Anda di halaman 1dari 10

TUGAS GEOSTATISTIKA

RESUME JURNAL

OLEH
KELOMPOK 5
David Toddy
Dori Septa Pianus
Nurul Nabila
Rorry Rachmad Illahi

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2018
ESTIMASI SUMBERDAYA BATUBARA
DENGAN MENGGUNAKAN GEOSTATISTIK
(KRIGGING)
SARI
Biasanya untuk melakukan perhitungan sumberdaya batubara digunakan
metoda poligon atau metoda mean area dimana pada metode-metode tersebut tidak
ada mekanisme mengukur kesalahan. Sebaliknya dengan menggunakan Metoda
Geostatistik (Kriging) perhitungan sumberdaya dapat dilakukan secara akurat
yaitu dengan mengekspresikan dan merangkum data-data eksplorasi menjadi
sebuah model konseptual dan ekspresi yang komprehesi.
Kondisi batubara didaerah penelitian mempunyai variasi dikadar abu
yang rendah dilihat dari bentuk histogramnya skewness negatif dan antara satu
data lubang bor dengan data lainnya tidak ada korelasi satu sama lain. Untuk
parameter sulfur batubara daerah penelitian berbentuk skewness normal
dengan kadar yang bervariasi yang mempunyai nilai 0,5 – 1 % dan
memenuhi persyaratan untuk dilakukan proses penambangan. Total tonase
batubara didaerah penelitian didapatkan untuk Seam A = 3.100.000 ton
dengan SR = 10.12 dan Seam B = 7.100.000 dengan SR = 4
PENDAHULUAN
Pada umumnya perhitungan sumberdaya batubara menggunakan metode
polygon dan metoda isoline dimana kedua metoda tersebut tidak menyatakan
elemen geometri endapan batubara dalam model yang sistematik, sehingga
menyulitkan proses perhitungan sumberdaya batubara. Misalkan permukaan
topografi dan bidang perlapisan batubara belum dinyatakan dalam model matematik
yang sistematik.
Dengan mengekspresikan dan merangkum data-data eksplorasi menjadi
sebuah model konseptual dan ekspresi yang komprehesif, maka akan
memudahkan perhitungan Sumberdaya batubara. Salah satu solusi dari
permasalahan diatas adalah pemodelan dengan Metoda Geostatistik (KRIGING).

METODE PENELITIAN
Istilah kriging diambil dari namaseorang ahli, yaitu D.G. Krige, yang
pertama kali menggunakan korelasi spasial dan estimator yang tidak bias. Istilah
kriging diperkenalkan oleh G.Matheron untuk menonjolkan metode khusus
dalam moving average terbobot (weighted moving average) yang meminimalkan
varians dari hasil estimasi. Jadi metode kriging Kriging sebagai metode interpolasi
membutuhkan proses inversi matriks korelasi antar sampel. Secara empiris,
observasi yang berada jauh dari titik interpolasi cenderung memiliki bobot nol atau
negative (screen effect). Metode kriging menghasilkan estimator tidak bias terbaik
(the best unbiased estimator, BLUE) dari variabel yang ingin diketahui nilainya.
Sampel data dalam geosains biasanya diambil di tempat yang tidak
beraturan. Komputer akan bekerja hanya dengan data digital yang teratur (misal
kalau akan menggambar konturnya). Untuk itu perlu dibuat jejala (grid)
yang teratur, dimana sampel data harus ditempatkan untuk bisa diproses oleh
komputer.
Metode Variogram
Variogram merupakan suatu metode analisis secara geostatistik yang
berfungsi untuk mengkuantifikasi tingkat kemiripan atau variabilitas antara dua
conto yang terpisah pada jarak tertentu. Data yang dekat dengan titik yang
ditaksir memiliki kecenderungan nilai yang lebih mirip dibandingkan data yang
lebih jauh.
Variogram Indikator adalah variogram yang dibuat dari hasil
transformasi berupa indicator data 0 dan 1. Indikator variogram eksperimental
didapatkan dengan persamaan sebagai berikut :

 (h)  z (ti) z ( t i – h ] 2

2N(h)

Dimana :
 (h) : Variogram indikator
z(xi) : Nilai ketebalan pada lokasi
z(xi + h) : Nilai ketebalan pada lokasi
N(h) : Jumlah pasangan data

Persamaan diatas hanya berlaku bagi data dengan jarak antar pasangan (lag)
yang sama sebesar h dan berarah 0 . Sedangkan untuk data yang memiliki jarak
antar conto tidak teratur diperlukan suatu toleransi untuk kedua variabel tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Pengolahan Data
Berdasarkan hasil analisis data-data sekunder yang sudah terkumpul maka
dilakukan rekapitulasi data lubang bor sebagai basis data yang nantinya akan
digunakan untuk pengolahan data selanjutnya, dimana pengolahan data awal
menggunakan metoda statistik konvensional. Selain itu dilakukan perhitungan
seperti studi indikator variogram, penentuan parameter estimasi dengan metoda
indikator kriging kemudian dilanjutkan permodelan endapan batubara. Proses
pengolahan basis data tersebt menggunakan pogram SGeMS (Stanford
Geostatistical Earth Modeling Software) versi 2.0
Data yang ditemukan dibuat dalam bentuk xls dan txt yang
didapatkan dari data log bor yang ada.
1. Koordinat Easting titik bor 1 dan seterusnya
2. Koordinat Northing titik bor 2 dan seterusnya
3. Elevasi lapisan untuk setiap lubang bor
4. Kadar abu/ash
5. Kadar Sulfur
6. Nilai Caloric Value (CV)

Penyusunan Basis Data Assay


Basis data assay merupakan suatu data atau informasi penting yang
menjadi dasar dalam proses pemodelan dan estimasi cadangan yang diperoleh
dari hasil kegiatan pemercontohan dan hasil analisa kadar terhadap sampel. Dalam
penelitian ini data pemercontohan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
mengenai karakteristik data dan populasi ebdapan batubara diperoleh berdasarkan
kegiatan pemboran.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa basis data assay untuk
penelitian ini terdiri atas 2 bagian yaitu data lubang bor berupa data koordinat
dan elevasi, serta data kadar hasil assay permeter kedalaman sampel lubang bor
yang diperoleh. Data koordinat lubang bor sangat penting karena akan menetukan
distribus pada daerah atau blok perhitungan dimana data lubang bor ini akan
digunakan sebagai data awal untuk melakukan estimasi sumberdaya batubara.
Karakteristik spasial dari populasi data awal ini dapat diketahui dari hasil analisa
variogram data-data tersebut.

1. Analisis Histogram
Gambar 1. Histogram Ash

Gambar 2. Histogram Sulfur

Gambar 3. Histogram Thick

2. Analisis Diagram Pencar atau Scatter Plot


Diagram pencar atau scatter plot digunakan untuk mengetahui hubungan
antara 2 (dua) variabel atau populasi yang berbeda yang terletak pada lokasi yang
sama. Diagram pencar antara caloric value dan sulfur untuk blok perhitungan dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4. Scatter Plot korelasi Sulphur dan CV

Gambar 5. Scatter Plot Cv dan Ash

3. Analisis Variogram
Analisa variogram untuk setiap perhitungan blok sumberdaya dibuat dalam
berbagai arah yaitu 4 (empat) arah Utama dalam bidang horizontal dan 1 (satu)
arah vertikal. Tujuannya untuk mengetahui kontinuitas data secara 3 (tiga) dimensi
dan mendapatkan parameter penaksiran yang representatif untuk pengolahan data
selanjutnya yaitu penaksiran dengan menggunakan metode krigging.
Gambar 6. Variogram Gabungan Batubara

Gambar 7. Variogram Omni Directional

Gambar 8. Variogram Azimuth 45


Gambar 9. Variogram Azimuth 90

Gambar 9. Variogram Azimuth 135

Gambar 10. Variogram Azimuth 180

4. Analisis Estimasi Kriging


Proses estimasi dengan metode kriging merupakan bagian merupakan bagian
dari prosedur estimasi sumberdaya batubara. Kriging akan mengestimasi setiap
nilai pada setiap blok dalam bentuk grid yang sudah disiapkan dari data assay
lubang bor. Grid penaksiran berukuran 100 x 100 x 1 meter. Dimensi tersebut
sesuai dengan daerah pengaruh lubang bor pada bidang horizontal dan sesuai
dengan spasi assay conto pemboran pada bidang vertikal.
Gambar 11. Sebaran Lubang Bor dan Kadar Ash

Gambar 12. Sebaran Sumberdaya Batubara

5. Tabulasi Perhitungan Sumberdaya


Tabulasi perhitungan sumberdaya merupakan tahapan akhir yang sangat
penting dalam kegiatan penaksiran atau pemodelan sumberdaya bahan galian.
Tabulasi hasil perhitungan sumberdaya merupakan tahapan
untuk menampilkan model sumberdaya bahan galian yang dianggap
mempunyai nilai potensial dengan mempertimbangkan aspek tertentu.
Total OB danTonnase
waste m Stripping
(cubic) Rasio
Seam A
3.100.000 40122000 10.12

Seam B
7.250.000 7.100.000 4
Tabel 1. Total tonase sumberdaya batubara

KESIMPULAN
1. Kondisi batubara didaerah penelitian mempunyai variasi dikadar abu
yang rendah dilihat dari bentuk histogramnys skewness negatif dan antara satu
data lubang bor dengan data lainnya tidak ada korelasi satu sama lain.
2. Untuk parameter sulfur batubara daerah penelitian berbentuk
skewness normal dengan kadar yang bervariasi dinilai 0.5 – 1 % dan memenuhi
persyaratan untuk dilakukan proses penambangan.
3. Total tonase batubara didaerah penelitian didapatkan untuk Seam A =
3.100.000 ton dengan SR =
10.12 dan Seam B = 7.100.000
dengan SR = 4

Anda mungkin juga menyukai