org
Rasionalitas Peresepan Obat Batuk Ekspektoran Dan Antitusif Di Apotek Jati Medika Periode
Oktober-Desember 2012
Uswatun Hasanah Linnisaa, Susi Endra Wati
Poltekes Kesehatan Sukoharjo
Abstrasi: The pattern of prescribing by doctors in Indonesia are still many who do not meet the standards
of rationality treatment. This could be due to lack of knowledge about medicine and doctors due to the
limitations of the existing drug supply and availability of drugs at the pharmacy information to physicians.
This prescription rationality includes precision dosage, drug, patients, and indications. Besides the
standard rationality in the prescription, the doctor also pay less attention to the interaction of the drug to
other drugs. This study included non-experimental research carried out by collecting prescription data
obtained by reading the recipes patients suffering from cough in pharmacy Teak Medika months from
October to December 2012. Analysis of the results was done by determining whether the prescribing
pattern already meet the standards of rationality.
Keyword: Cough Expectorants, rationality Prescribing
Abstrasi: Pola peresepan oleh dokter di Indonesia masih banyak yang belum memenuhi standar
rasionalitas pengobatan. Hal ini bisa disebabkan kurangnya pengetahuan dokter tentang obat dan
disebabkan keterbatasan persediaan obat yang ada dan informasi ketersediaan obat di apotek kepada
dokter. Rasionalitas peresepan ini meliputi ketepatan dosis, obat, pasien, dan indikasi. Selain standar
rasionalitas dalam peresepan, dokter juga kurang memperhatikan interaksi obat terhadap obat lain.
Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dilakukan dengan mengumpulkan data
resep yang diperoleh dengan membaca resep pasien yang menderita batuk di Apotek Jati Medika bulan
Oktober-Desember 2012. Analisis hasil dilakukan dengan menentukan apakah pola peresepan sudah
memenuhi standar kerasionalan.
Kata Kunci: Obat Batuk Ekspektoran, Rasionalitas Peresepan
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. (BPOM pada asma dan keadaan psikis (kebiasaan atau
RI, 2008) “tic”). Akhirnya batuk yang tidak sembuh-
sembuh dan batuk darah terutama pada anak-
1.2. Rumusan Masalah anak dapat pula disebabkan oleh penyakit
cacing, misalnya oleh cacing gelang.
Bagaimanakah rasionalitas peresepan obat Disamping gangguan-gangguan tersebut,
batuk jenis antitussiva dan ekspektoran di batuk bisa juga dipicu oleh stimulasi reseptor-
Apotek Jati Medika Grogol Sukoharjo selama reseptor yang terdapat di mukosa dari seluruh
bulan Oktober-Desember tahun 2012? saluran napas, (termasuk tenggorok), juga
dalam lambung. Bila reseptor ini yang peka bagi
2.1. Fisiologi Batuk zat-zat perangsang distimulir, lazimnya
timbullah refleks batuk. Saraf-saraf tertentu
Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif menyalurkan isyarat-isyarat ke pusat batuk di
yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan sumsum lanjutan (medulla oblongata), yang
membersihkan saluran pernapasan dari dahak, kemudian mengkoordinir serangkaian proses
debu, zat-zat perangsang asing yang dihirup, yang menjurus ke respons batuk. Batuk yang
partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi. berlarut-larut merupakan beban serius bagi
Orang sehat hampir tidak batuk sama sekali banyak penderita dan menimbulkan pelbagai
berkat mekanisme pembersihan dari bulu getar keluhan lain seperti sukar tidur, keletihan dan
di dinding bronchi, yang berfungsi inkontinensi urin.
menggerakkan dahak keluar dari paru-paru Jenis batuk dapat dibedakan menjadi 2,
menuju batang tenggorok. Cilia ini bantu yakni batuk produktif (dengan dahak) dan batuk
menghindarkan masuknya zat-zat asing ke non-produktif (kering).
saluran napas. (Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, 1.Batuk produktif merupakan suatu mekanisme
K. 2010) perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat-
zat asing (kuman, debu, dsb) dan dahak dari
2.2. Etiologi Batuk batang tenggorok. Batuk ini pada hakikatnya
tidak boleh ditekan oleh obat pereda.
Pada banyak gangguan saluran napas, batuk Tetapi dalam praktek seringkali batuk
merupakan gejala penting yang ditimbulkan oleh yang hebat mengganggu tidur dan meletihkan
terpicunya refleks batuk. Misalnya pada alergi pasien ataupun berbahaya, misalnya setelah
(asma), sebab-sebab mekanis (asap rokok, pembedahan. Untuk meringankan dan
debu, tumor paru), perubahan suhu yang mengurangi frekuensi batuk umumnya
mendadak dan rangsangan kimiawi (gas, bau). dilakukan terapi simtomatis dengan obat-obat
Sering kali juga disebabkan oleh peradangan batuk (antitussiva), yakni zat pelunak,
akibat infeksi virus seperti virus selesma ekspektoransia, mukolitika dan pereda batuk.
(common cold), influenza, dan cacar air di hulu 2. Batuk non-produktif bersifat “kering” tanpa
tenggorok (bronchitis, pharyngitis). Virus-virus adanya dahak, misalnya pada batuk rejan
ini dapat merusak mukosa saluran pernapasan, (pertussis, kinkhoest), atau juga karena
sehingga menciptakan “pintu masuk” untuk pengeluarannya memang tidak mungkin, seperti
infeksi sekunder oleh kuman, misalnya pada tumor. Batuk menggelitik ini tidak ada
Pneumococci dan Haemophilus. Batuk dapat manfaatnya, menjengkelkan dan seringkali
mengakibatkan menjalarnya infeksi dari suatu mengganggu tidur. Bila tidak diobati, batuk
bagian paru ke yang lain dan juga merupakan demikian akan berulang terus karena
beban tambahan pada pasien yang menderita pengeluaran udara cepat pada waktu batuk
penyakit jantung. akan kembali merangsang mukosa tenggorok
Penyebab batuk lainnya adalah dan farynx. (Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, K.
peradangan dari jaringan paru (pneumonia), 2010)
tumor dan juga akibat efek samping beberapa
obat (penghambat-ACE). Batuk juga merupakan 2.3. Obat-obat Batuk
gejala terpenting pada penyakit kanker paru. Obat-obat yang menghentikan rangsang batuk
Penyakit tuberkulosa di lain pihak, tidak selalu menurunkan frekuensi dan intensitas dorongan
harus disertai batuk, walaupun gejala ini sangat batuk dengan menekan refleks batuk akibat
penting. Selanjutnya batuk adalah gejala lazim penghambatan pusat batuk dalam batang otak
pada penyakit tifus dan pada dekompensasi dan/atau melalui blokade reseptor sensorik
jantung, terutama pada manula, begitu pula (reseptor batuk) dalam saluran bronkhus. Obat-
ISSN : 2355-1313 31
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 1 – Januari 2014 - ijmsbm.org
obat ini hanya digunakan pada rangsang batuk ini berdaya merombak dan
kering, yang melalui penghentian refleks batuk melarutkan dahak sehingga
tak ada bahaya terjadinya bendungan sekret. viskositasnya dikurangi dan
Kodein (metilmorfin) masih merupakan pengeluarannya dipermudah. Lendir
antitussiva yang paling banyak digunakan. memiliki gugus-sulfhidril (-SH) yang
Melalui esterifikasi gugus hidroksil fenolik dari saling mengikat makromolekulnya.
morfin, kerja analgetika diperlemah, sebaliknya Senyawa sistein dan mesna berdaya
kerja antitussiva tetap ada. Sejajar dengan membuka jembatan-disulfida ini.
penurunan kerja analgetika, efek samping juga Bromheksin dan ambroksol bekerja
menurun. Pada dosis lazim yang menekan dengan jalan memutuskan “serat-
rangsang batuk, kodein hanya sedikit bekerja serat” (rantai panjang) dari
menghambat proses pernafasan dan tidak mucopolysaccharida.
menyebabkan euforia. Karena itu adiksi jarang Mukolitika digunakan dengan efektif
terjadi. Sebagai efek samping dapat terjadi mual pada batuk dengan dahak yang
dan obstipasi lemah. (Mutschler. E, 1991) kental sekali, seperti pada bronchitis,
emfisema dan mucoviscidosis ( =
Antitusiva (L.tussis = batuk) digunakan untuk cystic fibrosis). Tetapi pada umunya
pengobatan batuk sebagai gejala dan dapat zat-zat ini tidak berguna bila gerakan
dibagi dalam sejumlah kelompok dengan bulu getar terganggu seperti pada
mekanisme kerja yang sangat ber-aneka ragam, perokok atau akibat infeksi.
yaitu : 4) Zat pereda : kodein, noskapin,
1) Zat pelunak batuk (emoliensia, L. dekstrometorfan dan pentoksiverin
mollis = lunak), yang memperlunak (Tuclase). Obat-obat dengan kerja
rangsangan batuk, melumas sentral ini ampuh sekali pada batuk
tenggorok agar tidak bisa kering dan kering yang menggelitik.
melunakkan mukosa yang teriritasi. 5) Antihistaminika : prometazin,
Untuk tujuan ini banyak digunakan oksomemazin, difenhidramin dan d-
sirup (Thymi dan Altheae), zat-zat klorfeniramin. Obat-obat ini sering
lendir (Infus Carrageen) dan gula- kali efektif pula berdasarkan efek
gula seperti drop (akar manis, sedatifnya dan juga dapat menekan
succus liquiritae), permen, pastilles perasaan menggelitik di tenggorrok.
hisap (memperbanyak sekresi Antihistaminika banyak digunakan
ludah), dsb. terkombinasi dengan obat-obat
2) Ekspektoransia (L. ex = keluar; batuk lain dalam bentuk sirup OTC.
pectus = dada) : minyak terbang, 6) Anastetika lokal : pentoksiverin. Obat
guaiakol, Radix Ipeca (dalam tablet / ini menghambat penerusan
pulvis Doveri) dan amonium klorida rangsangan batuk ke pusat batuk.
(dalam obat batuk hitam). Zat-zat ini
memperbanyak produksi dahak Efektifitas dari emmolliensia, ekspektoransia
(yang encer) dan dengan demikian dan mukolitika untuk meringankan batuk
mengurangi kekentalannya, menurut sejumlah peneliti masih diragukan,
sehingga mempermudah karena belum pernah dibuktikan secara objektif
pengeluarannya dengan batuk. ilmiah. Efek baik yang sering kali dihasilkan oleh
Mekanisme kerjanya adalah obat-obat ini terutama berdasarkan perasaan
merangsang reseptor-reseptor di subjektif dan diperkirakan berkat efek plasebo
mukosa lambung yang kemudian yang terkenal besar pengaruhnya pada terapi
meningkatkan kegiatan kelenjar- batuk.
sekresi dari saluran lambung-usus Penggolongan lain dari antitussiva dapat
dan sebagai refleks memperbanyak dilakukan menurut titik kerjanya, yaitu dalam
sekresi dari kelenjar yang berada di otak (SSP) atau diluar SSP, yakni zat-zat
saluran nafas. Diperkirakan bahwa sentral dan zat-zat perifer.
kegiatan ekspektoransia juga dapat
dipicu dengan meminum banyak air. 2.4. Rasionalitas Peresepan
3) Mukolitika (L.mucus = lendir, lysis =
melarutkan) : asetilsistein, mesna, Setelah pasien yang memiliki masalah klinis
bromheksin, dan ambroksol. Zat-zat dievaluasi dan diagnosisnya ditegakkan, dokter
ISSN : 2355-1313 32
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 1 – Januari 2014 - ijmsbm.org
sering kali dapat memilih metode terapi dari 4. Tanda tangan atau paraf dokter.
berbagai macam pendekatan terapeutik. 5. Nama pasien, jenis hewan, umur, serta
Beberapa pilihan yang ada meliputi obat-obatan, alamat pemilik hewan.
pembedahan, terapi psikiatrik, radiasi, terapi 6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep
fisik, pendidikan kesehatan, konseling, yang mengandung obat yang jumlahnya
konsultasi lebih lanjut, hingga tidak dilakukan melebihi dosis maksimal. (Anief. Moh,
terapi sama sekali. Sampai sejauh ini, dari 2008)
berbagai pilihan tersebut, terapi obat adalah c) Dosis
yang paling sering dipilih. Pada sebagian besar Dosis suatu obat ialah banyaknya suatu obat
kasus, hal ini memerlukan penulisan resep. yang dapat diberikan kepada seorang pasien
Resep merupakan perintah dari peresep untuk untuk menghasilkan efek yang diharapkan
mempersiapkan atau memberikan satu terapi tergantung dari banyak faktor antara lain usia,
tertentu, biasanya obat-obatan untuk pasien berat badan, kelamin, besarnya permukaan
tertentu. badan, beratnya penyakit dan keadaan daya
a) Kriteria peresepan rasional tangkis penderita. Macam-macam dosis:
Pengobatan rasional sangat diperlukan guna 1. Dosis Terapi atau Dosis Lazim : dosis
mencapai keberhasilan sebuah pengobatan. rata-rata yang biasanya (lazim)
Kriteria pengobatan rasional mencakup enam diberikan yang dapat memberikan efek
hal sebagai berikut: yang diinginkan.
1. Tepat diagnosis. Suatu diagnosis harus
spesifik, karena merupakan perkiraan 2. Dosis Maksimum : dosis yang apabila
yang diperlukan untuk pindah ke tahap takarannya dilampaui dapat
berikutnya. mengakibatkan efek toksik.
2. Tepat indikasi. Pertimbangan yang
berkaitan dengan perlu tidaknya suatu Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat
obat harus diberikan pada kasus tertentu. tidak dapat disamakan dengan orang dewasa.
3. Tepat jenis obat. Satu atau lebih golongan Anak terutama bayi menunjukkan kerentanan
obat akan ditentukan oleh setiap tujuan yang lebih besar terhadap obat, karena fungsi
terapi. Berhubungan dengan pemilihan hati dan ginjal belum sempurna serta sistem
kriteria kelas terapi dan jenis obat enzimnya belum berkembang secara lengkap.
berdasarkan pertimbangan manfaat, Pada waktu pasien berhadapan dengan dokter,
aman, mutu dan harga obat. seharusnya dilakukan proses konsultasi secara
4. Tepat dosis. Dosis yang diberikan harus lengkap untuk menentukan dan memperkirakan
sesuai, ditentukan terutama olek sifat diagnosis dan memberikan tindakan terapi
farmakokinetik obat pada pasien tersebut. setepat mungkin. Kerangka konsep proses
5. Tepat evaluasi. Merupakan penilaian atau konsultasi medis secara lengkap :
monitoring terhadap prosedur dari hasil 1. Pengambilan riwayat penyakit atau
pengobatan memerlukan informasi anamnesis, yaitu mencari informasi
mengenai timbulnya efek samping dan mengenai gejala dan riwayat
menentukan kapan terapi berakhir. (BPOM penyakit.
RI, 2008) 2. Pemeriksaan pasien. Pemeriksaan
fisik mencakup inspeksi, palpasi,
b) Resep auskultasi, dan perkusi. Pada
Resep merupakan dokumen legal yang beberapa keadaan mungkin
digunakan sebagai sarana komunikasi secara diperlukan pemeriksaan tambahan,
profesional dari dokter kepada penyedia obat, misalnya pemeriksaan laboratorium,
agar penyedia obat memberikan obat kepada pemeriksaan radiologis dan
pasien sesuai dengan kebutuhan medis yang sebagainya untuk mendukung
telah ditentukan oleh dokter.. Suatu resep yang penegakan diagnosis penyakit.
lengkap harus memuat: 3. Penegakan diagnosis. Berdasarkan
1. Nama, alamat dan nomor ijin praktek gejala dan tanda-tanda serta hasil
dokter, dokter gigi atau dokter hewan. pemeriksaan, diagnosis ditegakkan.
2. Tanggal penulisan resep, nama obat atau Diagnosis pasti tidak selalu dapat
kombinasi obat. ditegakkan secara langsung,
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan sehingga diperlukan perawatan atau
resep.
ISSN : 2355-1313 33
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 1 – Januari 2014 - ijmsbm.org
ISSN : 2355-1313 36
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 1 – Januari 2014 - ijmsbm.org
x sehari ½ tablet). Dalam resep ini bulan tersebut sediaan ekspektoran lebih
juga terjadi polyfarmasi penggunaan 2 banyak digunakan daripada sediaan
sediaan antihistamin yaitu histapan antitussiva
dan cortidex. 2. Obat batuk jenis antitussiva yang sering
10. Pengatasan : sediaan epexol dipisah digunakan adalah dextrometorfan,
tidak dalam satu racikan, dan sedangkan obat batuk jenis ekspektoran
penggunaan antihistamin satu saja. adalah gliseryl guaiacolat (GG)
11. Resep untuk batuk kering ini yang 3. Dari penelitian sampel resep yang diteliti,
mengandung dextrometorfan terdapat resep memenuhi ketepatan dosis dan
interaksi dengan ambroxol yang pasien, tetapi tidak tepat indikasi karena
mempunyai khasiat berlawanan yaitu terjadi interaksi khasiat yang berlawanan
mengencerkan dahak, sedangkan sehingga bisa merugikan pasien
dextrometorfan berkhasiat menekan 4. Prosentase resep obat batuk antitussiva
batuk. Dan penggunaan yang berinteraksi 15 %, antitussiva yang
dextrometorfan dan ambroxol sudah tidak berinteraksi 21 %. Sedangkan
memenuhi dosis lazim yaitu prosentase resep obat batuk ekspektoran
dextrometorfan (3-4 x sehari ½ yang berinteraksi 44 % dan yang tidak
tablet), ambroxol ( 2-3 x sehari ½ berinteraksi 20 %. Jadi peresepan di
tablet). Terjadi polyfarmasi dalam Apotek Jati Medika Grogol Sukoharjo
penggunaan antihistamin yaitu belum rasional, sebaiknya dokter lebih
cortidex dan histapan. Penggunaan memperhatikan interaksi antara masing-
antihistamin yang berlebihan dapat masing obat yang akan diresepkan
menyebabkan udema akibat retensi kepada pasien
natrium dan air dalam tubuh.
Penyelesaian : sebaiknya tidak
diberikan ambroksol untuk batuk DAFTAR PUSTAKA
kering dan penggunaan antihistamin
satu saja misalnya histapan. [1] Anief. Moh, 1993, Farmesetika, Gadjah
12. Resep untuk batuk berdahak ini Mada University Press, Yogyakarta
mengandung GG dan mucohexin yang [2] Anief. Moh, 2008, Ilmu Meracik Obat,
berfungsi mengencerkan dahak dan Gadjah Mada University Press,
merangsang pengeluaran dahak. Yogyakarta
Resep ini kurang tepat karena dosis [3] Badan Pengawas Obat Dan Makanan
terlalu kecil untuk dewasa. Yaitu dosis Republik Indonesia, 2009,
lazim GG (3-4 x sehari 2-4 tablet) dan Informatorium Obat Nasional Indonesia,
Mucohexin (3 x sehari 1 tablet). 1, 5-7, 10-11, 13-14, 16, 224-234, CV
Penggunaan cortidex sebagai Sagung Seto, Jakarta
antihistamin pada pengobatan batuk [4] Harkness. Richard, 1989, Interaksi Obat,
sudah tepat. 75, 77-79, ITB, Bandung
13. Resep ini diindikasikan untuk batuk [5] Mutschler. E, 1991, Dinamika Obat Edisi
berdahak diakibatkan flu, ambroxol Kelima, 191, 518-520, ITB, Bandung
yang terkandung dalam Epexol [6] Tjay. Tan Hoan dan Rahardja. K, 2010,
berkhasiat sebagai pengencer dahak. Obat–Obat Penting Edisi Ke Enam,
Resep ini sudah memenuhi dosis 662-668, Departemen Kesehatan RI,
Epexol yaitu 2-3 x sehari ½ tablet. Jakarta
Resep ini tidak terjadi interaksi [7] Zaman.N. dan Joenes, 1998, Ars
sehingga resep ini sudah rasional. Prescibendi Resep yang Rasional Edisi
ketiga, 135-146, Airlangga University
A. Kesimpulan Press, Surabaya
1. Pada bulan Oktober - Desember
merupakan musim penghujan, tidak
banyak debu tetapi suhu udara tidak stabil
sehingga banyak orang menderita
penyakit influenza yang disertai dengan
gejala batuk berdahak. Dengan demikian,
hal ini mendukung kenyataan bahwa pada
ISSN : 2355-1313 39