PENDAHULUAN
Disabilitas memiliki arti cacat atau terdapat kelainan pada seseorang yang
tidak memiliki oleh orang pada umumnya. Jenis-jenis disabilitas yaitu disabilitas fisik,
perkembangan. Disabilitas bisa terjadi pada semua orang selama hidup atau sejak
seseorang dilahirkan di dunia. Disabilitas atau biasa disebut penyandang cacat sering
kali dikucilkan dan dianggap rendah oleh sebagian besar masyarakat. Keberadaan
disabilitas sering juga dia dianggap sebagai sebuah aib, sumber permasalahan dan
sebuah kutukan atau karma dari dosa yang telah dilakukan. Hal ini juga menyebabkan
kaum difabel atau disabilitas dijauhkan dan tidak dipedulikan oleh masyarakat pada
umunya.
kepada kaum difabel juga mulai bermunculan. Masyarakat mulai sadar bahwa kaum
difabel juga merupakan bagian dari masyarakat yang juga memiliki hak dan
tersebut, maka kaum difabel dapat turut berpatisipasi dan mengembangkan potensi
dalam bidang pendidikan, pekerjaan, kesehatan, kesejahteraan sosial, dan bidang
lainnya.
1.2 Tujuan
terhadap kaum disabilitas tentang hak dan kewajiban bagi penyandang disabilitas agar
tidak terjadi sikap dikriminasi antara kaum difabel dan masyarakat umum.
BAB II
PERMASALAHAN
BAB III
PEMBAHASAN
Yogyakarta, salah satunya adalah almarhum Dr. Mansour Fakih. Penggunaan kata
dari different ability people atau yang dapat diartikan dengan seseorang dengan
kemampuan berbeda. Kata difabel memiliki hubungan dengan istilah disable, disable
sendiri bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia mempunyai arti kecacatan, dan
penggunaan istilah kecacatan memiliki transisi perubahan yang cukup signifikan sesuai
cripple, handicapped, impairement yang kemudian lebih sering digunakan istilah people
with disability atau disabled people. People with disability kemudian diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia menjadi penyandang cacat yang pada awalnya menggunakan
memandang seseorang memiliki salah satu jenis penyakit atau lebih yang mempengaruhi
dikenalkan pada penetapan UU No. 4 tahun 1997, yang menempatkan posisi penyandang
memiliki nilai lebih humanis dan sebagai suatu usaha untuk menghilangkan kekuatan
ruang yang memiliki hubungan tidak adil/diskriminasi serta mendorong eksistensi dan
penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental
1997 ini dikategorikan menjadi 3 ( tiga ) jenis penyandang cacat, antara lain penyandang
cacat fisik, penyandang cacat mental dan penyandang cacat fisik dan mental. Demikian
pula pengertian penyandang cacat yang dijelaskan dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah
pengertian penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Ada beberapa penggolongan pada orang cacat berikut merupakan jenis atau
yang kurang lengkap seperti amputasi, cacat tulang, cacat sendi otot, lungkai, lengan, dan
lumpuh.
keterbatasan dalam mendengar atau memahami apa yang dikatakan oleh orang lain
dengan jarak lebih dari 1 meter tanpa alat bantu, lainnya tidak dapat berbicara sama sekali
atau bicara kurang jelas, dan mengalami hambatan atau kesulitan untuk berkomunikasi
kadang-kadang masih memiliki kelainan tingkah laku, sering mengganggu orang lain
biasanya orang-orang yang menderita cacat jenis ini mengalami kesusahan dalam
bersosial dan ada juga yang mengalami kesusahan dalam mengontrol emosi, sehingga
biasanya orang-orang yang mengalami cacat jenis ini perlu pengawsan yang lebih
tingkah lakunya sama seperti dengan anak normal berusia 2 tahun dan biasanya wajahnya
dungu, embisil/kemampuan mental dan tingkah lakunyaseperti anak usia 3-7 tahun ,
debil/kemampuan mental dan tingkah lakunya sama seperti anak usia 8-12 tahun.
Selain itu biasanya pada cacat jenis ini, orang-orang yang menderita cacat jenis ini
mengalami kesusahan dalam bersosial dan ada juga yang mengalami kesusahan dalam
mengontrol emosi, sehingga biasanya orang-orang yang mengalami cacat jenis ini perlu
pengawasan yang lebih dibandingkan dengan orang-orang yang mengalami cacat fisik.
3.2 Hak-Hak Disabilitas
Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia dan juga keterbatasan dasar
manusia sebagai hak yang secara kodrat melekat pada manusia, harus dilindungi,
manusia, khususnya dalam hal ini adalahwarga Negara Indonesia. Sedangkan yang
sebagai warga Negara ( Pasal 26 ayat (1) UUD1945). Orang-orang bangsa Indonesia
yang juga merupakan bagian dari orang-orang bangsaIndonesia asli dan orang-orang
kemampuan berbeda, sehingga perlu perlakuan yang khusus juga dari pemerintah
untuk memenuhi hak-hak yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab
pemerintah, para kaum penyandang cacat ini rentan terhadap perlakuan diskriminasi,
hak-hak asasi manusia khususnya bagi kaum penyandang cacat, hal ini terbukti
dengan adanya Convention on the Rights of Persons with Disabilities. Konvensi PBB
menjamin penuh terpenuhinya hak asasi manusia tanpa adanya diskriminasi bagi
adalah:
Non-Diskriminasi
Secara penuh dan efektif berpartisipasi dan ikut serta dalam masyarakat
Menghargai perbedaan dan penerimaan para penyandang cacat sebagai bagian dari
Persamaan kesempatan
Aksesibilitas
mereka.
Guna tercapainya aksesibilitas yang telah diatur dalam konvensi ini, negara-
minimum dan panduan untuk aksesibilitas fasilitas dan layanan yang terbuka atau
2.Memastikan bahwa fasilitas dan layanan yang terbuka atau yang disediakan
untuk umum yang ditawarkan oleh pihak swasta telah memperhitungkan semua
4.Menyediakan huruf braile dan braile signage pada bangunan dan fasilitas
7.Mempromosikan akses bagi para difabel terhadap informasi baru dan sistem
komunikasi dapat diakses dengan teknologi dan sistem pada tahap awal, sehingga
Selain hak tersebut, hak yang mengatur penyandang disabilitas ada terdapat
a. hidup
c. privasi
e. pendidikan
g. kesehatan
h. politik
i. keagamaan
j. keolahragaan
l. kesejahteraan sosial
m. Aksesibilitas
n. Pelayanan Publik
q. Konsesi
r. pendataan
(2) Selain hak Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perempuan
d. untuk mendapatkan Pelindungan lebih dari tindak kekerasan, termasuk kekerasan dan
eksploitasi seksual.
(3) Selain hak Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anak
b. mendapatkan perawatan dan pengasuhan keluarga atau keluarga pengganti untuk tumbuh
d. perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak anak
f. perlakuan yang sama dengan anak lain untuk mencapai integrasi sosial dan pengembangan
individu, dan
Pelayanan pendidikan
A.Pendidikan Inklusi
dan tanpa diskriminasi. Hak pendidikan ini juga berlaku kepada orang
berkebutuhan khusus atau penyandang cacat atau yang biasa disebut difabel
kata lain, dalam sektor pendidikan formal seharusnya tidak ada lagi sekat
sosial yang membedakan para difabel dengan masyarakat umum. Orang tua
para difabel sebagai siswa. Kewajiban seperti inilah yang disebut sebagai
model inklusi.
peluang bagi siswa dengan setiap perbedaannya untuk dapat berhasil dalam
pada siswa/anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal ini berbeda dengan kurun
waktu sebelumnya, pendidikan bagi ABK hanya dapat dilayani oleh Sekolah
braille, orientasi mobilitas, (b) Tunarungu : Bina Bicara, Bina Persepsi Bunyi
gerak, sensomotor, Behaviour Terapi, (e) Umum : Play terapi, Music Terapi,
software JAWS. Dengan aplikasi ini komputer membacakan setiap teks yang
Indonesia terkenal, buku bicara digital, file digital sehingga tunanetra dapat
dalam bentuk uang tunai dengan jumlah 1 juta per keluarga. Bantuan ini dapat
bantuan, dinas sosial melakukan verifikasi oleh tim survei dengan melakukan
Ketiga, Program bantuan pemberian alat bantu bagi kaum difabel. Alat
bantu yang diberikan berupa kursi roda, kaki palsu, tongkat, alat bantu dengar,
termasuk tenaga kerja penca (Difabel), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
sebesar 25% dari gaji yang diberikan oleh perusahaan tersebut selama 1 (satu)
C.Pelayanan Kesehatan
bahwa pada saat sekarang ini, telah ada beberapa skema jaminan kesehatan
pernah mau peduli apakah yang menyandangnya orang miskin atau kaya.
yang non difabel. Misalnya bagi difabel dengan paraplegi, setiap bulannya
yang saat ini berlaku, mereka tidak dikategorikan sebagai masyarakat miskin,
tetapi setelah dikurangi dengan biaya-biaya kesehatan yang rutin harus mereka
keluarkan, bisa jadi penghasilan mereka tidak lagi cukup untuk memenuhi
sudah ada belum dirasa mampu menjawab kebutuhan difabel akan jaminan
kesehatan yang sensitive difabel dan mampu menjawab kebutuhan rakyat akan
jaminan kesehatan.
Aksesibilitas Perhubungan
A.Transjogja
termasuk para difabel. Apalagi Transjogja dijanjikan dapat diakses oleh semua
masyarakat dan juga menyediakan sarana sarana penunjang agar dapat ikut
andil dalam transportasi masyarakat difabel. Beberapa hal yang telah
dilakukan adalah menyediakan kursi yang dapat lipat di setiap bus Transjogja
dan pembangunan halte bus Transjogja yang ramah difabel. Akan tetapi,
mulai melakukan pembenahan dari segi desain dan posisi lahan yang
penyedia Transjogja adalah; (a) Halte didisain lebih menjorok di pintu keluar
menuju bis bertujuan agar mempermudah difabel keluar masuk bis, (b) Ram
yang tidak terlalu curam. Hal ini diharapkan mampu meringankan beban
dalam mendorong kursi roda para difabel. Dalam hal ini kemiringan ram ideal
sudah dapat dilihat pada halte Jl. KH Ahmad Dahlan, (c) Halte hendaknya
sebelah kiri ram agar ketika turun difabel tidak langsung berhadapan dengan
taman, tiang bendera, dan tiang listrik, (d) Penyediaan ram di batas antara
jalan raya dan trotoar yang ada diatasnya, dan (e) Pintu halte dibangun sama
(a) Tidak ada diskriminasi dalam pengurusan SIM antara difabel dan
nondifabel
kota besar lain seperti Jakarta dan Semarang peraturan ini memanglah belum
diterapkan.
C.Marka Rambu
Saat ini salah satu marka rambu yang disediakan oleh Dinas
Selama ini kaum difabel masih mengalami kesulitan dalam mengakses bangunan
dan prasarana fisik yang ada di Kota Yogyakarta. Sebagai contoh, ketika memasuki
para difabel berkursi roda tampak kesulitan ketika harus menaiki tangga tanpa ada jalur
khusus kursi roda. Hal seperti ini masih sangat sering dijumpai di hampir semua
bagi difabel.
Pada beberapa fasilitas publik yang ada di Kota Yogyakarta, Dinas Permukiman
dan Prasarana Wilayah telah membuat dan membangun fasilitas umum yang ramah
difabel yaitu jalan khusus atau trotoar bagi difabel di beberapa ruas jalan utama Kota
Lajur berada di bagian tengah trotoar dengan desain berbeda memiliki tanda
menonjol pada permukaan jalan. Tanda tersebut merupakan standar penanda jalan
o Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
PENUTUP
4.1 Kesimpuan