Anemia Aplastik
Anemia Aplastik
PENDAHULUAN
namun berpotensi mengancam jiwa. Penyakit ini ditandai oleh pansitopenia dan aplasia sumsum
tulang dan pertama kali dilaporkan tahun 1888 oleh Ehrlich pada seorang perempuan muda yang
meninggal tidak lama setelah menderita penyakit dengan gejala anemia berat, perdarahan, dan
Selain istilah anemia aplastik yang paling sering digunakan, masih ada istilah-istilah lain
seperti anemia hipoplastik, anemia refrakter, hipositemia progresif, anemia aregeneratif, aleukia
Anemia aplastik dapat diwariskan atau didapat. Perbedaan antara keduanya bukan pada
usia pasien. Melainkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium. Oleh karena itu, pasien
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Anemia aplastik adalah suatu penyakit pansitopenia dengan aplasia sumsum tulang, tidak
ada leukemia, sel-sel kanker atau abnormal cell di peredaran darah tepi atau di sumsum tulang.
Anemia aplastik juga merupakan suatu kegagalan penyakit karena kegagalan pembentukkan
B. Epidemiologi
Insiden terjadinya anemia aplastik didapat di Eropa dan Israel adalah dua kasus per 1 juta
populasi setiap tahunnya. Di Thailand dan Cina, angka kejadiannya yaitu lima hingga tujuh
orang per satu juta populasi. Pada umumnya, pria dan wanita memiliki frekuensi yang sama.
Distribusi umur biasanya biphasic, yang berarti puncak kejadiannya pada remaja dan puncak
C. Etiologi
Penyebab anemia aplastik dibagi dua, yaitu primer dan sekunder. Penyebab anemia
primer adalah congenital (Fanconi’s anemia) dan idiopatik acquired (67 %). Penyebab sekunder
adalah bahan kimiawi, narkoba, insektisida, ionizing radiasi, infeksi dan paroxysmal nocturnal
hemoglobin.
2
D. Manifestasi Klinik
Anemia aplastik dapat muncul dengan mendadak atau memiliki onset yang berkembang
dengan cepat. Perdarahan merupakan gejala awal yang paling sering terjadi; keluhan mudah
terjadi memar selama beberapa hari hingga minggu, gusi yang berdarah, mimisan, darah
masif jarang terjadi, namun perdarahan kecil pada sistem saraf pusat dapat berbahaya pada
intracranial dan menyebabkan perdarahan retina. Gejala anemia juga sering terjadi termasuk
mudah lelah, sesak napas, dan tinnitus pada telinga. Infeksi merupakan gejala awal yang jarang
terjadi pada anemia aplastik (tidak seperti pada agranulositosis, dimana faringitis, infeksi
anorektal, atau sepsis sering terjadi pada permulaan penyakit). Gejala yang khas dari anemia
aplastik adalah keterbatasan gejala pada sistem hematologis dan pasien sering merasa dan
sepertinya terlihat sehat walaupun terjadi penurunan drastis pada hitung darah. Keluhan sistemik
dan penurunan berat badan sebaiknya mengarahkan penyebab pasitopenia lainnya. Adanya
pemakaian obat sebelumnya, paparan zat kimia, dan penyakit infeksi virus sebelumnya mesti
E. Patofisiologi
Kegagalan sum-sum terjadi akibat kerusakan berat pada kompartemen sel hematopoetik.
Pada anemia aplastik, tergantinya sum-sum tulang dengan lemak dapat terlihat pada morfologi
spesimen biopsi dan MRI pada spinal. Sel yang membawa antigen CD34, marker dari sel
hematopoietik dini, semakin lemah, dan pada penelitian fungsional, sel bakal dan primitif
3
kebanyakan tidak ditemukan; pada pemeriksaan in vitro menjelaskan bahwa sel bakal berkurang
Suatu kerusakan intrinsik pada sel bakal terjadi pada anemia aplastik konstitusional: sel
dari pasien dengan anemia Fanconi mengalami kerusakan kromosom dan kematian pada paparan
terhadap beberapa agen kimia tertentu. Telomer kebanyakan pendek pada pasien anemia aplastik,
dan mutasi pada gen yang berperan dalam perbaikan telomere (TERC dan TERT ) dapat
diidentifikasi pada beberapa orang dewasa dengan anomaly akibat kegagalan sum-sum dan tanpa
anomali secara fisik atau dengan riwayat keluarga dengan penyakit yang serupa.
F. Pemeriksaan
1. Fisis
☺ Pembesaran organ
☺ Ikterus
☺ Resistensi kapiler
☺ Konjungtiva
☺ Nyeri tulang
4
2. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Apusan darah menunjukkan eritrosit yang besar dan kurangnya platelet dan granulosit.
Mean corpuscular volume (MCV) biasanya meningkat. Retikulosit tidak ditemukan atau kurang
dan jumlah limfosit dapat normal atau sedikit menurun. Keberadaan myeloid immature
menandakan leukemia atau MDS; sel darah merah yang bernukleus menandakan adanya fibrosis
sum-sum atau invasi tumor; platelet abnormal menunjukkan adanya kerusakan perifer atau MDS.
Sum-sum tulang biasanya mudah diaspirasi namun menjadi encer jika diapuskan dan
biopsi specimen lemak terlihat pucat pada pengambilan. Pada aplasia berat, apusan dari
specimen aspirat hanya menunjukkan sel darah merah, limfosit residual, dan sel strome; biopsi
(dimana sebaiknya berukuran >1 cm) sangat baik untuk menentukan selularitas dan kebanyakan
menunjukkan lemak jika dilihat dibawah mikroskop, dengan sel hematopoetik menempati <25%
sum-sum yang kosong, sedangkan “hot-spot” hematopoiesis dapat pula terlihat pada kasus yang
berat. Jika specimen pungsi krista iliaka tidak adekuat, sel dapat pula diaspirasi di sternum. Sel
eritropoiesis megaloblastik ringan; megakariosit selalu sangat berkurang dan biasanya tidak
ditemukan. Sebaiknya myeloblast dicari pada area sekitar spikula. Granuloma (pada specimen
5
G. Diagnosis
Diagnosis anemia aplastik biasanya dilakukan dengan cepat, berdasar dari kombinasi
pansitopenia dengan sum-sum tulang kosong dan berlemak. Anemia aplastik merupakan
penyakit dewasa muda dan sebaiknya menjadi diagnosis utama pada seorang remaja atau dewasa
yang mengalami pansitopenia. Jika yang terjadi adalah pansitopenia sekunder, diagnosis utama
biasanya ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis : pembesaran limpa seperti pada
sirosis alkoholik, riwayat metastasis kanker, atau sistemik lupus eritematosus, atau tuberculosis
Masalah diagnosis dapat timbul dengan gambaran penyakit yang atipikal dan merata.
Dimana pansitopenia sangat umum terjadi, beberapa pasien dengan hiposelularitas pada sum-
sum memiliki penurunan hanya pada satu atau dua dari tiga jenis sel darah, seringkali
memperlihatkan perkembangan menjadi anemia aplastik yang jelas. Sum-sum tulang pada
anemia aplastik sulit dibedakan secara morfologis dengan aspirat pada penyakit didapat.
Diagnosis dapat dipengaruhi oleh riwayat keluarga, hitung jenis darah yang abnormal, atau
keberadaan dari anomali fisik yang terkait. Anemia aplasia lebih sulit dibedakan dari variasi
hiposeluler dari MDS : MDS ditandai dengan penemuan abnormalitas morfologis, terutama
H. Penatalaksanaan
Anemia aplastik dapat disembuhkan dengan penggantian sel hematopoietik yang hilang
(dan sistem imun) dengan transplantasi stem cell, atau dapat diringankan dengan penekanan
sistem imun untuk mempercepat penyembuhan fungsi sum-sum tulang residual. Faktor
6
bermanfaat. Paparan obat atau zat kimia yang dicurigai sebaiknya dihentikan dan dihindari;
namun, penyembuhan spontan dari penurunan sel darah yang berat jarang terjadi, dan periode
menunggu sebelum memulai penanganan tidak dianjurkan kecuali hitung jenis darah hanya
sedikit menurun.
I. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi dari anemia aplastik ini adalah perdarahan dan
rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan karena kurangnya kadar trombosit dan kurangnya
kadar leukosit. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kadar leukosit dan trombosit ini menurun
Terapi anemia aplastik juga dapat menyebabkan komplikasi pada penderita anemia
aplastik ini. Komplikasi yang dimaksud adalah GVHD (Graft-Versus-Host-Disease). Hal ini
Maksudnya begini, transplantasi sumsum tulang merupakan salah satu terapi untuk
penderita Anemia Aplastik. Terapi ini dapat dilakukan jika si pasien masih muda dan HLA si
pendonor cocok dengan si penderita. HLA yang cocok biasanya jika berasal dari saudara
kandung atau orang tua si penderita. GVHD terjadi sebagai bukti bahwa terapi yang dilakukan
gagal.
J. Prognosis
Sifat alami dari perkembangan anemia aplastik adalah penurunan kesehatan dan
kematian. Persiapan sel darah merah dan kemudian transfusi sel darah putih serta antibiotik
7
spontan. Penentu utama prognosis adalah hitung darah, beratnya penyakit diindikasikan oleh dua
K. Pencegahan
Usaha pertama untuk mencegah anemia aplastik ini adalah menghindari paparan bahan
kimia berlebih sebab bahan kimia seperti benzena juga diduga dapat menyebabkan anemia
aplastik.
Kemudian hindari juga konsumsi obat-obat yang dapat memicu anemia aplastik.
Kalaupun memang harus mengonsumsi obat-obat yang demikian, sebisa mungkin jangan
Selain bahan kimia dan obat, ada baiknya pula untuk menjauhi radiasi seperti sinar X dan
radiasi lainnya.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. ANEMIA APALSTIK. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV
Jilid III. Hal 637-643. Jakarta : Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.