Blefaritis Eny Susilowati 171117
Blefaritis Eny Susilowati 171117
BLEFARITIS
Oleh:
Enny Susilowati
17014101071
Supervisor Pembimbing :
Residen Pembimbing :
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing :
Residen Pembimbing :
A. LATAR BELAKANG
Blefaritis merupakan istilah medis pada peradangan kelopak mata. Kata
“blefaritis” berasal dari bahasa Yunani blepharos, yang berarti “kelopak mata”.
Blefaritis merupakan radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan
minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di
kulit.1,2
Blefaritis biasanya disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan
bahan kosmetik. Infeksi kelopak disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Demodex folliculorum juga merupakan
penyebab vektor untuk terjadinya blefaritis baik anterior maupun posterior,
demodex folliculorum menyebabkan terjadinya penyumbatan pada folikel dan
kelenjar kelopak mata serta menyebabkan terjadinya inflamasi. Blefaritis dikenal
dengan bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.1,2,3
Manifestasi yang terdapat pada blefaritis, seperti kelopak mata merah, iritasi,
bengkak, sakit, eksudat lengket, pembentukan sisik seperti ketombe pada bulu
mata, dan epiforia. Blefaritis juga sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
Blefaritis merupakan penyakit pada mata yang tidak menular dan umumnya tidak
menyebabkan gangguan permanen pada penglihatan.2,4
Blefaritis dapat terjadi pada setiap tingkatan usia, namun lebih sering terkena
pada usia tua.Kasus ini biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit
mata yang ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan
sebagai penyakit penyerta pada penyakit).4 Dokter spesialis mata (ophtalmologist)
dan ahli optometri (optometrist) di Amerika Serikat menemukan pasien dengan
tanda-tanda blefaritis sebanyak 37% dan 47% dakam prakter sehari-hari. Sekitara
5% kasus penyakit mata pada layanan prmer di Inggris adalah kasus blefaritis.5-6
Berikut ini akan dilaporkan kasus dengan diagnosis Blefaritis ODS pada pasien
yang datang berobat ke Poli Mata RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Palpebra
Palpebra atau kelopak mata merupakan lapisan tipis yang terdiri atas kulit,
otot, dan jaringan fibrosa. Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,
serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk tear film mata di depan
kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi
bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata juga
berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea.2,7,8
Palpebra terbagi atas palpebra superior dan palpebra inferior, keduanya
bertemu pada canthus medialis dan canthus lateralis. Pinggir bebas palpebra
dinamakan rima palpebrarum.9 Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan
bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar
sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak
mata/palpebra sekaligus menyingkirkan debu yang masuk.2
2.2 DEFINISI
Infeksi kelopak mata atau blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada
kelopak mata baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepi kelopak.
Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya berjalan
kronis atau menahun. Blefaritis disebabkan infeksi dan alergi berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan
bahan kosmetik. Infeksi kelopak disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Demodex folliculorum juga merupakan
penyebab vektor untuk terjadinya blefaritis.2
Gambar 3 : Radang pada kelopak mata (blefaritis)
Sumber : Weinstock, Frank J., MD, FACS and Melissa Conrad Stöppler,
MD. Eyelid
Inflammation “Blepharitis”
C. EPIDEMIOLOGI
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia. Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui, tetapi
penyakit dengan angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus sistemik,
mungkin terdapat blefaritis sebagai bagian dari gejala yang ditemukan. Proses
perjalanan penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata dengan
trchiasis, entropion, dan ektropion. Apabila kornea terkena dapat mengakibatkan
peradangan, jaringan parut, hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan
kejelasan penglihatan. Jika peradangan yang parah berkembang maka akan terjadi
perforasi kornea. Tidak ada studi yang diketahui menunjukkan perbedaan ras dalam
kejadian blefaritis. Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui
perbedaan dalam insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis
seboroik lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-
rata adalah 50 tahun. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan bentuk lain,
blefaritis staphylococcal ditemukan lebih banyak pada usia lebih muda (42 tahun)
dan sebagian besar adalah wanita (80%).11
2.3 ETIOLOGI
Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, alergi, kondisi
lingkungan, atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik.2
Blefaritis inflamasi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di sekitar
kelopak mata. Infeksi biasanya disebabkan oleh kuman streptococcus alfa
atau beta, pneumococcus, psudomonas, demodex foliculorum dan
staphylococcus.
Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan
bahkan bahan kosmetik, atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik.
Pada banyak orang juga dapat disebabkan oleh karena paparan hewan
seperti anjing atau kucing.
Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit
dari berbagai jenis.
D. PATOFISIOLOGI
Blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung
pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau
terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan
enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis
seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.13
Blefaritis anterior memengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan
mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap
hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang
mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer
yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan
dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan
nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara kelopak
dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan inflamasi
dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior
disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian pembentukan asam lemak bebas.
Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibom yang menghambat ekspresi dari
kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin
memungkinkan pertumbuhan stafilokokus aureus. Hilangnya fosfolipid dari tear
film yang bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air
mata dan osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.13
Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:13
a. Infeksi bakteri langsung
E. DIAGNOSIS
Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif.
Pengujian dengan penekanan khusus pada evanluasi kelopak mata dan permukaan
depan bola mata, termasuk:14
Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan
adanya masalah kesehatan umum yang mungkin berkontribusi terhadap
masalah mata
Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan
penampilan bulu mata
Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar
meibomian menggunakan cahaya terang dan pembesaran
3. Penyakit membran epitel basal dan erosi epitel berulang dapat diperburuk
oleh blefaritis posterior.
4. Kulit:
Blepharitis Peningkatan warna kuning pada Langkah lokal: pijat kelopak mata,
kelopak mata kompres hangat dan menggosok
Pasien mungkin mengalami lembut dua kali seharidengan kapas
pruritus atau terbakar dan 1:1 larutan sampo bayi cair atau
Kurangnya edema dibandingkan pembersih kelopak mata yang tersedia
dengan cellulitis atau kontak secara komersial.
dermatitis; edema lebih Untuk infeksi staphylococcal,
menonjol pada kelopak mata bacitracin atau salep erythromycin
untuk kelopak mata pada waktu tidur
atau 1-2 minggu
Untuk gangguan kelenjar meibomian,
bisa menambah tetracycline, 250 mg
empat kali sehari, atau doxcycline
(Vibramycin), 100 mg tiga kali sehari,
kemudia meredah setelah empat
minggu.
Cellulitis Sering hadir dengan edema yang Disarankan dengan cara meminum
keras, warna violet yang tinngi untuk pasien dengan preseptal
dan nyeri cellulitis:
Serangan selama berjam-jam Amoxilin/clavulanate
sampai berhari-hari (Augmentin),875 mg dua kali sehari
Dulu pernah mengalami trauma atau 500 mg tiga kali sehari (dosis
atau gigitan untuk anak-anak diatas tiga bulan: 40
mg per kg tiga kali sehari; dosis untuk
anak-anak dibawah tiga bulan: 30 mg
per kg setiap 12 jam)
Disarankan dengan cara suntikan
kedalam pembulu darah:
Ampicilin/sulbactam (unasyn), 1.5
sampai 3g setiap 6 jam (dosis untuk
anak-anak: 300 mg per kg sehari,
dibagi setiap 6 jam)
Ceftriaxone (Rocephin), 1 atau 2 g
perhari atau dibagi menjadi 12 jam
(dosis untuk anak-anak: 50 sampai 75
mg per kg setiap hari, dibagi menjadi
12 jam)
Antibiotika parenteral sering
diberikan untuk 7 hari dalam orbital
cellulitis; peralihan ke oral antibiotics
jika perbaikan klinis dicatat setelah
satu minggu, untuk menyelesaikan
total pengobatan selama 21 hari.
F. PENATALAKSAAN
Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga
kebersihan kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus
memastikan bahwa pasien mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah
proses yang harus dilakukan untuk jangka waktu yang lama.11
Banyak pasien mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk variasi
3 langkah penting.11,12
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan
untuk memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat
penting. Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat
basah dan menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat di
handuk, kain kassa direndam atau dimasak dengan microwave, kain yang
telah direndam dapat digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk
menghindari penggunaan panas yang berlebihan.10
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang
menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang
kelenjar. Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain
kasa. Air biasa sering digunakan, meskipun dokter lebih suka bahwa
beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air
hangat untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan untuk
menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri,
bukan kulit kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat
tidak diperlukan dan mungkin berbahaya.10
3. Salep antibiotic pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok.
Umum digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep
antibiotic kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun
11
penggunaannya kurang tepat untuk pengelolaan jangka panjang.
G. PROGNOSIS
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman
untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis.
Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau
rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada
pasien yang memiliki episode blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya.
Bahkan dengan pengobatan yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi.15
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N. N. W
Umur : 84 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tagulandang
Pekerjaan : Pensiunan
Status Perkawinan : Menikah
Agama/Suku : Kristen Protestan
Tanggal Pemeriksaan : 6 November 2017
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata sebelah kanan terasa berpasir dan gatal
Riwayat Penyakit Sekarang :
Penderita datang ke Poli Mata RSUP Prof Kandou dengan keluhan mata kanan
terasa berpasir dan gatal serta sering keluar air mata sejat kurang lebih 1 minggu
yang lalu. Pasien sebelumnya juga sudah berobat ke dokter mata kurang lebih 2
minggu yang lalu dengan keluhan yang sama. Pasien juga mengeluh sudah sering
sakit seperti ini.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mempunyai riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan mengkonsumsi
captopril namun tidak teratur. Pasien juga telah melakukan operasi katarak pad
kurang lebih 5 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.
Pada anggota keluarga mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes militus.
Riwayat Sosial:
Tidak ada orang disekitar tempat tinggal maupun disekitar tempat tinggal yang
mengalami hal serupa dengan pasien.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status General
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda tanda vital
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Frekuensi nadi : 82 kali/menit
Frekuesi respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 360C
2. Status Oftalmologi
OD Pemeriksaan OS
Hiperemi (-), sekret (+), massa (-), ptosis (-), Palpebra Hiperemi (-), sekret (+), massa (-),
laserasi (-), suhu perabaan hangat (-), nyeri ptosis (-), laserasi (-), suhu perabaan
tekan (-), krusta (-), Meibomian gland hangat (-), nyeri tekan (-), krusta (-
dysfuction (MGD) (+), trikiasia (+) ),Meibomian gland Commented [dJ1]: ini singkatan dari apa? Semua
dysfuction
singkatan harus di tulis dulu panjangnya di awal diberi
(MGD) (+), trikiasia (+) dalam kurung singkatannya baru boleh di singkat –
singkat.
Hiperemi (-), injeksi konjungtiva (-), injeksi Konjungtiva dan sklera Hiperemi (-), injeksi konjungtiva (-),
siliar (-), perdarahan subkonjungtiva (-), injeksi siliar (-), perdarahan
pterigium (-), folikel (-) subkonjungtiva (-), pterigium (-),
folikel (-)
Bulat, di tengah, 3mm, Refleks cahaya Pupil Bulat, di tengah, 3mm, Refleks
langsusng (RCL) (+), Refleks cahaya tidak cahaya langsung (RCL) (+), Refleks
langsung (RCTL) (+) cahaya tidak langsung (RCTL) (+)
Reflek Fundus (+), uniform, perdarahan (-), Funduskopi Reflek Fundus (+), uniform,
kalsifikasi (-), papil: bulat, batas tegas, warna perdarahan (-), kalsifikasi (-), papil:
vital, Cup to Disc Rasio (CDR) 0,3. Refleks bulat, batas tegas, warna vital, Cup
fovea (+) normal. to Disc Rasio (CDR) 0,3. Refleks
fovea (+) normal.
dengan keluhan mata kanan terasa berpasir dan gatal dialami sudah kurang lebih 1
minggu yang lalu.
Awalnya pasien merasa ada debu yang masuk pada mata sehingga terasa
berpasir dan gatal. Keluhan lain berupa sering keluar air mata juga dialami oleh
pasien. Pasien mengatakan, rasa berpasir dan gatal pada mata sebelah kanan tidak
membaik bila dibersihkan dengan air ataupun dengan istirahat. Pasien sudah
berobat ke rumah sakit setempat dan diberi obat tetes mata tetapi tidak terasa
membaik. Mata tidak merah, pandangan agak silau, tidak melihat pandangan ganda,
tidak ada kerontokan pada bulu mata. Selain itu pasien juga mengaku tidak pernah
ada kontak sebelumnya dengan orang yang mengalami hal serupa. Dan pasien
mengaku mengucek-ngucek matanya dikarenakan rasa berpasir dan gatal pada mata
kanan. Tidak ada riwayat trauma.
Riwayat adanyanya pemasangan lensa atau pseudofakia pada kedua mata. Ada
riwayat konsumsi obat Captopril yang tidak teratur. Ada riwayat hipertensi,
diabetes melitus maupun alergi, alergi berupa telur, ikan dan ayam.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanyanya secret dan trikiasis pada
kedua mata
E. DIAGNOSIS
Blefaritis ODS + Presbiopsia Commented [dJ3]: Tambahkan presbiop.
G. Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa :
- Eye hygiene dengan shampoo bayi 2X sehari dibersihkan di pangkal bulu
mata kiri-kanan
- Hand hygiene
- Kompres dengan menggunakan air hangat
- Koreksi kacamata baca S +3,00
2. Medikamentosa :
- Artificial tears Eye Drop 6 dd 1 gtt ODS ( 1 gtt per 4 jam ODS )
- Neomicin + kortikosteroid kombinasi 4 dd 1 gtt ODS ( 1 gtt per 6 jam ODS
) Commented [dJ4]: Jangan pake merek dagang.
H. PROGNOSIS
- Prognosis (ad functionam) ad bonam
- Prognosis (ad vitam) ad bonam
- Prognosis (ad sanationam) dubia ad bonam
BAB IV Commented [dJ5]: Pembahasan belum di koreksi. ..
Dari anamnesis
Pemeriksaan fisik
Diagnosis blefaritis pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, Penunjang
Diagnosis
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan oftalmologi. Dari anamnesis didapatkan Differential diagnosis
Treatment
keluhan Mata sebelah kanan terasa berpasir dan gatal pada kelopak mata kanan Prognosis
yang dialami pasien sejak satu minggu sebelum ke poli mata. Hal ini sesuai dengan Minimal ada 7 paragraf.
kepustakaan yang menyebutkan bahwa blefaritis merupakan suatu peradangan pada Di bandingkan dengan kepustakaan.
Jangan lupa di berikan citation (kutipan) dengan
margo palpebra. Selain itu pasien juga mengeluh adanya rasa panas pada kelopak metode Vancouver.
mata kanan, kadang-kadang juga mata berair. Selain itu pasien juga merasa lengket
pada mata. Gambaran ini sesuai dengan gambaran klinik dari blefaritis. Mata berair
merupakan ketidakseimbangan antara komponen cair dan lipid dari tear film yang
memungkinkan peningkatan penguapan. Waktu pemecahan tear film biasanya
berkurang. Rasa lengket pada mata disebabkan oleh adanya sekret. Pada
pemeriksaan fisik generalis tidak didapatkan kelainan.2
Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus mata kanan dan kiri dalam
batas normal karena pasien telah memasang lensa atau pseudofakia. Pada palpebra
didapatkan adanya sekret dan trikiasis. Hal ini sesuai dengan gambaran klinik
blefaritis yang disebabkan oleh infeksi stafilococcus.16
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya penyulit seperti hordeolum, kalazion,
trikiasis maupun konjungtivitis. Penanganan pada pasien ini meliputi kebersihan
kelopak mata dengan membersihkan tepi kelopak mata dengan kain kasa hangat,
dimana saat membersihkannya, kelenjar ditekan untuk mengeluarkan isinya. Selain
itu dapat digunakan shampo bayi untuk membersihkan kelopak mata dari sekret.16
Pada pasien ini juga diberikan hyalub eye drop ED 6 x 1 ODS. Pada pasien
juga diberikan xitrol ED 4x1 ODS. Xitrol yang mengandung deksametason 0,1 %,
neomisin sulfat 3,5 mg/mL, polimiksin B sulfat 6000 UI/mL. Xitrol dapat
mencegah pelepasan kimia yang bertanggung jawab untuk peradangan,
menghentikan produksi protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri, dan
membunuh bakteri.
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam, dimana jika ditangani dengan baik
akan mengalami penyembuhan yang cepat. Jika tidak diobati blefaritis ini akan
berlangsung lama dan bisa menimbulkan penyulit seperti konjungtivitis,
keratokonjungtivis sicca dan ulserasi kornea.
BAB V
KESIMPULAN Commented [dJ7]: Kesimpulan menyimpulkan isi
laporan kasus. Bukan menyimpulkan tinjauan
pustaka..MANA REVISINYA?
Pada kasus seorang wanita berusia 83 tahun, yang merupakan pasien rawat
jalan dipoliklinik mata RSUP Prof. R. D. Kandou Manado. Dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik didiagnosis dengan blefaritis ODS dan presbiopsia. Penderita
diberikan terapi salep antibiotik kortikosteroid kombinasi. Dengan prognosis dubia
et bonam
DAFTAR PUSTAKA Commented [dJ8]: Perbaiki kepustakaan sesuai
kaidah Vancouver.
1. Riordan-Eva P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum.
Yang buku sertakan halaman
17th ed. Jakarta: EGC; 2009.
MANA REVISINYA?
2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2014. Page 91-4.
10. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta:
EGC; 2004.
11. Weinstock, Frank J., MD. Eyelid Inflammation “Blepharitis” Available
at:http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm.
Accessed September 25, 2014.
12. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013.
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1211763-
overview#a0104. Accessed September 25, 2014.
14. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred
Practice Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.
15. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013. Available
at :http://emedicine.medscape.com/article. Accessed September 25, 2014.
16. Papier, ART, MD; David J. Tuttle, MD; and Tara J. Mahar, MD.
Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid in the American Academy
of Family Physicians. 2007; page 1815-24.