Anda di halaman 1dari 17

Struktur dan Mekanisme Pencernaan pada Manusia

Mutiara Nur Adinda


102013298
Fakultas Kedokteran UKRIDA 2013
Alamat Korespondensi:
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
dinda_indigo@yahoo.com

Abstrak
Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan, manusia memerlukan suatu mekanisme
untuk memperoleh energi. Manusia tidak seperti tumbuhan yang dapat menyerap
energi dari matahari dan membentuk molekul-molekul organik yang membantu
proses metabolisme dalam tumbuhan. Sehingga, manusia memerlukan pasokan bahan
penghasil energi dari luar, dengan cara memakan tumbuhan serta hewan yang
mengkonsumsi tumbuhan itu sendiri. Proses ini dinamakan proses pencernaan. Proses
pencernaan meliputi penyerapan bahan-bahan organik dari makanan untuk
metabolisme sel-sel dalam tubuh. Salah satu organ yang akan dibahas dalam sistem
pencernaan adalah Gaster. Gaster merupakan suatu organ yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan dan pencampuran bahan makanan yang kemudian akan diserap
oleh organ berikutnya dalam sistem, yaitu usus halus. Pada lambung juga dihasilkan
berbagai enzim yang berguna dalam sistem pencernaan.

Kata Kunci : sistem pencernaan, gaster, enzim pencernaan.

Abstract
To be able to do a job, people need a mechanism for obtaining energy. Humans
do not like plants that can absorb energy from the sun and form organic molecules
that assist in the metabolic processes of plants. Thus, humans require a supply of
energy-producing materials from outside, by eating plants and animals that consume
the plant itself. This process is called digestion. The digestion process includes
absorption of organic materials from food to metabolism of the cells in the body. One
of the organs that will be discussed in the digestive system is Gaster. Gaster is an
organ that serves as a storage and mixing of food which will then be absorbed by the
next organ in the system, namely the small intestine. In the stomach also produced a
range of useful enzymes in the digestive system.

Keywords: digestive system, the stomach, the digestive enzymes.


Pendahuluan

Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau
nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang dimakan ke dalam lingkungan internal
tubuh. Makanan yang dimakan penting sebagai sumber energi yang kemudian
digunakan oleh sel dalam menghasilkan ATP untuk menjalankan berbagai aktivitas
bergantung pada kebutuhan energi, misalnya untuk transport aktif, kontraksi otot-otot,
sintesis enzim-enzim, dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan untuk
perbaikan, pembaruan, dan penambahan jaringan tubuh.
Manusia tidak seperti tumbuhan yang dapat memperoleh energi dari cahaya matahari,
sehingga manusia harus memanfaatkan energi dalam bentuk lain dengan memakan
tumbuhan atau hewan yang memakan tumbuhan. Kemudian, manusia akan
menggunakan molekul-molekul organik (dalam makanan) dan O2 untuk
menghasilkan energi, dengan produk CO2 dan H2O. Tindakan makan tidak secara
otomatis menyebabkan molekul organik yang terdapat makanan tersedia bagi sel
untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar atau sebagai bahan pembangun. Mula-
mula makanan harus dicerna atau diuraikan menjadi molekul-molekul kecil untuk
dapat diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan
ke sel-sel. Dalam keadaan normal, sekitar 95% dari makanan yang masuk tersedia
untuk digunakan oleh tubuh. Sistem yang mengatur semua ini adalah Sistem
Pencernaan.

Gambar no. 1 Sistem Pencernaan Manusia1

Struktur Organ Pencernaan


Rongga abdomen dibagi menjadi dua kompartemen yaitu supracolica dan
infracolica. Pada supracolica terdapat esophagus, lambung, duodenum, pancreas,
hepar, vesica fellea, dan lien. Sedang pada infracolica terdapat jejunum, ileum dan
colon.2

Stuktur Makroskopik dan Mikroskopik Lambung


A. Struktur Makroskopik Lambung

Lambung (Gaster) adaah bagian tractus gastrointestinalis memiiki bentuk


seperti huruf J. Terletak diantara esophagus pars abdominalis dan intestinum
tenue, gaster berada di regio epigastrium, umbilicais, dan hypochondriacum
sinistra abdomen.2,3
Lambung adalah bagian paling melebar pada saluran cerna. Pada keadaan
istirahat, rerata volume lambung orang dewasa adalah 50 mL. Akan tetapi,
lambung dapat menampung sekitar 1500mL (1,5 L) makanan dan cairan lambung
saat mengambang maksimal. Saat lambung mengambang, tekanan
intraluminalnya realatif tetap konstan karena hormon ghrelin,yang tidak hanya
menyebabkan rasa lapar melainkan menyebabkan relaksasi reeptif serat otot polos
muskularis eksterna.2

Gaster dibagi menjadi 4 regio :


- Pars cardiaca yang mengeiingi lubang esophagus kedaam gaster. Daerah
ini sempit pada batas gartroesophageallebarnya 2-3 cm
- Fundus gastricus yang merupakan area diatas ostium cardiacum. daerah
berbentuk kubah di kiri esophagus, dan sering berisi gas
- Corpus gastricum,yang merupakan daerah teruas gaster. bagian terbesar,
yang bertugas untuk membentuk adonan
- Pars pyorica, yang terbagi menjadi antrum. bagian yang mengkerut,
berbentuk corong, dan dilengkapi sfringter pilorik yang tebal untuk
mengontrol pengeluaran chyme secara bertahapke duodenum.
- Pyoricum dan canais pyoricus dan merupakan ujung dista gaster.2,3

Bagian paling distal dari pars pyorica gaster adalah pylorus. Pylorus
terlihat pada permukaan gaster dengan adanya konstriksi pyloricus yang berisi
suatu cincin musculorum gaster yang menebal, sphincter pyloricum, yang
mengelilingi lubang distal gaster, ostium pyloricum. Ostium pyloricum berada
tepat disisi kanangaris tengah pada suatu bidang yang melewati tepi bawah
vertebra L1 (planum transpyoricum).3

Ciri-ciri dari gaster meliputi :


- Curvatura gastrica/ventriculi major, yang merupakan suatu tempat
perlekatan ligamentum gastrosplenicum/gastroienale dan omentum majus.
- Curvatura gastrica/ventricui minor, yang merupakan suatu tempat
perlekatan untuk omentum minus.
- Incisura cardiaca yang membentuk sudut superior saat esophagus
memasuki gaster
- Incisura angularis, merupakan takik pada curvatura gastrica/ventriculi
minor.2,3

Mempunyai dua dinding:


- Pars anterior
- Pars posterior.3

B. Vaskularisasi Gaster

Peredaraan organ-organ pencernaan, di pasok oleh cabang-cabang dari


aorta abdominalis. Aorta abdominalis berasal dari dan atau merupakan
kelanjutan dari aorta thoracalis, yang berjalan turun, sampai retroperitoneum
menjadi aa. Illiaca communis sinistra dan dextra, yang terletak di sebelah kiri
dari garis tengah setinggi L4. Cabang-cabang dari aorta abdominalis ada 3,
yaitu truncus coeliaca. Cabang yang kedua A. Mesentrica superior. Cabang
yang ketiga,a. Mesentrica inferior, memperdarahi organ pencernaan bawah.
Cabang yang pertama yaitu truncus coeliacus setinggi vertebra Th12-
L1 memiliki tiga cabang, yaitu A. Gastrica sinistra (berjalan ke atas
memperdarahi oesophagus dan kurvatura minor; A. Lienalis (kearah posterior
memperdarahi lien); dan A. Hepatica communis.
Lambung mendapat darah secara eksklusif dari cabang-cabang axis coeliaca.
Vaskularisasi gaster oleh A. Gastrica sinistra et dextra (untuk kurvatura
minor), A. Gastroepiploica dextra et sinistra (kurvatura mayor) dan A.
Gastrica brevis (didaerah fundus gaster).3

Suplai arterial gaster meliputi:


- Arteria gastrica sinistra dari trincus coeliacus
- Arteria gastrica dextra dan arteria hepatica propia
- Arteria gastro-omentalis (epiploica)dextra dari arteria gastro-duodenalis
- Arteria gastro-omentalis (epiploica) sinistra dari arteria splenica (lienalis)
- Arteria gastrica posterior dari arteria splenica (lienais).2

C. Pesarafan Gaster

Persarafan pada lambung umumnya bersifat otonom. Suplai saraf


parasimpatis untuk lambung di hantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf
vagus. Truncus vagus mencabangkan ramus gastric, piorik, hepatic, dan
seliakum. Serabut-serabut aferen simpatis menghambat pergerakan dan
sekresi lambung. Plexus aurbach dan submukosa (meissner) membentuk
intrinsic dinding lambung dan mengkoordinasi aktivitas motorik dan sekresi
mukosa lambung.
Truncus vagal anterior dan posterior, berjalan kebawah sepanjang
kurvatura minor, sebagai saraf anterior dan posterior dimana mempersarafi
lambung sebagai saraf parasimpatis. Sedangkan saraf simpatisanya, terdiridari
serabut preganglionic yaitu N. Splanichus thoracalis. Serta serabut post
ganglionic yaitu ganglion plexus celiacus (daerah lumbal 1).3

D. Struktur Mikroskopik Gaster


1) Mukosa
Mukosa lambung terdiri dari tiga lapisan, yaitu : (1) epitel yang
berbatasan dengan umen; (2) jaringan ikat di bawah epitel yang disebut
dengan lamina propia; dan (3) lapisan muskularis mukosa yang terdiri dari
serat otot polos.2,4
- Epitel Lambung
Lumen fundus lambung berbatasan dengan epitel silindris selapis yang
terdiri atas sel epitel permukaan, yang menghasilkan lapisan mukus yang
kental. Selain itu juga terdapat ion bicarbonat yang terperangkap di dalam
mukus sehingga dapat mempertahankan membran dalam keadaan netral.
Sel epitel permukaan akan meanjutkan diri kebawah dan melapisi sumur
lambung. Sel regeratif terdapat pada dasar sumur lambung tetapi
jumlahnya lebih banyak di daerah leher kelenjar lambung.
- Lamina propia
Lamina propia terdiri dari jaringan ikat longgar yang sangat vaskular.
Jaringan ini mengandung banyak sel plasma, limfosit, sel mast, dan
fibroblas, serta banyak terdapat banyak otot polos. Sebagian besar di
penuhi oleh banyak kelenjar fundus.4

Kelenjar Fundus
Tiap kelenjar fundus memanjang dari muskularis mukosa sampai dasar sumur
lambung dan terbagi menjadi tiga daerah, yaitu: istmus, leher, dan dasar.
Daerah dasar merupakan bagian terpanjang. Epitel silindris selapis yang
menyusun kelenjar fundus terdiri atas 6 sel, yaitu: (1) sel epitel permukaan, (2)
sel mukus leher, (3) sel regeneratif (sel punca), (4) sel parietal (oksintik), (5)
sel utama (zimogen), dan (6) sel sistem neuroendokrin difuse (diffuse
neuroendocrine system, DNES) yangjuga disebut juga dengan sel APUD atau
sel enteroendokrin.2
1. Sel mukus leher
Sel mukus leher bentuknya silindris atau kolumnar, mirip sel mukus
(epitel) permukaan, tetapi bentuknya sering terdistorsi karena terjepit
diantara sel-sel lain disekitarnya. Jadi, sel mukus leher mempunyai
mikrovili pendek, inti terletak di basal, dan aparat golgi kasar serta
mitokondria pada bagian basal. Sel mukus leher menghasilkan mukus
encer yang bercampur dan meumasi chyme, sehingga mengurangi gesekan
saat chyme lewat sepanjang saluran cerna, produk skretoris homogen yang
disintesis sifatnya encer dan berfungsi sebagai pelumas isi lambung.
2. Sel regeratif (punca)
Sel regeratif jumlahnya relatif sedikit dan tersebar diantara sel mukus
leher.sel ini bentuknya kolumnar dan hanya mengandung sedikit organel,
banyak mengandung ribosom. Intinya terletak di basal, heterokromatinnya
sedikit dan mengandung satu anak inti yang besar membran senya lateral
juga membentuk taut kedap dan lekat dengan sel sekitanya. Sel regeratif
berpoliferasi untuk menggantikan semua macam sel di lambung dan
permukaan luminal. Sel baru yang terbentuk kemuadian bermigrasi ke
lokasinya yang baru.
3. Sel parietal (Oksitik)
Sel parietal adalah sel besar yang bentuknya bulat samapai seperti piramid.
letaknya terutama di setengah bagian kelenjar fundus, dan hanya sedikit
yang terdapat didaersah dasar. Sel ini menghasilkan asam klorida (HCl)
dan faktor intrinsik lambung. Sel parietal mampunyai inti bulat yang
terletak di basal dan sitoplasma eosinofilik. Sel parietal kaya akan
mitokondria yang keseluruhan volumenyamencapai setengah dari
sitoplasma. Organel untuk sintesis protein, yaitu aparat golgi dan
retikulum endoplasma kasar dalam jumlah terbatas.
Jumlah mikrofili dan sistem tubulovesikular secara tidak langsung saling
berhubungan, dan bervariasi tergantung aktivitas mensekresi HCL oleh sel
parietal. Saat aktif memproduksi HCl, jumlah mikrofili dalam sistem
tubuler berkurang. Proses pembentukan mikrovili membutuhkan energi
dan melibatkan polinerasi aktin larut menjadi filamen. Cadangan membran
mempunyai H+, K+, -ATPase.
4. Sel utama (Zimogen)
Kebanyakan sel di dasar kelenjar fundus adalah sel utama. Sel tersebut
bentuknya kolumnar, sitoplasma basofilik, intinya terletak dibasal, dan
bagian apikalnya mengandung granula sekretorik yang berisi proenzim
pepsinogen, rennin, dan lipase lambung.
5. Sel DNES (APUD atau enteroendokrin)
Sekelompok sel kecil yang tersebar secara individual diantara sel epitel
lain pada mukosa lambung, secara kolektif yang dikenal dengan berbagai
nama:
 Sel argentafin atau argirofilik, karena sel tersebut dengan
pewarnaan berwarna perak
 Sel APUD, karena beberapa sel tersebut mampu mengambil
prekursor amin dan medekarbonisasikannya.
 Sel DNES, karena sel tersebut merupakan anggota dari
sistem neuroendokrin difuse.
 Sel enteroendokrine, karena sel tersebut menghasilakan
substansi mirip-hormon dan terdapat epite saluran cerna.
- Muskularis Mukosa lambung
Sel otot polos yang membentuk muskularis mukosa lambung tersusun
dalam tiga lapisan. Ketiga lapisan ini adalah lapisan sirkular dalam dan
longitudinal luar yang berkembang baik, serta lapisan ketiga yangterluar
dan tidak selalu ada.

- Perbedaan mukosa bagian kardia, fundus dan pilorus


Mukosa kardia berbeda dengan mukosa fundud lambung dalam hal sumur
kelenjar lambungnya yang lebih dalam dan bagian kelenjar yang sangat
bergelung. Populasi kelenjar kardia terutama terdiri dari sel epitel
permukaan, beberapa sel mukus leher dan sedikit sel DNES dan sel
parieta, dan tidak ada sel utama.
Kelenjar pilorus mengandung jenis sel yang serupa dengan kelenjar kardia,
tetapi sel terbanyak adalah sel mukus leher. Selain itu juga, sel mukus
lehernya menghasilakan lizosim, suatu enzim bakterialsida. Kelenjar
pilorus sangat berlegung dan cebderung bercabang. Selain itu sumur
lambungnya sangat dalam, lebih dalam dibandingkan dengan kardia dan
fundus. Sumur lambing ini masuk kedalam dan mencapai lamina propia.
2) Submukosa
Jaringan ikat padat kolagen yang susunannya tidak beraturan dan kaya
akan jalinan vaskular dan limfatik yang mensuplasi dan menerima darah
dari pembuluh lamina propia populasi sel submukosa serupa yang terdapat
pada jaringan ikat sejati. Pleksus submukosa terletak dekat dengan tunika
muskularis eksterna.
3) Muskularis Eksterna
Sel otot polos muskularis eksterna lambung terdiri atas tiga lapisan.
Lapisan terdalam yang obique (tidak tampak jelas) dan lapisan tengah
yang sirkular (tampak jelas, sangat jelas pada pilorus lambung karena
membentuk sfingter pilorus). Lapisan luar yang logitudinal tampak jelas
pada kardia dan korpus lambung, tetapi kurang berkembang pada pilorus.
Lapisan pleksus mienterikus terdapat diatara lapisan tengah yang sirkular
dan lapisan luar yang logitudinal.
Seluruh lambung dilapisi oleh serosa yang terdiri atas jaringan ikat
longgar subserosa yang tipis dan diliputi oleh sel gepeng selapis yang
tampak basah dan licin dibagian luarnya. Serosa ini menyediahkan lapisan
yang bebas gesekan selama gerakan mengocok oleh lambung. 2,3,4

I. Mekanisme Kerja Lambung

Lambung adalah rongga berbentuk huruf J yang terletak diantara esophagus dan usus
halus. Organ ini terbagi 3 berdasarkan struktur dan fungsi anatominya.
Lambung mempunyai tiga fungsi utama :
- Fungsi terpenting lambung yaitu menyimpan makanan yang masuk sampai
makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai
untuk pencernaan dan penyerapan optimal
- Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCl) dan enzim yang
memulai pencernaan protein.
- Melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang tertelan dihaluskan
dan dicampuri dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran
cairan kental yang disebut dengan kimus.5

Proses pencernaan di lambung melalui empat tahapan pencernaan yaitu motilitas,


sekresi, pencernaan dan penyerapan. Di mulai dari motilitas, lambung melewati empat
aspek, yaitu : (1) pengisian, (2) penyimpanan, (3) pencampuran, dan (4)
Pengosongan.5

1. Pengisian lambung melibatkan relaksasi reseptif


Volume lambung saat kosong yaitu sekitar 50 ml dan dapat bertambah hingga
1000 ml, dalam hal ini lambung dapat menampung peningkatan 20 kali lipat
dari keadaan sebelumnya. volume lambung maksimal yaitu 1500 ml. Bagian
inferior lambung mengandung lipatan-lipantan yang akan lebih kecil dan
nyaris mendatar sewaktu lambung relaksasi. Refleks lambung sewaktu
menerima makanan ini disebut refleks reseptif, relaksasi ini meningkatkan
kemampuan lambung menampung tambahan volume dengan hanya
menyebabkan sedikit peningkatan tekanan lambung. Namun apabila
penigkatannya berlebihan akan menimbulkan sedikit ketidaknyamanan dan
relaksasi reseptif ini di perantarai oleh saraf vagus.
2. Makanan di simpan dalam korpus lambung
Sekelompok sel pemacu yang terletak di regio fundus bagian atas lambung
menghasilkan potensial delombang lambat yang menyapu kebawah sepanjang
lambung menuju sfingter. Pilorus dengan frekuensi tiga kali permenit. Pola
ritmik depolarisasi spontan ini-irama listrik dasar atau BER (basic electrical
rythm) lambung yang terjadi terus menerus disertai dengankontraksi lapisan
otot polos sirkular. Ekstensibilitas lapisan mempengaruhi tercetusya potensial
aksi. Potensial aksi akan menyebar melalui fundus dan korpus ke antrum dan
sfingter pilorus. Karena lapisan otot di fundus tipis maka kontraksi melemah.
Ketika mencapai antrum kontaksi akan menjadi jauh lebih kuat diakibatkan
tebalnya otot pada derah pilorus. Sehingga pada daerah fundus relatif tidak
ada kegiatan mencapur dan daerah ini biasanya menjadi tempat penyimpanan
gas; dan secara bertahap di salurkan dari korpus ke atrum tempat
berlangsungnya pencampuran.
3. Pencamuran makanan berlangsung di antrum
Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi
lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik yang
tercetus menyebabkan antrum mendorong kimus menuju ke sfingter pilorus.
Kontraksi tonik sfingter pilorus umumnya menyebabkan sfingter tertutup.
Ketika sfingter pilorus berkontraksi, pada posisi ini terdapat lubang yang
memungkinkan cairan atau air untuk melewatinya, namun tidak untuk kimus
yang kental. Selanjutnya apabila terjadi relaksasi sfingter sekitar 30ml kimus
yang tertampung di antrum pilorus dapat di keluarkan menuju duodenum.
Sebelum banyak kimus yang keluar, gelombang peristaltik mencapai sfingter
pilorus dan menyebabkan sfingter ini berkontraksi lebih kuat, menutup pintu
keluar dan mencegah arah baliknya kimus dari duodenum. Massa kimus
antrum yang sedang terdorong maju mendadak tertahan oleh sfingter yang
menutup dan memantul balik kearah antrum, sehingga gerakan ini di sebut
retropulsi atau gerakan yang mencampur rata kimus.
4. Pengosongan lambung umumya di kontrol oleh deudenum
Gelombang peristaltik yang tercetus pada sfingter pilorus dipengaruhi oleh
berbagai sinyal dari gaster (lambung) dan duodenum. Faktor-faktor ini
mempengaruhi ekstensibilitas, dimana semakin sering BER menghasilkan
potensial aksi maka semakin besar tingkat aktivitas peristaltik di antrum dan
semakin cepat pengosongan.
- Faktor di lambung yang mempengaruhi laju pengosongan lambung
Faktor utama di lambung yang mempengaruhi kekuatan kontaksi adalah
jumlah kimus d lambung. Peregangan di lambung melalui efek langsung
peregangan otot polos memicu peningkatan morilitas lambung melalui
keterlibatan pleksus intrinsik, saraf vagus, dan hormon gastrin. Selain itu,
derajat flutiditas kimus lambung mempengaruhi engosongan lambung, isi
lambung harus di ubah menjadi bentuk cair kental merata sebelum di
salurkan ke duodenum.5,6

Sekresi Getah Pencernaan Lambung

Lambung mensekresikan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel


mengeluarkan getah lambung berada di lapisan dalam lambung, mukosa
lambung dibagi menjadi dua daerah berbeda: (1) mukosa oksitik, yang
melapisi korpus fundus; dan (2) daerha kelejar pilorus yang melapisi antrum.
Permukaan laminal lambung berisi lubang-lubang kecil yang di sebut foveola
dan kantung-katung dalam yang terbentuk akibat lipatan mukosa lambung.
Bagian pertama dari invaginasi di sebut foveola gastrica, dan dasarnya terletak
di kelenjar lambung dan lipasi oleh sebagian endokrin dan parankin. Didnding
foveola gastrica dan kelenjar mukosa oksitin di temukan tiga jenis sel eksokrin
lambung.6

- Mekanisme Pembentukan HCl


Sel parietal secara aktif mensekresi HCL ke dalam lumen faveola gastrica,
yang selanjutnya menyalurkannya le dalam lumen lambung. Akibat dari
sekresi ini, pH lumen turun hingga terendah yaitu 2. Ioan H+ dan ion Cl-
secara aktif di pindahkan oleh pompa berbeda di antara plasma dan sel
parieta. Ion H+ sangat aktif di pompa melawan gradien konsentrasi yang
sangat tinggi, di lumen mencapai 3 juta kali konsentrasi dibandingka yang
ada di plasma. Klorida di sekresikan melalui transport aktif sekunder
melawan gradien konsentrasi yang jauh lebih kecil.
H+ yang di sekresikan tidak dipindahkan dari plasma tetapi berasal dari
proses metabolik di dalam sel parietal. Secara spesifik, H+ yang akan
disekresikan berasal dari penguraian H2O menjadi H+ dan OH- di dalam
sel parietal. H+ di sekresikan kedalam lumen oleh H+ K+ dan –ATPase di
membran luminal sel parietal.
Sementara itu OH- yang dihasilkan oleh menguraian H2O di netralkan
dengan berikatan dengan H+ baru yang dihasilkan dari asam karbonat
(H2CO3). Sel parietal mengandung banyak enzim carbonic anhidrase (ca).
Dengan keberadaannya dapat dibentuknya asam karbonat dan mengalami
penguraian parsial menjadi H+ dan HCO3-. HCO3- ini kemuadian di
pindahkan ke plasma dengan penukaran ion Cl-. Penukaran ini
memindahkan ion Cl- ke dalam sel parietal melalui transport aktif
sekunder. Penukaran ini menyebabkan konsentrasi Cl- di sel parietal
meningkat sehingga membentuk gradien konsentrasi antara sel parietal dan
lumen, sehingga Cl- di pompakan menuju lumen lambung.5,6

Fungsi HCl
Meskipun HCl tidak mencena apapun, namun zat ini melakukan fungsinya
dalam pencernaan :
1. Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif pepsin,
dan membentuk medium basa yang oprimal bagi pepsin
2. Membantu memecahkan jaringan ikat dan serat otot, mengurangi
ukuran partikel bermuatan besar menjadi lebih kecil
3. Menyebabkan denaturasi protein, yaitu mengurangi bentuk final yang
berupa gulungan sehingga peptida lebih terpajan oleh enzim
4. Bersama lisozim liur, mematikan sebagian besar mikroorganisme yang
tertelan bersama makanan.6

Pepsinogen, setelah di aktifkan memulai pencernaan protein


Konstituen pencernaan utama sekresi lambung adalah pepsinogen, suatu
molekul inaktif yang di produksi oleh chief cell (granula zimogen). Dari
granula ini di bebaskan secara eksotitosis sesuai dengan yang diperlukan.
Ketika pepsinogen di skresikan kedalam lambung, HCl memutuskan
sepotong kecil molekul, mengubahnya menjadi bentuk aktif, pepsin.
Setelah terbentuk pepsin akan bekerja pada molekul pepsinogen lainnya
untuk menghasilakan banyak pepsin (proses otokatalisis).
Pepsin memulai pencernaan dengan memutuskan ikatan-ikatan asam
amino tertentu untuk menghasilakan fragmen-fragmen peptida; enzim ini
berkerja pada lingkungan sama yang hasilkan oleh HCl. Karena dapat
mencerna protein maka pepsin harus disimpan dan disekresikan dalam
bentuk inaktif sehingga tidak mencerna protein seldi tempatnya terbentuk.
Mukus bersifat protektif.
Permukaan mukosa lambung di tutupi oleh suatu lapisan yang berasal dari
sel epitel permukaan dan mukus. Mukus ini berfungsi sebagai sawar
protektif terhadap beberapa bentuk cedera yang dapat mengenai mukosa
lambung.
 Berkat sifat pelumasnya, mukus melindungi mukosa
lambung dari cedera mekanis
 Mukus membantu mencegah dinding lambung mencerna
dirinya sendiri, karena pepsin terhambat apabila berkontak
dengan lapisan mukus.
 Karena sifat basa mukus membantu melindungi lambung
dari cedera asam karena menetralkan HCl di dekat lapisan
dalam lambung, tetapi tidak menggangu fungsi HCL di
lumen.5,6

Faktor intrinsik penting untuk penyerapan vitamin B12.


Faktor intrinsik, produk sekretori lain sel parietal selain HCl, penting dalam
penyerapan vitamin B12. Vitamin ini hanya dapat diserap apabila berikatan
dengan faktor intrinsik. Pengikatan faktor intrinsik-vitamin B12 dengan
reseptor khusus yang hanya terdapat pada ileum terminal, bagian terakhir usus
halus dan memicu endositosis kompleks ini di lokasi tersebut. Vitamin B12
berfungsi dalam pembentukan normal sel darah merah.
Kontrol sekresi lambung melibatkan tiga fase :
1. Fase sefalik
Fase sefalik sekresi lambung merujuk kepada peningkatan sekresi HCl dan
pepsinogen yang terjadi melalui mekanisme umpan sebagai respon
terhadap rangsangan yang berkerja di kepala. Memikirkan, mencicipi,
mencium, mengunyah, dan menelan meningkatkan sekresi lambung.
2. Fase lambung
Fase lambung sekresi lambung berawal ketika makanan benar-benar
mencapai lambung. Rangsangan yang benar-benar bekerja dilambung
yaitu protein, khususnya potongan peptida; peregangan : kafein; dan
alkohol meningkatkan sekresi lambung melalui jalur-jalur eferen tumpang
tindih.
3. Fase usus
Fase usus sekresi lambung mencangkup faktor-faktor yang berasal dari
usus halus yang memperngaruhi sekresi lambung. Sementara fase lain
bersifat eksitatorik, fase ini bersifat inhibitorik. Fase usus penting dalam
menghentikan aliran getah lambung sewaktu kimus mulai mengalir
kedalam usus halus.5,6

Enzim Pencernaan

Proses pencernaan adalah penguraian secara mekanik oleh gigi geligi dan
kimiawi oleh enzim-enzim yang di sekresi oleh kelenjar di dalam mulut, sel chief
di lambung, sel eksokrin di pankreas, dan enzim-enzim di membran brush broder
dan sel-sel mukosa sitoplasma di usus halus menjadi bentuk yang diasimilasi oleh
tubuh yaitu monosakarida, asam lemak, asam amino, vitamin, air dan mineral
Secara umum enzim memiliki sifat : bekerja pada substrat tertentu, memerlukan
suhu tertentu dan keasaman (pH) tertentu pula dan molekul enzim dapat rusak
pada suhu ekstrim.

Macam-macam enzim pencernaan :


Proses pencernaan di dalam mulut.
Rongga mulut mengandung saliva yang di sekresi oleh 2 pasang kelenjar saliva :
kelenjar parotis, kelenjar submandibula, dan kelenjar sublingualis. Saliva terdiri
kira-kira 95,5% air dan 0,5% : Protein (terdiri dari amilase, mukus, dan lizosim)
dan elektrolit dengan pHnya yaitu 6,8. Amilase pada air liur dapat membuat pati
dan glikogen di hidrolisis menjadi maltosa dan oligosakarida lain dengan
menyerang ikatan glikosidik. Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH 4
atau kurang, sehingga kerja pencernaan makanan di mulut akan terhenti ketika
telah memasuku lambung.
Fungsi lain dari saliva yaitu :
- Mempermudah proses penelanan
- Memiliki anti bakteri
- Sebagai pelarut molekul yang merangsang papila lidah
- Membantu bicara
- Untuk ekskresi obat-obatan
- Mencegah karies gigi.5
Proses pencernaan di lambung
Dalam mukosa dinding lambung di temukan 2 jenis kelenjar ekskresi : yaitu
sekresi dari cheif sel dan sel parietal, yang mengeluarkan sekretnya ke dalam
lambung. Sekret lambung (getah lambung) merupakan cairan bening berwarna
kuning yang mengandung HCl 0.2%-0.5% dengan pH sekitar 1.0 serta 97%-99%
terdiri dari air. Sisanya terdiri dari musin, garam anorganik dan enzim pencernaan
: pepsin, renin dan lipase.
Faktor-faktor yang merangsang sekresi lambung adalah mekanisme refleks dan
saraf, hormonal : ACh dan histamin.
- Proses pembentukan HCl oleh sel parietal
Proses pembentukan asam HCl ini diawali oleh reaksi pembentukan asam
karbonat dari CO2 dan H2O dengan enzim karbonatanhidrase. H2CO3 yang
terbentuk dalam sel parietal melepaskan ion H+ keluar (produksi proton
memainkan peran khusus). Gradien H+ ini di pertahankan oleh H+, K+, -
ATPase yang menggunakan energi ATP untuk memompa ion H keluar
dari sel mukosa (ion H melawan gradien konsentrasi) ke lambung di sertai
dengan pemasukan ion K+ ke dalam sel (antiport elektronetral) dan
selanjutnya ion K+ di pompa kembali ke lambung bersama dengan ion Cl-.
Namun sebelumnya keberadaan ion Cl- di sel parietal di sebabkan oleh
adanya pertukaran ion HCO3 mengalami perpindahan menggantikan ion
Cl- dalam plasma. Ion Cl- dikeluarkan dari dalam sel parietal dan dengan
adanya ion H + maka terbentuk asam HCl dalam lambung. Adanya asam
HCl ini menyebabkan cairan dalam lambung bersifat asam dengan pH
antara 1,0 dan 2,0.6

Asam HCl berfungsi sebagai :


1. Membuat pH yang baik untuk proses pemecahan molekul protein oleh
enzim pepsindengan cara hidrolisis.
2. Merupakan kerja pendahuluan terhadap protein sebelum dipecah oleh
pepsin, yaitu berupa denaturasi dan hidrolisis.
3. Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.
4. Mempermudah penyerapan Fe.
5. Sedikit menghidrolisis suatu disakarida.
6. Merangsang pengeluaran sekretin, suatu hormone yang terdapat dalam
usus 12 jari (duodenum). Mencegah terjadinya fermentasi dalam
lambung oleh mikroorganisme.6
- Peran Pepsin
Produksi getah lambung lainnya yaitu adalah pepsin, enzim yang memulai
hidrolisis protein. Pepsin memecah ikatan peptide yang berdekatan dengan
asam amino tertentu, sehingga memotong-motong protein menjadi
polipeptida yang lebih kecil. Pepsin merupakan salah satu di antara sedikit
enzim yang bekerja paling baik dalam lingkunganyang sangat asam.
Sesungguhnya pH getah lambung yang rendah mendenaturasi protein
dalam makanan, yang meningkatkan pemaparan ikatan peptidanya ke
pepsin. Sel-sel terspesialisasi yang berlokasi di ceruk-ceruk lambung
mensintesis dan mensekresikan pepsin dalam bentuk inaktif yang disebut
pepsinogen. Pepsinogen memiliki bobot molekul 42.500, sedangkan bobot
molekul pepsin (aktif) 34.500, itu artinya pada proses pengaktifan
enzimada sebagian molekul pepsinogen yang lepas, bagian yang lepas
itulah yang semula menutupi bagian aktif enzim. Dengan terbentuknya
bagian aktif enzim maka terjadilah kontak antara enzim -substrat, yang
selanjutnya akan membentuk hasil reaksi. Pemecahan molekul pepsin ini
terjadi pada ikatan.
o Glutamil -/- tirosil
o Glutamil -/- fenil alanil
o Sisteinil -/- tirosil
Selain itu juga pepsin bersifat autokatalisis yaitu pepsin yang di aktifkan
dari pepsinogen dapat mengaktifkan bentuk enzim inaktif lainnya supaya
dapat membentuk pepsin lainnya.
Pepsin juga dapat menggumpalkan susu, kasein dalam susu diubah
menjadi parakasein oleh ion Ca++ baru kemudian terjadi pemecahan
- Peran Lipase
Enzim ini merupakan katalis pada proses pemecahan lipid. Walaupun di
hasilkan oleh lambung, tetapi lipase tidak dapat bekerja pada pH asam
lambung, lipase bekerja optimal pada pH antara 5.5- 7,5. Akan tetapi ia
masih bisa terus bekerja melangsungkan reaksi hidrolisis terhadap molekul
triasil gliserolatau trigliserida yang mengandung asam lemak pendek atau
sedang.
- Peran Renin
Renin berasal dari prorenin (zimogen) dalam suasana asam diubah menjadi
rennin.Rennin hanya terdapat pada lambung bayi. Penting karena dapat
mengubah kasein dalamsusu menjadi parakasein (dengan bantuan ion
Ca++). Dengan perubahan ini maka protein susuyang sudah ada dalam
lambung bayi tidak akan keluar terlalu cepat dan parakasein
dapatdihirolisis lebih lanjut dan digunakan sebagai makanan oleh bayi.
Penting karena dapat mengubah kasein dalam susu menjad parakasein
(dengan bantuan ion Ca+). Dengan perubahan ini maka protein susu yang
sudah ada dalam lambung bayi tidak akan keluar terlalu cepat dan
paraksein dapat dihidrolisis lebih lanjut dan digunakan sebagai makanan
oleh bayi.6,7

Proses Pencernaan di Usus Halus


Proses perencanaan atau kimus dimasukan secara terputus-putus melalui
sfingter pilorus ke dalam duodenum selama proses pencernaan. Kandungan
sekret pankreas dan billiaris yang alkalis menetralkan kimus yang asam dan
mengubah nilai pH tersebut, di perlukan bagi kerja enzim yang terdapat di
dalam getah pankreas dan usus tetapi menghambat kerja pepsin lebih lanjut.5
Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin.
Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asinus dan mengalirkannya
melalui berbagai saluran dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus
akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter odii, dimana keduannya
akan masuk ke dalam duodenum. Enzim yang di lepas oleh pankreas akan
mencerna lemak, protein dan karbonhidrat. 3 jenis enzim pankreas: enzim
proteolitik, enzim amilase pankreas, dan enzim lipase pankreas.
- Enzim proteolitik pankreas.
Enterokinasi sebagai pengaktifasi tripsinogen menjadi tripsin. Selanjutnya
tripsin secara autokatalisis mengaktifkan enzim yang lain.
a. Tripsinogen yang disekresi pankreas diaktivasi menjadi tripsin oleh
enterokinase yang diproduksi usus halus. Tripsin mencerna protein dan
polipeptida besar untuk membentuk polipeptida dan peptida yang lebih
kecil.
b. Kimotripsin teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin. Kimotripsin
memilki fungsi sama dengan tripsin terhadap protein.
c. Karboksipeptidase, aminopeptidase dan dipeptidase adalah enzim
yang melanjutkan proses pencernaan protein untuk menghasilkan asam
amino bebas
- Lipase Pankreas menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dari gliserol
setelah lemak diemulsi oleh garam-garam empedu.
- Amilase pankreas menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh
amilase saliva menjadi disakarida (maltosa, sekrosa, dan laktosa).5

Empedu
Komposisi empedu. Empedu adalah larutan berwarna kuning kehijauan
terdiri dari 97 % air, pigmen empedu dan garam-garam empedu.
1. Pigmen empedu terdiri dari biliverdin (hijau) dan bilirubin (kuning).
Pigmen ini merupakan hasil penguraian hemoglobin
o Pigmen utama adalah bilirubin yang memberikan warna kuning
pada urine dan feces
o Joundice atau kekuningan pada jaringan merupakan akibat dari
peningkatan bilirubin darah. Ini merupakan indikasi kerusakan hati.
o Garam empedu terbentuk dari asam empedu yang berikatan dengan
kolesterol dan asam amino.5

Fungsi garam empedu dalam usus halus, yaitu : (1)


Elmusifikasi lemak. Garam empedu mengemulsi globulus lemak besar
dalam usus halus kemudian menghasilkan globulus lemak lebih kecil
dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim. (2) Absorpsi
lemak. Garam empedu membantu absorpsi zat terlarut lemak dengan
cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel. (3) Pengeluaran
kolesterol dari tubuh. Garam empedu berkaitan dengan kolesterol dan
lesitin untuk membentuk agregasi kecil disebut mecelli yang dibuang
melalui feces. (4) Kendali pada sekresi dan aliran empedu. Sekresi
empedu diatur oleh faktor saraf (impuls parasimpatik) dan hormon
(sekretin dan CCK) yang sama dengan yang mengatur sekresi cairan
pankreas.5

Kantung Empedu
Kantung Kecil, dapat menyimpan 15-60 ml empedu, disini empedu
mengalami proses pemekatan. Asam empedu primer di sintesis dalam
hati dari kolesterol melalui beberapa langka antara. Asam kolat adalah
asam empedu yang terbanyak dalam empedu. Asam kenodoksikolat
berasal dari kolesterol. Berfungsi untuk menyimpan cairan empedu
yang secara terus menerus disekresi oleh sel-sel hati sampai diperlukan
dalam duodenum, kandung empedu mengkonsentrsi cairan nya dengan
cara mengabsorbsi air dan elektrolit.5

Dinding dalam lambung dilindungi dari sekresi lambung oleh sawar mukosa lambung

Bagaimana lambung dapat menampung isinya yang mengandung asam kuat dan
banyak enzim proteolitik tanpa merusak dirinya sendiri? Seperti yang telah diketahui,
bahwa muus membentuk suatu lapisan pelindung. Selain itu sawar lain yang
melindungi mukosa dari kerusakan oleh asam adalah lapisan mukosa itu sendiri.
Pertama membran luminal sel mukosa lambung hampir tidak dapat ditembus oleh H+,
sehingga asam tidak dapat menembus ke dalam sel (masuk kembali) dan
menyebabkan kerusakan sel. Selain tepi-tepi lateral sel-sel tersebut saling bersatu
didekat batas luminal mereka melalu hubungan tautan erat (tight-junction) , sehingga
asam tidak dapat berdifusi diantara sel-sel dari lumen ke dalam submukosa di
bawahnya. Sifat mukosa lambung yang memungkinkan lambng menampung asam
tanpa ia sendiri mengalami kerusakan tersebut membentuk sawar mukosa lambung.
Mekanisme protektif ini diperkuat oleh kenyataan bahwa seluruh lapisan dalam
lambung diganti setiap tiga hari sekali. Karena pertukaran mukosa yang sangan cepat,
sel-sel biasanya telah diganti sebelum mereka aus karena terpajan ke lingkungan yang
sangat asam yang tidak bersahabat tersebut cukup lama untuk mengalami kerusakan.
Walaupun terdapat proteksi yang dibentuk oleh mukus, sawar mukosa lambung, dan
pertukaran sel yang sangat cepat, proteksi tersebut kadang-kadang rusak, sehingga
dinding lambung mengalami cedera akibat isinya yang asam dan enzimatik tersebut.
Apabila hal ini terjadi, timbul erosi atau ulkus pepticum dinding lambung (refluks
berlebihan isi lambung ke oesophagus dan penyaluran berlebihan isi lambung ke
duodenum juga dapat menimbulkan ulkus pepticum di daerah tersebut).5
Penyebab pasti ulkus, sampai beberapa saat yang lalu belum diketahui, tetapi
dalam suatu temuan baru yang mengejutkan, bakteri Helicobacter pylori diperkirakan
merupakan penyebab pada hampir 90% kasus ulkus pepticum. Infeksi oleh
mikroorganisme ini tampaknya memperlemah sawar mukosa lambung. Faktor-faktor
lain yang juga diketahui berperan menimbulkan ulkus, tersendiri atau bekerja sama
dengan infeksi tersebut. Beberapa zat kimia dapat merusak sawar mukosa lambung,
yang terpenting diantaranya adalah etil alcohol dan aspirin. Sawar ini sering
terganggu pada pasien yang mengalami penyakit yang parah, misalnya infeksi atau
cedera berat. Situasi penuh stres ini yang terus menerus sering berkaitan dnegan
pembentukan ulkus, mungkin karena stimulasi berlebihan sekresi lambung oleh
respons emosi yang berkaitan dengan stress.5
Apabila sawar mukosa lambung rusak (baik karena melemah atau rusak atau
dikalahkan oleh sekresi yang berlebihan), asam dan pepsin berdifusi ke dalam mukosa
dengan konsekuensi patofisiologi serius.
Asam memicu pengeluaran histamin, suatu stimulan asam yang kuat yang diproduksi
dan disimpan dalam jumlah besar di mukosa. Histamin yang dikeluarkan tersebut
merangsang sekresi lebih banyak asam, yang dapat berdifusi kembali ke dalam
mukosa yang kembali merangsang sekresi histamin lebih lanjut, begitu seterusnya.
Erosi mukosa, atau ulkus, terus membesar dibawah pengaruh asam dan pepsin yang
kadarnya meningkat. Dua konsekuensi paling serius adanya ulkus adalah (1)
perdarahan akibat kerusakan kapiler kapiler submukosa dan (2) perforasi dinding
lambung akibat erosi total menembus dinding yang disebabkan oleh kerja HCl dan
pepsin, sehingga isi lambung yang berbahaya tersebut dapat masuk ke dalam rongga
abdomen.5

Kesimpulan

Pada skenario yang dibahasa adalah nyeri pada ulu hati dan sering merasa mual,
hipotesisnya adalah Pasien mengalami luka pada lambung. Luka atau ulkus pada
lambung disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya adalah sekresi berlebihan dari
HCl. Ketika tubuh memberi respon saat kadar glukosa yang dibutuhkan dalam tubuh
berkurang, sehingga otak memberi sinyal ke lambung agar berkontraksi (memberi
peringatan kepada tubuh bahwa butuh asupan makanan – seperti merasa kosong,
lambung berbunyi). Kontraksi tersebut menimbulkan sekresi HCl pada mukosa
lambung untuk bersiap mencerna makanan yang akan datang. Namun, pada kasus ini
pasien jarang menkonsumsi makanan sehingga terjadi sekresi HCl yang tidak terpakai
untuk mencerna makanan yang akan datang. Karena banyaknya HCl yang
disekresikan ke dalam lumen lambung, maka dapat mengerosi permukaan mukosa
lambung. Perforasi ini menyebabkan luka atau ulkus pada mukosa lambung.

Daftar pustaka

1. Sistem pencernaan manusia. Diunduh dari www.biologiumum.com. 13 Juli


2014.
2. Lake RL, Volg AW, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Churchill
Livingstone : Elsaiver inc, 2012. Hal. 153-4
3. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.h. 671-7.
4. Fawcett D W, Bloom. Buku ajar histologi. Ed 12. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2002.h.535-51.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2013.h. 654-65.
6. Hall JE, Guyton AC. Guyton dan hall buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-
12. Singapore: Elsaiver; 2012.h. 167-302.
7. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Ed 27. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h. 496.

Anda mungkin juga menyukai