Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

BLEFARITIS

Oleh:

Enny Susilowati
17014101071

Supervisor Pembimbing :

dr. Yamin Tongku, Sp. M

Residen Pembimbing :

dr. Ade John Nursalim

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU
MANADO
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dikoreksi dan dibacakan referat dengan judul


“Blefaritis” pada tanggal November 2017

Mengetahui,
Supervisor Pembimbing :

dr. Yamin Tongku, Sp. M

Residen Pembimbing :

dr. Ade John Nursalim


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Blefaritis merupakan istilah medis pada peradangan kelopak mata. Kata
“blefaritis” berasal dari bahasa Yunani blepharos, yang berarti “kelopak mata”.
Blefaritis merupakan radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan
minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di
kulit.1,2
Blefaritis biasanya disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan
bahan kosmetik. Infeksi kelopak disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Demodex folliculorum juga merupakan
penyebab vektor untuk terjadinya blefaritis baik anterior maupun posterior,
demodex folliculorum menyebabkan terjadinya penyumbatan pada folikel dan
kelenjar kelopak mata serta menyebabkan terjadinya inflamasi. Blefaritis dikenal
dengan bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.1,2,3
Manifestasi yang terdapat pada blefaritis, seperti kelopak mata merah, iritasi,
bengkak, sakit, eksudat lengket, pembentukan sisik seperti ketombe pada bulu
mata, dan epiforia. Blefaritis juga sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
Blefaritis merupakan penyakit pada mata yang tidak menular dan umumnya tidak
menyebabkan gangguan permanen pada penglihatan.2,4
Blefaritis dapat terjadi pada setiap tingkatan usia, namun lebih sering terkena
pada usia tua.Kasus ini biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit
mata yang ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan
sebagai penyakit penyerta pada penyakit).4 Dokter spesialis mata (ophtalmologist)
dan ahli optometri (optometrist) di Amerika Serikat menemukan pasien dengan
tanda-tanda blefaritis sebanyak 37% dan 47% dakam prakter sehari-hari. Sekitara
5% kasus penyakit mata pada layanan prmer di Inggris adalah kasus blefaritis.5-6
Berikut ini akan dilaporkan kasus dengan diagnosis Blefaritis ODS pada pasien
yang datang berobat ke Poli Mata RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Anatomi Palpebra
Palpebra atau kelopak mata merupakan lapisan tipis yang terdiri atas kulit,
otot, dan jaringan fibrosa. Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,
serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk tear film mata di depan
kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi
bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata juga
berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea.2,7,8
Palpebra terbagi atas palpebra superior dan palpebra inferior, keduanya
bertemu pada canthus medialis dan canthus lateralis. Pinggir bebas palpebra
dinamakan rima palpebrarum.9 Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan
bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar
sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak
mata/palpebra sekaligus menyingkirkan debu yang masuk.2

Gambar 1 : Anatomi kelopak mata


Sumber : Allen, JH et all, Patophosiology Blepharitis in Best Practice British
Medicine Journal.
Pada palpebra terdapat bagian-bagian:2
- Kelenjar seperti: kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar
Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
- Otot seperti: M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas
dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra
terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra,
yang berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan
sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah.
Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan)
palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat
kelopak mata atau membuka mata.
- Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar
di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
- Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang
merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di
kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
- Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.2
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus
okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang
menghasilkan musin.2

B. Histologi dan Fisiologi Palpebra


Bola mata terletak di dalam tulang orbita dan terbuka ke sebelah anterior,
ditutup oleh kelopak mata bagian atas dan bawah, jika keduanya merapat bertemu
pada fissura palpebra. Palpebra menutup permukaan anterior kornea dan melipat
pada bagian tepinya yang kemudian melapisi permukaan dalam palpebra. Lipatan
di superior dan inferior disebut fornix konjungtiva. Ketika kelopak mata menutup
terbentuk sakus konjungtiva, yang merupakan ruang sebelah anterior mata dan terisi
sedikit cairan.10
Tiap kelopak mata terdiri atas lempeng jaringan ikat dan otot skelet di
tengah sebagai penyokong, disebelah luar dilapisi oleh kulit dan disebelah dalam
dilapisi oleh membran mukosa. Kulit disini tipis dan mempunyai rambut halus,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan dermis yang mengandung tiga atau empat
deretan rambut-rambut yang kaku yang disebut bulu mata. Bulu mata mengalami
pergantian setiap 100-150 hari.10
Di bawah kulit terdapat lapisan otot skelet M. Orbicularis oculi dan lebih ke
dalam lagi terdapat lapisan jaringan ikat yang merupakan lanjutan M. Levator
palpebra. Terdapat juga lapisan otot polos yang tipis di tepi atas palpebra superior
yaitu M. Tarsalis superior Muller, melekat pada tepi tarsus. Di belakang folikel bulu
mata terdapat M. Siliaris rionali.10
Sebelah belakang lapisan otot terdapat lapisan fibrosa yang tipis di bagian
perifer disebut septum orbital dan lempeng tarsus. Tarsus merupakan lempeng
jaringan ikat yang padat melengkung mengikuti bentuk bola mata, berbentuk seperti
huruf D yang bagian horizontalnya sesuai dengan tepi palpebra. Tarsus pada
palpebra superior lebarnya 10-12 mm, sedangkan tarsus pada palpebra inferior
lebarnya 5 mm. Pada kedua tarsus ini terbenam kelenjar sebasea yang sangat besar
yaitu kelenjar tarsus Meibom. Permukaan posterior tarsus menjadi satu dengan
konjungtiva palpebra. Bentuk palpebra dipertahan oleh tarsus ini.10
Epitel konjungtiva berlapis silindris dengan sel-sel goblet, ketebalannya
bervariasi tergantung pada letaknya. Konjungtiva bulbi di tepi kornea, epitelnya
menjadi berlapis gepeng identik dengan epitel kornea. Pada konjungtiva fornix
epitelnya lebih tebal.10
Gambar 2 : Histologi palpebral
Sumber
:https://secure.health.utas.edu.au/intranet/cds/histoten/Practicals/CHG
Ada 3 jenis kelenjar pada palpebra, yaitu kelenjar Meibom yang adalah kelenjar
sebasea yang panjang dalam lempeng tarsus. Kelenjar ini tidak berhubungan
dengan folikel rambut. Pada palpebra superior ada sekitar 25 dan pada palpebra
inferior ada sekitar 20, tampak sebagai garis vertikal wana kuning di sebelah dalam
konjungtiva palpebra. Saluran keluar kelenjar Meibom bermuara ke tepi palpebra,
merupakan suatu deretan pada peralihan antara kulit dan konjungtiva. Kelenjar
Moll merupakan kelenjar apokrin tak bercabang, terletak di antara dan di belakang
folikel-folikel bulu mata. Pars terminalis kelenjar ini tidak berkelok-kelok dan
saluran keluarnya bermuara ke folikel rambut. Kelenjar Zeis lebih kecil, merupakan
modifikasi kelenjar sebasea dan berhubungan dengan folikel rambut mata.10

2.2 DEFINISI
Infeksi kelopak mata atau blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada
kelopak mata baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepi kelopak.
Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya berjalan
kronis atau menahun. Blefaritis disebabkan infeksi dan alergi berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan
bahan kosmetik. Infeksi kelopak disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Demodex folliculorum juga merupakan
penyebab vektor untuk terjadinya blefaritis.2
Gambar 3 : Radang pada kelopak mata (blefaritis)
Sumber : Weinstock, Frank J., MD, FACS and Melissa Conrad Stöppler,
MD. Eyelid
Inflammation “Blepharitis”

C. EPIDEMIOLOGI
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia. Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui, tetapi
penyakit dengan angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus sistemik,
mungkin terdapat blefaritis sebagai bagian dari gejala yang ditemukan. Proses
perjalanan penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata dengan
trchiasis, entropion, dan ektropion. Apabila kornea terkena dapat mengakibatkan
peradangan, jaringan parut, hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan
kejelasan penglihatan. Jika peradangan yang parah berkembang maka akan terjadi
perforasi kornea. Tidak ada studi yang diketahui menunjukkan perbedaan ras dalam
kejadian blefaritis. Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui
perbedaan dalam insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis
seboroik lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-
rata adalah 50 tahun. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan bentuk lain,
blefaritis staphylococcal ditemukan lebih banyak pada usia lebih muda (42 tahun)
dan sebagian besar adalah wanita (80%).11
2.3 ETIOLOGI
Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, alergi, kondisi
lingkungan, atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik.2
 Blefaritis inflamasi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di sekitar
kelopak mata. Infeksi biasanya disebabkan oleh kuman streptococcus alfa
atau beta, pneumococcus, psudomonas, demodex foliculorum dan
staphylococcus.

 Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan
bahkan bahan kosmetik, atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik.
Pada banyak orang juga dapat disebabkan oleh karena paparan hewan
seperti anjing atau kucing.

 Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret


kuning atau kehijauan.

 Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit
dari berbagai jenis.

Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus blefaritis)


atau ketombe pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal ini juga dapat
terjadi karena kombinasi faktor, atau mungkin akibat alergi atau kutu dari bulu
mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan oleh produksi minyak tidak teratur oleh
kelenjar pada kelopak mata (meiboman blefaritis) yang menciptakan lingkungan
yang menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat berkembang
sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya seperti jerawat rosacea dan ketombe kulit
kepala.11
Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, dimana bulu mata tumbuh dan pintu
dari kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada
keterlibatan tepi luar dari tepi kelopak mata yang berdekatan dengan kulit atau tepi
bagian dalam kelopak mata yang bersentuhan dengan bola mata. Perubahan pada
kulit kelopak mata atau permukaan mata itu sendiri biasanya bisa menjadi penyebab
sekunder yang mendasari terjadinya kelenjar pada kelopak mata.1
Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak di
kelopak. Ada sekitar 40 kelenjar di setiap kelopak mata atas dan bawah. Ketika
kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah jenis
minyak, tepi kelopak mata dapat menjadi meradang, iritasi, dan gatal.12

D. PATOFISIOLOGI
Blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung
pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau
terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan
enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis
seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.13
Blefaritis anterior memengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan
mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap
hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang
mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer
yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan
dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan
nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara kelopak
dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan inflamasi
dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior
disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian pembentukan asam lemak bebas.
Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibom yang menghambat ekspresi dari
kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin
memungkinkan pertumbuhan stafilokokus aureus. Hilangnya fosfolipid dari tear
film yang bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air
mata dan osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.13
Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:13
a. Infeksi bakteri langsung

b. Respon melawan toksin bakteri


c. Delayed hypersensitivity reaction terhadap antigen bakteri

Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan disfungsi


sekresi dari kelenjar meibomian. Kelenjar meibom mengeluarkan meibum, lapisan
lipid eksternal dari tear film, yang bertanggung jawab untuk mengurangi penguapan
tear film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan struktural contoh kegagalan
kelenjar di blefaritis posterior telah ditunjukkan dengan meibography, selain itu,
kelenjar epitel dari hewan model penyakit kelenjar meiboman menunjukkan
hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi kelenjar atau menyebabkan deskuamasi
sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar sehingga menyebabkan konstriksi
kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah diferensiasi sel sinar dan karenanya
terjadi perubahan komposisi meibum dimana perubahan rasio asam lemak bebas
untuk ester kolesterol telah terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki
titik leleh yang lebih tinggi daripada yang tampak di kelopak mata sehingga
menyebabkan menutupnya muara kelenjar.13

E. DIAGNOSIS
Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif.
Pengujian dengan penekanan khusus pada evanluasi kelopak mata dan permukaan
depan bola mata, termasuk:14
 Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan
adanya masalah kesehatan umum yang mungkin berkontribusi terhadap
masalah mata

 Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan
penampilan bulu mata

 Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar
meibomian menggunakan cahaya terang dan pembesaran

 Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan


Gambar 4 : Algoritma untuk mendiagnosis pasien dengan kelopak mata
merah
Sumber : Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid, 2007

Kondisi yang berkaitan dengan blefaritis kronis:12-15


1. Ketidakstabilan tear film ditemukan pada 30-50% pasien, mungkin sebagai
akibat dari ketidakseimbangan antara komponen cair dan lipid dari tear film
memungkinkan peningkatan penguapan. Waktu pemecahan tear film
biasanya berkurang.

2. Kalazion, yang mungkin multipel dan berulang, umumnya terjadi terutama


pada pasien dengan blefaritis posterior.

3. Penyakit membran epitel basal dan erosi epitel berulang dapat diperburuk
oleh blefaritis posterior.

4. Kulit:

a) Jerawat rosacea sering dikaitkan dengan fdisfungsi kelenjar


meibomian
b) Dermatitis seboroik terdapat pada >90% dari pasien dengan
blefaritis seboroik

c) Pengobatan acne vulgaris dengan isotretinoin dikaitkan dengan


perkembangan blefaritis pada sekitar 25% dari pasien; hal itu
mereda ketika pengobatan dihentikan

5. Keratitis bakteri dikaitkan dengan penyakit sekunder permukaan okular


untuk blefaritis kronis.

6. Atopik keratokonjungtivitis sering dikaitkan dengan blefaritis stafilokokus.


Pengobatan blefaritis sering membantu gejala konjungtivitis alergi dan
sebaliknya.

Intoleransi lensa kontak. Pemakaian jangka panjang lensa kontak berhubungan


dengan penyakit tepi pelupuk mata posterior. Penghambatan gerakan tutup dan
ekspresi normal dari minyak meibomian bisa menjadi penyebabnya. Ada juga
mungkin terkait konjungtivitis giant papil membuat pemakaian lensa tidak nyaman.
Blefaritis juga merupakan faktor risiko untuk keratitis bakteri terkait lensa kontak.

Tabel 1 : Summary of characteristics of chronic blefaritis


Sumber : Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7
Diagnosis Banding16
Tabel 2 : Summary of characteristics of chronic blefaritis
Sumber :Differential Diagnosis of the Swollen Red

Kondisi Gejala Klinis Pengobatan


/Keadaan

Kondisi biasanya dilakukan secara bilateral

Angiodema Pada banyak kasus, tapi tidak Seringkali keterbatasan diri;


selalu bertimbal balik menghindari pemicuan agen-agen.
Serangan secara tiba-tiba Perhatian terhadap medis darurat
melebihi dari menit ke jam: diperlukan pada pasien dengan
mungkin meyakinkan mudah gangguan jalan nafas bagian atas;
kena serang atau luka mengelola 0.3 mg dari intramuscular
Peningkatan biasanya tidak ada. epinephrine
Kasus-kasus yang ringan dapat
menguntungkan dari oral
intramuscular dan glucocorticoids;
Diphenhydramine hydrochloride
(Benadryl), 25 sampai 50 mg tiga
sampai empat kali sehari (dosis untuk
anak-anak: 4 sampai 6 mg per kg per
hari, dalam tiga atau empat dosis yang
terbagi)
Loratadine (Claritin), 10 mg per hari
(dosis untuk anak berumur dua sampai
lima tahun: 5 mg per hari) Prednisone,
0.5 sampai 1.0 mg per kg per hari,
kemudian meredah setelah tiga atau
empat hari.
Atopic Peningkatan yang bagus Oral antihistamines (lihat di
dermatitis biasanya hadir lebih sedikit atas)Topical corticosteroids:
edema dibandingkan dengan Desonide (Tridesilon) 0.05%
dermatitis kontak Alclometasone dipropionate
Tanda lain dari Atopic dermatitis (Aclovate) 0.05% dua kali
mungkin ada riwayat keluarga sehariuntuk lima sampai sepuluh hari
atau pribadi dari alergi radang Pengobaan kedua :
selaput lendir hidung atau Atopic Tacrolimus (Protopic) 0.1% salep
dermatitis. dua kali sehari
Pimecrolimus (Elidel) 1% krim dua
kali sehari

Blepharitis Peningkatan warna kuning pada Langkah lokal: pijat kelopak mata,
kelopak mata kompres hangat dan menggosok
Pasien mungkin mengalami lembut dua kali seharidengan kapas
pruritus atau terbakar dan 1:1 larutan sampo bayi cair atau
Kurangnya edema dibandingkan pembersih kelopak mata yang tersedia
dengan cellulitis atau kontak secara komersial.
dermatitis; edema lebih Untuk infeksi staphylococcal,
menonjol pada kelopak mata bacitracin atau salep erythromycin
untuk kelopak mata pada waktu tidur
atau 1-2 minggu
Untuk gangguan kelenjar meibomian,
bisa menambah tetracycline, 250 mg
empat kali sehari, atau doxcycline
(Vibramycin), 100 mg tiga kali sehari,
kemudia meredah setelah empat
minggu.

Contact Serangan mengikuti Menghindari pemicuan agen-agen


dermatitis pembongkaran Untuk dermatitis alergi, desonide
Pruritus pada alergi kontak 0.05% atau alclometasone
dermatitis; terbakar atau dipropionate 0.05% krim atau salep
menyengat di irritant contack dua kali sehari untuk lima sampai
dermatitis sepuluh hari
Peningkatan minimal Edema Untuk irritant dermatitis, kompres
mungkin sangat dalam dingin dan obat pengurang rasa sakit
berbasis minyak bumi diterapkan
pada waktu tidur

Rosacea Telangiectasias sering hadir Langkah lokal untuk blephariti


Serangan selama berminggu- Sistem tetracyclines yang teratur :
minggu sampai berbulan-bulan Tetracycline, 250 mg empat kali
perubahan kelopak mata sering sehari
menyertai pembilasan, papula, Doxycycline, 100 mg tiga kali sehari
dan bisul pada hidung, pipi, dahi, Topical metronidazole 0.75% krim
dan dagu (Metrocream) atau gel (Metrogel) dua
kali sehari
Azelaic acid gel (Finacea) dua kali
sehari

Systemic Serangan sampai berminggu- Maximalkan pengobatan pada


processes minggu sampai berbulan-bulan penyakit yang mendasarinya.
Menemukan suatu yang
berhubugan dengan kulit dan
sistem yang teratur lainnya hadir

Kondisi biasanya dilakukan secara sepihak

Cellulitis Sering hadir dengan edema yang Disarankan dengan cara meminum
keras, warna violet yang tinngi untuk pasien dengan preseptal
dan nyeri cellulitis:
Serangan selama berjam-jam Amoxilin/clavulanate
sampai berhari-hari (Augmentin),875 mg dua kali sehari
Dulu pernah mengalami trauma atau 500 mg tiga kali sehari (dosis
atau gigitan untuk anak-anak diatas tiga bulan: 40
mg per kg tiga kali sehari; dosis untuk
anak-anak dibawah tiga bulan: 30 mg
per kg setiap 12 jam)
Disarankan dengan cara suntikan
kedalam pembulu darah:
Ampicilin/sulbactam (unasyn), 1.5
sampai 3g setiap 6 jam (dosis untuk
anak-anak: 300 mg per kg sehari,
dibagi setiap 6 jam)
Ceftriaxone (Rocephin), 1 atau 2 g
perhari atau dibagi menjadi 12 jam
(dosis untuk anak-anak: 50 sampai 75
mg per kg setiap hari, dibagi menjadi
12 jam)
Antibiotika parenteral sering
diberikan untuk 7 hari dalam orbital
cellulitis; peralihan ke oral antibiotics
jika perbaikan klinis dicatat setelah
satu minggu, untuk menyelesaikan
total pengobatan selama 21 hari.

Herpes simplex Melepuh (gelembung berisi air Seringkali keterbatasan diri;


akibat gesekan atau panas) Gunakan tindakan mendukung seperti
sering hadir kompres
Rasa sakit atau terbakar mungkin Topical bacitracin dapat membantu
ada mencegah infeksi sekunder
Serangan selama berjam-jam Kasus kambuh dapat diatasi dengan
sampai berhari-hari terapi suppersive jangka panjang.

Herpes zoster Orang tua Kompres dingin


ophtalmicus Melepuh (gelembung berisi air Acyclovir, 800 mg lima kali perhari
akibat gesekan atau panas) untuk 7 sampai 10 hari; valacyclovir,
sering hadir 1 g tiga kali sehari untuk tujuh hari
Rasa sakit dan terbakar Awal permulaan dari tricyclovir
Serangan selama berjam-jam antidepressants (desipramine
sampai berhari-hari [Norpramin], 25 sampai 75 mg pada
waktu tidur) dapat mencegah
postherpetic neuralgia
Pasien mungkin akan mendapat
pengobatan tambahan untuk penyakit
seperti keratitis dan glaukoma

Tumors Orang tua Bergantung pada jenis tumor, operasi


Serangan berbahaya mohs micrographic atau pengeluaran
Biasanya benjolan yang tidak lokal yang lebar.
menimbulkan rasa sakit

F. PENATALAKSAAN
Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga
kebersihan kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus
memastikan bahwa pasien mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah
proses yang harus dilakukan untuk jangka waktu yang lama.11
Banyak pasien mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk variasi
3 langkah penting.11,12
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan
untuk memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat
penting. Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat
basah dan menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat di
handuk, kain kassa direndam atau dimasak dengan microwave, kain yang
telah direndam dapat digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk
menghindari penggunaan panas yang berlebihan.10
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang
menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang
kelenjar. Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain
kasa. Air biasa sering digunakan, meskipun dokter lebih suka bahwa
beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air
hangat untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan untuk
menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri,
bukan kulit kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat
tidak diperlukan dan mungkin berbahaya.10
3. Salep antibiotic pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok.
Umum digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep
antibiotic kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun
11
penggunaannya kurang tepat untuk pengelolaan jangka panjang.

Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus


refrakter blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotic oral. Satu atau dua
bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada
pasien dengan penyakit yang lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk
mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah metabolisme dan
mengurangi disfungsi kelenjar. Penggunaan metronidazole sedang dipelajari.11
Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan, salep
air mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d selam 6-12
minggu, Doksisiklin 100 mg b.d selama satu minggu dan kemudian setiap hari
selama 6-12 minggu, Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu; (pigmentasi
kulit dapat berkembang setelah penggunaan jangka panjang). Erythromicin 250mg
atau b,d digunakan untuk anak-anak.11
Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan
memerlukan pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran
anitbiotik-koritokosteroid dapat mengurangi peradangan dengan gejala
konjungitivitis. Infiltrat kornea juga dapat diobati dengan antibiotic-kortikosteroid
tetes. Ulkus tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara empiris, tetapi ulkus yang
lebih besar, parasentral, atau atipikal harus dikerok dan specimen dikirim untuk
diagnostic dan untuk kultur dan pengujian sensitivitas.11
Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat
mengakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching kelopak
dapat mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan pencukuran
bulu, perusakan folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau dengan aksi
bedah. Entropion atau ectropion dapat mengembangkan dan mempersulit situasi
klinis dan mungkin memerlukan rujukan ke ahli bedah oculoplastics. Perawatan
bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk komplikasi seperti pembentukan
kalazion, triachisis, ektropiom, entropion atau penyakit kornea.11
Untuk blefaritis anterior, antibiotic natrium asam fusidic topikal, bacitracin atau
kloramfenikol digunakan untuk mengobati akut tetapi terbatas dalam kasus-kasus
lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi kelopak anterior
dengn cotton bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500 mg setiap hari selama
tiga hari) dapat membantu untuk mengontrol penyakit blefaritis ulseratif.12
Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan pengobatan
tetapi tidak boleh digunakan pada anak dibawah usia 12 tahun atau pada wanita
hamil atau menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh, dan dapat
menyebabkan noda pada gigi dan hypoplasia gigi (eritromisin adalah alternative).
Alasan untuk penggunaan tetrasiklin adalah kemampuan mereka untuk memblokir
produksi lipase stafilokokal jauh dibawah konsentrasi penghambatan minimum
antibakteri. Tetrasiklin terutama diindikasikan pada pasien dengan phlyctenulosis
berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang pengobatan mungkin diperlukan.
Contohnya: oxytetracycline 250 mg b.d selama 6-12 minggu, Doksisiklin 100 mg
b.d selama satu minggu dan kemudian setiap hari selama 6-12 minggu.12
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling
sering terjadi pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya
disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata
sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang.15
1. Mata merah : blefaritis dapat menyebabkan serangan mata merah
(konjungtivitis)
2. Keratokonjungtivissica adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa
memproduksi air mata yang cukup atau air mata menguap terlalu cepat. Ini
bisa menyebabkan mata kekurangan air dan menjadi radang. Syndrome
mata kering dapat terjadi karena dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis
seboroik dan dermatitis rosea, namun dapat juga disebabkan karena kualitas
air mata yang kurang baik.
3. Ulserasi kornea : iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang
meradang atau salah arah bulu mata dapat menyebabkam goresan (ulkus) di
kornea.

Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun defisiensi


tear film kadang dapat mengaburlan penglihatan, menyebabkan berbagai derajat
penglihatan berfuktuasi sepanjagn hari.15

G. PROGNOSIS
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman
untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis.
Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau
rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada
pasien yang memiliki episode blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya.
Bahkan dengan pengobatan yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi.15
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N. N. W
Umur : 84 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tagulandang
Pekerjaan : Pensiunan
Status Perkawinan : Menikah
Agama/Suku : Kristen Protestan
Tanggal Pemeriksaan : 6 November 2017

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata sebelah kanan terasa berpasir dan gatal
Riwayat Penyakit Sekarang :
Penderita datang ke Poli Mata RSUP Prof Kandou dengan keluhan mata kanan
terasa berpasir dan gatal serta sering keluar air mata sejat kurang lebih 1 minggu
yang lalu. Pasien sebelumnya juga sudah berobat ke dokter mata kurang lebih 2
minggu yang lalu dengan keluhan yang sama. Pasien juga mengeluh sudah sering
sakit seperti ini.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mempunyai riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan mengkonsumsi
captopril namun tidak teratur. Pasien juga telah melakukan operasi katarak pad
kurang lebih 5 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.
Pada anggota keluarga mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes militus.
Riwayat Sosial:
Tidak ada orang disekitar tempat tinggal maupun disekitar tempat tinggal yang
mengalami hal serupa dengan pasien.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status General
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda tanda vital
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Frekuensi nadi : 82 kali/menit
Frekuesi respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 360C

2. Status Oftalmologi

OD Pemeriksaan OS

6/6 Visus Kacamata 6/6

11 mmHg Tekanan Intra Okuli 12 mmHg

Orthophoria Posisi Orthophoria

Ada Sekret Ada

Normal Gerak bola mata Normal

Hiperemi (-), sekret (+), massa (-), ptosis (-), Palpebra Hiperemi (-), sekret (+), massa (-),
laserasi (-), suhu perabaan hangat (-), nyeri ptosis (-), laserasi (-), suhu perabaan
tekan (-), krusta (-), Meibomian gland hangat (-), nyeri tekan (-), krusta (-
dysfuction (MGD) (+), trikiasia (+) ),Meibomian gland Commented [dJ1]: ini singkatan dari apa? Semua
dysfuction
singkatan harus di tulis dulu panjangnya di awal diberi
(MGD) (+), trikiasia (+) dalam kurung singkatannya baru boleh di singkat –
singkat.
Hiperemi (-), injeksi konjungtiva (-), injeksi Konjungtiva dan sklera Hiperemi (-), injeksi konjungtiva (-),
siliar (-), perdarahan subkonjungtiva (-), injeksi siliar (-), perdarahan
pterigium (-), folikel (-) subkonjungtiva (-), pterigium (-),
folikel (-)

Cembung dan jernih Kornea Cembung dan jernih

Kesan dalam Bilik Mata Depan Kesan dalam

Bulat, di tengah, 3mm, Refleks cahaya Pupil Bulat, di tengah, 3mm, Refleks
langsusng (RCL) (+), Refleks cahaya tidak cahaya langsung (RCL) (+), Refleks
langsung (RCTL) (+) cahaya tidak langsung (RCTL) (+)

Warna cokelat, kripte jelas Iris Warna cokelat, kripte jelas

Pseudofakia Lensa Pseudofakia

Reflek Fundus (+), uniform, perdarahan (-), Funduskopi Reflek Fundus (+), uniform,
kalsifikasi (-), papil: bulat, batas tegas, warna perdarahan (-), kalsifikasi (-), papil:
vital, Cup to Disc Rasio (CDR) 0,3. Refleks bulat, batas tegas, warna vital, Cup
fovea (+) normal. to Disc Rasio (CDR) 0,3. Refleks
fovea (+) normal.

Gambar 5. Foto close up Gambar 6. Foto kedua mata


Gambar 7. Foto dengan slit lamp
D. RESUME
Pasien Perempuan berusia 83 tahun datang ke Poli Mata RSUP Prof. Kandou Commented [dJ2]: Sudah pasti presbiop

dengan keluhan mata kanan terasa berpasir dan gatal dialami sudah kurang lebih 1
minggu yang lalu.
Awalnya pasien merasa ada debu yang masuk pada mata sehingga terasa
berpasir dan gatal. Keluhan lain berupa sering keluar air mata juga dialami oleh
pasien. Pasien mengatakan, rasa berpasir dan gatal pada mata sebelah kanan tidak
membaik bila dibersihkan dengan air ataupun dengan istirahat. Pasien sudah
berobat ke rumah sakit setempat dan diberi obat tetes mata tetapi tidak terasa
membaik. Mata tidak merah, pandangan agak silau, tidak melihat pandangan ganda,
tidak ada kerontokan pada bulu mata. Selain itu pasien juga mengaku tidak pernah
ada kontak sebelumnya dengan orang yang mengalami hal serupa. Dan pasien
mengaku mengucek-ngucek matanya dikarenakan rasa berpasir dan gatal pada mata
kanan. Tidak ada riwayat trauma.
Riwayat adanyanya pemasangan lensa atau pseudofakia pada kedua mata. Ada
riwayat konsumsi obat Captopril yang tidak teratur. Ada riwayat hipertensi,
diabetes melitus maupun alergi, alergi berupa telur, ikan dan ayam.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanyanya secret dan trikiasis pada
kedua mata

E. DIAGNOSIS
Blefaritis ODS + Presbiopsia Commented [dJ3]: Tambahkan presbiop.

Nanti masukkan di tatalaksananya


F. DIAGNOSIS BANDING
Hordeolum
Kalazion
Tumor palpebral

G. Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa :
- Eye hygiene dengan shampoo bayi 2X sehari dibersihkan di pangkal bulu
mata kiri-kanan
- Hand hygiene
- Kompres dengan menggunakan air hangat
- Koreksi kacamata baca S +3,00

2. Medikamentosa :
- Artificial tears Eye Drop 6 dd 1 gtt ODS ( 1 gtt per 4 jam ODS )
- Neomicin + kortikosteroid kombinasi 4 dd 1 gtt ODS ( 1 gtt per 6 jam ODS
) Commented [dJ4]: Jangan pake merek dagang.

H. PROGNOSIS
- Prognosis (ad functionam) ad bonam
- Prognosis (ad vitam) ad bonam
- Prognosis (ad sanationam) dubia ad bonam
BAB IV Commented [dJ5]: Pembahasan belum di koreksi. ..

Pembahasan Commented [dJ6]: Dibahas satu per satu .

Dari anamnesis
Pemeriksaan fisik
Diagnosis blefaritis pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, Penunjang
Diagnosis
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan oftalmologi. Dari anamnesis didapatkan Differential diagnosis
Treatment
keluhan Mata sebelah kanan terasa berpasir dan gatal pada kelopak mata kanan Prognosis

yang dialami pasien sejak satu minggu sebelum ke poli mata. Hal ini sesuai dengan Minimal ada 7 paragraf.

kepustakaan yang menyebutkan bahwa blefaritis merupakan suatu peradangan pada Di bandingkan dengan kepustakaan.
Jangan lupa di berikan citation (kutipan) dengan
margo palpebra. Selain itu pasien juga mengeluh adanya rasa panas pada kelopak metode Vancouver.

mata kanan, kadang-kadang juga mata berair. Selain itu pasien juga merasa lengket
pada mata. Gambaran ini sesuai dengan gambaran klinik dari blefaritis. Mata berair
merupakan ketidakseimbangan antara komponen cair dan lipid dari tear film yang
memungkinkan peningkatan penguapan. Waktu pemecahan tear film biasanya
berkurang. Rasa lengket pada mata disebabkan oleh adanya sekret. Pada
pemeriksaan fisik generalis tidak didapatkan kelainan.2
Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus mata kanan dan kiri dalam
batas normal karena pasien telah memasang lensa atau pseudofakia. Pada palpebra
didapatkan adanya sekret dan trikiasis. Hal ini sesuai dengan gambaran klinik
blefaritis yang disebabkan oleh infeksi stafilococcus.16
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya penyulit seperti hordeolum, kalazion,
trikiasis maupun konjungtivitis. Penanganan pada pasien ini meliputi kebersihan
kelopak mata dengan membersihkan tepi kelopak mata dengan kain kasa hangat,
dimana saat membersihkannya, kelenjar ditekan untuk mengeluarkan isinya. Selain
itu dapat digunakan shampo bayi untuk membersihkan kelopak mata dari sekret.16
Pada pasien ini juga diberikan hyalub eye drop ED 6 x 1 ODS. Pada pasien
juga diberikan xitrol ED 4x1 ODS. Xitrol yang mengandung deksametason 0,1 %,
neomisin sulfat 3,5 mg/mL, polimiksin B sulfat 6000 UI/mL. Xitrol dapat
mencegah pelepasan kimia yang bertanggung jawab untuk peradangan,
menghentikan produksi protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri, dan
membunuh bakteri.
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam, dimana jika ditangani dengan baik
akan mengalami penyembuhan yang cepat. Jika tidak diobati blefaritis ini akan
berlangsung lama dan bisa menimbulkan penyulit seperti konjungtivitis,
keratokonjungtivis sicca dan ulserasi kornea.
BAB V
KESIMPULAN Commented [dJ7]: Kesimpulan menyimpulkan isi
laporan kasus. Bukan menyimpulkan tinjauan
pustaka..MANA REVISINYA?

Pada kasus seorang wanita berusia 83 tahun, yang merupakan pasien rawat
jalan dipoliklinik mata RSUP Prof. R. D. Kandou Manado. Dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik didiagnosis dengan blefaritis ODS dan presbiopsia. Penderita
diberikan terapi salep antibiotik kortikosteroid kombinasi. Dengan prognosis dubia
et bonam
DAFTAR PUSTAKA Commented [dJ8]: Perbaiki kepustakaan sesuai
kaidah Vancouver.
1. Riordan-Eva P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum.
Yang buku sertakan halaman
17th ed. Jakarta: EGC; 2009.
MANA REVISINYA?

2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2014. Page 91-4.

3. Lindsley K, Matsumura S, Hatef E, Akpek EK. Interventions for chronic


blepharitis. HHS Public Access. Available at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4270370/. Accessed
September 26, 2017.

4. Johnson, Stephen, M, MD. Blepharitis. Midwest Eye Institute. Available at


:http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html. Accessed September 25, 2017.

5. Lamp M, Nicholas K. Blepharitis in the United State 2009: A survey-based


perspective on prevalence and treatment. Ocul Surf. 2009;7:S1-14

6. British Medical Journal. Blepharitis. BMJ Best Pract. 207. Avaible at :


http://bestpratice.bmj.com/bestpratice/monograph/574/basic/epidemiology
. Accessed Oktober 30 Oktober 2017.

7. Vaughan D. General Ophthalmology. Widya Medika. Jakarta: 2003; page


78-80.

8. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell


publishing, Australia: 2013; page 52-4.

9. Wibowo. 2009. Anatomi tubuh manusia. Bandung: Graha Ilmu.

10. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta:
EGC; 2004.
11. Weinstock, Frank J., MD. Eyelid Inflammation “Blepharitis” Available
at:http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm.
Accessed September 25, 2014.

12. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013.
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1211763-
overview#a0104. Accessed September 25, 2014.

13. Allen, JH et all. Patophosiology Blepharitis. In Best Practice British


Medicine Journal. Last updated: July 26, 2013.

14. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred
Practice Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.

15. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013. Available
at :http://emedicine.medscape.com/article. Accessed September 25, 2014.

16. Papier, ART, MD; David J. Tuttle, MD; and Tara J. Mahar, MD.
Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid in the American Academy
of Family Physicians. 2007; page 1815-24.

Anda mungkin juga menyukai