Dokumen - Tips - Struktur Dan Mekanisme Pencernaan Pada Manusia
Dokumen - Tips - Struktur Dan Mekanisme Pencernaan Pada Manusia
Abstrak
Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan, manusia memerlukan suatu mekanisme
untuk memperoleh energi. Manusia tidak seperti tumbuhan yang dapat menyerap
energi dari matahari dan membentuk molekul-molekul organik yang membantu
proses metabolisme dalam tumbuhan. Sehingga, manusia memerlukan pasokan bahan
penghasil energi dari luar, dengan cara memakan tumbuhan serta hewan yang
mengkonsumsi tumbuhan itu sendiri. Proses ini dinamakan proses pencernaan. Proses
pencernaan meliputi penyerapan bahan-bahan organik dari makanan untuk
metabolisme sel-sel dalam tubuh. Salah satu organ yang akan dibahas dalam sistem
pencernaan adalah Gaster. Gaster merupakan suatu organ yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan dan pencampuran bahan makanan yang kemudian akan diserap
oleh organ berikutnya dalam sistem, yaitu usus halus. Pada lambung juga dihasilkan
berbagai enzim yang berguna dalam sistem pencernaan.
Abstract
To be able to do a job, people need a mechanism for obtaining energy. Humans
do not like plants that can absorb energy from the sun and form organic molecules
that assist in the metabolic processes of plants. Thus, humans require a supply of
energy-producing materials from outside, by eating plants and animals that consume
the plant itself. This process is called digestion. The digestion process includes
absorption of organic materials from food to metabolism of the cells in the body. One
of the organs that will be discussed in the digestive system is Gaster. Gaster is an
organ that serves as a storage and mixing of food which will then be absorbed by the
next organ in the system, namely the small intestine. In the stomach also produced a
range of useful enzymes in the digestive system.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau
nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang dimakan ke dalam lingkungan internal
tubuh. Makanan yang dimakan penting sebagai sumber energi yang kemudian
digunakan oleh sel dalam menghasilkan ATP untuk menjalankan berbagai aktivitas
bergantung pada kebutuhan energi, misalnya untuk transport aktif, kontraksi otot-otot,
sintesis enzim-enzim, dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan untuk
perbaikan, pembaruan, dan penambahan jaringan tubuh.
Manusia tidak seperti tumbuhan yang dapat memperoleh energi dari cahaya matahari,
sehingga manusia harus memanfaatkan energi dalam bentuk lain dengan memakan
tumbuhan atau hewan yang memakan tumbuhan. Kemudian, manusia akan
menggunakan molekul-molekul organik (dalam makanan) dan O2 untuk
menghasilkan energi, dengan produk CO2 dan H2O. Tindakan makan tidak secara
otomatis menyebabkan molekul organik yang terdapat makanan tersedia bagi sel
untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar atau sebagai bahan pembangun. Mula-
mula makanan harus dicerna atau diuraikan menjadi molekul-molekul kecil untuk
dapat diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan
ke sel-sel. Dalam keadaan normal, sekitar 95% dari makanan yang masuk tersedia
untuk digunakan oleh tubuh. Sistem yang mengatur semua ini adalah Sistem
Pencernaan.
Bagian paling distal dari pars pyorica gaster adalah pylorus. Pylorus
terlihat pada permukaan gaster dengan adanya konstriksi pyloricus yang berisi
suatu cincin musculorum gaster yang menebal, sphincter pyloricum, yang
mengelilingi lubang distal gaster, ostium pyloricum. Ostium pyloricum berada
tepat disisi kanangaris tengah pada suatu bidang yang melewati tepi bawah
vertebra L1 (planum transpyoricum).3
B. Vaskularisasi Gaster
C. Pesarafan Gaster
Kelenjar Fundus
Tiap kelenjar fundus memanjang dari muskularis mukosa sampai dasar sumur
lambung dan terbagi menjadi tiga daerah, yaitu: istmus, leher, dan dasar.
Daerah dasar merupakan bagian terpanjang. Epitel silindris selapis yang
menyusun kelenjar fundus terdiri atas 6 sel, yaitu: (1) sel epitel permukaan, (2)
sel mukus leher, (3) sel regeneratif (sel punca), (4) sel parietal (oksintik), (5)
sel utama (zimogen), dan (6) sel sistem neuroendokrin difuse (diffuse
neuroendocrine system, DNES) yangjuga disebut juga dengan sel APUD atau
sel enteroendokrin.2
1. Sel mukus leher
Sel mukus leher bentuknya silindris atau kolumnar, mirip sel mukus
(epitel) permukaan, tetapi bentuknya sering terdistorsi karena terjepit
diantara sel-sel lain disekitarnya. Jadi, sel mukus leher mempunyai
mikrovili pendek, inti terletak di basal, dan aparat golgi kasar serta
mitokondria pada bagian basal. Sel mukus leher menghasilkan mukus
encer yang bercampur dan meumasi chyme, sehingga mengurangi gesekan
saat chyme lewat sepanjang saluran cerna, produk skretoris homogen yang
disintesis sifatnya encer dan berfungsi sebagai pelumas isi lambung.
2. Sel regeratif (punca)
Sel regeratif jumlahnya relatif sedikit dan tersebar diantara sel mukus
leher.sel ini bentuknya kolumnar dan hanya mengandung sedikit organel,
banyak mengandung ribosom. Intinya terletak di basal, heterokromatinnya
sedikit dan mengandung satu anak inti yang besar membran senya lateral
juga membentuk taut kedap dan lekat dengan sel sekitanya. Sel regeratif
berpoliferasi untuk menggantikan semua macam sel di lambung dan
permukaan luminal. Sel baru yang terbentuk kemuadian bermigrasi ke
lokasinya yang baru.
3. Sel parietal (Oksitik)
Sel parietal adalah sel besar yang bentuknya bulat samapai seperti piramid.
letaknya terutama di setengah bagian kelenjar fundus, dan hanya sedikit
yang terdapat didaersah dasar. Sel ini menghasilkan asam klorida (HCl)
dan faktor intrinsik lambung. Sel parietal mampunyai inti bulat yang
terletak di basal dan sitoplasma eosinofilik. Sel parietal kaya akan
mitokondria yang keseluruhan volumenyamencapai setengah dari
sitoplasma. Organel untuk sintesis protein, yaitu aparat golgi dan
retikulum endoplasma kasar dalam jumlah terbatas.
Jumlah mikrofili dan sistem tubulovesikular secara tidak langsung saling
berhubungan, dan bervariasi tergantung aktivitas mensekresi HCL oleh sel
parietal. Saat aktif memproduksi HCl, jumlah mikrofili dalam sistem
tubuler berkurang. Proses pembentukan mikrovili membutuhkan energi
dan melibatkan polinerasi aktin larut menjadi filamen. Cadangan membran
mempunyai H+, K+, -ATPase.
4. Sel utama (Zimogen)
Kebanyakan sel di dasar kelenjar fundus adalah sel utama. Sel tersebut
bentuknya kolumnar, sitoplasma basofilik, intinya terletak dibasal, dan
bagian apikalnya mengandung granula sekretorik yang berisi proenzim
pepsinogen, rennin, dan lipase lambung.
5. Sel DNES (APUD atau enteroendokrin)
Sekelompok sel kecil yang tersebar secara individual diantara sel epitel
lain pada mukosa lambung, secara kolektif yang dikenal dengan berbagai
nama:
Sel argentafin atau argirofilik, karena sel tersebut dengan
pewarnaan berwarna perak
Sel APUD, karena beberapa sel tersebut mampu mengambil
prekursor amin dan medekarbonisasikannya.
Sel DNES, karena sel tersebut merupakan anggota dari
sistem neuroendokrin difuse.
Sel enteroendokrine, karena sel tersebut menghasilakan
substansi mirip-hormon dan terdapat epite saluran cerna.
- Muskularis Mukosa lambung
Sel otot polos yang membentuk muskularis mukosa lambung tersusun
dalam tiga lapisan. Ketiga lapisan ini adalah lapisan sirkular dalam dan
longitudinal luar yang berkembang baik, serta lapisan ketiga yangterluar
dan tidak selalu ada.
Lambung adalah rongga berbentuk huruf J yang terletak diantara esophagus dan usus
halus. Organ ini terbagi 3 berdasarkan struktur dan fungsi anatominya.
Lambung mempunyai tiga fungsi utama :
- Fungsi terpenting lambung yaitu menyimpan makanan yang masuk sampai
makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai
untuk pencernaan dan penyerapan optimal
- Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCl) dan enzim yang
memulai pencernaan protein.
- Melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang tertelan dihaluskan
dan dicampuri dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran
cairan kental yang disebut dengan kimus.5
Fungsi HCl
Meskipun HCl tidak mencena apapun, namun zat ini melakukan fungsinya
dalam pencernaan :
1. Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif pepsin,
dan membentuk medium basa yang oprimal bagi pepsin
2. Membantu memecahkan jaringan ikat dan serat otot, mengurangi
ukuran partikel bermuatan besar menjadi lebih kecil
3. Menyebabkan denaturasi protein, yaitu mengurangi bentuk final yang
berupa gulungan sehingga peptida lebih terpajan oleh enzim
4. Bersama lisozim liur, mematikan sebagian besar mikroorganisme yang
tertelan bersama makanan.6
Enzim Pencernaan
Proses pencernaan adalah penguraian secara mekanik oleh gigi geligi dan
kimiawi oleh enzim-enzim yang di sekresi oleh kelenjar di dalam mulut, sel chief
di lambung, sel eksokrin di pankreas, dan enzim-enzim di membran brush broder
dan sel-sel mukosa sitoplasma di usus halus menjadi bentuk yang diasimilasi oleh
tubuh yaitu monosakarida, asam lemak, asam amino, vitamin, air dan mineral
Secara umum enzim memiliki sifat : bekerja pada substrat tertentu, memerlukan
suhu tertentu dan keasaman (pH) tertentu pula dan molekul enzim dapat rusak
pada suhu ekstrim.
Empedu
Komposisi empedu. Empedu adalah larutan berwarna kuning kehijauan
terdiri dari 97 % air, pigmen empedu dan garam-garam empedu.
1. Pigmen empedu terdiri dari biliverdin (hijau) dan bilirubin (kuning).
Pigmen ini merupakan hasil penguraian hemoglobin
o Pigmen utama adalah bilirubin yang memberikan warna kuning
pada urine dan feces
o Joundice atau kekuningan pada jaringan merupakan akibat dari
peningkatan bilirubin darah. Ini merupakan indikasi kerusakan hati.
o Garam empedu terbentuk dari asam empedu yang berikatan dengan
kolesterol dan asam amino.5
Kantung Empedu
Kantung Kecil, dapat menyimpan 15-60 ml empedu, disini empedu
mengalami proses pemekatan. Asam empedu primer di sintesis dalam
hati dari kolesterol melalui beberapa langka antara. Asam kolat adalah
asam empedu yang terbanyak dalam empedu. Asam kenodoksikolat
berasal dari kolesterol. Berfungsi untuk menyimpan cairan empedu
yang secara terus menerus disekresi oleh sel-sel hati sampai diperlukan
dalam duodenum, kandung empedu mengkonsentrsi cairan nya dengan
cara mengabsorbsi air dan elektrolit.5
Dinding dalam lambung dilindungi dari sekresi lambung oleh sawar mukosa lambung
Bagaimana lambung dapat menampung isinya yang mengandung asam kuat dan
banyak enzim proteolitik tanpa merusak dirinya sendiri? Seperti yang telah diketahui,
bahwa muus membentuk suatu lapisan pelindung. Selain itu sawar lain yang
melindungi mukosa dari kerusakan oleh asam adalah lapisan mukosa itu sendiri.
Pertama membran luminal sel mukosa lambung hampir tidak dapat ditembus oleh H+,
sehingga asam tidak dapat menembus ke dalam sel (masuk kembali) dan
menyebabkan kerusakan sel. Selain tepi-tepi lateral sel-sel tersebut saling bersatu
didekat batas luminal mereka melalu hubungan tautan erat (tight-junction) , sehingga
asam tidak dapat berdifusi diantara sel-sel dari lumen ke dalam submukosa di
bawahnya. Sifat mukosa lambung yang memungkinkan lambng menampung asam
tanpa ia sendiri mengalami kerusakan tersebut membentuk sawar mukosa lambung.
Mekanisme protektif ini diperkuat oleh kenyataan bahwa seluruh lapisan dalam
lambung diganti setiap tiga hari sekali. Karena pertukaran mukosa yang sangan cepat,
sel-sel biasanya telah diganti sebelum mereka aus karena terpajan ke lingkungan yang
sangat asam yang tidak bersahabat tersebut cukup lama untuk mengalami kerusakan.
Walaupun terdapat proteksi yang dibentuk oleh mukus, sawar mukosa lambung, dan
pertukaran sel yang sangat cepat, proteksi tersebut kadang-kadang rusak, sehingga
dinding lambung mengalami cedera akibat isinya yang asam dan enzimatik tersebut.
Apabila hal ini terjadi, timbul erosi atau ulkus pepticum dinding lambung (refluks
berlebihan isi lambung ke oesophagus dan penyaluran berlebihan isi lambung ke
duodenum juga dapat menimbulkan ulkus pepticum di daerah tersebut).5
Penyebab pasti ulkus, sampai beberapa saat yang lalu belum diketahui, tetapi
dalam suatu temuan baru yang mengejutkan, bakteri Helicobacter pylori diperkirakan
merupakan penyebab pada hampir 90% kasus ulkus pepticum. Infeksi oleh
mikroorganisme ini tampaknya memperlemah sawar mukosa lambung. Faktor-faktor
lain yang juga diketahui berperan menimbulkan ulkus, tersendiri atau bekerja sama
dengan infeksi tersebut. Beberapa zat kimia dapat merusak sawar mukosa lambung,
yang terpenting diantaranya adalah etil alcohol dan aspirin. Sawar ini sering
terganggu pada pasien yang mengalami penyakit yang parah, misalnya infeksi atau
cedera berat. Situasi penuh stres ini yang terus menerus sering berkaitan dnegan
pembentukan ulkus, mungkin karena stimulasi berlebihan sekresi lambung oleh
respons emosi yang berkaitan dengan stress.5
Apabila sawar mukosa lambung rusak (baik karena melemah atau rusak atau
dikalahkan oleh sekresi yang berlebihan), asam dan pepsin berdifusi ke dalam mukosa
dengan konsekuensi patofisiologi serius.
Asam memicu pengeluaran histamin, suatu stimulan asam yang kuat yang diproduksi
dan disimpan dalam jumlah besar di mukosa. Histamin yang dikeluarkan tersebut
merangsang sekresi lebih banyak asam, yang dapat berdifusi kembali ke dalam
mukosa yang kembali merangsang sekresi histamin lebih lanjut, begitu seterusnya.
Erosi mukosa, atau ulkus, terus membesar dibawah pengaruh asam dan pepsin yang
kadarnya meningkat. Dua konsekuensi paling serius adanya ulkus adalah (1)
perdarahan akibat kerusakan kapiler kapiler submukosa dan (2) perforasi dinding
lambung akibat erosi total menembus dinding yang disebabkan oleh kerja HCl dan
pepsin, sehingga isi lambung yang berbahaya tersebut dapat masuk ke dalam rongga
abdomen.5
Kesimpulan
Pada skenario yang dibahasa adalah nyeri pada ulu hati dan sering merasa mual,
hipotesisnya adalah Pasien mengalami luka pada lambung. Luka atau ulkus pada
lambung disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya adalah sekresi berlebihan dari
HCl. Ketika tubuh memberi respon saat kadar glukosa yang dibutuhkan dalam tubuh
berkurang, sehingga otak memberi sinyal ke lambung agar berkontraksi (memberi
peringatan kepada tubuh bahwa butuh asupan makanan – seperti merasa kosong,
lambung berbunyi). Kontraksi tersebut menimbulkan sekresi HCl pada mukosa
lambung untuk bersiap mencerna makanan yang akan datang. Namun, pada kasus ini
pasien jarang menkonsumsi makanan sehingga terjadi sekresi HCl yang tidak terpakai
untuk mencerna makanan yang akan datang. Karena banyaknya HCl yang
disekresikan ke dalam lumen lambung, maka dapat mengerosi permukaan mukosa
lambung. Perforasi ini menyebabkan luka atau ulkus pada mukosa lambung.
Daftar pustaka