung bantal, baju OK, baju NICU, Kimono dll.

b. Warna linen.
Pisahkan antara barang yang berwarna putih, dengan yang berwarna, untuk yang
berwarna perhatikan apakah luntur atau tidak, gabungkan yang berwarna terang
dan pisahkan yang berwarna gelap sebab saat proses pencucian sebaiknya yang
berwarna gelap, warna terang dan warna putih. Hal tersebut dimaksudkan agar
kimia yang digunakan untuk warna putih tidak akan mempengaruhi untuk linen
warna.
Saat pemakaian kimia pada proses pencucian setelah selesai pencucian diharuskan
untuk membersihkan mesin tersebut dari sisa-sisa kimia yang ada dengan cara
melakukan proses pencucian menggunakan air tanpa kimia selama + 3 menit,
sehingga sisa-sisa kimia yang tertinggal dalam mesin akan larut dan terbuang
bersama air saat pembersihan.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 36


Gambar 6 : Proses pemisahan linen menurut jenis dan warna

c. Noda yang ada.


Setelah melakukan pemisahan menurut jenis dan warnanya maka setiap kelompok
tersebut akan dipisahkan berdasarkan kondisi barang kotor, yaitu seberapa banyak
kotoran yang ada pada linen tersebut dan pengelompokakan menurut kotorannya
adalah :
- Kotoran berat / Havy Soil adalah kotoran yang harus dilakukan spool hock
terlebih dahulu sebelum dilakukan proses prewash.
Perlakuan spool hock ditujukan untuk mengangkat noda-noda yang bersifat
kerak atau keras sehingga linen akan mudah untuk dicuci karena kerak noda
tersebut sudah lepas dari linen. Kerak noda tersebut biasanya tidak hilang
walaupun sudah dilakukan upaya pencucian awal/prewash, sehingga
dibutuhkan mekanical action/hentakan yang keras seprti penyikatan atau
bantingan dimana perlakuan tersebut ditujukan untuk melepaskan noda kerak
dari linen.
Setelah kerak kotoran lepas baru dilakukan pencucian prewash dan mainwash,
perlakuan prewash ditujukan untuk mempercepat pencucian pada mainwash
sehingga didapatkan hasil yang lebih maksimal.
- Kotoran sedang / Medium Soil adalah kotoran yang akan hilang pada saat
proses pencucian prewash tanpa harus melakukan spool hock.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 37


Prewash selalu digunakan pada noda sedang untuk menyeimbangkan pada
proses mainwash dimana kotoran sedang akan diberlakuakn proses pencucian
awal dengan prewash sehingga saat mainwash kerja kimia laundry akan lebih
maksimal karena saat prewash sudah ada perlakuan kimia laundry terlebih
dahulu dan adanya mekanikal action pada prewash cukup mendukung
mekanikal action pada mainwash.
- Kotoran ringan / Light Soil adalah kotoran yang tidak terlihat yang dapat
dihilangkan tanpa melakukan proses pencucian prewash.
Untuk pencucian pada kotoran ringan baisanya hanya kotoran yang bersifat
partikel yang menempel pada permukaan linen tanpa meninggalkan bekas
apapun setelah pencucian menggunkan detergen. Pada prose ini tidak
dilakukan prewash agar menghemat pemakaian chemical laundry juga
menghemat waktu proses pencucian.
Mekanikal action pada proses ini sudah mendukung untuk menghilangkan
partikel kotoran yang menempel di permukaan kain tersebut.
Noda yang ada dapat digolongkan berdasarkan berapa lama noda tersebut sudah
menempel pada linen dan perlakuan apa saja yang sudah dilakukan untuk
menghilankan noda tersebut, yang perlu dipahami adalah noda tidak boleh
bertahan lebih dari 12 (dua belas) jam sebab apabila lebih ada kemungkinan tidak
dapat dihilangkan secara sempurna.
Perlakukan noda-noda tertentu dengan baik dan benar, seperti noda darah dan
faces (faces sebaiknya dilakukan spool hock) sebelum dilakukan perendaman
dengan disinfektan dan untuk noda darah linen minimal dalam kondisi lembab
sehingga darah tidak akan mengering.
Hal yang sering terjadi adalah baju OK dan jas operasi ataupun duk tidak
direndam menggunakan disinfektan kadang justru ditumpuk dalam kondisi kering
sehingga setelah darah kering sukar untuk dihilangkan.

d. Infeksius.
Untuk barang-barang yang ternoda infecsius gunakan mesin tersendiri dan
ruangan tersendiri sehingga diharapkan tidak terjadi penularan pada barang lain
ataupun terhadap pekerja laundry itu sendiri (barang yang bernoda infeksius

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 38


biasanya sudah terbungkus rapi dalam kantong berwarna KUNING dengan label
INFEKSIUS).
Pencucian noda infeksius sebaiknya gunakan disinfektan lakukan perendaman
mengunakan disinfektan dengan merendam linen tersebut bersama dengan plastik
pembungkusnya, dan lakukan pencucian terhadap plastik pembungkusnya dengan
tujuan apabila plastik tersebut dibuang sudah tidak terkontaminasi lagi dengan
infesius yang ada.
Perlakuan pada linen kontaminasi infeksius harus secara tepat dan benar sebab
apabila tidak maka akan mempengaruhi linen yang lain atau bahkan dapat
menyebabkan penularan penyakit pada pekerja laundry yang ada. Alap Pelindung
Diri (APD) dalam hal ini sangat diperlukan dan menjadi suatu kewajuban untuk
digunakan oleh pekerja, suntikan serum anti penyakit tertentu juga berperan
penting terhadap kerja dari pekerja laundry rumah sakit, disamping menjaga
dengan makanan yang bergizi dan cukup sehat dalam kehidupannya (tanpa rokok,
narkoba, minuman keras serta selalu hidup sehat).

Gambar 7 : Ruang Cuci Infeksius

3. Kesadahan air yang digunakan.


Air merupakan media pelepasan kotoran dari tekstil (selain solvent untuk jenis-jenis
kain tertentu seperti wool, sutra dll), karena sangat pentingnya air sebagai media

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 39


pencucian maka perlu diketahui sifat dan jenis air yang digunakan hal ini karena
sangat berpengaruh terhadap daya cuci dan hasil cucian yang akan didapatkan.
Macam-macam sumber air diantaranya :
 Mata air
Mempunyai komposisi yang tergantung daerah sebelumnya. Air muncul
kepermukaan bumi sehingga air banyak mengandung gas CO2 yang berasal dari
garam-garam, kalsium, magnesium dan magnesium karbonate.
 Air sungai
Kemurnian air sungai sangat tergantung dari daerah yang dilalui dan lingkungan
aliran sungai itu.
Aliran sungai yang melewati batuan belerang akan mengandung belerang.
 Air hujan
Proses perputaran air dari bumi ke langit melalui penguapan akan terpengaruh
dengan kondisi gas dan partikel-partikel yang ada di udara sedangkan
pergerakan awan sebagai kumpulan titik-titik air akan bergerak sesuai dengan
tiupan angin sehingga pengaruh partikel udara dan atmosfir bumi sangat kuat,
pengaruh kandungan air antara lain karbondioksida, garam-garam ammonium,
nitrat, klorida sulfate dll (adanya hujan asam atau Acid Rain adalah pengaruh
lingkungan udara setempat).
Semua jenis air diatas mempunyai kesadahan yang cukup tinggi dan mengandung
hardness salt sehingga akan berpengaruh terhadap proses pencucian maupun pada
mesin dan kain.
Pengukuran kandungan hardness salt sangat penting seperti Clorin, logam dll pada air
yang digunakan sehingga didapatkan kondisi air yang mempunyai pH balan dan bebas
logam, (sesuai dengan standar air bersih berdasarkan PerMenKes No. 416 tahun
1992, Hardness garam (calcium, carbonate dan chloride), Iron Fe
Kimia air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup linen (ketahanan linen
terhadap proses pencucian) hal tersebut disebabkan kimia air akan bereaksi secara
sempurna terhadap kimia laundry beberapa sifat kimia dalam air seperti Fe akan
menjadikan kain berwarna kekuningan, Ca akan menjadikan kain jadi cepat rapuh
atau warna cepat pudar, alternatif apabila air yang digunakan jelek adalah
menggunakan softener air atau air tersebut diolah dulu sehingga dihasilkan air yang
siap digunakan dengan kandungan beberapa hardness air yang dibawah rata-rata

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 40


(minimal sesuai dengan standart air bersih dari peraturan menteri kesehatan no. 416
tahun 1992).
Selain dapat merusak linen kandungan air yang kurang baik dapat menyebabkan
kerusakan atau korosi pada beberapa bagian mesin cuci dan mesin pendukung lainnya
seperti boiler dan water heater.
Akibat air yang berpengaruh terhadap mesin cuci adalah timbulnya kerak air pada
drum mesin cuci sehingga akan mengganggu kelancaran proses pencucian dan
pemanasan air dalam mesin cuci, sementara pada boiler akan menjadi kerak pada
pipa-pipa pemanas air yang menyebabkan pemanasan air akan membutuhkan waktu
lebih lama, sementara pada water heater sama seperti pada boiler sebab antara
keduanya pada prinsip kerjanya sama yaitu memanasi air untuk keperluan tertentu.
Kandungan air kimia yang terlarut dalam air adalah :
CO2 yang dapat membuat karat pada pipa-pipa besi ataupun pada mesin cuci.
Ca dan Mg akan mengurangi kadar aktif detergen sehingga detergen tidak dapat
bekerja secara maksimal.
Fe dan Mn akan membuat pudar warna kain sehingga tidak cemerlang dan merubah
warna kain putih menjadi kekuningan (Fe) dan kecoklatan (Mg).
Sedangkan untuk membuat air menjadi baik dibutuhkan beberapa tahapan proses
anatara lain :
 Pengendapan partikel kasar.
 Penyaringan.
 Penambahan bahan kimia untuk mengendapkan partikel-partikel yang halus dan
sulit dipisahkan secara pengendapan biasa atau penyaringan.
 Penambahan satu unit pelunak air yang disebut water softener.

Analisa untuk mengetahui mutu air biasanya meliputi :


 Kesadahan : Banyaknya partikel / zat kapur yang terkandung.
 pH : Logaritma dari jumlah ion-ion hydrogen yang menyatakan
kondisi air
 pH 0 – 5 : Acid / Asam.
 pH 6 – 7 : Neutral / Netral.
 pH 8 – 14 : Alkaline / Basa.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 41


Gambar : Pengujian pH air dengan indikator pH stik

Kesadahan air yang dinyatakan dalam ppm/liter menunjukkan jenis air tersebut :
 0 – 80 ppm : Soft water.
 150 ppm keatas : Hard water.
Mutu air yang baik digunakan adalah (dalam satuan Grain atau Partikel Per
Million/ppm) :

 Kesadahan : rendah, maksimal 40 ppm

 pH : 6,5 - 7

 Konsentrasi besi / Fe : maksimal 0,1 ppm

 Konsentrasi Mangan / Mg : maksimal 0,05 ppm

 Konsentari Chlorida : maksimal 1000 ppm

 Alkalinitas : maksimal 40 ppm

 Warna : maksimal 20 ppm Platina

 Hygiene : aman (air minum 10 M.O / ml)


Kesadahan air adalah ukuran dari jumlah/konsentarsi garam-garam Clasium (Ca) dan
Magnesium (Mg) dalam air.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 42


4. Limbah yang ditimbulkan dari laundry.
Efek samping dari pencucian di laundry adalah timbulnya limbah dari pencucian
tersebut, sementara limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke
saluran air umum. Hal yang mempengaruhi lambah laundry adalah kandungan metilin
blue, pH limbah, busa yang ditimbulkan.
Pada pengelolaan limbah cair di rumah sakit dapat digolongkan menjadi :
1. Limbah cair medis.
2. Limbah cair Laundry dan kitchen.
3. Limbah cair kamar kecil dll.
Limbah cair laundry sebelum dimasukkan dalam pengolahan limbah biasanya
diproses dulu dalam bak penampungan sehingga menetralkan busa dan mengurangi
suhu panas limbah cair tersebut sehingga waktu diolah tidak mematikan bakteri yang
ada.
Bakteri biasanya hidup dalam suhu air normal dengan pH antara 6,8 – 7,6 sehingga
apabila pH limbah tinggi dan mempengaruhi konsentari pH pengolahan maka akan
menyebabkan bakteri mati, sedangkan busa akan berpengaruh terhadap sirkulasi udara
dalam air sementara itu metilin blue adalah limbah yang tidak dapat diuraikan
sehingga hati-hati pemakaian kimia yang mengandung metilin blue (sebainya jangan
gunakan kimia dengan kandungan metilin blue).
Konsentari air limbah laundry dalam pengolahan limbah rumah sakit adalah tidak
boleh lebih dari 20% dari total limbah rumah sakit, sebab apabila mencapai angka
20% maka pertumbuhan bakteri akan terhambat dan berpengaruh terhadap
pengolahan limbahnya.
(data diambil dari bapak Prihantoro, SKM kesling RS. Meilia Cibubur)
Baku mutu limbah cair laundry berdasarkan PP No. 85 th 1999 tentang Pengolahan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dengan lampiran dikatagorikan sebagai
limbah B3 :
- Kode limbah : D 239
- Jenis Kegiatan : Laundry dan Dry Cleaning
- Kode Kegiatan : 9301
- Sumber Pencemaran : Proses Cleaning dan degreasing yang
memakai pelarut organik kuat dan pelarut
kostik.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 43


- Asal/Uraian limba : Pelarut bekas, larutan kostik bekas, sludge
proses cleaning dan degreasing.
- Pencemaran Utama : Pelarut organik, hidrokarbon terhalogenasi,
lemak dan gemuk.
- Polutan yang mencemari : Phosphat, senyawa aktif biru metilen dan
sulfida.
- Frekwensi pemeriksaan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

Dengan demikian limbah laundry harus dikelola sesuai Standar Baku Mutu dengan
tingkat pencemaran yang dimaksud (dalam PP No. 85 th 1999 belum termuat tentang
laundry rumah sakit).
(disadur dari buku Pedoman Managemen Linen di Rumah sakit, Depkes RI )

5. Mesin-mesin yang digunakan.


Sebelum memakai mesin cuci sebaiknya diketahui dulu jenis, type, pengerak dan
kapasiatas mesin secara benar sebab anjuran dari mesin adalah maximal digunakan
85% dari kapasitas mesin itu sendiri dengan rekomendasi pertahun ada penyusutan
kapasitas mesin, sehingga diharapkan mesin dapat awet dan tidak mudah rusak.
Kapasitas mesin yang digunakan sebanyak 85% adalah untuk membuat mesin tidak
dipaksa kerja selain untuk mendapatkan ruang dalam mesin sehingga linen yang
dicuci akan leluasa bergerak dan mendapatkan daya kinetis pada bantingan mesin, ini
sangat berpegaruh pada pengangkatan noda yang ada (proses bantingan pada mesin
ditimbulkan dari adanya baling-baling yang terdapat dalam drum mesin cuci yang
difungsikan sama pada proses pencucian jaman dulu dengan membanting cucian pada
batu besar yang ada dalam sungai saat mencuci di sungai).
Contoh Perhitungan Kapasitas Mesin : Mesin Kapasitas 100 Kg.
100 Kg X 85 % = 85 Kg masa penyusutan adalah 5 tahun untuk mesin-mesin
Eropa/Amerika dan 3 tahun untuk mesin-mesin China/Korea.
Penyusutan dilakukan sejak awal pemakian selama 5 tahun. Hal tersebut dikarenakan
kelayakan mesin akan bertahap mengalami perubahan dan spare part sudah tidak
ada lagi, model dan sistem yang digunakan sudah tertinggal teknologinya (untuk
mesin-mesin impor). Biasanya pihak pabrik mesin sudah memperkirakan bahwa

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 44


mesin tersebut mempunyai ketahan selama 5 tahun lebih dari hal tersebut pihak
pabrik sudah tidak produksi lagi baik mesin maupun spare partnya.

Ada yang perlu diperhatikan dalam pemilihan mesin yang digunakan dalam laundry
khususnya rumah sakit, karena mesin laundry ada yang dibuat lokal (buatan dalam
negeri) dan impor (buatan luar negeri) sedangkan buatan luar negeri ada yang China,
Eropa dan Amerika, dari type tersebut ada kekurangan dan kelebihannya.
Selain dari hal tersebut juga sistem yang bekerja pada mesin adalah menggunakan
elektrik atau boiler berbeda cara kerjanya dan ada perbedaan cara perawatannya.
Pada mesin type elektrikal dibutuhkan perawatan yang baik pada fungsi elektrikalnya
yaitu dengan mengecek sistem elektrikal yang ada setiap bulan secara rutin dan
membersihkan sistim pemanas pada mesin tersebut terutama kerak yang ada pada
heater/pemanasnya sehingga akan menjadikan kondisi yang bersih dan baik fungsi
heater, dimana hal tersebut akan membuat pencapaian suhu panas yang dibutuhkan
oleh mesin menjadi lebih cepat.
Sedangkan untuk mesin type boiler perlu diperhatikan adalah pipa-pipa yang
mensuport air panas dari boiler sehingga suplai air akan lancar dan tidak ada kerak
dalam pipa-pipa tersebut yang akan menyebabkan timbulnya noda karat pada kain
(perlu diingat bahwa noda karat akan menular pada kondisi linen yang basah atau
lembab dan tertempel pada noda karat tersebut).
Mesin lokal lebih mudah perawatannya karena komponen dari mesin lokal (spare
partnya) banyak beredar di dalam negeri, namun demikian ada juga yang beberapa
komponen yang diimpor dari luar negeri karena memang di dalam negeri belum ada
yang membuatnya (beberapa komponen tertentu masih harus import).
Mesin-mesin yang digunakan dalam laundry mempunyai kreteria khusus dimana ada
beberapa mesin dapat digunakan atau setype dengan yang digunakandalam rumah
tangga ada yang tidak karena mesin tersebut khusus untuk mesin-mesin pabrik,
adapun mesin-mesin yang digunakan dalam laundry adalah :
1. Mesin Cuci
Seperti sudah dijelaskan diatas mesin cuci ada produk lokal dan produk impor,
dimana produk impor mempunyai kriteria yang berbeda dengan produk lokal,
namun demikian harga yang ditawarkan biasanya cukup mahal dibandingkan
dengan produk lokal. Sementara produk impor untuk pemanasnya ada 2 (dua)
alternatif yaitu :

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 45


A. Menggunakan elektrikal dimana dalam mesin tersebut ada komponen water
heaternya yang berfungsi memanaskan air dimana air panas tersebut akan
digunakan dalam proses pencucian. Mesin jenis ini baiasanya dipasaran
harganya lebih murah perawatannya lebih mudah namun mengkonsomsi listrik
lebih banyak sehingga mesin jenis ini kurang diminati oleh sebagain laundry,
karena mempunyai cost produksi yang tinggi dan spare part yang lebih mahal
dan lebih beragam.
B. Menggunakan boiler mesin cuci ini mendapatkan suplai air panas dari luar
sehingga mesin cuci ini tidak terdapat water heater didalamnya, biasanya
harga yang ditawarkan akan lebih mahal sebab komponen didalam mesin ini
lebih simpel namun perawatannya agak lebih sulit, cost produksinya lebih
murah sebab tidak menggunakan water heater yang relatif lebih banyak
mengkonsumsi listrik.
Perbedaan dengan mesin lokal baisanya hanya pada mesin impor lebih banyak
bertype washex atau washer extraktor, dimana mesin cuci yang dilengkapi dengan
extraktor didalamnya, namun kalau mesin lokal cenderung hanya washer saja
sedangkan extraktonya terpisah sendiri, sedangkan sistim pemanasnya cenderung
mendapatkan air panas dari luar (mengunakan boiler/water heater).

2. Mesin Extraktor
Mesin ini berfungsi untuk memeras hasil cucian dari mesin cuci, karena mesin
cuci tidak dilengkapi dengan mesin extraktor maka dibutuhkan mesin extraktor
sebagai pemeras linen basah yang sudah dicuci hingga kadar air menjadi 10 – 5 %
saja sehingga untuk proses selanjutnya dikeringkan dengan mesin tumbler atau
untuk linen sperti sepray, duk dapat langsung diproses dengan flatwork ironer.
Kelemahan pemakaian extraktor diluar adalah perpindahan linen basah dari mesin
cuci ke mesin extraktor berat karena linen kondisi basah selain hal tersebut juga
karena linen kondisi basah membuat ruang produksi menjadi basah.
Sedangkan keuntungannya adalah kecepatan pada mesin extraktor lebih tinggi
dibandingkan dengan washer extraktor sehingga hasilnya lebih cepat kering
dibandingkan washer extraktor.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 46


Gambar 8 : Extraktor lokal kapasitas 35 kg

3. Mesin Tumbler
Pada dasarnya prinsip kerja mesin cuci dengan mesin tumbler adalah sama hanya
perbedaan pada mesin cuci mengunakan media air untuk mencuci sedangkan
mesin tumbler udara panas untuk mengeringkan linen yang basah setelah dicuci.
Tumbler juga mengunakan elektrikal sebagai produksi udara panas dengan
memanaskan elemen-elemen pada HE dan meniupkan udara melewati HE
sehingga udara yang keluar dari HE adalah udara panas dan dimasukkan dalam
drum yang berputar berisikan linen basah, putaran drum tersebut kearah kanan
dan kiri dengan waktu yang bergantian. Adanya baling-baling pada drum tersebut
membuat linen yang dikeringkan akan jatuh secara terbuka sehingga kan lebih
cepat kering.
Hasil pengeringan menggunakan tumbler lebih baik dibandingkan mengunakan
panas matahari atau dijemur, sebab mengunakan tumbler membuat serat benang
menjadi lembut dan elastis sehingga linen tidak kelihatan kusut setelah selesai di
tumbler.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 47


Gambar 9 : Mesin Tumbler Power Line
4. Mesin Press
Mesin press adalah mesin untuk menyetrika pakaian namun dengan cara di press
sehingga pakaian menjadi licin dan halus, mesin press mengunakan panas dari
boiler baik yang terpasang pada mesin press itu sendiri atau mendapatkan supali
dari boiler di laur mesin press.
Mesin press sendiri ada 2 (dua) macam, yaitu :
a. Cotton Press
Cotton press adalah mesin press yang digunakan untuk mengepress bahan
yang terbuat dari cotton, poliester maupun cotton-poliester, mesin ini
menggunkan panas tinggi untuk merapikan bahan sehingga licin dan rapi.

b. Wool Press
Wool press adalah mesin press yang digunakan untuk menyetrika bahan-
bahan yang tidak dapat disetrika menggunakan panas tinggi seperti sutra,
wool dll. Bahan-bahan yang di wool press biasanya tidak dicuci
mengunakan air melainkan menggunakan dry clean (cuci kering). Pada
mesin wool press yang digunakan adalah uap sebagai pemanas setrika atau
media pressnya sehingga panas yang ditimbulkan tidak terlalu panas hanya
sebesar panas dari uap saja. Suplai panas atau uap panas dari wool press ada

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 48


yang dari mesin itu sendiri ada juga yang dari boiler tergantung type mesin
yang ada.

c. Mesin Flatwork Ironer


Adalah mesin setrika untuk linen yang datar seperti lembaran kain saja
contohnya : sepray, stik laken, sarung bantal dll. Flatwork Ironer sering juga
disebut mesin roll karena kerja mesin tersebut untuk mensetrika dengan
memutar linen sehingga halus diseluruh bagian linen tersebut, karena
bentuknya seperti roll maka sering disebut mesin roll.
Mesin ini juga ada yang menggunakan elektrikal berupa elemen pemanas dan
ada yang mendapatkan suplai panas dari boiler sehingga tergantung apa yang
dipilih untuk type mesin ini.
Keuntungan pemakaian mesin ini adalah ukuran linen yang besar dapat
disetrika dengan cepat dan hasilnya bagus, mesin ini mempunyai lebar mulai
dari 1,5 meter sampai dengan 4 meter tergantung produknya.

Gambar 10 : Flat Work Ironer Grundwasch

d. Boiler
Boiler adalah salah satu alat pendukung di laundry, mesin adalah semacam
ketel uap yang memproduksi air panas dalam jumlah tertentu sementara itu

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 49


air panas tersebut dapat dimanfaatkan dibeberapa mesin laundry seperti :
mesin press, mesin cuci, mesin tumbler juga mesin dry clean.
Boiler sebagai sarana pendukung biasanyasudah terpasang di setiap rumah
sakit sebab boiler yang terpasang lebih dari 1 ton kapasitasnya, dilingkungan
rumah sakit boiler sangat dibutuhkan dibagian lain selain laundry adalah
sterilisasi, ranap, kitchen/dapur juga instalasi air yang membutuhkan air
panas.

Gambar : Boiler kapasitas 500 kg

Boiler yang digunakan oleh rumah sakit rata-rata menggunakan bahan bakar
solar sebagai bahan bakar untuk menyalakan tungku dalam boiler, sampai
buku ini ditulis ada alternatif lain dengan harga lebih murah yaitu dengan
mengunakan residu sebagai penganti solar, selain itu juga digunakan bahan
bakar batu bara.
Sebagai salah satu sarana pendukung boiler mempunyai peranan penting dari
mesin-mesin yang ada sehingga apabila terjadi kerusakan biasanya mesin-
mesin di laundry tidak dapat dioperasikan, hal ini karena semua mesin
menggunakan boiler sebagai sarana pendukung pokoknya.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 50


e. Mesin Cuci Dry Clean
Dry clean sebenarnya jarang digunakan dalam laundry rumah sakit, namun
demikian sekedar menambah pengetahuan dry clean adalah mesin cuci
khusus yang ditujukan untuk mencuci barang-barang linen yang lebih tertentu
artinya apabila linen tersebut dicuci dengan menggunkan air maka dapat
berakhibat terjadi kerusakan seperti susut, warna pudar/kusam atau bahkan
berubah menjadi ukuran kecil (biasanya terjadi pada bahan kain wool).
Dry clean sendiri sebetulnya sama dengan mesin cuci biasa hanya berbeda
bahan dasar pencuciannya, mesin cuci menggunakan media air sebagai bahan
dasar pencucian sedangkan mesin dry clean menggunakan minyak solvent
(perchloroethylene) dengan bahan dasar penyusunnya adalah
Tetrachloroethylene sebanyak 99,9% mempunyai rumus kimianya adalah
C2H2Cl4.
Disebut sebagai mesin dry clean sebab pada proses pencucian linen masuk
dalam kondisi kering setelah diproses pencucian maka saat selesai linen
kembali kering dan sudah bersih sehingga sering disebut cuci kering/dry
clean. Keistimewaan mesin dry clean adalah proses pencucian berlansung
didalam mesin sendiri sudah dimasukkan solvent yang tertampung dalam
drum yang ada didalam mesin sehingga pencucian dengan mengeluarkan
solvent dari dalam ke drum pencucian, setelah pencucian solvent kembali di
masukkan dalam drum penampungan dan linen diproses pengeringan dalam
mesin yang sama.
Beberapa rumah sakit menggunakan gorden dengan bahan yang bermutu baik
sehingga kadang menjadi fenomena sendiri ternyata bahan gorden tersebut
tidak dapat dicuci menggunakan air sebab apabila dicuci menggunakan air
kan susut serta warnanya akan pudar, pencucian ini harus dilakukan dengan
dry clean, sementara rumah sakit laundry-nya tidak mempunyai mesin dry
clean, sehingga harus dicucidi luar oleh laundry lain yang mempunyai mesin
dry clean.

Sedangkan untuk memperhitungkan kebutuhan mesi-mesin tersebut maka harus


diperhitungkan secara rinci agar dalam investasi yang diharapkan tidak berlebihan
sehingga pengembalian investasi akan mengalami kesulitan. Secara garis besar
perhitungannya adalah :

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 51


1. Kapasitas cucian yang akan diterima perhari.
Untuk menentukan kapasitas cucian yang akan diterima adalah dengan
memperkirakan cucian yang akan diterima selama 1 (satu) hari hal ini untuk
memperhitungkan pembelian mesin sehingga pada saat pembelian mesin tidak
terjadi kesalahan yang akan berakhibat pada hal-hal yang merugikan. Perhitungan
kapasitas cucian dengan berapa banyak cucian yang akan diterima dalam satuan
kilogram, seperti misalnya : baju berat rata-rata adalah 0,24 kg, sepray beratnya
0,32 kg, selimut polar beratnya 0,41 kg.
Sehingga dengan menggunakan jumlah bed rumah sakit dan perkiraan BOR
rumah sakit serta menghitung jumlah berat linen tiap bed rawat inap, lama
penggantian linen rawat inap maka dapat ditarik kesimpulan rata-rata perhari
cucian yang akan diterima, contoh :
Jumlah bed 200 X BOR 50% X berat linen perbed 4Kg = 400Kg/hari
Sehingga diperkirakan perhari ada 400 Kg cucian.

2. Penentuan kapasitas mesin yang dibutuhkan.


Untuk menentukan mesin cuci dalam laundry rumah sakit maka dibedakan antara
infeksius dan non infeksius, infeksius kapasitas mesin cuci yang dibutuhkan dapat
ditinjau dari jumlah kamar operasi dan frekwensi operasi perhari, sedangkan
mesin non infeksius ditentukan dengan jumlah cucian perhari dengan perhitungan
lama pencucian 1 (satu) jam setiap pencucian dengan jam kerja 8 (delapan) jam
perhari maka kalau perhari 400 Kg maka dibutuhkan mesin cuci : 400 Kg / 8 jam
= 50 Kg / 2 mesin = 25 Kg, kebutuhan mesin cucinya adalah 2 (dua) buah dengan
kapasitas 25 Kg per mesin cuci.
Untuk mesin tumbler diperhitungkan dengan kapasitas mesin cucinya seperti
diatas 25 Kg mesin cuci X 50% (faktor berat linen basah) = 30 Kg, sehingga
setiap mesin tumbler minimal kapasitasnya 30 Kg, karena proses pengeringan
lebih lama maka jumlah mesinnya biasanya 1 : 2 artinya 1 mesin cuci 2 mesin
tumbler atau dapat juga dibelikan kapasitas 2 (dua) kali lebih besar dari kebutuhan
sehingga perbandingannya berubah.

3. Kebutuhan SDM yang ada.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 52


Kebutuhan SDM adalah faktor yang menentukan sehingga apabila dalam
pengelolaan SDM mengalami kegagalan maka hasil laundry yang didapat juga
tidak akan memuaskan ada kemungkinan malah merugikan sehingga pemilihan
SDM yang punya kualitas dan kemampuan yang baik akan mempengaruhi kinerja
laundry tersebut, bukan karena SDM tersebut mempunyai pengalaman kerja di
perusahaan laundry yang terkenal maka dianggap punya kemapuan yang sama
melainkan dengan mempekerjakan pada kinerja yang profesional maka akan
diketahui kemampuan SDM tersebut dalam bekerja, referensi adalah selembar
kertas yang dapat dibuat dan dicetak namun kemampuan SDM terletak pada
kenierja dan rasa kepemilikan SDM tersebut pada perusahaan tempatnya bekerja
sehingga SDM tersebut akan membangun kenirja yang baik terhadap perusahaan,
bukan karena punya pengalaman kerja dari perusahaan yang terkenal maka
dianggap punya kemampuan yang bagus itulah strategi dalam pemilihan SDM
untuk laundry, sebab belum adanya pendidikan tentang laundry membuat
perolehan SDM yang baik mengalami kesukaran.

4. Merk/Brand mesin yang digunakan.


Beberapa rumah sakit pemerintah menngunakan brand tertentu untuk pembelian
mesin cuci terutama yang berhubungan dengan rumah sakit rujukan pemerintah,
brand tersebut menjadi ternama dan banyak dicari namun demikian persaingan
teknologi yang ada dalam pembuatan mesin cuci semakin baik sehingga brand-
brand baru muncul dengan kemampuan dan keawetan yang sama sehingga
membuat pasaran menjadi ramai nama-nama brand mesin cuci yang ada di
Indonesia antara lain : Elextrolux, Power Line, Primus, Grundwasch dll
Pada dasarnya semua mesin sistem kerjanya sama saja hanya ada beberapa
kelebihan dari masing-masing brand sehingga dengan kemampuan SDM yang
baik dan benar akan dapat memudahkan pengadaan dengan
Sedangkan biaya-biaya yang lainnya adalah seperti biaya listrik, air, kimia laundry,
tenaga kerja, biaya operasional dll. Biasanya pemilihan mesin akan berpengaruh pada
biaya lainnya saat operasional misalkan menggunakan mesin dengan pemanas
heater/gas maka investasinya akan kurang untuk pembelian boiler, namun biaya
operasionalnya akan bertambah untuk biaya listrik kalau menggunakan heater atau
gas kalau menggunakan panas api. Begitu pula dengan tambahan mesin boiler maka

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 53


dibutuhkan bahan bakar boiler tersebut berupa solar/minyak tanah atau batu bara
tergantung model boiler yang dibeli.
Perhitungan dalam investasi harus tepat sebab apabila kesalahan yang ada dalam
investasi maka akan mengalami kerugian atau pengembalian investasinya terlalu
lama.
Sebagian besar mesin-mesin laundry adalah yang tersebut diatas namun demikian
untuk laundry hotel dan laundry reatell biasanya ada beberapa tambahan mesin lagi
yang mana di laundry rumah sakit kurang diperlukan.
Proses pencucian untuk laundry rumah sakit lebih spesifik karena ada beberpa hal
yang di laundry lainnya tidak ada seperti infeksius dan noda darah yang hampir semua
bagian linen kamar operasi selalu bernoda darah. Sedangkan beberapa hal yang perlu
dipahami dalam saat proses pencucian adalah :
1. Kimia Laundry
Pada saat pembelian kimia laundry berikan waktu demo bagi suplaier kimia
laundry untuk demo produknya yang harus sesuai dengan mesin cuci yang
digunakan, karena setiap type dan merk berbeda akan berbeda sistem pada kerja
pencuciannya sehingga perlu penyesuaian dari pihak suplaier kimia laundry untuk
mendapatkan hasil pencucian yang maksimal.
Perhatikan juga MSDS serta material penyususun kimia tersebut apakah ada
kimia yang akan berpengaruh terhadap limbah nantinya.
Untuk pengadaan pembelian kimia laundry bukan hanya faktor murah yang
digunakan melainkan keamanan dari kimia tersebut terhadap karyawan laundry,
linen yang dicuci dan limbah yang dihasilkan, persayaratan utama dari pembelian
kimia laundry adalah adanya MSDS produk kimianya, pengujian limbah yang
dihasilkan pada saat proses pencucian, pengujian air baku pencucian serta
rutinitas pengujian limbah yang dilakukan oleh pihak suplier setiap 3 (tiga) bulan
sekali.

2. Suplai air panas


Air panas pada proses pencucian sangat mendukung hasil yang sempurna karena
suhu tertentu akan dibutuhkan kimia laundry untuk bekerja secara maksimal, suhu
yang tidak sesuai akan berpengaruh pada hasil yang diberikan oleh kimia laundry
pada proses pencucian atau kecepatan pencapaian suhu yang tidak tepat akan

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 54


membuat reaksi kimia laundry kurang sempurna dalam bekerja untuk
menghilangkan noda pada linen.
Namun sebaliknya apabila suhu terlalu tinggi maka kimia laundry akan
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.

3. Waktu proses pencucian


Proses pencucian akan membutuhkan waktu yaitu saat kimia laundry larut dalam
air dan kimia laundry tersebut bekerja untuk membersihkan noda pada linen
setelah larut secara homogen dengan air. Kecepatan kimia laundry larut dan
mengubah air menjadi larutan homogen dengan kimia laundry akan berpengaruh
dengan waktu proses pencucian, semakin lama larut maka akan semakin lama
proses pencuciannya.
Cara untuk mengetahui kecepatan larut dari kimia laundry adalah dengan
melarutkan 1 (satu) sendok makan kimia laundry dilarutkan dalam 250 ml air
suhu normal dan diaduk, ukur dengan waktu untuk melarutkan kimia tersebut
maka akan diketahui kecepatannya, hal tersebut akan lebih cepat lagi apabila
digunakan air panas (suhu maksimal air panas untuk kimia laundry adalah 750C
(oxygen bleach, chlorin pada suhu maksimal 600C sedangkan untuk detergen,
alkali dan emulsi rata-rata dibawah 600 C) apabila suhunya lebih panas maka
kimia tersebut akan rusak dan tidak berfungsi sebagai bahan pencuci.
Suhu air yang lebih dari 900 C akan dapat merusak tekstur kain sehingga kain
akan mudah putus serat benangnya ataupun akan membuat warna kain cepat
pudar (untuk produk pabrik jenis baju, celana, blouse dll akan terdapat label yang
berisikan cara pencuciannya perhatikan kimia yang digunakan dan suhu air yang
direkomendasikan).
Mesin cuci untuk laundry maupun dalam rumah tangga dapat dibedakan menjadi 2
(dua) type yaitu :
a. Type Washing
Adalah mesin cuci yang antara mesin cuci dan extraktornya terpisah (tidak dalam
satu kali proses) sehingga mesin ini hanya berfungsi untuk mencuci saja sedangkan
untuk extraktornya harus dipindahkan keluar mesin cuci terlebih dahulu.
Dalam rumah tangga disebut mesin cuci 2 (dua) tabung, dimana satu tabung untuk
mencuci dan satu tabung untuk mengeringkan (spin/Pemeras/pengering) walaupun
masih dalam satu kesatuan mesin cuci.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 55


Gambar 11 : Mesin cuci lokal kapasitas 85 Kg

b. Type Washex
Adalah mesin cuci yang sudah dilengkapi dengan extractor sehingga dalam
pemerasan tidak dikeluarkan dari mesin terlebih dahulu, melainkan langsung
setelah dicuci dikeringkan airnya dan diperas dalam proses yang sama.
Dalam rumah tangga disebut mesin cuci 1 (satu) tabung dimana proses pencucin
dan spin/pemeras/pengeringan dalam tabung yang sama tidak dipindahkan keluar
dari tabung pencucian.
Sedangkan sistem kerja (cara mengoperasikan mesin menurut langkah dari mesin itu
sendiri, biasanya sudah diberitahukan secara langsung oleh pihak suplier mesin
tersebut) mesin laundry ada beberapa macam antara lain :
Manual
Mesin ini diopersikan secara manual, sehingga tidak bekerja sendiri untuk
perpindahan dari mencuci, memasukkan air dalam mesin, membuang air dan
extraktornya diopersikan oleh seorang operator, hal ini disebabkan karena sistem
pada mesin tersebut tidak ada sehingga hanya ada tombol/saklar untuk
menjalankan mesin tersebut.
Keuntungan mengunkan mesin ini adalah dapat disesuikan lama pencucian
menurut keinginan operator, sehingga pencucian akan menghasilkan hasil yang
sesuai keinginan operator.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 56


Kelemahannya adalah proses pencucian tersebut tidak dapat ditinggalkan oleh
operator sebab waktu pencucian tidak berjalan secara otomatis.

Otomatis
Mesin ini bekerja secara otomatis menurut program yang tersimpan didalam cip
memori pada mesin cuci sehingga tahapan pencucian akan dilakukan mesin secara
otomatris setelah mesin diset pada program dan ditekan tombol star.
Mesin ini biasanya sudah terdapat program pencuiannya sehingga lama pencuian,
pembilasan dan ektraktornya sudah terprogram operator hanya memilih pada
menu pilihan program nomor berapa menurut jenis cucian yang dicuci dan kondisi
cucian kotor atau tidak (tidak setiap proses pencucian mengunakan prewash jadi
perhatikan program yang sudah tercantum dalam rekomendasi mesin tersebut)
apabila lama pencucian atau level air yang tidak sesuai maka dapat dirubah seting
program tersebut oleh supalier mesin dengan menggunakan card program dari
mesin tersebut.
Keuntungannya adalah operator dapat mengerjakan pekerjaan lain selama proses
pencucian berlangsung karena mesin bekerja sesuai program yang ada hingga
selesai proses pencucian dan cucian siap dipindahkan ke mesin pengering/tumbler.
Kelemahannya adalah apabila noda kotoran berat tidak hilang maka harus dicuci
mulai dari awal lagi sehingga waktu akan terbuang untuk melakukan pencucian
ulang.

Kartu
Pada dasarnya sama dengan mesin otomatis perbedaannya pada cip memori,
didalam mesin ini cip memori digantikan dengan kartu yang terbuat dari plastik
pvc berbentuk lembaran yang sudah diberi lubang untuk hitungan lama proses
pencuciannya (pada posisi lubang biasanya mesin akan mati).
Dasar utama adalah kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada apakah
mempunyai kemampuan untuk mencuci yang sebenarnya ataukah hanya bisa mencuci
saja.
Laundry saat ini bukan hanya sekedar mencuci namun pengetahuan tentang laundry
sangat berperan, dimana kemampuan SDM untuk mengatasi masalah-masalah yang
timbul sangat dibutuhkan bukan sebab makin kompleknya masalah yang ada

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 57


membuat kemampuan SDM menjadi teruji dengan sendirinya dan dibutuhkan
pendidikan yang mendukung agar kemampuan SDM menjadi semakin meningkat.
Adapun pengetahuan yang mendukung untuk SDM laundry adalah pengetahuan
tentang tekstil sebagai bahan yang akan dicuci, pengetahuan tentang bahan-bahan
kimia yang menjadi media proses pencucian, pengetahuan tentang lingkungan hidup
agar pembuangan limbah laundry dapat diterima oleh lingkungannya, pengetahuan
tentang mekanikal dan elektrikal mesin-mesin laundry dan pengetahuan tentang
laundry itu sendiri sehingga pada penerapan proses pencucian tidak terjadi kesalahan
yang akan berakhibat fatal baik pada barang yang dicuci, lingkungan, mesin maupun
pada SDM yang bekerja.
Seiring dengan teknologi yang berkembang maka adanya seminar, traning dan
pelatihan untuk tenaga laundry sangat dibutuhkan, untuk itu perlu penambahan
pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu-ilmu pendukung dalam laundry.
Ilmu yang berhubungan laundry adalah pengetahuan tentang produksi kain,
pewarnaan kain sampai finishing kain sampai kepasaran umum ataupun ke pabrik
linen rumah sakit, pengetahuan tentang proses produksi linen dimana pembiutannya
menggunakan kecepatan mesin jahit seperti apa dan pemakaian benang yang
bagaimana akan menambah wawasan tentang proses pencucian yang baik nantinya,
pengetahuan tentang kimia laundy agar pemakaian kimia laundry tidak salah dan
menghasilkan proses pencucian yang sempurna bukan kata iklan dama radio atau
televisi, pengetahuan tentang limbah yang akan mendukung pekerjaan di laundry
sebab limbah yang tidak memenuhi syarat akan berakhibat penutupan perusahaan
laundry oleh dinas lingkungan hidup.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 58


Gambar 12 : Mesin Cuci Washex Power Line
Dasar pengetahuan tentang laundry adalah tahapan dalam proses pencucian, dimana tahapan
apa saja yang harus dipahami dan bertujuan untuk apa dari tiap tahapan tersebut harus
dipahami oleh SDM laundry.
Selain SDM laundry juga harus diketahui oleh user (pemakai linen seperti perawat, team
pengadaan linen, bagian keuangan dan jajaran managerial rumah sakit) hal tersebut agar pada
pengadaan linen rumah sakit tidak sembarangan yang akan berakhibat pada investasi ulang
atau target investasi yang tidak tercapai (pendanaan linen yang belum pada waktunya karena
kesalahan pembelian sehingga linen rusak tidak pada target yang diperkirakan).
Proses pencucian mempunyai 2 (dua) tahapan utama, yaitu tahapan pencucian dan tahapan
pembilasan, namun dengan perkembangan teknologi mesin-mesin laundry dan kimia laundry
maka ada satu tahapan yang difungsikan untuk melakukan proses awal pencucian seperti
dalam pencucian manual yaitu proses perendaman yang bertujuan untuk memberikan
tegangan pada permukaan kain sehingga tahapan pencucian akan lebih mudah dalam
istilahlaundry disebut PREWASH (pencucian awal).
Sedangkan dalam proses pencucian dalam ilmu laundry perlu diketahui 3 (tiga) tahapan
proses pencucian serta berguna untuk apa saja tahapan tersebut dan dibutuhkan jenis
chemical apa saja yang digunakan pada setiap tahapan tersebut, sedangkan tahapan-tahapan
tersebut adalah sebagai berikut :

a. Prewash.
Adalah tahapan perendaman pada proses pencucian manual, proses prewash
dilakukan apabila barang yang dicuci mengandung noda sedang atau banyak, fungsi

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 59


prewash sendiri adalah untuk melunakkan atau memberikan tegangan pada
permukaan kain yang akan dicuci.
Permukaan kain yang terkena noda baisanya menjadi kaku dan keras sehingga
dibutuhkan air sebagai media untuk melunakkan permukaan kain tersebut sehingga
menjadi lentus dan elastis, hal ini difungsikan agar noda yang ada dipermukaan kain
akan mudah terangkat karena kelenturan pada permukaan kain tersebut, sedangkan
pori-pori kain yang terbuka karena adanya air membuat noda yang ada didalam pori-
pori kain akan tertembus oleh air yang memasuki pori serat kain dari satu sisi ke sisi
yang lain.
Dalam tahapan prewash ini dibutuhkan kimia antara lain detergen, alkali dan emulsi
sedangkan suhu air pada tahapan ini adalah pada suhu normal dengan waktu yang
berkisar antara 2 – 3 menit.
Fungsi kimia laundry dalam tahapan iniadalah memberikan reaksi pada air yang
homogen dengan kimia laundry sehingga bukan sifat air yang akan mempengaruhi
noda tersebut melainkan campuran homogen antara air dan kimia laundry yang akan
bekerja menggankat noda yang ada pada permukaan dan pori-pori kain tersebut.
Suhu yang normal ditujukan untuk menghindari noda akan bereaksi dengan suhu air
tinggi (misal pada noda darah suhu tinggi akan mengakibatkan darah menjadi matang
dan beku sehingga sukar diangkat dari serat kain), sehingga untuk prewash selalu
digunakan suhu air normal.

b. Main Wash.
Proses sebenarnya dalam pencucian, pada saat main wash digunakan kimia detergen,
alkali, emulsi dan chlorin/oxygen bleach tergantung barang yang dicuci apabila putih
digunakan chlorin/bleach apabila berwana boleh digunakan oxygen bleach namun
sebaiknya dicoba dulu apakah warnanya akan pudar atau tidak sebab beberapa jenis
kain tertentu tidak tahan penggunaan oxygen bleach.
Main wash dapat dilakukan pada suhu air normal atau juga mengunakan air panas
yaitu pada suhu air maksimal 600 C untuk warna dan maksimal 900 C untuk putih.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah komposisi kimia yang digunakan dalam
mainwash, perhatikan suhu-suhu yang dapat merusak kimia saat proses pencucian
seperti emulsi akan bekerja secara sempurna pada suhu antara 500 – 750C, sedangkan
chlorin akan bekerja secara maksimal pada suhu 600C sedangkan oxygen bleach
bekerja baik pada suhu minimal 700C sehingga perhatikan kimia yang digunakan dan

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 60


sesuaikan dengan suhu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang baik, apabila
suhu terlalu tinggi justru akan merusak komposisi kimia laundry sehingga kimia
tersebut akan hilang kemampuannya untuk proses pencucian.
Selain dari faktor kimia laundry juga perlu diperhatikan adalah linen yang akan
dicuci dimana untuk linen yang berwarna biasanya ada aturan yang menyebutkan
pada suhu berapa maksimal linen tersebut dapat dicuci menggunakan air panas, hal
ini akan berpengaruh terhadap pewarnaan kain pada linen, dimana suhu yang tinggi
akan menyebabkan warna kain menjadi cepat pudar. Rata-rata kain yang berwarna
hanya tahan terhadap suhu maksimal 600C.
Proses main wash adalah proses dari pencucian yang sebenarnya untuk itu proses ini
biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu antara 4 – 5 menit dengan
pemakaian jumlah air pada posisi low water/ air rendah sehingga kemampuan kimia
laundry akan bekerja secara maksimal. Kesempurnaan pencucian terlihat dari hasil
main wash seperti kimia yang bagus akan terlihat dari hasil main wash, mesin cuci
yang digunakan akan terlihat baik apabila hasil main wash juga baik, sehingga main
wash adalah kesempurnaan dari proses pencucian atau inti dari proses pencucian.

c. Fill/Pembilasan I, II dan III.


Pembilasan dilakukan untuk membersihkan sisa chemical saat proses pencucian,
pembilasan dilakukan minimal 2 (dua) kali ditujukan untuk menghilangkan semua
residu dari kimia pencucian, saat pembilasan ke 3 (tiga) ditambahkan sour/netralizer
yang gunanya untuk menghilangkan sisa dari kimia yang masih tertinggal serta
ditambahkan softener untuk melindungi bahan yang dicuci dari noda saat digunakan
nantinya juga menjadikan bahan menjadi lembut dan harum.
Adapun fungsi pembilasan 1 (satu) adalah untuk menghilangkan sisa kimia laundry
yang digunakan dalam main wash, sehingga pada pembilasan selalu digunakan hight
water/air banyak. Proses pembilasan pertama ini memaksimalkan air untuk
melarutkan kimia laundry dari linen yang dicuci sehingga diharapkan linen yang
dicuci sudah terbebas dari reaksi kimia laundry pada saat main wash.
Pembilasan 2 (dua) adalah untuk membuat linen terbebas dari kesadahan kimia
laundry yang belum sepenuhnya dapat dihilangkan pada saat pembilasan pertama,
pembilasan kedua sama dengan pembilasan pertama yaitu level air pada hight
water/air banyak, bantingan yang ditimbulkan saat pembilasan akan membuat

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 61


kesadahan permukaan linen dari reaksi kimia laundry menjadi hilang dan permukaan
linen kembali seperti semula saat linen akan dicuci.
Pembilasan 3 (tiga) dicampurkan kimia laundry netralizer/sour dapat dicapurkan juga
softener sehingga menghemat waktu pembilasan namun demikian antara netralizer
dan softener berbeda fungsinya, netralizer untuk membuat kain menjadi netral setelah
dicuci pada keadaan basa karena sifat kotoran yang asam maka kimia laundry dibuat
basa, sedangkan karena kandungan basa yang lebih membuat kain menjadi basa
setelah dibilas maka digunakan netralizer yang bersifat sedikit asam untuk membuat
sifat basa seimbang dengan sifat asam sehingga menjadi netral.
Softener digunakan untuk membuat permukaan kain menjadi lembut dan serat kain
menjadi elastis karena kandungan lemak pada softener maka serat kain akan
terlindungi dari kotoran saat linen digunakan nantinya, selain akan menimbulkan bau
harum bunga atau buah karena softener biasanya diberi wewangian tertentu oleh
produsennya.

d. Extraktor.
Extraktor adalah proses yang terkait dalam proses pencucian karena dalam mesin
jenis washex setelah dilakukan pembilasan tahap ke 3 (tiga) adalah diextrak sehingga
kandungan airnya akan hilang sampai 85 -90 %, hal ini sama dengan diperas secara
manual hanya dalam mesin ini yang memeras adalah mesin sehingga akan lebih
banyak air yang dapat dikeluarkan dari linen yang dicuci.
Sedangkan untuk mesin lokal maka biasanya extraktornya terpisah dari mesin cuci,
extraktor tersebut digunakan dengan cara memasukkan linen basah setelah dicuci
kedalam mesin extraktor dengan cara disusun sehingga pada saat extrak putarannya
akan stabil dan linen tidak rusak, penyusunannya adalah dengan menempatkan linen
basah pada setiap sisi mesin extraktor hingga penuh atau rata setiap sisinya sehingga
putaran extraktor akan stabil, setelah kering maka linen tersebut dapat dilakukan
proses selanjutnya separti di tumbler atau disetrika.

e. Spoel Hock.
Spoel Hock adalah tahapan sebelum dilakukan prewash, dimana cucian yang ada
nodanya akan dihilangkan terlebih dahulu sehingga noda tersebut tinggal bekasnya
saja, hal ini ditujukan agar proses pencuciannya menjadi lebih mudah dan cepat.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 62


Untuk jenis noda infeksius harus dilakukan perendaman terlebih dahulu
menggunakan disinfektan. Cara perendaman mengunkan disinfektan adalah dengan
mencapurkan disinfektan dalam air dengan perbandingan sesuai dengan yang
dianjurkan oleh pihak produsen disinfektan tersebut
Pada tahapan perendaman juga dilakukan spoel hock yaitu pengangkatan noda
dengan cara penyikatan, adapun cara melakukan penyikatan adalah sebagai berikut :
Letakkan kain yang akan dispoel hock diatas meja spoel hock, posisikan noda
tepat diatas meja, posisi kran air ada diatas kain yang ternoda lakukan penyikatan
menggunakan sikat yang bulunya medium (jangan yang keras karena dapat
merusak kain) sikat pada noda yang ada kearah depan secara searah dengan diberi
aliran air sedikit, berikan sedikit chemical yang dianjurkan (campurkan chemical
yang akan digunakan dengan air dengan perbandingan 1:1/2 artinya 1 liter
chemical ditambahkan air sebanyak ½ liter) tempatkan pada botol dengan ujung
lebih kecil sehingga aliran chemical yang digunakan tertuang sedikit demi sedikit
tunggu beberapa saat setelah chemical dirasa cukup (dapat dilihat dengan melihat
noda yang jadi menyebar atau terangkat ke permukaan kain) lakukan penyikatan
jangan terlalu dipaksakan sebab kain akan cepat rusak cara penyikatan kearah
depan sehingga percikan air dan noda tidak mengotori orang yang melakukan
spoel hock.

Gamber 6 : spoel hock


Selain mengunakan perendaman pada noda infeksius dapat juga dilakukan
pemusnahan dengan cara dibakar hingga berubah bentuk (dibakar menggunakan

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 63


sistem khusus sehingga tidak menyisakan residu/sampai berubah bentuk dari bentuk
semula) untuk proses ini disarankan oleh pihak team medis, sedang yang diproses
pencucian dilakukan dalam ruangan tertutup dan khusus tidak tercampur dengan
mesin lainnya ataupun linen lainnya.
Adapun proses pencuciannya sama seperti yang lainnya yaitu spoel hock dulu supaya
nodanya hilang setelah itu diproses menggunakan mesin cuci khusus (dimana ruang
kotor dan ruang bersih terpisah oleh batasan dinding tertutup) perlakukan pencucian
dengan mengunakan prewash dengan menambahkan disinfektan sebagai bahan untuk
membunuh virus, bakteri ataupun jamur.
Pembelian disinfektan sebaiknya yang bersifat Fungisidal, Bakterisidal dan Virusidal
artinya sebagai pembunuh jamur, bakteri dan virus bukan mengurangi jumlah kolinya
saja (ada detergen yang sudah mengandung disinfektan yang ada dipasaran, namun
sayangnya sampai buku ini ditulis produk tersebut masih di impor dari luar negri).
Pada pasaran kimia laundry disinfektan biasanya beraroma pine/cemara sehingga
hampir sama dengan disinfektan untuk kamar kecil ataupun untuk membersihkan
lantai, namun demikian jangan disama artikan bahwa produk untuk lantai atau kamar
kecil adalah sama dengan untuk kain karena pamakiannya yang berbeda maka produk
tersebut dianggap tidak sama sehingga jangan menggunakan produk disinfektan untuk
lantai tetapi digunakan untuk kain.

 Kasus :

1. Chlorin banyak digunakan sebagai disinfektan.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 64


2. Disinfectan lantai digunakan untuk kain.
3. Pencucian infeksius tidak diruangan tersendiri.
4. Pemakaian kimia laundry tidak jelas.

 Jawaban :

1. Chlorin pada konsentrasi tertentu memang dapat digunakan sebagai disinfektan


namun chlorin akan mempengaruhi warna kain dimana warna kain akan pudar
apabila tekena chlorin, sementara itu karena sifat chlorin yang reaktif dan panas
maka terlalu sering diberi chlorin akan membuat linen menjadi cepat rusak
sehingga pemakian chlorin sebaiknya diminimalkan, sedangkan sebagai
disinfektan gunakan produk disinfektan yang disarankan.
2. Pemakaian disinfektan lantai akan merusak kain/linen sebab komposisi
disinfektan tersebut terlalu keras dan tidak cocok untuk kain walaupun dosisnya
dikurangi, rata-rata disinfektan memang beraroma pine/cemara namun baukan
berarti sama dengan diinfektan lantai yang pasti komposisinya berbeda hanya
aromanya saja yang sama.
3. Proses pencucian infeksius sebaiknya dilakukan pada tempat tersendiri hal ini
ditujukan untuk mengurangi penularan yang mungkin dapat terjadi dari linen
terinfeksi kepada pekerja laundry, selaian hal tersebut juga meminimalkan
terjadinya kontaminasi udara dari linen terinfeksi terhadap linen bersih yang
mungkin ada pada area yang sama yang tidak terpisahkan dengan batasan dinding
rapat.
4. Gunakan kimia laundry yang memenuhi syarat yaitu dengan menanyakan SMDS-
nya dimana kimia yang belum mempunyai jangan digunakan karena pertanggung
jawabannya akan kesulitan, MSDS adalah syarat mutlak bagi laundry sebab
kimia laundry yang digunakan bukan karena harganya murah melainkan kimia
tersebut dapat dipertanggung jawabkan produknya karena MSDS biasanya
memuat nama produk tersebut sudah terdaftar di depatermen perdgangan dan
sudah diuji kelayakannya.

BAB IV
PENCUCIAN LAUNDRY DAN DRY CLEAN

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 65


Seperti sudah diterangkan di atas bahwa pada proses pencucian mempunyai beberapa tahapan
dimana setiap tahapan dalam proses pencucian tersebut mempunyai tujuan berbeda dengan
fungsi yang berbeda sehingga apabila dihilangkan tahapan-tahapan tersebut harus
diperhatikan apa efek samping yang akan terjadi pada hasil akhir preses pencucian.
Pada bab ini akan dibahas masalah proses pencucian baik pencucian laundry maupun dry
clean dengan cara-cara yang benar serta tujuan dari setiap proses pencucian yang dilakukan.
I. Proses Laundry.
Tahapan pada proses laundry meliputi beberapa bagian, dimana setiap bagian mempunyai
tujuan berbeda dan menggunakan chemical yang berbeda, sehingga tahapan tersebut
selalu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Sementara itu tahapan pada
proses pencucian dapat dihilangkan apabila linen yang dicuci mempunyai kotoran yang
berbeda sehingga tahapan proses pencucian dapat berbeda apabila linen yang dicuci
mempunyai perbedaan jumlah kotoran yang ternoda pada linen tersebut.
Untuk menggolongkan kotoran yang menempel pada linen dibedakan menjadi 3 (tiga)
yaitu :
A. Kotoran Ringan (light soil).
Adalah jumlah kotoran yang ada pada linen tersebut dikatagorikan sebagai kotoran
ringan, karena kotoran yang ada biasanya hanya berupa debu yang menempel pada
linen atau bahkan hanya keringat atau karena digunakan selama satu hari saja tanpa
adanya noda-noda atau kotoran yang bersifat permanen atau semi permanen (noda
dari makanan, tinta darah dll).
B. Kotoran Sedang (medium soil).
Adalah kotoran yang terlihat jelas pada linen namun bersifat semi permanen artinya
dapat dengan mudah dihilangkan pada proses pencucian biasa sehingga tidak
memerlukan perlakuan khusus untuk menghilangkan noda tersebut. Adapun noda
semi permanen yang dimaksut seperti noda muntahan, air seni, dll.
C. Kotoran Berat (heavy soil).
Adalah kotoran yang permanen artinya harus melalui tahapan khusus untuk
menghilangkannya seperti diperlakukan perendaman menggunakan disinfektan,
dilakukan spool hock/penyikatan untuk menghilangkan noda tersebut, contoh noda
heavy soil antara lain : noda darah yang mengering, noda obat-obatan, noda
kotoran/faces dll.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 66


Diatas sudah diterangkan apa yang dimaksud dengan laundry untuk itu pada proses
laundry di rumah sakit harus diketahui beberapa fakta yang berperan dalam permasalahan
pencucian tersebut, adapun fakta-fakta tersebut adalah :
1. Linen merupakan investasi yang bernilai besar.
Investasi linen di rumah sakit maupun hotel mempunyai nilai yang cukup besar hal ini
terpengaruh karena jumlah linen yang diinvestasikan cukup banyak macam maupun
jumlahnya sehingga menjadikan nilai investasinya menjadi besar.
2. Kecenderungan linen menjadi kotor.
99% pasien di rumah sakit maupun tamu hotel akan menghabiskan waktunya berada
di tempat tidur, hal ini akan membuat linen mudah kotor, semntara di rumah sakit
pasien juastru melakukan aktifitasnya 100% ditempat tidur sehingga linen akan
mudah sekali menjadi kotor dan perlu pengantian sehari 2 (dua) kali atau minimal
setiap hari diganti.
3. Syarat pencucian linen.
Poin-poin diatas membuat proses pencucian harus memenuhi persyaratan khusus,
dimana proses pencucian harus memeperhatikan kondisi linen tersebut seperti
perlakuan spool hock harus hati-hati, pemakian kimia laundry yang sesuai dengan
persyaratan linen agar linen tidak mudah rusak sehingga penampilannya (esthetika)
tidak merusak citra rumah sakit, hygienis sehingga tidak timbul bau-bau yang tidak
sedap dimana pasien akan merasa nyaman dengan kondisi linen yang baik, bersih dan
hygienis.

Pada proses pencucian ada tahapan-tahapan yang harus diketahui fungsi dan kegunaan
setiap tahapan tersebut serta proses apa saja yang ada dlam tahapan tersebut, kimiayang
dibutuhkan suhu dan jumlah air yang dibutuhkan. Adapun proses pencucian tersebut
adalah :

1. Prewash/Flush/Break/Pencucian awal.
Proses ini dilakukan biasanya pada linen tingkat kotoran medium soil atau heavy soil,
sedangkan pada linen light soil jarang dilakukan.
Tujuan :
 Membasahi linen yang akan dicuci.
 Membantu melepaskan kotoran yang tidak mengikat pada kain.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 67


 Menyesuikan temperatur untuk proses mainwash.
 Kimia laundry detergen, alkali dan emulsi.
 Jumlah air tinggi/penuh.
 Suhu air normal antara 250 – 300C.
 Lama proses 2 – 3 menit.
Proses produksi :
Linen yang akan dicuci dimasukkan dalam mesin cuci, tambahkan kimia laundry
detergen dan alkali berikan emulsi apabila terdapat noda darah atau minyak/lemak
(kimia laundry yang diberikan ½ dari dosis pada proses pencucian), proses pada level
air tinggi (seperti pada pembilasan), lakukan proses selama 2 - 3 menit, buang air dari
mesin dan lakukan proses pencucian (mainwash).
Pada mesin automatik biasanya sudah ada program tersendiri sehingga tahapan ini
menggunakan program nomor berapa lalu tekan enter/start untuk menjalankan mesin,
mesin akan pindah secara automatik setelah selesai proses ini.

2. Mainwash/Suds wash/Pencucian.
Proses pencucian yang dilakukan dengan penambahan kimia laundry dan suhu air
yang sesuai dengan jenis linen yang dicuci, pada proses ini ada perbedaan mulai dari
tingkat kotoran, warna dan jenis linen yang dicuci, perhatikan secara cermat untuk
mendapatkan hasil secara maksimal dan tidak merusak linen yang dicuci.
Tujuan :
 Melepaskan kotoran/noda pada linen.
 Mencerahkan warna linen yang berwarna.
 Memutihkan linen yang berwarna putih.
 Menghilangkan noda minyak, darah, obat faces dll.
 Merawat linen agar menjudi awet dan berumur panjang.
 Membersihkan linen agar dapat digunakan kembali.
 Melapisi linen dengan kimia laundry agar tidak mudah kotor.
Pada proses mainwash ini terdapat perbedaan menurut jenis linen, warna linen dan
kadar noda yang ada, proses yang dilakukan juga berbeda.
A. Jenis Linen :
Linen pada rumah sakit atau hotel biasanya dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
macam, yaitu :
a. Linen

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 68


Linen ini biasanya merupakan kebutuhan kamar baik hotel maupun rumah
sakit seperti sepray, sarung bantal, bad pad, bad mate, gorden dll. Pada jenis
ini proses pencuciannya sama dengan linen yang lain hanya tergantung
warnanya, apabila berwarna maka prosesnya sama dengan linen warna kalau
berwarna putih maka prosesnya sama dengan proses linen putih.
b. Linen Uniform
Lebih cenderung dikatakan sebagai uniform untuk tamu atau pasien rumah
sakit kecenderungan linen ini berwarna sehingga proses pencuciannya sama
dengan proses pencucian kimono, baju, celana panjang dll (dalam hotel sering
disebut guest).

B. Warna Linen :
Proses pencucian pada linen dasarnya adalah diabgi menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Linen Warna
Proses pencucian linen warna dapat digunakan untuk linen seperti selimut,
kimono, bedong dll.
Linen yang akan dicuci dimasukkan dalam mesin cuci dan tambahkan
detergen, alkali dan emulsi. Proses pencucian berlangsung selama 8 – 15
menit dengan suhu antara 500 – 800C, level air pada posisi rendah atau
minimal, hal ini ditujukan agar reaksi adri detergen lebih masimal dan proses
mekanikal aksion lebih baik.
Pada mesin automatik akan dapat dipilih program seperti yang diinginkan dan
tekan enter/start untuk memulai menjalankan mesin tersebut.
b. Linen Putih
Proses pencucian linen putih lebih spesifik karena mengunakan kima
tambahan untuk membuat warna putih tersebut menjadi cemerlang, linen putih
biasanya untuk sepray, stik laken, bed pad dll.
Linen yang akan dicuci dimasukkan dalam mesin cuci tambahkan detergen,
alkali, emulsi dan chlorin/bleaching proses pada level air rendah dalam waktu
8 – 15 menit pada suhu antara 500 – 700C (perhatikan suhu yang digunakan
sebab chlorin/bleach akan rusak pada suhu diatas 750C).
C. Kadar noda pada linen :
Pada linen kotor dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, light soil/kotoran ringan,
medium soil/kotoran sedang dan heavy soil/kotoran berat, proses pencucian

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 69


medium soil dan heavy soil dilakukan dengan prewash yang bertujuan untuk
menghilangkan noda kasar, memberikan tegangan pada permukaan kain,
memudahkan proses kerja detergen. Selain prewash juga diperlukan spool hock
untuk noda-noda yang masih belum dapat dihilangkan pada proses prewash juga
pencucian/mainwash.
Sedangkan untuk light soil dapat langsung diproses pencucian tanpa
menggunakana prewash, hal ini light soil mempunyai kadar kotoran ringan dan
biasanya hanya menempel pada permukaan kain tidak sampai meresap dalam serat
kain.

Pada dasarnya dalam proses pencucian ada faktor-faktor yang mendukung sehingga
proses pencucian dapat berlangsung secara benar dan tepat serta menghasilkan hasil
pencucian yang sempurna, adapun faktor-faktor tersebut adalah :
A. Faktor Air.
Air sebagai media pencucian akan berfungsi memberikan tegangan pada
permukaan kain sehingga noda yang ada diatas permukaan kain akan menjadi
lunak dan mudah lepas dari permukaan kain tersebut.
B. Faktor Kimia.
Kimia laundry akan berfungsi memberikan reaksi asam-basa pada proses
pencucian sehingga sifat asam akan ternetralkan dengan sifat basa pada air dan
kimia laundry. Bercampurnya kimia laundry dengan air membuat kimia laundry
dapat masuk dalam serat-serat kain sehingga proses pencucian dapat berlangsung
secara sempurna.
C. Faktor Suhu.
Suhu air sebagai media pencucian dapat membantu mempercepat reaksi dari kimia
laundry sehingga pencapaian suhu air kan memudahkan reaksi pada proses kerja
kimia laundry.
Pada proses suhu air ada beberapa mesin cuci yang tidak dilengkapi suhu air maka
reaksi kimia laundry akan merubah sendiri suhu air tersebut namun demikian
proses pencucian tersebut kurang sempurna.

D. Faktor Waktu.
Waktu adalah faktor yang berperan sebab pada set waktu yang salah akan
membuat reaksi kimia dengan air belum tercapai dan proses pencucian belum

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 70


sempurna untuk itu faktor waktu harus diperhatikan secara tepat dengan pengujian
dan pengetesan yang benar.
E. Faktor Mekanikal.
Dalam mesin cuci model tertentu biasanya ada baling-baling dalam drum
pencucian, baling-baling tersebut adalah untuyk membanting cucian saat terjadi
proses pencucian maka saat proses pencucian harus dalam kondisi air minimal hal
ini ditujuakan untuk memaksimalkan proses bantingan/mekanikal pada pencucian
tersebut.

3. Rinse/Fill/Pembilasan.
Pembilasan adalah untuk menghilngkan kimia laundry dari permukaan dan dalam
serat-serat kain sehingga kain akan terbebas dari pengaruh kimia laundry yang dapat
membuat serat kain menjadi kaku/keras.
Tujuan :
 Menghilanghilangkan pengaruh kimia laundry pada serat kain.
 Memberikan tambahan aroma wewangian pada linen.
 Menjaga serat kain tetap lembut dan bersih.
 Menyesuaikan suhu linen pada suhu normal.
Hal-hal yang mempengaruhi proses pembilasan adalah :
A. Kesadahan air.
Kesadahan yang tidak baik kondisi airnya akan mempengaruhi proses pembilasan
sebab hardness tinggi akan membuat pembilasan tidak sempurna, sehingga linen
akan tetap kurang optimal bersihnya. Treatmen air sangat penting untuk kondidi
air yang kurang baik.
B. Kimia Laundry.
Pemakaian kimia laundry yang biasa akan mempengaruhi proses pembilasan
karena faktor busa akan menghambat proses pembilasan sehingga pembilasaan
harus dilakukan berulang-ulang, untuk mencegah hal tersebut gunakan kimia
laundry yang lowfoam/busa rendah/tanpa busa.
Pembilasan ini dapat dilakukan antara 2 -4 kali untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dimana kimia laundry sudah tidak ada pada linen yang dicuci. Saat
pembilasan ke 2 (dua) atau ke 3 (tiga) dapat ditambahkan Sour/netralizer dan
Softener/pelembut. Hal tersebut ditujukan untuk mempercepat proses pencucian dan
menghemat waktu pencucian.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 71


4. Souring/Penetralan.
Souring/penetralan dapat dilakukan bersamaan saat pembilasan atau dapat dilakukan
sendiri setelah pembilasan selesai.
Tujuan :
 Menghilangkan pengaruh/sisa-sisa kimia laundry yang tidak larut dalam proses
pembilasan.
 Menambah cemerlang kain warna maupun kain putih.
 Mencegah terjadinya perubahan warna pada linen terutama linen putih.
Tambahkan sour pada proses pembilasan kedua atau ketiga (pembilasan terakhir)
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari kerja sour tersebut, proses ini dapat
dilakukan bersamaan dengan proses softener pada suhu air 250 – 350 C dengan level
air rendah selama 3 – 5 menit dosis 1 – 2 gr/kg cucian kering.

5. Softening/Pelembutan.
Softener adalah kimia laundry yang difungsikan untuk melembutkan kain dan
memberikan aroma pada hasil pencucian, dipasaran bebas banyak dijual dengan
berbagai macam merek dan aroma ada yang bersifat softener (untuk melembutkan)
dan ada juga bersifat pewangi (untuk membuat aroma cucian menjadi wangi sesuai
aroma yang digunakan dalam pewangi tersebut buah/bunga atau fress).
Tujuan :
 Melembutkan cucian.
 Memberikan aroma wewangian pada cucian.
 Melapisi cucian dengan zat minyak yang larut dalam air.
 Membuat serat benang menjadi awet dan elastis.
Proses softener dapat dilakukan bersamaan dengan pembilasan terakhir atau
bersamaan dengan sour, namun dapat juga dilakukan sendiri dengan level air rendah
pada suhu air 250 – 350 C proses dilakukan selama 3 – 5 menit dosis 4 – 5 ml / kg
cucian linen kering dan 5 – 6 ml / kg cucian towel/handuk kering.

6. Starching/Pengkanjian.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 72


Penambahan starch dapat dilakukan pada saat proses sour, kalau sudah ditambahkan
starch tidak boleh ditambahkan softener karena karakter sifat kimia yang berbeda
akan membuat linen mrnjadi rusak. Tujuan :
 Memperlicin permukaan linen.
 Mempermudah dibentuk pada napkin.
 Melapisi permukaan linen sehingga noida sukar meresap dalam serat kain.
Penambahan starch sama dengan penambahan sour pada level air rendah, suhu air 250
– 350 C dengan level air rendah selama 3 – 5 menit dosis 2,5 – 4 gr/kg cucian kering.

II. Proses Dry Clean.


Pada dasarnya pencucian laundry/air sama dengan pencucian dry clean/cuci kering
perbedaannya adalah media pencuciannya kalau laundry menggunakan air sebagai media
pencuci sedangkan dry clean menggunkan minyak sebagai mediannya.
Type mesin dry clean sama dengan mesin cuci biasa hanya dalam mesin dry clean ada
minimal 2 tangki yang digunakan sebagai penampungan minyak solvent, tangki pertama
akan berisi minyak bersih dan tangki kedua beriri minyak kotor, apabila ada tiga tangki
maka yang ketiga digunakan untuk menampung minyak yang baru saja dipakai untuk
proses pencucian.
Mesin dry clean juga dilengkapi mesin untuk proses penyulingan/distilasi yang berfungsi
untuk menyuling minyak kotor menjadi minyak bersih, karena minyak yang digunakan
untuk proses pencucian akan berubah menjadi kotor maka digunakan proses penyulingan
tersebut sehingga minyak dapat digunakan lagi. Pada mesin dry clean minyak akan habis
setelah digunakan berulang-ulang sehingga tidak ada minyak yang dibuang keculai
apabila terjadi proses penguapan.
Proses pencucian dengan menggunakan mesin dry clean biasanya hanya untuk jenis
produk tekstil tertentu seperti sutra, woll, rayon dll. Proses dry clean digunakan karena
sifat tekstile yang akan dicuci tidak tahan terhadap air sehingga apabila diproses dengan
mesin cuci menggunakan air maka tektile tersebut akan menjadi susut, berubah warna,
rusak dll.
Keistimewaan pencucian mengunakan dry clean adalah tekstile menjadi lebih awet dan
bersih karena sifat minyak yang digunakan dalam proses pencucian akan menjadikan
tekstile menjadi terlindungi dari air (saat digunakan terjadi noda air karena faktor
makanan atau cipratan yang secara tidak sengaja dan bukan terlindungidari air hujan).
BAB V

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 73


DISTRIBUSI LINEN RUMAH SAKIT

Distribusi adalah sistim pengambilan, pengantaran dan penyimpanan barang-barang yang


sudah selesai dilaundry atau yang akan dibawa ke laundry, dalam distribusi ini perlu
dipahami jalur untuk pengambilan dan pengantaran linen sebab saat pengambilan tidak boleh
sejalan dengan saat pengantaran hal tersebut akan membuat barang yang sudah dicuci
menjadi tidak hygienis lagi (ada kemungkinan terkontaminasi lewat udara).
Pada dasarnya distribusi untuk pengambilan dan pengantaran harus mengunakan trolly yang
berbeda dimana trolly kotor harus tertutup sehingga linen kotor tidak terkontaminasi dengan
udara saat dibawa ke laundry, hal ini ditujukan agar bakteri, jamur taupun virus yang ada
pada linen tidak terbawa udara dan beterbangan ke seluruh bagian rumah sakit yang dapat
menyebabkan penularan bagi pasien, petugas medis, pengunjung ataupun pekerja laundry itu
sendiri.
Sedangkan untuk trolly bersih bisa menggunakan trolly terbuka asalkan linen yang dibawa
harus dibungkus atau dikemas dalam kemasan plastik atau yang lainnya, ini ditujukan agar
linen yang sudah bersih tidak terkena debu saat dibawa dari laundry ke ruangan.
Sedangkan SDM yang mengambil linen kotor dan yang mengantar linen bersih sebaiknya
menngunakan seragam yang berbeda hal ini ditujukan agar seragam yang digunakan saat
mengambil linen kotor ada kemungkinan terpapar bakteri, jamur ataupun virus yang mana
kalau dipakai saat mengantar linen bersih maka linen bersih tersebut dapat terkontaminasi,
sebaiknya setelah mengambil linen kotor seragam tersebut juga dicuci, hal ini ditujukan
untuk menjaga kebersihan dari linen bersih yang akan diantar nantinya.
Adapun hal-hal yang perlu dipahami dalam distribusi ini adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan Barang.
Sebelum melakukan proses pencucian biasanya dilakukan penerimaan cucian kotor,
adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : pengecekan barang kotor yang
diterima (pengecekan jumlah barang sesuai dengan buku atau bon, kondisi barang
yang akan dicuci rusak atau tidak), pemisahan cucian menurut kotoran, warna bahan
yang akan dicuci, infeksius dan non-infeksius, perlakuan khusus terhadap cucian
(perendaman, spoel hock/spotting dll), dan penempatan barang yang tepat sebelum
tahap prewash (apakah barang tersebut perlu diprewash atau tidak).

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 74


Ketepatan pengawasan penerimaan barang akan membuat proses pencucian lebih
baik, cepat dan tepat sehingga akan mengurangi kesalahan proses pencucian atau
pencucian ulang yang dikarenakan noda atau cucian yang kurang bersih.
Pengawasan penerimaan barang kotor harus cepat dan tepat karena kalau tidak maka
proses pencucian akan terganggu, juga proses pencuciannya akan menjadi lama
dengan hasil yang kurang memuaskan.

Gamber 13 : Penerimaan Barang Kotor


2. Pecucian barang kotor
Proses pencucian dilakukan dengan dasar pemisahan jenis linen, warna linen, noda
yang ada pada linen dan infeksius yang terkontaminasi pada linen yang akan dicuci.
Setiap perlakuan yang diberikan pada proses pencucian akan berbeda sesuai dengan
kondisi masing-masing kelompok linen kotor.
Proses pencucian dimulai dengan linen dengan kotoran ringan, sedang dan berat
sedangkan menurut warnanya dikelompokkan dari linen warna gelap, warna terang
dan warna putih, warna putih diproses terakhir sebab pemakaian chlorin akan dapat
berakhibat menjadikan linen warna menjadi putih atau belang apabila pembilasan
mesin cuci kurang bersih setelah pemakaian chlorin.
Setelah prose pencucian maka dilakukan proses pengeringan dengan mengunakan
mesin tumbler, tumbler adalah mesin yang sistim kerjanya sama dengan mesin cuci
hanya pada mesin tumbler mediannya adalah udara panas yang dimasukkan dalam
drum yang berputar berisikan linen lembab setelah dicuci, udara panas tersebut akan
membaut linen menjadi kering, baling-baling yang ada pada mesin tumbler membuat

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 75


linen jatuh dalam kondisi terbuka sehingga elastisitas benang pada serat kain akan
sempurna, hal ini membuat linen kering dalam kondisi lembut dan serat benang
terangkat beda dengan pengeringan pada panas matahari yang hasilnya akan kaku dan
keras serta kumal.
Pengeringan dengan tumbler membuat proses penyetrikaannya menjadi makin mudah
karena serat benang yang lembut dan elastis maka penyetrikaan akan mudah halus
dan licin.
Pada proses pencucian harus bersih tidak boleh ada noda yang tersisa apalagi linen
OK (kamar opersasi) sebaba linen OK mengalami strerilisasi/CSSD apabila linen
tersebut tidak bersih maka perlakuan strerilisasi juga akan mengalami kegagalan hal
tersebut berakibat tidak steril pada linen yang ada sehingga apabila digunakan pada
tindakan operasi maka dimungkinkan terjadinya infeksius terjadi pada pasien yang di
operasi.
Sedangkan yang dimaksud dengan linen kotor terinfeksi adalah linen yang
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan feses terutama yang berasal dari
infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella (sekresi dan ekskresi), HBV dan HIV
(jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan
dalam kantung degan segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan
kantung luar berwarna kuning bertuliskan terinfeksi/infeksius.

3. Proses pelipatan.
Adalah tahap dimana barang yang sudah disetrika dilipat untuk didistribusikan ke
bagian linen room, hal yang perlu diketahui adalah bagaimana cara memasang barang
tersebut dilapangan sehingga bagian keperawatan tidak repot untuk memasang linen
karena system melipatnya sudah disesuaikan dengan kondisi cara pemasangannya
atau bagian kamar operasi (CSSD) tidak melipat ulang karena salah dalam
melipatnya.
Adanya koordinasi antara laundry dengan pihak user/pemakai sangat penting karena
pelipatan yang salah akan menghambat pekerjaan pemakai selanjutnya untuk itu
biasanya selalu ada koordinasi antara pihak laundry dengan pihak user/pemakai.
Hal yang paling penting adalah pelipatan pada linen kamar operasi (OK) dimana linen
tersebut harus disterilisasi (CSSD) dimana linen yang sudah di sterilisasi seminimal
mungkin teresntuh oleh tubuh/tangan sehingga cara pelipatan yang tepat akan sangat
berguna dalam penempatan atau penggunaan linen nantinya setelah di sterilisasi.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 76


Satu hal yang sangat penting dilakukan saat setelah pelipatan adalah dengan memberi
tanda bahwa linen tersebut telah selesai di cuci yaitu dengan memberi tanda pada life
time label (tanda bahwa linen tersebut sudah dicuci).
Life time label adalah cara mengetahui kualitas linen yang baik dengan mengetahui
ketahanan linen untuk dicuci selama berapa kali pencucian. Standar linen yang baik
adalah dapat di cuci sampai dengan 150 – 200 kali pencucian tanpa noda, artinya
setelah lebih dari 200 kali linen tersebut harus diganti karena serat benang sudah
pecah dan mengalami keausan yang dapat menyebabkan bersarangnya virus, jamur
ataupun bakteri dimana hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya infeksi silang
(nosokomial).

4. Proses penyimpanan.
Pada saat barang belum digunakan biasanya disimpan dalam gudang (linen room),
saat penyimpanan harus diperhatikan hal-hal antara lain :
a. Cara pengambilan dan penempatan linen dengan sistem FIFO (Fist In Fist Out
artinya barang yang masuk duluan maka harus dikeluarkan terlebih dahulu).
Pengambilan linen ada 2 (dua) cara, yaitu :
 Mengambil dari bagian bawah sendiri dan menempatkan yang
baru dicuci diatas sendiri.
 Mengambil dari bagian atas sendiri dan menempatkan yang
baru dicuci dibawah sendiri.
Hal tersebut difungsikan agar perputaran linen yang digunakan dapat rata satu
dengan yang lainnya.
Gunakan rak linen yang terbuka dengan ruangan yang selalu tertutup sehingga
sirkulasi udara dalam rungan tersebut akan baik dan tidak ada debu dari luar
yang masuk dalam linen room, pemakaian rak terbuka bertujuan untuk
memeberikan ruang udara bebas pada linen untuk selalu terkena udara bebas dan
tidak terjadi kelembaban pada sisi tertentu.
Sirkulasi udara yang bebas menyebabkan linen tahan lama dalam kondisi
tersimpan dalam rak linen sementara penggunaan lemari akan berakhibat terjadi
kelembaban karena suhu udara yang berbeda antara dalam linen room dengan
suhu dalam lemari tempat penyimpanan linen, hal ini akan menyebabkan
timbulnya jamur dan menarik bagi serangga untuk tinggal dalam lemari linen.
Sementara itu dengan rak yang terbuka membuat serangga tidak dapat bersarang

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 77


karena sisi-sisi rak yang terbuka menyebabkan suhu linen room sama dengan
suhu pada rak linen.
Bahan baku pembutan rak linen dianjurkan mengunakan stenlis steel dimana
perawatan stenlis steel lebih mudah dan tidak korosi/timbul karat, rak linen
sebaiknya mempunyai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai, hal ini
bertujuan agar debu dan suhu kelembaban dari lantai tidak mempengaruhi linen
yang ada diatasnya.

Gambar 14 : Rak Linen pada Linen Room

b. Suhu ruangan penyimpanan


Ruangan tempat menyimpan linen harus pada suhu antara 220 – 270C, dengan
kondisi ruangan tidak ber-AC melainkan menggunakan kipas angin atau exhause
sehingga didapatkan sirkulasi udara yang baik tanpa ada kelembaban.
Apabila sudah dibuat sedemikian hingga mengunakan AC maka harus ada
pencahayaan yang cukup sehingga ruangan kelembabannya terjaga sehingga
untuk media pertumbuhan baktri, jamur atau virus tidak memungkinkan, suhu
ber AC harus pada suhu yang stabil tidak boleh pada suhu dingin sehingga
menunmbuhkan kondisi kelebaban yang akan membuat serangga atau yang
lainnya menjadi bersarang dan hidup didalam linen room.
Pemakaian rak linen terbuka dapat menghambat pertumbuhan jamur dan
mencegah sarang serangga karena serangga tidak dapat bersembunya pada rak
linen yang terbuka apalagi bahan baku rak linen adalah stenlisteel, selain

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 78


memudahkan perawatannya juga mencegah sarang laba-laba, kecoa dan lain-
lain, faktor makanan dan minuman juga dapat menarik datangnya serangga
sebainya jangan makan dan minum dalam linen room.

c. Pencahayaan Linen Room.


Pencahayaan dalam linen room mempunyai peranan dalam menumbuhkan
serangga ataupun jamur dapat juga menumbuhkan bakteri atau virus, sehingga
pencahayaan sangat penting. Namun demikian pencahayaan yang terlalu terang
juga akan mengakibatkan linen menjadi pudar warnanya apabila tersinari secara
terus menerus, untuk itupencahayaan yang dianjurkan oleh depatermen
kesehatan adalah sebesar 200 – 500 Lux atau katagori D dengan kelembaban
sebesar 45 – 75% RH.
Kondisi pintu yang selalu tertutup membuat sirkulasi udara dibebankan pada
exhouse fan sehingga meminimalkan debu dan serangga masuk dalam linen
room.

d. Cara penyimpanan
Penyimpanan pada linen room rumah sakit sebaiknya dikemas dalam kemasan
plastik, karena stok yang terbatas sehingga dapat disimpulkan bahwa perputaran
linen akan selalu cepat pergantiannya (sentralisasi linen room, dimana laundry
sebagai sentral linen dan linen room yang ada disetiap ruangan hanya
menyediakan kebutuhan satu hari saja), distribusi yang diberikan akan menjamin
ketersediaan linen selama 24 jam.
Perbedaan cara penyimpanan antara sentral linen room dengan linen room
ruangan dikarenakan pola linen room ruangan hanya menyediakan kebutuhan
linen dalam satu hari sementara sentral linen room siap memberikan tambahan
linen selama 24 jam kerja, hal ini akan memudahkan pengawasan linen dan
peredaran linen akan termonitoring dengan baik sehingga kapan pengantian linen
lama dengan linen baru laundry akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Pengawasan sentralisasi linen room akan menjadi lebih mudah dalam
pengawasan pergerakan linen.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 79


Gambar 15 : Linen Room Rumah Sakit
Penyimpanan linen dengan pengepakan akan membuat linen awat dan tidak
cepat kotor. Ketahanan penyimpanan linen adalah selama 2 (dua) bulan
maksimal linen tertahan dalam linen room tanpa adanya gerakan sama sekali,
apabila lebih dari 2 (dua) bulan maka linen tersebut harus dicuci walaupun tidak
digunakan sebab linen yang terlalu lama dalam penyimpanan akan terjadi
kerusakan terutama linen warna putih akan berubah menjadi kekuningan atau
adanya bercak-bercak kecoklatan yang disebabkan terlalu lama penyimpannya.
Hal tersebut membuat sistim sentralisasi menjadi alternatif terbaik dalam
perawatan dan penyimpanan linen karena dalam sentralisasi peranan laundry
akan bergerak sendiri menurut pengawasan linen yang tepat sampai pada
[pergerakan linen yang tidak bergerak akan dirawat dengan pencucian secara
terprogram.

e. Distribusi yang dilakukan.


Pakai trolly terbuka tetapi dikemas dalam kantung-kantung plastik trasparan
yang sesuai dengan ukuran lipatan pada saat distribusi dari laundry ke linen
room beri nama linen room yang mencucikan linen tersebut sehingga
mengurangi kemungkinan salah kirim, jangan ada pertemuan antara trolly linen
kotor dengan trolly linen bersih agar kontaminasi udara dihambat sedemikian
kecilnya.
Penempatan kemasan pada linen room ruangan sama dengan linen room sentral
yaitu sistim FIFO, bedanya karena dalam kemasan plastik maka penempatannya

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 80


harus lebih tepat sementara pemakian linen disesuaikan dengan kebutuhan
sehingga tidak membuka yang baru sebelum kemasan yang sudah terbuka habis
digunakan semua.
Diatas sedikit dibahas sistim distribusi/pengiriman dan penyimpanan yang baik dan
benar, berikut ini 2 (dua) hal yang dimaksud dengan sistim distribusi, yaitu :

1. Sentralisasi.
Sistem penyimpanan linen pada satu tempat yaitu laundry dan setiap ruangan akan
didistribusikan dari sentral linen setiap harinya, disini peranan laundry sangat penting
karena laundry bertugas memonitor gerakan linen dari setiap linen room yang ada di
setiap ruang di dalam rumah sakit.
Ruangan hanya punya part stok kebutuhan satu hari saja dan stok untuk dalam kondisi
urgen sehingga semua stok ada disentral linen room. Keuntungan dari sistim
sentralisasi adalah mudah dalam pengawasan linen yang layak pakai dan yang sudah
masuk katagori linen tidak layak pakai juga mudah untuk pengadaan linen karena
semua dapat dihitung part stok yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan rumah
sakit sendiri serta menentukan kualitas bahan yang akan digunakan karena
mempelajari dari kualitas bahan linen yang sebelumnya.
Laundry akan memberikan laporan secara berkala 1 (satu) bulan sekali tentang
parstok setiap linen room sehingga diketahui jumlah linen yang ada, laundry juga
akan memberikan laporan tentang kerusakan linen baik dari ruangan maupun dari
laundry sendiri sehingga jumlah yang dimiliki akan ketahuan mulai dari total jumlah
linen, linen rusak, linen hilang sampai pada kondisi linen yang harus diganti dengan
jumlah kebutuhan linen yang akan diganti.
Karena laundry yang mengerakkan line maka setiap rungan tidak akan mendapatkan
peranan dalam linen tersebut artinya linen tidak dapat diberi nama menurut rangan
tempat linen ini disimpan sehingga linen akan selalu berputar digunakan dan dicuci,
hanya yang membedakan adalah pada linen ranap sebab kelas yang membedakan
pada ranap akan memberikan kualitas linen yang berbeda sehingga tidak mungkin
fasilitas VIP ada dalam ranap kelas 1, 2 atau kelas 3. Permintaan pengantian linen
akan di laporkan oleh laundry kepada managemen rumah sakit sebelum linen habis
masa pakainya (75 kali cuci akan dilaporkan) sehingga pihak rumah sakit akan
membuat persiapan pengadaan baru.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 81


2. Desentralisasi.
Sistem penyimpanan linen pada setiap rungan sehingga setiap ruangan mempunyai
linen room sendiri-sendiri dan berhak meminta linen baru menurut kebutuhan yang
ada.
Setiap ruangan mempunyai linen room untuk menyimpan part stok linen ruangan
masing-masing sehingga linen rawat inap ada di linen room rawat inap. Kelemahan
sistem ini adalah linen yang ada tidak sama dalam pemakaiannya karena antar linen
room tidak pernah sama pemakiannya, contoh : sepray poli dan sepray rawat inap
akan berbeda jauh dalam jumlah pencuciannya karena rawat inap akan diganti setiap
hari namun poli belum tentu setiap hari.
Kelemahan desentarlisasi adalah dengan memberikan nama pada linen menurut
ruangan linen masing-masing sehingga perputaran dan pergerakan linen menjadi tidak
teratur, hal ini akan berakhibat antara ruangan yang satu dengan yang lain akan
mempunyai linen yang berbeda karena ruangan yang cepat pengantian linennya akan
cepat pula linennya mengalami pergantian, sedangkan ruangan yang lambat proses
pencucian linennya akan selalu tampak baru dan akan diganti karena terlalu lama
disimpan.

Gambar 16 : Keterangan nama barang dan jumlah barang di rak linen.


Perbedaan ini membuat pengadaan linen menjadi tidak seimbang hal tersebut
mempengaruhi kualitas linen menjadi tidak terlihat jelas. Linen yang rusak karena
tidak digunakan akan sulit untuk diketahui kualitas bahan yang ada, sehingga untuk

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 82


pengadaan berikutnya akan mengalami kesulitan menentukan jenis dan bahan yang
akan digunakan sebagai linen.
Kehilangan linen atau linen rusak juga akan mengakibatkan kesulitan penambahannya
karena jumlah yang setiap linen room sudah ditentukan oleh linen room itu sendiri
dan linen yang diberi nama menurut ruangannya akan berakibat pada kekurangan
linen yang tidak dapat digantikan oleh linen ruangan lainnya sehingga harius
melakukan pengadaan baru atau parstok linen ruangan tersebut menjadi berkurang.
Untuk pengadaan linen baru maka setiap ruangan akan mengajukan ke pihak rumah
sakit dan team rumah sakit akan relisasi dengan melakukan pengecekan dan
pembelian untuk kebutuhan setiap ruangan, dimana setiap ruangan akan ada
perbedaan jumlah, jenis dan type barang yang diminta. Karena terdapat perbedaan
tersebut maka ada permasalahan dari team pengadaan untuk memenuhi setiap
kebutuhan dari ruangan yang ada, hal ini akan membuat kebutuhan linen menjadi
berlebihan atau diluar perhitungan yang ada dalam kalkulasi rumah sakit, sehingga
pengadaan akan mengurangi mutu dari linen yang ada hanya untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
Perbedaan antara sentralisasi dan desentralisasi akan menjadi fenomena tersendiri bagi setiap
rumah sakit, karena perbedaan sistim dalam managemen rumah sakit yang akan menjadikan
sistim ini menjadi pilihan utama sebab rumah sakit akan memperhitungkan kemampuan SDM
laundry sebagai pengelola linen (sampai sekarang hampir 85% rumah sakit di Indonesia
beranggapan bahwa laundry hanya sebagai sarana penunjang yang tidak terlalu penting).
Anggapan tersebut adalah salah karena laundry sendiri saat ini dapat memberikan masukan
pendapatan bagi rumah sakit melalui penerimaan cucian dari rumah sakit lain.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 83


 Kasus : Desentralisasi merupakan alternatif terbaik bagi rumah sakit saat ini.

 Jawaban : Desentralisasi biasanya linen akan diberi nama asal linen

room/kepemilikan ruangannya sehingga laundry akan


mengembalikan linen tersebut berdasarkan kepemilikannya, hal ini
membuat peredaran linen tidak seimbang artinya ruangan yang
mempunyai tingkat pemakaian linen tinggi maka akan cepat
perputaran linen yang digunakannya sedangkan rangan yang
mempunyai pemakian linen rendah maka akan lama perputaran
linennya sehingga pengandaan linen yang bersamaan tetapi pada life
time labelnya akan berbeda jauh karena pemakaian yang tidak
merata. Sementara sistim sentralisasi akan selalu diketahui
perputarannya karena tidak ada lien yang diberi nama ruangan asal
linen tersebut.
Kasus tersebut saat ini masih sering terjadi dan digunakan dibanyak rumah sakit di Indonesia
sehingga pemantauan yang diharapkan dapat mengubah proses laundry yang tidak bagus
sangat sukar karena peredaran yang tidak rata menyebabkan kerusakan linen yang
diakibatkan tidak digunakan atau tersimpan dalam gudang menjadi penghambat dalam
mengetahui kualitas pencucian dari pihak laundry. Sementara penggunaan sistim sentralisasi
akan mengetahui secara dini kualitas pencucian dari pihak laundry dengan memperhatikan
life time label yang ada pada setiap linen maka dapat diketahui berapa lama linen itu
mengalami pencucian dan sampai sejauh mana linen tersebut sudah mengalami kerusakan
baik dari warna maupun dari segi fisik linen tersebut.
Penamaan atau kepemilikan linen dari setiap ruangan juga akan mempengaruhi perputaran
linen yang tidak setabil sebab ruangan hanya akan memakai apabila dibutuhkan dan akan
terus menyimpan walaupun ruangan lain membutuhkannya, karena kepemilikan tersebut
sehingga tidak da[pat diedarkan dengan bebas keseluruh ruangan yang ada.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 84


BAB V
MANAJEMEN LINEN

Manajemen Linen adalah pengelolaan linen dalam rumah sakit mulai dari penentuan
pengadaan linen sampai dengan perawatan linen sehingga didapatkan apa yang dinginkan
baik secara kualitas maupun secara kwantitas. Lingkup awal bahan baku linen/kain yang akan
dipakai sebagai linen atau uniform dalam lingkungan rumah sakit, adalah dasar yang
menjadikan penting karena hubungannya dengan tempat kerja dimana rumah sakit adalah
salah satu tempat kerja yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit dimana pekerja,
pengunjung dapat tertular mempunyai resiko tinggi untuk tertular penyakit, atau bahkan
pasien yang sakit dapat tertular penyakit lain selama dalam perawatan infeksi
silang/nosokomial sehingga kewaspadaan terhadap linen ataupun uniform pekerja rumah
sakit harus diperhatikan secara benar dan tepat bukan karena murah, bagus atau karena faktor
pengadaannya tetapi juga harus diperhatikan apa yang akan terjadi apabila salah dalam
pemilihan bahan baku linen atau uniform yang akan mengakhibatkan pengadaan barang yang
lebih cepat karena kualitas yang tidak baik atau timbulnya noda-noda yang tidak dapat
dihilangkan karena kualiatas bahan/kain yang memang sulit untuk dihilangkan apabila
terkena noda, dibeberapa bagian rumah sakit kualitas bahan ini sangat menentukan untuk
memberikan pelayanan yang prima bagi pasien terutama di ranap kelas VIP, VVIP yang akan
merubah image pasien apabila ternyata linen yang digunakan mempunyai kualitas yang
kurang baik.
Pelayanan yang baik bagi pasien adalah harapan setiap rumah sakit sehingga setiap rumah
sakit akan berlomba memberikan pelayanan yang prima sehingga pasien akan merasa
nyaman dan tenang selama menjalani pengobatan di rumah sakit tanpa merasa terganggu
karena harus membawa linen sendiri dari rumah sementara linen rumah sakit yang tidak
memenuhi kualias yang baik membuat pasien merasa tidak nyaman.
Sementara itu dalam memberikan pelayanan linen yang baik maka harus diketahui
manajemen linen yang baik, apa saja yang menjadi faktor utama dalam mendapatkan
managemen linen yang baik sehingga tercipta pelayanan yang baik pula terhadap pasien
selain dalam pelayanan kesehatan, berikut ini adalah beberapa faktor yang perlu diketahui
dalam managemen linen yang baik adalah sebagai berikut :

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 85


1. Bahan dasar linen.
Pada pembahasan diatas sudah dijelaskan tentang pemilihan bahan dasar dari linen
ataupun uniform yang akan dibuat harus sesuai dengan kebutuhan dan dari segi mutu
harus bagus seperti pemakaian bahan Water repalen (WR) dan Soil Relase (SR) pada
linen tertentu yang mamang membutuhkan kualitas tersebut, pemilihan bahan yang
sesuai akan menadapatkan kualitas yang sesuai dan dapat diperhitungkan kapan harus
mengadakan pengadaan baru. Sedangkan sistim pengadaan linen baru dapat dilakukan
dengan 2 (dua) cara yaitu :
a. Pengadaan sepenuhnya dengan asumsi pengantian secara keseluruhan juga,
hal ini dibutuhkan dana yang cukup mahal setiap kali pengadaan.
b. Pengadaan 2/3 dari kebutuhan yang ada dan mengadakan pengadaan lagi
setelah berjalan 3 (tiga) atau 6 (enam) bulan kemudian. Untuk membuat
sistem ini digunakan dengan cara 3 (tiga) par pertama pengadaannya dan
kemudian 2 (dua) par setelah tiga/enam bulan, maka setiap tiga/enam bulan
sekali akan terjadi pengadaan (asumsi barang yang dibeli mempunyai
ketahanan 150 (seratus lima puluh) kali cuci.
Bagaimana dengan pangadaan yang menurunkan kualitas bahan linen? Sampai saat
ini penurunan kualitas bagi penulis tidak merekomendasikan artinya turunnya kualitas
bukan berarti ketahanan linen akan menurun sehingga akan berpengaruh terhadap
ketahanan linen pada noda, CSSD, chemical laundry atupun obat-obatan yang
digunakan oleh rumah sakit.
Penurunan kualitas linen bukan berarti mendapatkan solusi pengadan linen dengan
harga yang murah justru sebaliknya akan menjadi pengadaan yang berulang
sementara pengadaan yang pertama belum pada waktunya pengantian namun linen
sudah harus diganti karena noda yang terlihat atau kerusakan linen sebelum masa
pakai 150 kali cuci tanpa noda.

2. Cara pembuatan linen yang baik.


Sampai saat ini belum ada standar khusus yang dipakai oleh rumah sakit di Indonesia
sebab kadang-kadang barang-barang yang digunakan di rumah sakit berbeda-beda
dari segi ukuran ataupun dari segi pembuatannya ini mempengaruhi pembuatan linen,
yang utama justru pada linen OK dimana ada alat-alat operasi dari merk yang berbeda
akan mempunyai ukuran yang berbeda pula contoh : sarung tempat korentang, alas
meja operasi, atau bahkan karena terbiasa mengunakan model tersebut sehingga untuk

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 86


berubah menjadi standar tidak mau (akhibat dari kebiasan yang menjadi
ketergantungan).
Kalau dipandang dari segi standar maka akan lebih mudah dalam pengadaannya dan
harga yang ditawarkan tidak akan terlalu mahal sebab dalam pembuatannya produsen
akan membuat secara masal sehingga biaya pembuatan akan dapat ditekan oleh
produsen.
Bagaimana dengan rumah sakit membuat sendiri dengan mendatangkan penjahit atau
mengkaryakan penjahit dilingkungan rumah sakit? Penulis tidak memandang rendah
profesi penjahit, namun penulis menyajikan fakta kalau setiap dokter mempunyai
ukuran yang berbeda maka sebuah rumah sakit mempunyai 10 (sepuluh) orang dokter
operasi maka akan 10 (sepuluh) macam ukuran jas operasi dari setiap dokter, berapa
jumlah par yang diperlukan? Bagaimana kalau dokter tersebut pindah dan diganti
dokter baru apakah harus dibuatkan lagi sesuai dengan ukurannya? Efektifkah hal
tersebut? Berapa banyak pengeluaran yang dibutuhkan?
Bagaimana kalau berfikir sebaliknya jika kebutuhan rumah sakit sudah terpenuhi apa
kerja penjahit yang direkrut pihak rumah sakit?
Kalau dilihat saat ini banyak toko atau depatermen store menjual kemeja, celana
panjang, jaket dll dengan mengandalkan ukuran baik nomor ataupun S, M, L dan XL.
Saat ini yang menjadi pertanyaan adalah mungkinkah itu disediakan oleh produsen
dan pihak rumah sakit tinggal membeli seperti belanja di depatermen store (atau
mungkin akan ada depatermen store khusus uniform atau linen rumah sakit
dikemudian hari).
Untuk mendapatkan linen yang baik dibutuhkan bahan baku yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan pada setiap bagian linen yang digunakan, juga perlu diperhatikan
adalah kualitas jahitan dari linen yang dibuat sebab pencucian mengunakan mesin
terutama saat extraktor maka ada kemungkinan linen akan sobek karena diputar pada
kecepatan yang tinggi, untuk itu perhatikan juga kualitas jahitan pada linen yang
dibuat atau dibeli.
Perusahaan garmen yang memang memenuhi kebutuhan rumah sakit akan selalu
berinovasi dengan desain-desain baru yang lebih praktis dan simpel sehingga apabila
digunakan akan lebih mudah dan lebih cepat dengan memperhitungkan proses
perawatan dari linen tersebut sehingga laundry akan selalu terbantu dengan linen yang
praktis dan mudah perawatannya hal ini akan membuat ketersediaan linen dalam
rumah sakit selalu terpenuhi.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 87


3. Cara penyimpanan linen yang tepat.
Seperti sudah diterangkan diatas bahwa penyimpanan linen yang tepat akan membuat
linen tahan lama sebab penyimpanan ini dapat berpengaruh terhadap kualias linen saat
digunakan.
Pada suhu ruangan ada kelembaban akan menimbulkan jamur atau ngengat pada linen
yang disimpan mungkin akan menyebabkan linen bau apek/bau tak sedap atau
pemakaian kamper/kapur barus akan berpengaruh pada aroma/bau yang timbul pada
linen saat akan digunakan (lihat SOP Penyimpanan Linen).
Gunakan rak yang terbuka keempat/ketiga sisinya (sisi depan, sisi belakang serta sisi
kanan dan kiri harus terbuka bebas) hal ini difungsikan untuk membersihkan rak
tersebut menjadi mudah dan linen akan selalu bebas terkena udara, hal yang penting
adalah adanya pergerakan udara bebas dalam linen room/gudang linen namun pintu
tidak boleh setiap saat terbuka melainkan harus selalu tertutup, bersihkan rak linen
setiap hari dan rubah posisi rak linen setiap tiga bulan sekali, hal ini digunakan untuk
mendapatkan pergerakan udara yang bebas tidak konstan dan serangga atau jamur
akan terlihat atau tidak dapat hidup lama karena selalu berubah posisi rak linen
tersebut.
Untuk mempermudah penempatan setiap tumpukan linen maka diberikan catatan
mengenai jumlah linen, nama linen, warna linen serta jumlah linen tersebut, ini
digunakan untuk mempermudah dalam penghitungan par stock nantinya.
Contoh :

Operating Gown / Jas Operasi


Hunter Green / Hijau Hunter
300 Pcs
FIFO adalah sistim standar pada penyimpanan barang digudang diman sistim ini saat
ini dipandang paling tepat karena berkaitan dengan sistim pada distribusi barang
sehingga barang lama tidak akan tersimpan dalam waktu yang lama didalam gudang.
Gunakan life time untuk memberikan tanda berapa kali barang tersebut telah
digunakan. Life time adalah label untuk memberi tanda apabila linen baru saja
digunakan, yaitu dengan cara memberi tanda pada kolom-kolom yang ada atau pada
angka yang tertera setelah linen tersebut selesai dicuci (satu kali pencucian berarti

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 88


satu tanda), adapun untuk mengetahui berapa kali linen tersebut digunakan dapat
dihitung dari jumlah tanda yang ada pada label life time.
Pada life time label ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah
bentuk life time label serta apa saja yang tercatat dalam life time label, antara lain :
1. Logo rumah sakit.
2. Nama rumah sakit.
3. Kode linen.
4. Tanggal Pembelian linen.
5. Jumlah linen yang dibeli.
Logo dan nama rumah sakit adalah untuk mengetahui atau merupakan identitas
kepemilikan dari linen tersebut sementara kode linen ditujukan untuk memasukkan
data barang dalam sistem komputer yang ada dirumah sakit sehingga apabila ada yang
hilang atau dibawa pasien dapat diketahui jumlahnya, sedangkan tanggal pembelian
ditujukan untuk mengetahui kapan pengadaan dilakukan dan kapanlagi harus diganti
dengan yang baru, jumlah linen dituliskan 1/300 artinya 1 (satu) adalah nomor linen
tersebut dari jumlah 300 linen dari barang yang sama sehingga apabila ada
kehilangan/kerusakan maka dapat dilacak barang yang nomor berapa yang
hilang/rusak, sehingga nomor tersebut samapai pada angka 300/300 atau nomor
barang ke 300 dari jumlah barang 300 pcs.
Fist In Fist Out/FIFO artinya barang yang pertama kali masuk gudang harus
dikeluarkan pertama kali dari gudang yang sama, sebab terlalu lama di dalam
penyimpanan akan berpengaruh terhadap barang tersebut (walaupun itu adalah
kain/bahan).
Penerangan dalam gudang juga berpengaruh terhadap linen yang disimpan sebab
cahaya lampu/neon ataupun cahaya yang lain akan mempunyai tingkat pencahyaan
atau kekuatan cahaya dimana kekuatan cahaya ini berpengaruh terhadap warna dari
linen (perlu diketahui warna putih adalah termasuk warna dasar sehingga pengaruh
cahaya juga akan berpengaruh terhadap warna putih tersebut).
Bersihkan linen room mengunakan vacum cleaner tidak boleh menyapu ataupun
mengepel kecuali membersihkan lantai tersebut menggunakan DISINFEKTAN tidak
boleh menggunakan karbol. Menyapu lantai linen room dapat berakibat debu yang
disapu akan beterbangan dan menempel pada linen yang sudah bersih sehingga linen
kembali tidak higienis, sednagkan pemakaian karbol akan membuat rungan linen

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 89


room menjadi bau karbol sebaiknya gunakan karbol dengan aroma buah atau bunga
sehingga lebih segar dan harum bukan seperti aroma pine/cemara.
Tanda yang harus ada dalam kawasan linen room adalah :
1. Dilarang Merokok.
2. Dilarang Membawa/Makan dan Minum.
3. Alas Kaki Harus Dilepas Dalam Linen Room.
4. Trolly tidak boleh dimasukkan dalam linen room.
5. Pakai pakaian yang bersih saat masuk dalam linen room.
Hal tersebut akan membuat ruangan linen room selalu bersih dan segar serta bebas
dari serangga, binatang pengerat dan pencahayaan yang cukup agar jamur tidak
tumbuh pada linen yang ada karena kelembaban yang tinggi dan cahaya yang kurang.

4. Distribusi yang benar.


Pemahaman distribusi yang baik adalah mengetahui cara penyimpanan dan cara
pengeluaran barang secara benar dan tepat sehingga tidak terjadi pergerakan barang
yang tetap dan berputar-putar tanpa ada pemerataan pada distribusi barang yang sama
sehingga didapatkan satu barang sudah digunakan lebih dari sepuluh kali sementara
barang yang lain baru digunakan sebanyak tiga kali.
Distribusi ini ada hubungannya dengan sistem penyimpanan yang digunakan yaitu
sentarlisasi atau desentralisasi tetap mengunakan FIFO maka pergerakan linen akan
tetap merata hanya antara ruangan satu dengan yang lain (antar linen room) tidak
sama pergerakan linennya sebab pemakaiannya juga tidak sama antar ruangan hal ini
dapat dilihat dari tanda yang ada pada label life time.
Pemberian tanda setiap ruangan atas kepemilikan barang tersebut juga membuat
pergerakan linen tidak stabil karena linen akan dikembalikan pada ruangan yang sama
sehingga untuk memantau pergerakan tidak bisa secara keseluruhan, selain hal
tersebut juga terjadi kesulitan saat proses pencucian karena setiap ruangan harus
dipisahkan pencuciannya agar tidak tercampur lalu bagaimana kalau jumlah
cuciannya tidak banyak apakah akan menjadi hemat proses pencuciannya? Tidak
sebab kondisi mesin yang mempunyai kapasitas sama dengan jumlah cucian yang
berbeda beratnya maka menggunakan chemical yang sama dan air yang sama
sementara konsumsi listrik juga sama sedangkan kalau dinilai harga maka jumlah kilo
cuciannya berbeda maka harganya berbeda.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 90


Untuk mengetahui pergerakan linen yang benar adalah dengan sistem sentarlisasi
yang menjadi catatan utama adalah tidak ada perbedaan linen antar ruangan sehingga
linen akan kembali bergerak tanpa tertahan lama dalam linen room (hal lain adalah
apabila dalam kurun waktu dua bulan linen tersebut tidak bergerak maka harus dicuci
untuk menjaga kualitas linen yang digunakan selalu fresh dan bersih.

Gambar 17 : Linen dibungkus dg nama sesuai dengan linen room


Linen yang lama tersimpan dalam rak linen akan menjadi kekuningan atau menjadi
rusak apabila tidak dilakukan perawatan secara rutin artinya dalam kurun waktu
tertentu linen harus dicuci sebab semakin lama tidak dicuci maka linen akan
mengalami kerusakan baik dari sisi warna maupun terhadap serat benang
penyusunnya.
Kurang pahamnya sisitim ini membuat banyak team pengadaan kan membeli linen
melebihi kebutuhan dengan alasan harga sedang murah atau karena adanya diskon,
sementara barang yang sudah dibeli hanya disimpan belum jelas kapan akan
digunakan, sementara saat akan digunakan linen tersebut sudah pudar warnanya, atau
kekuning-kuningan bahkan kadang timbul bercak-bercak yang tidak jelas.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 91


Gambar 18 : Troly Bersih untuk mengantar linen bersih
Hal tersebut dikarenakan penyimpanan yang terlalu lama tanpa ada gerakan dari linen
tersebut, sementara di pabrik kain akan melakukan pelelangan kain yang menumpuk
dalam stok gudang mereka apabila sudah pada masa yang melebihi masa
penyimpanan (dalam makanan biasanya ada masa kedaluwarsa).
Begitu juga untuk baju, celana dll produk fasion yang ada di toko-toko dengan merk
yang terkenal model dan tekstur kain mereka akan selalu berubah setiap 3 (tiga) bulan
sekali sehingga akan dilakukan penjualan diskon. Hal tersebut untuk memberikan
gerakan barang baru dan membuang barang lama dalam gudang sebelum barang
dalam gudang mengalami kerusakan karena terlalu lama dalam penyimpanan yang
akan mengakibatkan kerugian.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 92


 Kasus : Rak Linen yang berbentuk lemari banyak digunakan dan linen room

yang terbuka raungannya, atau adanya makanan dan minuman dalam


linen room

 Jawaban : Rak linen sebaiknya jangan berupa almari sebab akan terdapat

kelembaban yang tidak dapat dipantau karena selalu tertutup,


perbedaan suhu raunagn dan suhu dalam almari dapat menimbaulkan
kelembaban dan menyebabkan serangga atau jamur dapat tumbuh
baik dalam linen tersebut. Rak linen yang menggunkan bahan dasar
kayu sebaiknya dalam kondidi kering dan diberi lapisan cat duco
atau melamin hal tersebut untuk mencegah timbulnya rayap atau
hama bubuk pada kayu yang akan membuat linen menjadi kotor, atau
karena kelebaban yang ada dapat menimbulkan serangga dan jamur.
Faktor yang ketiga adalah adanya makanan dalam linen room oleh
karyawan biasanya dari remah-remah makanan akan membuat
serangga seperti kecoa akan datang dan tinggal dalam ruangan
tersebut.
Pemakaian linen rak yang terbuat dari stenlis steel atau almunium
akan mengurangi tumbuhnya jamur dan serangga sebab bahan dasar
metal tersebut serangga dan jamur tidak akan dapat hidup,
pemakiaian besi sebainya jangan sebab besi cenderung akan
menimbulkan karat dan karat tersebut akan menular pada kain yang
lembab atau basah.

Penggunaan bahan stenlis steel atau aluminium memang mahal namun demikian
pengadaan ini akan dapat diprediksi pemakain selama lebih dari 10 (sepuluh) tahun
dengan rak yang terbuka akan berfungsi macam-macam apabila sudah tidak
digunakan kembali oleh laundry sehingga pemakaian yang serba guna dapat
dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, sementara pemakian di laundry cukup penting
dalam mengatasi masalah-masalah yang akan timbul apabila tidak menggunakan
bahan tersebut.
Keistimewaan bahan metal stenlis steel atau aluminium adalah tidak berkarat
sehingga dalam suhu dan kelembaban apapun bahan tersebut tidak terpengaruh,
namun demikian bahan aluminium masih ada kelemahannya yaitu bahan ini kurang

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 93


kokoh sehingga mudah patah dan bengkok apabila kelebihan beban sehingga akan
merusak pemandangan apabila dampai rak tersebut melengkung atau bengkok beda
dengan stenlis steel yang lebih kuat dan tidak berkarat namun demikian harga yang
cukup mahal membuat investasinya menjadi agak membengkak, faktor utama adalah
kokoh tidak berkarat dan terjamin akan keamannya.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 94


BAB VI
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE
( SOP )

Adalah standart kerja yang diberlakukan dalam perusahaan untuk menciptakan suasanaa kerja
yang harmonis dan tepat sehingga diharapkan pekerja akan terhindar dari kesalahan sistem
kerja maupun keselamatan kerja menjadi lebih terjamin.
SOP adalah Tata Tertip dalam bekerja khususnya dalam mengoperasikan mesin-mesin
perusahaan sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan dan mesin juga tidak mudah rusak
(kesalahan proses) atau juga dalam bekerja diharapkan tidak terjadi kesalahan prosedurnya.
SOP dibuat untuk menjadi pedoman kerja setiap karyawan sehingga tidak ada yang merasa
tidak tahu dengan peraturan kerja dalam perusahaan, tujuannya SOP adalah :
1. Menghindari sedini mungkin kesalahan prosedur dalam proses produksi.
2. Menghindari sedini mungkin kerusakan mesin akhibat nenggunaan yang tidak sesuai
dengan ketentuan pemakaian mesin oleh supplier mesin tersebut.
3. Mengingatkan pada pekerja untuk selalu waspada dan bekerja secara benar dan
teratur.
4. Menjaga keselamatan pekerja akhibat kerusakan atau kesalahan mesin.
Hal-hal yang tercantum dalam SOP menjadi pedoman dalam melaksanakan kerja di
perusahaan namun demikian dalam SOP Laundry Rumah Sakit ada sarana pendukung dan
aturan yang wajib diberikan oleh perusahaan pada pekerjanya antara lain sebagai berikut :
1. Semua karyawan wajib mendapatkan suntikan serum tertentu.
2. Pemeriksaan kesehatan karyawan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
3. Semua karyawan mendapatkan seragam Perusahaan dengan nama karyawan.
4. Karyawan bagian produksi mendapatkan sepatu bot sebagai sarana kerja di
lingkungan kerjanya.
5. Karyawan bagian produksi mendapatkan apron / Celemek anti air.
6. Karyawan bagian produksi mendapatkan kaos tangan Karet 2/3 tanggan.
7. Karyawan bagian produksi mendapatkan masker penutup mulut dan hidung.
8. Karyawan bagian spool hock mendapatkan kaca mata untuk melindungi mata dari
percikan air.
9. Karyawan bagian produksi mendapatkan topi pelindung debu dan kotoran.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 95


10. Seragam karyawan yang bertugas delivery ada 2 (dua) macam yaitu saat pengambilan
linen kotor dan saat penagtaran linen bersih tidak boleh sama.
11. Tersedianya sabun cuci tangan dengan kandungan antiseptik dan sabun mandi yang
mengandung antiseptik.
12. Seragam delivery pengambilan linen kotor wajib dicuci setelah pengambilan selesai.
13. Karyawan wajib mandi sebelum pulang untuk menghindari kontaminasi penyakit saat
bekerja.
Untuk membuat SOP harus diketahui dulu cara kerja yang benar sehingga urutan pembuatan
SOP akan terangkai dengan benar, misal dalam menjalankan mesin urutan yang harus
dikerjakan mulai dari menyalakan mesin sampai selesai mematikan mesin harus tepat dan
benar agar SOP menjadi pedoman yang benar. Adapun SOP biasanya mengalami revisi antar
3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) bulan sekali, hal ini ditujukan untuk mengantisipasi adanya
perubahan karena beberapa hal yang ada dalam mesin tersebut.
SOP adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi dan dikerjakan sesuai peraturan yang berlaku
dan sesuai dengan SOP itu sendiri, apabila pekerja tidak mematuhi SOP maka perusahaan
wajib memberikan sangsi teguran atau surat peringatan sehingga SOP menjadi hal yang
menyatu dalam lingkungan kerja.
Sedangkan langkah pembuatan SOP harus sesuai dengan langkah dalam bekerja setiap hari
secara benar, tepat dan efisien sehingga hasil yang didapatkan akan lebih produktif
dibandingkan dengan tanpa adanya SOP pada perusahaan.
Berikut ini adalah contoh pembuatan SOP dibidang laundry, apa isi dan kriterianya dapat
disesuaikan dengan kondisi setiap perusahaan atau setiap rumah sakit itu sendiri.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 96


No. Dokumen Hal Dibuat Disahkan
INSTRUKSI KERJA
01 1
Tgl Berlaku Revisi PENGAMBILAN
20/01/2006 - LINEN KOTOR Supervisor Manager

No Langkah Kriteria
1 Pastikan kondisi badan, pakaian - Pakaian yang dipakai tidak
dan tempat linen kotor/trolly dalam kotor
kondisi bersih - Tangan tidak kotor
- Trolly dalam kondisi bersih
dan layak pakai
2 Periksa barang yang akan dibawa Periksa barang yang akan
ke laundry dalam keadaan bersih dibawa ke laundry, pisahkan
tidak ada benda/kotoran dari antara barang inveksius
tempat pengambilan barang kotor dengan barang yang biasa,
pisahkan barang yang dari
ruangan OK juga dari ruang
anak-anak.
3 Menempatkan linen kotor pada Pada saat pengambilan linen
tempat yang tertutup kotor digunakan trolly yang
tertutup dengan tujuan untuk
mencegah kontaminasi atau
penyebarang kuman atau
bakteri lewat udara pada saat
membawa linen kotor.
Menempatkan inveksius pada
kemasan tertutup tersendiri
terpisah dari bagian linen
lainnya.
4 Membuat catatan dari setiap Dalam mencatat data
ruangan yang menyerahkan linen dibagikan menurut ruangan,
kotor kedalam Delivery Order (DO) jenis barang, kondisi barang
untuk dicatat dalam laporan saat diterima dimasukkan
penerimaan barang kotor setiap dalam Delivery Order (DO)
hari. yang ditanda tangani kedua
belah pihak.
5 Menyerahkan DO ke bagian Menyerahkan DO ke gudang
gudang dan administrasi. untuk membuat Receving
Note (RN) sebagai syarat
pengambilan barang ke
gudang linen dan
mengantarkan linen ke
ruangan serta meminta tanda
tangan RN ke ruangan.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 97


No. Dokumen Hal Dibuat Disahkan
INSTRUKSI KERJA
02 1
Tgl Berlaku Revisi PENERIMAAN
20/0102006 - LINEN KOTOR Supervisor Manager

No Langkah Kriteria
1 Pastikan kondisi badan, pakaian dan - Pakaian yang dipakai tidak
tempat pengecekan bersih dari kotor
kotoran - Tangan tidak kotor
- Timbangan dalam kondisi
normal dan bersih
2 Periksa barang yang akan di Periksa barang yang akan
cuci/spool dicuci dengan kondisinya
masing-masing seperti dari sisi :
- Kotoran/noda
- Warna
- Jenis barang
- Inveksius
Mencocokan daftar dan jumlah
barang yang ada dengan DO
yang dibawa Delivery.
Membersihkan barang-barang
tersebut dari kotoran yang
bersifat keras/kerak (contoh,
darah, feces dll)
3 Memisahkan barang-barang dengan Untuk mendapatkan
dasar : kemudahan dalam proses
- Warna selanjutnya sehingga proses
- Jenis/tipe barang pencuciannya akan lebih
- Kotoran/noda cepat dan mudah (ketepatan
- Inveksius/non inveksius waktu dalam proses pencucian
menentukan kecepatan
barang tersebut selesai dalam
waktu yang cepat)
4 Menimbang dan mencatat jumlah Dalam mencatat data
barang, jenis barang dan kondisi dibagikan menurut ruangan,
barang yang diterima jenis barang, kondisi barang
saat diterima, penerimaan
yang ditandatangani kedua
belah pihak sesuai dengan DO
5 Membuat laporan dalam Foam Pengisian Foam Complain (FC)
Complain (FC) apabila ada barang harus tepat untuk
yang rusak. mendapatkan dimana barang
rusak tersebut apakah dari
ruangan atau dari proses.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 98


No. Dokumen Hal Dibuat Disahkan
INSTRUKSI KERJA
03 1/2
Tgl Berlaku Revisi PROSES PENCUCIAN
20/01/2006 - Supervisor Manager

No Langkah Kriteria
1 Bersihkan mesin sebelum menyalakan - Bersihkan lantai ruangan
panel listrik tempat mesin cuci
- Bersihkan bodi mesin bagian
depan , samping kanan-kiri,
belakang dan atas mesin dari
noda air dan chemical
- Bersihkan badan dan
kenakan pakaian yang telah
dianjurkan :
 Pakai apron/celemek
 Pakai sarung tangan karet
 Pakai sepatu boot karet
 Pakai topi
2 Nyalakan panel listrik sampai lampu Tarik MCB mesin ke posisi on
indicator menyala merah/hijau
3 Lakukan tahapan running mesin - Menyalakan mesin untuk
mengetes apakah ada
masalah dengan mesin atau
tidak
- Cuci tabung mesin dengan
menggunakan air bersih dan
putar beberapa saat untuk
menghilangkan bekas
chemical yang masih tersisa.
4 Masukkan barang yang akan dicuci - Proses warna gelap
sesuai urutan warna : didahulukan agar kimia
- warna gelap, kimia yang digunakan : pemutih tidak mengganggu
Detergen, Alkali, Emulsi, Oxy- pada saat pencucian warna
bleach gelap
Pada suhu 40 - 60 C
0 0 - Chlorin akan merusak warna
- Warna terang kimia yang digunakan : gelap menjadi warna
Detergen, Emulsi, Alkali, Oxy- putih/terang
bleach - Lama pencucian + 15 – 20
Pada suhu 40 - 60 C
0 0 menit
-warna putih - Kotoran tinggi waktu
Detergen, Emulsi, Alkali, pencucian lebih lama
Pemutih/Chlorin
Pada suhu 600 - 900C

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 99


5 Pembilasan Pembilasan dilakukan 2-3 kali
dengan memberikan air dalam
jumlah banyak untuk
menghilangkan/melarutkan
kimia laundry hingga barang
yang dicuci tidak mengandung
kimia laundry lagi.
1 kali pembilasan 5 – 10 menit
6 Finishing Memberikan softener sehingga
barang yang dicuci akan
harum dan lembut., lama
proses 5 – 8 menit
7 Extraktor Pemerasan/penghilangan
kadar air dari barang yang
dicuci sehingga berkurang
antara 80 – 95 % kadar air yang
ada dalam barang yang dicuci
8 Bersihkan mesin Membersihkan mesin sebelum
dimatikan
9 Matikan mesin Matikan MCB pada posisi off

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 100


No. Dokumen Hal Dibuat Disahkan
INSTRUKSI KERJA
04 1/2
Tgl Berlaku Revisi PROSES MESIN
20/01/2006 - TUMBLER Supervisor Manager

No Langkah Kriteria
1 Bersihkan mesin sebelum menyalakan - Bersihkan lantai ruangan
panel listrik tempat mesin tumbler
- Bersihkan bodi mesin bagian
depan , samping kanan-kiri,
belakang termasuk filter
dan saringan
- Bersihkan badan dan
kenakan pakaian yang
telah dianjurkan :
 Pakai pakaian bersih
 Pakai sarung tangan
karet
 Pakai sepatu boot karet
 Pakai topi
 Kenakan masker
2 Nyalakan panel listrik sampai lampu Tarik MCB mesin ke posisi on
indicator menyala merah/hijau
3 Lakukan tahapan running mesin - Menyalakan mesin
sehingga mesin panas dan
posisi mesin siap untuk
digunakan,
- Elemen elektrikal yang
terpasang sudah dalam
kondisi siap/panas
4 Masukkan barang yang akan - Proses pengeringan
dikeringkan sesuai urutan tebal tipis tergantung dari tebal atau
bahan yang akan dikeringkan, : tipisnya bahan karena
- Bahan tipis / rentan terhadap suhu bahan yang tipis lebih
tinggi pada suhu low/rendah cepat kering dibandingkan
- Kemeja celana panjang dan dengan bahan yang tebal
sejenisnya menggunakan suhu
medium / sedang
- Handuk, bed cover dll
menggunakan suhu tinggi / height
5 Keluarkan barang dari mesin tumbler Tujuan diangin-anginkan
dan angina-anginkan. adalah untuk menghilangkan
Mesin tertentu dapat digunakan panas yang ada sehingga
Cooling Down. barang cepat dingin dan
dapat diproses selanjutnya
selain itu untuk mengantisipasi

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 101


barang cepat kusut atau
menyusut
6 Bersihkan mesin Bersihkan mesin sebelum
dimatikan, baigan body, filter
dll.
7 Matikan mesin Matikan MCB pada posisi off

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 102


No. Dokumen Hal Dibuat Disahkan
INSTRUKSI KERJA
05 1/2
Tgl Berlaku Revisi PENGOPERASIAN
20/01/2006 - MESIN ROLL IRONER Supervisor Manager

No Langkah Kriteria
1 Bersihkan mesin sebelum menyalakan - Bersihkan lantai
panel listrik ruangan tempat mesin
extraktor
- Bersihkan bodi mesin
bagian depan ,
samping kanan-kiri,
belakang termasuk
saluran air buangan
- Bersihkan badan dan
kenakan pakaian yang
telah dianjurkan :
 Pakai pakaian bersih
 Pakai sepatu boot
karet
 Pakai topi
 Kenakan masker
2 Nyalakan panel listrik sampai lampu Tarik MCB mesin ke posisi
indicator menyala merah/hijau on
3 Lakukan tahapan runing mesin - Menyalakan mesin
sehingga mesin siap
diopersikan
4 Menyiapkan barang-barang yang akan - Sususn barang yang
di roll/setrika roll di meja awal akan diroll pada meja
memasukkan barang. awal masuk mesin roll,
penyusunan dengan
cara sesuaikan kondisi
barang yang akan
diroll (memanjang atau
melebar) tergantung
kondisi ruangan dan
lebar mesin sesuai
dengan lebar barang
5 Masukkan barang kedalam mesin roll - Sepray melebar sesuai
dengan memegang kedua ujungnya dengan ukurannya dan
dari sisi kanan dan kiri pegang ujung satu
dengan ujung yang
lain (dua oaring) untuk
memudahkan
memasukkan secara
bersamaan

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 103


- Terima barang yang
sudah diroll oleh dua
orang lainnya untuk
langsung dilipat agar
barang tidak kusut lagi
(barang harus kondisi
kering saat melipat
- Angin-anginkan
barang yang sudah
dilipat sebelum masuk
gudang (masuk
gudang kondidi suhu
kamar untuk
mencegah terjadinya
kelembaban)
6 Matikan panel listrik sampai lampu Tarik MCB mesin ke posisi
indicator mati off

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 104


No. Dokumen Hal Dibuat Disahkan
INSTRUKSI KERJA
06 1/2
Tgl Berlaku Revisi PENERIMAAN
20/01/2006 - STOK GUDANG LINEN Supervisor Manager

No Langkah Kriteria
1 Pastikan kondisi gudang dalam Diutamakan untuk
keadaan rapi dan bebas serangga membenahi kondisi gudang
(kecoa, tikus dll) setiap ada waktu karena
gudang adalah tempat
berkumpulnya serangga
dan tikus
Jangan menyimpan atau
makan didalam gudang
sebab akan menyebabkan
banyak serangga dan tikus.
2 Periksa barang yang akan masuk Periksa barang yang akan
gudang, kebersihannya, kerapiannya, disimpan dan pisahkan
lembab tidaknya, kerusakan yang barang yang rusak dan
terjadi akhibat dipakai atau dicuci. barang yang baik untuk
memudahkan evaluasi
jumlah barang dalam
pemakaiannya.
3 Simpan barang sesuai dengan jenis Tempatkan barang yang
barang yang ada dan susun dengan baru dicuci pada bagian
rapi tumpukan paling bawah
sehingga pengambilan
barang bersih akan dimulai
dari bagian atas hal ini
ditujukan agar pemakaian
barang dapat secara
serentak dan tidak terpakai
barang yang sama secara
terus menerus.
4 Keluarkan barang dengan susunan dari Pengeluaran barang dari
atas terlebih dahulu tumpukan atas terlebih
dahulu ditujukan agar
barang yang sudah
tersimpan dalam gudang
bisa dikeluarkan dahulu hal
ini untuk mengurangi
terjadinya resiko kerusakan
karena terlalu lama
disimpan atau kerusakan
karena serangga juga
timbulnya jamur.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 105


5 Entri data dari buka harian ke dalam Laporan harus dibuat
bon harian dan menempatkan bon secara harian untuk
harian sebagai laporan atas jumlah memastikan jumlah barang
barang keluar dan barang masuk juga keluar masuk juga untuk
laporkan apabila terjadi kerusakan mengetahui sejauh mana
barang dalam kondisi dan jenis barang kondisi barang yang saat
yang rusak itu digunakan, laporan
meliputi :
- Keluar masuk barang
- Kerusakan barang
- Kondisi barang
- Jumlah barang
dalam stok

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 106


 Kasus : Tidak adanya SOP yang berlaku dan APD pada laundry di rumah

sakit

 Jawaban : Sebagian besar laundry-laundry rumah sakit di Indonesia belum

menggunkan SOP sebagai bagaian dari standar dalam bekerja


sehingga dalam bekerja karyawan laundry hanya mengandalkan
pengetahuan yang diberikan secara lapangan sementara cara yang
benar belum dipahami karena setiap laundry mempunyai mesin yang
berbeda maka SOP yang ada juga berbeda namun rata-rata karyawan
laundry mengetahui secara garis besar tanpa menerima SOP sebelum
dibekerjakan di laundry tersebut. Kurangnya pemahaman SOP
kadang membuat sistem bekerjanya menjadi asal selesai tanpa harus
memperhatikan kualitas pekerjaanya dimana apabila diberikan
kompalin kurang bersih maka diterima dan dicuci ulang, bukan
dilihat dan dipeljari sebab apa cuciannya kurang bersih, setelah dicuci
berulang-ulang tidak bersih hanya dilaporkan bahwa kain tersebut
tidakdapat dicuci bersih lagi, sementara ada banyak faktor yang harus
dipahami dari SOP itu sendiri yang menyebabkan pencucian kurang
bersih. SOP yang ada dilaundry macam-macam seperti SOP mesin,
SOP chemical, SOP produksi dll.
APD atau alat pelindung diri saat ini masih kurang dipahami oleh
karyawan, karena merasa sudah bekerja lama di laundry dan tidak
pernah merasa sakit maka pemakaian APD tidak pernah dilakukan
sehingga pernah ditemukan karyawan laundry mencuci linen kotor
hanya memakai celana panjang dan kaos dalam saja tanpa baju, tanpa
sarung tangan, tanpa topi dll setelah ditegur hanya dijawab karena
sudah bekerja lebih dari 10 tahun sampai sekarang belum pernah
sakit jadi tidak ada masalah.
Sebagai pengelola laundry maka menjadi kewajibannya untuk memperhatikan karyawannya
sehingga masalah pemakaian APD sangat diwajibkan agar karyawan seminimal mungkin
terjadi kontak langsung dengan linen kotor, perlu juga diterapkan SOP yang benar sehingga
dalam bekerja karyawan lebih terarah dan untuk menjaga keawetan mesin-mesin laundry
dengan penerapan SOP yang benar.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 107


Peraturan-paraturan perusahaan tentang kewajiban pemakaian APD dan ketersediaan APD
sangat membantu untuk penerapan di lapangan sehingga teguran dan pemberian surat
peringatan apabila karyawan tidak memakai APD saat bekerja menjadi prioritas utama di
dalam perusahaan laundry rumah sakit.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 108


BAB VII
MANAJEMEN LAUNDRY LINEN
DAN STERILISASI

A. Fungsi Linen pada Sterilisasi/CSSD.


Keterkaitan hubungan antara laundry dengan CSSD atau Depatermen Sterilisasi adalah dalam
menyediakan linen untuk kebutuhan OK/Kamar Operasi, dimana linen yang sudah dicuci
akan di sterilkan atau memang linen tersebut digunakan sebagai pembungkus alat-alat untuk
operasi.
Apabila pembungkus digunakan linen dalam sterilisasi maka ada kriteria yang harus dipenuhi
sebagai media pembungkus dalam sterilisasi adalah :
1. Memungkinkan penetrasi sterilan secara efektif terhadap seluruh kemasan dan isi
kemasan.
2. Memastikan bahwa sterilisasi kemasan dapat terjamin sampai waktu kemasan tersebut
dibuka.
3. Memungkinkan untuk mengeluarkan isi dari kemasan tanpa menimbulkan
kontaminasi.
Dalam sterilisasi ada beberapa metode baik yang menggunakan suhu tinggi ataupun suhu
rendah, untuk itu kemasan dalam sterilisasi harus kompatible, yaitu :
1. Bahan kemasan harus tahan terhadap kondisi fisik yang akan dialami pada saat proses
sterilisasi berlangsung (seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan dan kondisi vakum).
2. Harus memungkinkan terjadinya perpindahan udara dari isi dan kemasan.
3. Harus memungkinkan terjadinya penetrasi dan kontak langsung dari agen sterilan baik
itu steam (uap), etilen oksida maupun panas kering terhadap setiap aspek kemasan
dan isinya.
4. Harus memungkinkan pengeluaran dan pemindahan agen sterilan dari kemasan pada
akhir proses sterilisasi.
Bahan pengemas juga harus mempunyai kontribusi dalam mempertahankan sterilitas, kualitas
bahan sangat penting dalam upaya memproteksi isi yang steril dari kontaminasi mikroba pada
saat pengeluaran kemasan dari mesin sterilisasi sampai saat kemasan dibuka. (data diambil
dari buku Panduan CSSD Moderen, E. Taufik Hidayat, Rumah Sakit Pusat Pertamina,
Jakarta, Maret 2003)

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 109


Sampai saat ini di Indonesia paling banyak menggunakan linen sebagai media pembungkus
alat-alat operasi pada saat CSSD/sterilisasi, adapun keuntungan menggunakan linen sebagai
pembungkus adalah :
1. Dapat digunakan secara berulang-ulang.
2. Relatif lebih mudah.
3. Relatif Cukup Kuat.
4. Memberikan proteksi cukup baik.
Sebaliknya linen juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai alat pembungkus sterilisasi
antara lain :
1. Kurang memberikan proteksi mikroorganisme.
2. Tidak tahan pada suhu tinggi yang berlebihan.
3. Adanya kecenderungan lubang atau sobek yang tidak terlihat.
4. Jenis kain kanvas tidak dapat digunakan karena menghambat penetrasi steam (uap).
5. Pewarnaan bahan harus kuat dan tidak bersifat toxin pada saat sterilisasi atau setelah
sterilisasi.
6. Pencucian yang menggunakan kimia laundry berlebihan dan suhu yang tinggi
membuat kain rentan terhadap sobek.
7. Pemakaian bahan kain dari cotton membuat bahan tersebut tidak tahan pada suhu
panas tinggi yang berlebihan.
Selain hal tersebut sebaiknya linen yang digunakan untuk pembungkus alat-alat operasi saat
sterilisasi tidak boleh dicuci seperti linen lain melainkan ada perawatan khusus seperti
pemakaian air panas, chemical laundry yang bersifat soft/dosis yang lebih sedikit, tidak
menggunakan bleach/oxygen bleach. Hal ini dikarenakan linen akan kurang daya tahannya
saat sterilisasi/CSSD, dimana pemakian chlorin akan menjadikan linen rentan terhadap panas
tinggi dan dalam waktu yang lama sehingga dikawatirkan saat sterilisasi ada kerusakan pada
linen dan berakhibat tidak sterilnya barang yang sudah dibungkus dengan linen tersebut.
Pemakian linen sebagai media pembungkus alat-alat untuk sterilisasi juga akan berpengaruh
terhadap penimbangan kemasan sehingga akan terdapat penambahan berat linen itu sendiri
disamping berat alat-alat yang akan disterilisasikan. Linen yang digunakan dalam
pembungkus sterilisasi biasanya sering diistilahkan dengan nama pembungkus instrumen,
karena persyatatan sterilisasi linen harus menngunakan 2 (dua) lapisan maka istilah dalam
rumah sakit disebut dengan Pembungkus Instrumen 2 lapis, pemakian 2 (dua) lapisan
ditujukan untuk membuat perbedaan suhu saat setelah strerilisasi maka suhu diluar akan lebih
rendah dari pada suhu didalam bungkusan sehingga udara panas dalam kemasan akan

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 110


meresap keluar dan bakteri atau virus tidak dapat masuk karena terdapat 2 (dua) lapisan kain
sebagai pembungkusnya.
Berat densitas maksimum untuk pengemasan strerilisasi adalah 133,3 Kg/m3 sehingga
pengemasan dengan media kemas linen juga akan berpengaruh pada berat maksimum
densitas pada sterilisasi.
Sebagai media pembungkus maka linen harus diperhitungkan ketebalannya sebab adanya
persyaratan 2 (dua) lapis tersebut akan menjadikan berat linen pembungkus menjadi 2 (dua)
kali berat kain yang digunakan, sehingga dapat diperhitungkan ukuran linen pembungkus dan
berat linen pembungkus dengan peralatan yang akan distrerilkan harus tidak lebih dari berat
densitas maksimum yang diwajibkan dalam strerilisasi.
Sebelum melakukan pengepakan alat-alat yang akan disterilkan dan dibungkus dengan linen
maka perlu diperhatikan apakah lien tersebut ada kerusakan, sperti lubang, sobek atau mudah
sobek karena pemakian yang berulang-ulang membuat linen akan mengalami kerusakan,
sehingga tidak terjadi sterilisasi ulang karena kerusakaan linen pembungkus setelah sterilisasi
selesai baru diketahui bahwa linen tersebut rusak.
B. Pemilihan Linen untuk Sterilisasi/CSSD.
Untuk memilih linen yang baik sebagai pembungkus harus diketahui dulu sifat-sifat dari kain
yang akan digunakan. Linen memang lebih murah dibandingkan dengan plastik, kertas dll
yang lebih spesifik dalam kegunaannya di depatermen Sterilisasi untuk itu sebelum
menentukan jenis kain dan fungsinya sebagai pembungkus alat atau yang lainnya perlu
diketahui kelemahan dari kain sebagai pembungkus atau terhadap perlakuan sterilisasi adalah
:
1. Bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.
2. Suhu panas menyebabkan linen mudah robek.
3. Perlu diperiksa terlebih dahulu sebelum digunakan apakah ada yang sobek atau
berlubang.
4. Pembungkus linen/kain harus tahan muslin berkualitas tinggi dengan spesifikasi 140
thread count, dan harus dipakai 2 (dua) lembar.
5. Muslin yang tidak dibleach lebih baik karena 10% lebih kuat dari muslin yang
dibleach.
6. Kain yang tebal seperti kanvas tidak boleh dipakai karena sulit menyerap uap.
7. Kain dapat dipakai untuk sterilisasi uap dan EO (Etilen Oksida).

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 111


8. Campuran antara cotton dengan plastik memperbaiki kemampuan menghalangi
bakteri dan air, juga sesuai untuk sterilisasi uap dan EO namun tidak tahan lama
karena sering dicuci sehingga mudah rusak.
Untuk mendapatkan linen yang mempunyai kualitas baik adalah dengan cara pengujian
secara berulang, dimana gunakan linen sebagai media untuk percobaan terhadap sterilisasi
sehingga akan didapatkan standar linen sebagai pembungkus dalam sterilisasi.
Adapun sistem pengujian dapat dilakukan dengan mengukur linen tersebut dan mengamati
warna, corak serta jenis benang yang ada lalu dilakukan pencucian menggunakan chemical
laundry secara standar setelah itu baru dilakukan pengujian di sterilisasi setelah selesai
diamati secara seksama mulai dari ukuran, warna, corak serta kondisi benang termasuk daya
kuat linen tersebut (dengan memberikan beban tarikan apakah mudah sobek atau tidak),
lakukan pengujian secara terus menerus selama 5, 10, 15 atau bahkan 20 kali hingga
didapatkan perubahan fisik pada linen tersebut. Kesemua pengujian tersebut akan
mendapatkan hasil linen yang baik untuk media pembungkus alat-alat operasi.
Perlu diketahui bahwa dalam ruang operasi biasanya tidak boleh ada bahan sintetis, hal ini
akan menyebabkan terjadinya aliran listrik statis, karena alat-alat dalam ruang operasi sangat
sensitif maka pemakian pembungkus instrumen mengandung bahan sintetis sebaiknya
ditiadakan untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.

C. Washing Proses Linen untuk Sterilisasi/CSSD.


Jenis-jenis linen yang ada untuk pembungkus instrumen operasi dalam pencuciannya harus
hati-hati seperti tidak boleh menggunakan bleach/oxygen bleach karena sifat dari bleach
membuat linen menjadi cepat lapuk dan ada penipisan warna sehingga memungkinkan
kerusakan pada material kain pada tahapan tertentu maka kain tersebut akan cepat rusak
sehingga umur pemakaian linen menjadi lebih pendek.
Penggunaan kain dengan bahan dasar cotton harus dibuat menjadi 2 (dua) lapis, sehingga
dalam proses pencucian akan mengalami hambatan dimana bagian dalam lapisan tidak dapat
dispoel hock/spoting dari noda untuk hal tersebut diusahakan pembungkus instrumen tidak
boleh sampai ada noda sehingga proses pencuciannya akan lebih mudah.
Chemical yang digunakan hanya detergen dan ditambahkan sedikit emulsi agar kandungan
lemak atau minyak apabila ada dapat dibersihkan, pemakaian alkali tidak dianjurkan sebab
sifat alkali hampir sama dengan sifat bleach.
Pemakaian sour juga sebaiknya tidak digunakan hal ini ditujukan untuk mengurangi sedikit
mungkin kimia yang ada pada proses pencucian dimana tujuan sterilisasi adalah, menjadikan

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 112


steril apabila ada sifat kimia dari sisa proses pencucian yang tidak sempurna maka akan
berpengaruhi saat digunakan dalam sterilisasi.
Pemakian disinfektan harus ekstra hati-hati karena pada saat sterilisasi mengunakan sistem
kimia ada kemungkinan akan bereaksi sehingga pemakaian disinfektan tidak dianjurkan,
begitu juga pemakaian pelembut atau softener yang biasanya dalam softener ada kandungan
minyak dan pengharum yang akan beraksi dengan suhu tinggi/panas.
Hasil dari pemakaian detergen saja memang kurang baik pada linen namun dengan sifat-sifat
kimia yang ada kemungkinan bereaksi pada saat sterilisasi maka alangkah lebih aman apabila
mengunakan kimia paling standar dalam proses pencuciannya, sedangkan linen yang dicuci
juga tidak kotor karena hanya digunakan membungkus instrumen yang disterilisasi.
Bagaimana dengan linen OK yang rata-rata harus mengalami CSSD apakah harus
diperlakukan dengan hal sama dengan pembungkus instrumen?
Linen OK adalah linen dengan resiko terkontaminasi penyakit paling tinggi diantara sekian
banyak linen di rumah sakit, maka sebagai solusinya adalah gunakan disinfektan sebagai
penetral/pembunuh jamur, bakteri dan virus jangan menggunakan chlorin sebab ada
kemungkinan linen OK akan mengalami CSSD (sampai saat ini banyak laundry rumah sakit
berasumsi bahwa disinfektan adalah chlorin, sementara produsen chemical laundry sudah
menciptakan disinfektan tersendiri atau bahkan sudah dicampur menjadi satu dengan
detergen sehingga lebih efektif dan hemat).
Pencucian linen OK sebaiknya sama dengan pencucian pembungkus instrumen sebab
keduanya selalu masuk dalam katagori CSSD jadi gunakan seminimal mungkin kimianya
saat proses pencucian artinya jangan terlalu banyak dosisnya dan jangan terlalu banyak
macamnya, lebih baik gunakan disinfektan dan detergen saja.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 113


 Kasus : Linen untuk CSSD masih dicuci menggunakan chlorin/oxygen

bleach.

 Jawaban : Pengaruh yang akan terjadi adalah cepat terjadi kerusakan terutama

terbakar atau sobek hal tersebut dikarenakan sifat chlorin/oxygen


bleach adalah panas saat pencucian dan sering juga digunakan air
panas untuk menambah kekuatan pencucian sehingga pemanasan
yang terjadi adalah :
1. Pemanasaan saat proses pencucian.
2. anasaan saat pengeringan.
3. Pemanasan saat penyetrikaan.
4. Pemanasaan saat CSSD.
Hal tersebut membuat kain menjadi lebih cepat masa pakainya
(umurnya tidak panjang) hal tersebut diakhibatkan pemanasan yang
berulang dalam waktu yang pendek (satu proses pencucian ada empat
kali pemanasan dengan suhu anatar 600 – 1350C).

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 114


BAB VIII
LAUNDRY SEBAGAI SBU
(STRATEGIC BUSINESS UNIT)

Semenjak tahun 1980-an terjadi perubahan kebijakan yang sangat mendasar dimana badan
usaha Rumah Sakit menjadi profit oriented tanpa meninggalkan fungsi sosialnya, era itulah
yang membuat persaingan bisnis rumah sakit menjadi pesat karena munculnya rumah sakit –
rumah sakit swasta baik di kota besar maupun kota-kota kecil sekelas kabupaten dengan
beraneka ragam bisnis bahkan rumah sakit asing juga memasuki pasaran bisnis di Indonesia.
Hampir semua rumah sakit selalu ada pendukung dalam proses pencuciannya, di beberapa
rumah sakit saat pendiriannya memperhitungkan adanya kapasitas laundry, sementara hal
tersebut menumbuhkan investasi tersendiri sehingga ada kalanya dikeluhkan unit laundry
dalam rumah sakit selalu sebagai cost center dimana unit laundry selalu mengeluarkan uang
sementara peranan laundry juga sangat dibutuhkan sebagai sarana pendukung yang penting.
Salah satu cara untuk mengubah image unit laundry rumah sakit dari cost center menjadi
profit oriented adalah dengan melakukan SBU (Strategic Business Unit). Perubahan dari unit
yang selalu mengeluarkan biaya menjadi unit yang dapat menghasilkan tambahan pendapatan
rumah sakit adalah hal yangan sangat menarik. Namun demikian untuk merubah hal tersebut
bukanlah hal yang mudas sebab banyak hal yang harus dipersiapkan dan diperhitungkan
sehingga akan didapatkan hasil yang maksimal.
Sasaran bisnis ini adalah pansa pasar dimana rumah sakit yang tidak memiliki laundry
sendiri, atau rumah sakit yang kelebihan produksi sehingga tidak tercapai produktifitasnya,
sarana apa saja yang dapat mendukung bisnis laundry rumah sakit untuk menjadi profit
oriented adalah :
1. Kapasitas laundry rumah sakit masih mencukupi untuk penambahan produksi.
2. Kemampuan SDM tentang laundry harus profesional.
3. Kemampuan pengelolaan laundry yang merupakan unit tersendiri yang dikelola
secara profesional.
4. Unit laundry memang dibangun untuk menjadi unit profit oriented.
Pada pembahasan dibuku ini telah dikupas secara mendalam tentang laundry rumah sakit
serta managemen dari linen itu sendiri, bagaiman menjalankan usaha unit laundry menjadi
unit yang menghasilkan adalah dengan cara menjual kapasitas mesin yang belum
teroptimalkan, semntara itu dengan kemampuan manegemen pengelolaan linen yang baik

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 115


maka juga dapat dijual untuk penanganan masalah managemen linen, atau bahkan
kemampuan memproduksi atau merawat linen dengan baik juga banyak dibutuhkan rumah
sakit lainnya sehingga hampir semua bagian dari laundry rumah sakit dapat dijual dan dapat
mengasilkan.
Kemampuan merawat linen dapat dijual dengan membuat rental linen ditujukan ke rumah
sakit yang memang membutuhkan dan tidak mau berinvestasi linen karena tidak mempunyai
laundry sendiri, rata-rata rumah sakit demikian adalah rumah sakit yang mementingkan
pelayanan sosialnya sebagai sarana pengobatan sehingga tidak mau berfikir untuk mengelola
laundry sendiri atau bahkan saat ini sedang menjadi mode untuk rental/sewa linen karena
dengan sewa maka investasi dapat ditekan dan modal dapat digunakan untuk investasi lain
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan.
Sebagai salah satu unit yang mempunyai kemampuan menjual membuat laundry menjadi
sarana bisnis baik dikalangan rumah sakit ataupun pelaku-pelaku bisnis yang selalu
memandang peluang dalam bisnis adalah hal yang tidak mungkin ditinggalkan begitu saja.
Banyaknya laundry-laundry yang berkembang saat ini juga membuat persaingan dalam bisnis
ini menjadi ramai sehingga kemampuan SDM sangat mendukung sehingga laundry yang
kemampuan SDM-nya kurang akan tertinggal oleh yang mempunyai SDM profesional.
Bisnis rental linen memang bisnis baru di kalangan rumah sakit, namun di kalangan
perhotelan bisnis ini sudah berjalan lama, hal ini disebabkan rumah sakait mempunyai
perbedaan tersendiri dalam pengelolaan linen maupun bahan dasar yang dijadikan linen, salah
dalam pemilihan bahan untuk linen rumah sakit akan berakhibat investasi ulang yang belum
pada saatnya (salah dalam perhitungan pengadaan).
Upaya untuk menjadikan laundry sebagai SBU (Strategic Business Unit) selalu menjadi
prioritas oleh pelaku bisnis ini, hal tersebut sudah dilakukan oleh beberapa pelaku bisnis
sehingga tahun 2006 sudah ada pelaku bisnis ini menyewakan linen dikalangan rumah sakit
merupakan lengkah tepat untuk mengurangi pengeluaran biaya pengadaan linen. Berikut
tabel sistim pengadaan linen rumah sakit :

No Item Beli Sewa Buat

1 Tidak memerlukan investasi, lahan, mesin dan SDM  


2 Dapat berkonsentrasi pada care bisnis  
3 Perencanaan lebih mudah  
4 Kualitas produk lebih baik dan terjaga  

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 116


5 Jumlah & waktu suplay disesuaikan dg kebutuhan  
6 Penggunaan baget lebih efektif  
7 Mendukung citra rumah sakit  
8 Fix cost untuk pembelian linen jadi variable cost 
9 Kepastian suplay lebih tinggi 
10 Dapat memberikan standar service lebih baik 
11 Kualitas produk yang dihasilkan rendah 
12 Tidak ada pengembangan produk 
13 Jml tenaga kerja besar dg gaji tetap 
14 Evaluasi input-output & efektifitas penggunaan 
15 Efektifitas biaya linen tidak diketahui 

Sejalan dengan hal-hal tersebut diatas maka bisnis laundry dan rental linen merupakan
sasaran bisnis yang menjajikan, sementara sampai dengan Meret 2006 saat buku ini ditulis
market tersebut baru sekitar 15% wilayah JABOTABEK yang tergarap sedangkan peluang
bisnis ini memang sangat menjanjikan apabila dikelola dengan managemen yang benar dan
tepat.
Dasar wilayah yang masih luas apalagi perkembangan rumah sakit semakin pesat sampai
wilayah kabupaten-kabupaten termasuk RSUD-RSUD belum ada pengenalan tentang bisnis
ini, rata-rata di daerah masih berlaku istilah “Tukang Cuci” sehingga kemampuan terhadap
pengembangan hygienis dan bebas dari noda atau bau belum menjamin apakah hal tersebut
dapat dilakukan atau karena adanya linen non standar yang membuat perawatan tersebut jadi
mengalami kesukaran, hal utama adalah SDM yang selalu dinomor duakan dibandingkan
dengan SDM medis membuat kenerja laundry tidak profesional.
Sebagai salah satu SBU laundry memang dapat membuka pangsa pasar tersendiri, sehingga
bermunculan strategi baru dalam bisnis ini, seperti :
1. Pengelolaan laundry secara outsource.
2. Pengelolaan laundry sendiri tetapi sebagai SBU.
3. Laundry diluar rumah sakit sebagai outsource.
4. Rental linen dan laundry.
Dalam perkembangannya maka SDM laundry sangat dibutuhkan sebagai SDM yang
mempunyai profesionalisme yang tinggi dengan pengetahuan yang mendukung sehingga
laundry sebagai SBU (Strategic Business Unit) dapat diperankan sebagi unit usaha mandiri

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 117


dan meguntungkan baik dari segi pendapatan rumah sakit maupun pengembangan sebagai
bisnis perseorangan ataupun merupakan bisnis grup perusahaan.
Bisnis yang menguntungkan adalah bisnis yang diharapkan oleh sebagian besar orang
ataupun badan usaha untuk itu peranan SDM yang mendukung merupakan faktor terpenting
untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari bisnis ini.
Untuk menjadikan laundry sebagai SBU (Strategic Business Unit) maka perlu dipelajari dulu
kapasitas yang ada dalam pengelolaan laundry rumah sakit tersebut, yaitu dengan menghitung
kapasitas laundry yang dipunyai rumah sakit (kemampuan mesin-mesin, SDM, area laundry
dan faktor pendukung seperti boiler serta jam kerja SDM), sedangkan untuk mengetahui
seberapa besar linen yang akan dicuci oleh pihak rumah sakit setiap harinya adalah dengan
cara menghitung BOR (Bed Ocupancy Rate) atau tingkat hunian rumah sakit (rata-rata dari
hunian rawat inap). BOR yang ada biasanya berkisar antara 60 – 70%.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 118


 Kasus : Kesalahan investasi dari pihak rumah sakit untuk laundry bukan

dengan dasar BOR.

 Jawaban : Untuk mengetahui perkiraan jumlah cucian perhari dari rumah sakit

adalah dengan cara memperhitungkan secara garis besar sehingga


untuk investasi dari pengadaan mesin-mesin laundry tidak salah,
adapun cara perhitungannya adalah :
1. Jumlah bed : 200 bed
2. BOR : 60%
3. Berat Linen perbed : 3,5 Kg
Berat Linen Total : 420 Kg/hari.
Berat ini masih harus ditambah dari OK, Poli dan IGD karena
perhitungannya hanya dari BOR sedangkan ruangan lain dapat
diperhitungkan dengan perkiraan jumlah bed, berat linen dan jumlah
ruangan.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 119


BAB IX
ESTIMASI PERHITUNGAN LAUNDRY
RUMAH SAKIT

Bagaimana perhitungan laundry untuk rumah sakit dengan kapasitas 200 bed dengan BOR
60%, 3 kamar operasi dengan frekwensi 6 (enam) kali per-hari, bagaimana cara
perhitungannya dan kebutuhan mesin-mesin laundry, par stock linen serta biaya operasional
yang mendukung seperti pemakaian air dan konsumsi listrik.
1. Perhitungan Linen.
200 bed X BOR 60% = 120 bed
berat rata-rata linen per-bed 3,5 Kg.
Berat linen kotor per-hari rata-rata : 120 bed X 3,5 Kg = 420 Kg/hari.
Jumlah kamar operasi : 3 Unit
Frekwensi operasi : 6 kali
Jumlah operator : 5 orang
Jumlah kebutuhan : 3 X 6 X 5 = 90 set
Berat perset : 4,5 Kg
Berat linen kotor perhari dari OK adalah 90 X 4,5 Kg = 405 Kg
Berat linen kotor perhari + 825 Kg

2. Perhitungan Mesin-mesin laundry.


Berta linen kotor perhari : 825 Kg
Jam kerja karyawan : 8 jam/hari
Berat/jam : 104 Kg/jam
Pemakaian mesin 3 bh : 104 / 3 = 35 Kg
Jadi mesin cuci dipakai kapasitasnya 40 Kg sejumlah 3 bh, dengan mesin cuci
infeksius kapasitasnya 30 Kg sejumlah 1 (satu) bh.
Mesin tumbler yang dibutuhkan 3 bh dengan kapasitas 65 Kg per unit.
Sehingga susunan mesin adalah :
3 bh mesin cuci kapasitas 40 Kg, mesin cuci infeksius 1 bh kapasitas 30 Kg, mesin
tumbler 3 bh dengan kapasitas 65 Kg dan 1 buah mesin roll ironer dengan lebar 1,5 –
2 meter.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 120


3. Perhitungan pemakaian air.
Konsumsi Volume Linen Kotor (Kg/Hari)
Kapasitas 80%
Mesin Jml Air
(Kg/Proses) (Kg/Proses) 100 120 140 160 180
(Ltr/Proses)
Washex 3 3 X 40 3 X 32 390 1170 1170 1560 1950 2193
Washex 1 1 X 30 1 X 24 330     

Pemakaian mesin sebaiknya digunakan sebesar 80% maksimal dari kapasitas mesin
sebenarnya, hal ini ditujukan agar mesin tidak terlalu berat beban yang diterima serta
memberi ruang bebas agar linen yang dicuci dapat berputar dan bergerak sehingga
bantingan dari baling-baling mesin yang ada dalam drum menjadi berfungsi dan
berguna dalam tahapan pencucian linen tersebut.
Konsumsi air yang ditampilkan adalah perkiraan rata-rata dari mesin yang ada
sementara setiap merk mesin belum tentu sama konsumsi airnya maka untuk lebih
jelasnya setiap penawaran mesin pasti diberikan brosur yang dapat dibaca tentang
data teknik pada brosur mesin tersebut tentang penggunaan atau konsumsi air dan
listrik.
Data konsumsi air dapat dipakai untuk mengetahui kebutuhan air setiap mesin
tersebut bekerja hal ini ditujukan untuk mengetahui berapa banyak konsumsi air yang
dibutuhkan untuk memenuhi proses pencucian sehingga dapat dipredisikan berapa
biaya air yang harus dibayarkan apabila menggunakan air dari perusahaan air minu,
sedangkan apabila menggunakan air tanah maka perlu diketahui berapa kebutuhannya
untuk mengukur debit air yang akan diambil dari dalam tanah serta menyediakan
tangki berkapasitas berapa untuk memenuhi kebutuhan air selama sehari agar tidak
terjadi proses pencucian tidak dapat dilakukan karena kekurangan air dari tangki
penampungan air yang sudah dibuat karena tidak ada perhitungan secara tepat dalam
pengadaan mesin-mesin tersebut. Sedangkan persyaratan air yang digunakan adalah
seperti yang telah ditulis diatas tentang pemakian air pada laundry dengan dasar dari
peraturan pemerintah tentang baku mutu air.
Pemakian air dengan dasar baku mutu air adalah untuk mengantisipasi kemungkinan
tercemarnya air yang digunakan dengan kandungan hardness atau kimia air lain yang
akan mempengaruhi hasil pencucian.
Pemakaian air tanah untuk wilayah tertentu juga harus diuji terlebih dahulu sebab
daerah tertentu mempunyai air bagus namun ada yang tidak bagus, beberapa wilayah

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 121


di tengah Jawa Tengah air bagus namun dibagian utara dan selatan kurang begitu juga
wilayah Jakarta maka pemakian air tanah sebaiknya digunakan softener yang akan
membuat air menjadi layak dugunakan dan tidak berefek samping terhadap cucian
ataupun pada mesin.

4. Perhitungan pemakaian listrik.


Kapasitas Standart Standart
Kapasitas Power/Unit
Item Jml Sebenarnya Konsumsi air konsumsi
Cuci (KVA)
80% (Prs/Ltr) Listrik (kW)
Washex 3 3 X 40 3 X 32 34 390 
Washex 1 1 X 30 1 X 24 26 330 
Dryer 3 2 X 65 2 X 52 100 - 
Flatwork
1 - - 10,2 - 
Ironer

Seperti juga mesin cuci maka pemakaian mesin pengering / tumbler / dryer juga
maksimal digunakan adalah 80% dari kapasitas mesin sebenarnya, hal tersebut
memang dianjurkan oleh pihak produsen dengan tujuan agar mesin lebih awet dan
tahan lama, sementara kekurangan beban sebesar 20% tersebut dapat digunakan untuk
peluang bergeraknya linen dalam putaran mesin sehingga proses pengeringannya
lebih cepat dibandingkan apabila kapasitas mesin digunakan 100%.
Pemakian tumbler harus diperhitungkan secara tepat sebab konsumsi listriknya cukup
banyak apabila sistem pemanasnya menggunakan heater elemen listrik, sedangkan
konsumsi listrik pada mesin cuci lebih kecil namun demikian apabila mesin cuci
tersebut dilengkapi dengan pemanas air berupa heater maka saat memanaskan air
untuk proses pencucian juag dibutuhkan konsumsi listrik yang cukub besar.
Flatwork ironer juga akan mengkonsumsi listrik cukup tinggi apabila menggunakan
konsumsi listrik sehingga pemakiannya harus lebih dihemat agar konsumsi listrinya
lebih kecil sehingga biaya produksi dapat ditekan dengan adanya penghematan biaya
listrik.
Dalam melakukan investasi pada pembuatan laundry maka ada hal-hal yang perlu
diperhitungkan dalam pembelian terutama adalah untuk mesin-mesin yang akan digunakan
sebab salah dalam pemilihan mesin akan berakibat biaya operasional yang akan menjadi
besar perbulannya karena keslahan dalam perhitunganinvestasi awal atau karena merasa lebih
murah sehingga mesin tersebut dibeli namun pada saat dioperasionalkan akan terjadi

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 122


penambahan biaya operasioanal yang cukup besar apabila diakumulasikan selama 1 (satu)
bulan.
Pemakaian mesin cuci untuk investasi, mesin tumbler dan mesin flatwork ironer ada yang
menggunakan listrik, boiler dan gas sehingga perlu diperhitungkan secara tepat untuk
investasi tersebut. Apabila sekitar rumah sakit terdapat jalur pipa gas negara maka alternatif
bisa menggunakan gas untuk mesin-mesin tersebut, apabial tidak ada dan mudah dalam
mendapatkan bahan bakar solar, minyak tanah, residu atau batu bara maka dapat
menggunakan alternatif boiler sehingga akan menjadi lebih mudah sementara kalau
mengunakan konsumsi listrik memang harga mesinnya lebih murah namun biaya
operasinalnya cukup tinggi apabila tidak dapat berhemat dengan benar (pemakian mesin-
mesin diperhitungkan kapan dinyaklakan dan kapan dimatikan).
Nilai investasi untuk laundry memang cukup besar apabila salah dalam investasi maka break
down akan mengalami waktu yang cukup panjang sementara perhitungan untuk laundry
rumah sakit gunakan BOR yang cukup tinggi yang mungkin dapat dicapai rumah sakit
sehingga tidak ada investasi ulang, namun apabila belum dapat mencapai target dalam
mengelola linen rumah sakit maka dapt digunakan untuk menerima cucian dari rumah sakit
lain sehingga dapat memaksimalkan kerja mesin dan mendapatkan tambahan pendapatan
untuk pihak rumah sakit.
Laundry yang dulu hanya menjadi bagian dari rumah sakit yang selalu mengeluarkan biaya
rutin perbulan akan berubah menjadi laundry yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri juga
dapat memberikan tambahan pendapatan bagi rumah sakit.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 123


BAB X
PENUTUP

Buku ini masih banyak kekurangan yang perlu ditambahkan dan masalah yang komplek dari
setiap rumah sakit selalu berbeda untuk itu buku ini hanya menjebatani masalah yang ada
disekitar rumah sakit dan tidak menyangkut kredebilitas rumah sakit tersebut.
Setiap rumah sakit punyak hak dan kewenangan sendiri sehingga tidak ada patokan yang
pasti, namun harapan penulis dengan adanya penyesuaian dan pemahaman bersama maka
akan tercipta keselarasan dalam usaha sehingga tidak ada perbedaan antara rumah sakit satu
dengan yang lainnya untuk linen rumah sakit. Laundry sebagai bagian rumah sakit yang dapat
memberikan masukan pendapatan bagi rumah sakit adalah konsep selanjutnya bagi rumah
sakit yang memberikan fasilitas baik dan besar bagi laundry.
Standarisasi memang akan menjadi hal baru dalam penanganan rumah sakit terutama dalam
manajemen linennya serta penanganan laundrynya yang pasti dengan adanya standarisasi
maka pelayanan rumah sakit akan terangkat juga dari sisi bidang laundrynya akan tertata rapi
dan konsep-konsep yang tepat bukan hanya menjadi bidang yang terlupakan, sebab laundry
merupakan jembatan bagi rumah sakit dalam menyelenggarakan bisnis kesehatan.
Orang-orang laundry adalah dokter-dokter dibidangnya dimana penggunaan alat-alat laundry,
chemical laundry serta pengetahuannya tentang laundry adalah hal mutlak untuk
mendapatkan pekerjaan bidang ini hanya saja kalau pendidikan menjadi dokter sudah banyak
dan diminati banyak orang sedangkan pendidikan bidang laundry belum ada dan orang tidak
tertarik untuk menyelenggarakan pendidikan ini yang ada hanya menjadikan bisnis semata.
Pengetahuan laundry yang turun temurun membuat perkembangan ilmu laundry tidak
berjalan sebagaimana mestinya, dengan perkembangan laundry di negara-negara maju
membuat teknologi laundry di Indonesia menjadi tertinggal sehingga dengan ilmu turun-
temurun tersebut semakin tertinggal teknologi laundry yang ada.
Harapan penulis menjadikan bidang laundry adalah sebuah kancah pendidikan profesi yang
belum tergarap secara benar, semoga ada sebagian orang-orang yang akan menjadikan
pendidikan laundry sebagai media mengkaryakan masyarakat serta generasi muda.
Sampai dengan Maret 2006 belum terfikirkan adanya pendidikan khusus menjadikan laundry
sebagai sarana pendidikan yang menjanjikan, rata-rata laundry adalah salah satu bagian dari
disiplin ilmu dalam perhotelan dibawah bagian Housekeeping. Namun apabila dibeberapa
hotel bintang 5 (lima)/Diamon akan terdapat 2 (dua) manager yaitu manager Housekeeping

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 124


dan manager laundry, hal tersebut sudah dapat diartikan bahwa untuk laundry dapat terpisah
sendiri dari hausekeeping dalam rumah sakit sendiri laundry biasanya dibawah rumah tangga
namun demikian sebenarnya laundry mempunyai tanggung jawab besar tersendiri sehingga
laundry harus merupakan unit tersendiri, karena laundry saat ini masuk dalam keanggotaan
panitia nosokomial da;lam rumah sakit yang memang sudah terdapat kepanitiaan nosokomial.
Harapan laundry merupakan satu keahlian tersendiri dalam bisnis maupun disiplin ilmu
tersendiri adalah suatu perjuangan yang penulis sampaikan tiada hentinya, karena laundry
merupakan ilmu yang terkait dengan ilmu lain yang merupakan bagian yang tidak dapat
terpisahkan. Hubungan ilmu laundry dangan ilmu lain adalah dengan ilmu tekstil, ilmu
lingkungan hidup (limbah cair laundry) dan ilmu kimia laundry.
Semoga harapan penulis menjadikan laundry adalah sebuah profesi yang menjanjikan dan
bisnis yang masih berpeluang besar dapat tercapai. Amin.

LAMPIRAN :

Nama Rumah Sakit


Logo RS Nama RS
Kode Pembelian
Tanggal Pembelian Linen



Logo Rumah Sakit


 Kode Linen (apabila ada)


Tanda setelah dicuci 1 X


Contoh : Life Time Label Tempat Penandaan setalah dicuci 1 X

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 125


Washing Program (didapatkan dari suplier mesin laundry)

PREWASH MAINWASH FILL 1 FILL 2 FILL 3


No Program EXTRAK
Water Level Supply Temp. Time Water Level Supply Temp. Time Water Level Supply Temp. Time Water Level Supply Temp. Time Water Level Supply Temp. Time

1 Light Soil White - - - - - Warm Low 1 0 4 Warm Hile - 0 2 Warm Hile - 0 2 - - - - - OK

2 Light Soil Color - - - - - Warm Low 1 0 4 Warm Hile - 0 2 Warm Hile - 0 2 - - - - - OK

3 Medium Soil White Cool Hile - 0 2 Warm Low 1 0 4 Warm Hile - 0 2 Warm Hile - 0 2 Warm Hile - 0 3 OK

4 Medium Soil Color Cool Hile - 0 2 Warm Low 1 0 4 Warm Hile - 0 2 Warm Hile - 0 2 Warm Hile - 0 3 OK

5 Heavy Soil White Cool Hile - 0 2 Warm Low 1 0 4 Warm Hile - 0 2 Warm Hile - 0 2 Warm Hile - 0 3 OK

6 Heavy Soil Color Cool Hile - 0 2 Warm Low 1 0 4 Warm Hile - 0 2 Warm Hile - 0 2 Warm Hile - 0 3 OK

Contoh : Washing Program

Washing Formula (didapat dari suplier kimia laundry)

FORMULA CHEMICAL
No Klasifikasi
Disinfektan Emulsi Alkali Detergen Chlorin Oxybleach Sour Softener

1 Linen Noda Berat 2 ml 5 ml 10 gr 8 gr ------ ------ 4 gr 8 ml

2 Linen Warna (Noda Sedang) 2 ml 4 ml 8 gr 6 gr 3 gr 4 gr 8 ml

3 Sepray Putih 1,5 ml 4 ml 8 gr 6 gr 4 gr ------ 4 gr 8 ml

4 Sepray Warna 1,5 ml 4 ml 8 gr 6 gr ------ 3 gr 4 gr 8 ml


Contoh : Washing Formula

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 126


Sistim FIFO pada penerapan dilapangan/linen room

KELUAR MASUK

LINEN LINEN LINEN


LINEN
LINEN LINEN
LINEN LINEN
LINEN
LINEN LINEN LINEN

MASUK KELUAR
KELUAR
Contoh : FIFO ( Pengambilan dan Pengeluaran Barang dari Gudang
Gambar Kiri : Masukkan linen baru dicuci dibawah tumpukan linen yang ada dan
mengambil linen baru dari tumpukan paling atas
Gambar Kanan : Masukkan linen baru dicuci diatas tumpukan linen yang ada dan
mengambil linen baru dari tumpukan paling bawah

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 127


HUBUNGAN KERJA LAUNDRY DENGAN
UNIT KERJA LAIN DI RUMAH SAKIT

KEPERAWATAN

UNIT LAUNDRY PENGADAAN LINEN

MEKANIK/TEKNISI

Keterangan :

Laundry : Keperawatan :
1. Mencuci Linen Kotor 1. Pemakaian Linen Bersih
2. Menghitung kebutuhan linen 2. Par stok Linen/kebutuhan linen
3. Melaporkan kelayakan pakai 3. Menerima laporan kelayakan
linen yang beredar pakai linen beredar
4. Menerima dan mencuci ulang 4. Menengembalikan linen masih
linen yg belum bersih kotor
5. Memberikan laporan perbulan 5. Menerima laporan bulanan
tetang kondisi linen yang tentang kondisi linen yang
beredar beredar
6. Melaporkan kerusakan dan 6. Menerima laporan linen yang
kehilangan linen setiap rusak dan hilang selama dalam
bulannya peredaran
Laundry : Pengadaan Linen :
1. Melaporkan kebutuhan linen 1. Menerima laporan par stok

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 128


dengan perhitungan par stok kebutuhan linen rumah sakit
yang benar
2. Memberikan masukan bahan 2. Menyelaraskan kebutuhan
baku terbaik untuk linen linen dengan bahan baku
sehingga mudah perawatan, yang terbaik dan harga
tahan lama dan harga termurah
kompetitif
3. Menjelaskan kelayakan pakai 3. Menerima laporan kelayakan
setiap linen yang dibeli pakai setiap linen yang
diadakan
Laundry : Mekanik/Teknisi :
1. Memberikan laporan 1. Menerima laporan pemakaian
pemakaian mesin setiap bulan mesin setiap bulan
2. Memberikan laporan 2. Menerima dan mebetulkan
kerusakan mesin tiap ada setiap laporan kerusakan
kejadian mesin
3. Menerima pelayanan service 3. Memberikan pelayanan
bulanan service bulanan mesin-mesin
4. Menerima pengantian spare 4. Menganti spare part yang
part yang perlu diganti perlu dilakukan pengantian

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 129


STRUKTUR ORGANISASI LAUNDRY

MANAGER
LAUNDRY

KEUANGAN
LAUNDRY

SUPERVISOR
LAUNDRY

KEPALA KEPALA KEPALA


PRODUKSI FINISHING GUDANG

BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PRODUKSI FINISHING GUDANG

Pembagian Tugas / Bagian Laundry :

Bagian Produksi - Delivery / Pengambilan Barang Kotor


- Bagian Cuci
- Bagian Tumbler
- Cek Barang Kotor
Bagian Finishing - Bagian Setrika
- Bagian Roll
- Bagian Lipat
- Cek Barang Hasil Cucian
Bagian Gudang - Bagian Teks / Life Time Label
- Cek Lipatan Barang
- Strore man
- Delivery Barang Bersih

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 130


Job Discription

Bagian Job Discription


1. Manager Laundry - Mengkoordinir pekerjaan laundry sehingga berjalan
lancar tidak ada keterlambatan.
- Menyiapkan kebutuhan laundry perbulan serta
menghitung RAPB laundry per tahunnya.
- Membuat laporan mingguan, bulanan dan
tahunan
- Memprediksi tenaga kerja serta menentukan
kualitas tenaga kerja yang digunakan
- Sepenuhnya bertanggung jawab terhadap laundry
yang dipimpinnya.
2. Keuangan Laundry - Mengatur pengeluaran keuangan laundry
- Mememberikan laporan bulanan kondisi keuangan
- Memberikan masukan untuk penghematan
- Membayar gaji karyawan sesuai jadwal
- Membantu memecahkan kondisi keuangan
- Membuatan tagihan dan melakukan penagihan
- Melakukan pembayaran ke suplier sesuai jadwal
- Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
perputaran keuangan laundry
3. Supervisor Laundry - Membantu Manager untuk pekerjaan produksi
- Membantu manager untuk penyelesaian pekerjaan
RAPB dan lain-lain
- Membantu manager mengatasi permasalahan
seputar pekerjaan dan karyawan
- Memberikan laporan harian, mingguan, bulanan
dan tahunan kepada manager
- Memberikan laporan kondisi mesin-mesin laundry
- Menerima laporan dari Kepala Produksi
4. Kepala Produksi - Mengawasi proses produksi dari pengambilan linen
kotor sampai proses pelipatan linen
- Mengawasi kerja mesin sehingga tidak terjadi over
load yang menyebabkan mesin cepat rusak
- Mengawasi hasil proses pencucian
- Mengusulkan kimia yang digunakan atas
pertimbangan beberapa hal
- Memonitoring pemakaian kimia laundry sehingga
tidak berlebihan dalam pemakaiannya
- Melaporkan kebutuhan kimia laundry setiap bulan
- Menerima laporan dari bagian produksi
5. Kepala Finishing - Mengawasi proses pelipatan dan selalu
menerapkan life time label
- Mengawasi hasil produksi linen saat akan dilipat
- Menerapkan cara pelipatan yang benar sehingga

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 131


mudah dalam pemasangannya
- Memberikan teknik lipatan khusus terutama pada
linen OK untuk memudahkan CSSD
6. Kepala Gudang - Mengawasi distribusi yang dilakukan untuk
mencegah kehilangan dan salah pengiriman
- Memberikan laporan bulanan tentang stok opname
linen baik digudang maupun dilapangan
- Memberikan laporan secara lengkap kodisi barang
yang sudah tidak layak digunakan atau yang harus
diganti karena umurnya
- Bertanggung jawab terhadap kondisi penyimpanan
dan ruangan gudang

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 132


HUBUNGAN KERJA UNIT LAUNDRY
( Saling berhubungan dan bergantung )

DIREKTUR
RUMAH SAKIT

PANITIA
PENGADAAN
LINEN

MANAGER
KEPERAWATAN

UNIT
LAUNDRY

MANAGER
TEKNIK/UMUM

USER/
PEMAKAI
LINEN

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 133


DISTRIBUSI SYSTEM LAUNDRY
RUMAH SAKIT
SENTRAL IT
LINEN ROOM SYSTEM

LINEN ROOM
IGD
D
I
S
T
R
LINEN ROOM I
POLIKLINIK B
U
S
I
/
P
LINEN ROOM
E
MCU
N
G
A
M
B
LINEN ROOM I
KAMAR OPERASI L
A
N
&
P
E
LINEN ROOM N
ICU G
N
T
A
R
A
LINEN ROOM
N
RAWAT INAP

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 134


LAUNDRY PRODUKSI LINEN
RUMAH SAKIT

LINEN SPOOL DISINFEKTAN


KOTOR HOCK

WASHING DISTRIBUSI

PRE-WASHING LINEN
ROOM

MAIN FINISHING
WASH

FILL / ROLL
PEMBILASAN I IRONER

FILL / TUMBLER
PEMBILASAN II

FILL / EXTRAKTOR
PEMBILASAN III

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 135


DAFTAR PUSTAKA

i. Laundry and Dry Cleaning, Richard Sihite, S. Sos, Penerbit SIC Surabaya Cetakan 5,
2000.
ii. Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit, Depatermen Kesehatan RI Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik, 2004.
iii. Panduan CSSD Modern (Central Sterile Suplly Department), E. Taufik Hidayat, Penerbit
Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta, Cetakan 1, Maret 2003.
iv. Pelatihan Managemen Linen dan Laundry di Rumah Sakit, Pokja Kajian Pelayanan
Kesehatan, Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, 7 – 8 Oktober 1997
v. Treaning Marketing PT. Lestari Dini Tunggul Februari 2006.
vi. Pengenalan Lapangan Rumah Sakit Meilia Cibubur, Maret 2006.

Manajenen Laundry Linen Rumah Sakit 136

Anda mungkin juga menyukai