Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA

A. Definisi

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat
berupa cairan jernih yang mungkin berupa transudat, eksudat, darah ataupun pus
(Boughman, 2000).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi namun
biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung
sejumlah kecil cairan (5-15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi (Smelter, 2002).

B. Etiologi
Penyebab efusi pelura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah
(Somantri, 2007):
1. Transudat
Gagal jantung, sirosis hepatis dan asites, hipoproteinemia pada sindrom nefrotik,
obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal dan
atelektasis akut.
2. Eksudat
a. Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses)
b. Neoplasma (kanker paru, metastasis, limfoma, dan leukemia)
c. Emboli/infark paru-paru
d. Penyakit kolagen (SLE dan rheumatoid artritis)
e. Penyakit gastrointestinal (pankreatitis, rupture esophagus, dan abses hepar)
f. Trauma (hemothoraks dan khilothoraks)

C. Manisfestasi klinis
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat
tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang
beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala lainnya yang mungkin
ditemukan (Brunner & Suddarth, 2000):
1. batuk kadang berdarah
2. demam, menggigil
3. pernafasan yang cepat
4. Lemas progresif disertai penurunan BB
5. Asites
6. Dipsnea

D. Patofisiologi
Di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan viceralis. Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietal karena adanya tekanan hisrostatik, tekanan koloid dan daya tarik
elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura visceral,
sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase
cairan disini mencapai 1 liter perharinya (Padila, 2012).

Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmotik (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena
(gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura. Transudate misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan hidrostatik dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun.
Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung
dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga
mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya trasudat kadar proteinnya rendah sekali
atau tidak ada sehingga berat jenisnya rendah (Padila, 2012).

E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Syaifuddin (2009), pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa efusi pleura adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Radiologi
Pada flouroskopi maupun foto thoraks PA cairan yang kurang dari 300cc tidak bisa
terlihat, mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan kostofrenikus.
Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura lebih dari 300cc,
frenicocostalis tampak tumpul dan diafragma kelihatan meninggi. Untuk
memastikannya, perlu dilakukan dengan foto thoraks lateral dari sisi yang sakit
(lateral dekubitus).
b. Biopsi pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura melalui biopsi jalur
perkutaneus. Biopsy ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel- sel ganas atau
kuman- kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura).
c. Pengukuran fungsi paru (spirometri)
Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara resudial ke kapasitas total paru,
dan penyakit pleural pada tuberculosis kronis tahap lanjut.
Kapasitas total paru adalah volume maksimal pengembangan paru- paru dengan usaha
inspirasi yang sebesar- besarnya kira- kira 5800 ml.
d. Pemeriksaan laboratorium
Memeriksa cairan pleura agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisa cairan
pleura dapat dinilai untuk mendeteksi kemungkinan penyebab dari efusi pleura.
Pemeriksaan cairan pleura hasil thorakosentesis secara makroskopis biasanya dapat
berupa cairan hemoragi, eksudat, dan transudat.
e. Pemeriksaan darah
Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibwah
normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai sembuh, jumlah
leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai
turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan anemia ringan dengan gambaran
normokron dan normositer, gama globulin meningkat dan kadar natrium darah
menurun.
f. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman BA,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah bila
sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.

F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer, 2001)
1. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispnea
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
2. Pemberian anti biotik
Jika ada infeksi.
3. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklin, kalk
dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura
dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
4. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dyspnea akan semakin
meningkat pula.
5. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan karena efusi pleura menurut Mitchell, Abbas et al
(2008) adalah sebagai berikut:
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada
dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk
memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan
sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan.
Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps paru.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret/cairan
dalam alveoli.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan denganpenurunan ekspansi paru.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran kapiler alveoli.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pleura/pergesekan cairan dalam rongga
pleura.
5. Ansietas berhubungan denganketakutan dan ancaman akan status kesehatan.
I. Intervensi Keperawatan (NOC dan NIC)

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1 Ketidakefektifan bersihan NOC NIC
jalan napas
 Respiratory status: Airway suction
Definisi: ketidakmampuan ventilation
 Respiratory status: - Putuskan kapan dibutuhkan oral - Waktu tindakan suction yang tepat
untuk membersihkan sekresi
Airway patency dan/atau trakea suction membantu melapangan jalan nafas pasien
atau obstruksi dari saluran
Kriteria Hasil: - Auskultasi sura nafas sebelum dan - Mengetahui adanya suara nafas tambahan
pernapasan untuk sesudah suction dan kefektifan jalan nafas untuk
mempertahankan jalan napas.  Mendemonstrasikan memenuhi O2 pasien
batuk efektif dan - Informasikan kepada keluarga
Batasan karakteristik: mengenai tindakan suction - Memberikan pemahaman kepada
suara nafas yang keluarga mengenai indikasi kenapa
 Tidak ada batuk bersih, tidak ada - Gunakan universal precaution, dilakukan tindakan suction
 Suara napas tambahan sianosis dan dyspneu sarung tangan, goggle, masker sesuai - Untuk melindungai tenaga kesehatan dan
 Perubahan frekuensi (mampu kebutuhan pasien dari penyebaran infeksi dan
napas mengeluarkan memberikan pasien safety
sputum, mampu - Gunakan aliran rendah untuk
 Perubahan irama - Aliran tinggi bisa mencederai jalan nafas
bernapas dengan menghilangkan sekret (80-100
napas - Mengetahui adanya perubahan nilai SaO2
mudah, tidak ada mmHg pada dewasa)
 Sianosis dan satus hemodinamik, jika terjadi
 Kesulitan berbicara pursed lips) - Monitor status oksigen pasien (SaO2 perburukan suction bisa dihentikan.
atau mengeluarkan  Menunjukkan jalan dan SvO2) dan status hemodinamik
suara napas yang paten (MAP dan irama jantung) sebelum,
(klien tidak merasa saat, dan setelah suction
 Penurunan bunyi
tercekik, irama nafas,
suara
frekuensi pernapas Airway Management - Adanya bunyi ronchi menandakan
 Dispneu
dalam rentang - Auskultasi bunyi nafas tambahan; terdapat penumpukan sekret atau sekret
 Sputum dalam jumlah normal, tidak ada
berlebihan ronchi, wheezing. berlebih di jalan nafas.
suara napas - Berikan posisi yang nyaman untuk
 Batuk yang tidak - posisi memaksimalkan ekspansi paru dan
abnormal)
efektif menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi
 Gelisah  Mampu mengurangi dispnea. maksimal membuka area atelektasis dan
 Mata terbuka lebar mengidentifikasikan meningkatkan gerakan sekret ke jalan
dan mencegah faktor - Bersihkan sekret dari mulut dan nafas besar untuk dikeluarkan.
Faktor-faktor yang
trakea; lakukan penghisapan sesuai
berhubungan: yang dapat - Mencegah obstruksi atau aspirasi.
menghambat jalan keperluan.
 Lingkungan: Penghisapan dapat diperlukan bia klien
-Perokok pasif napas - Anjurkan asupan cairan adekuat. tak mampu mengeluarkan sekret sendiri.
-Mengisap asap - Mengoptimalkan keseimbangan cairan
- Ajarkan batuk efektif dan membantu mengencerkan sekret
-Merokok
 Obstruksi jalan napas: - Kolaborasi pemberian oksigen sehingga mudah dikeluarkan
- Spasme jalan - Fisioterapi dada/ back massage dapat
napas - Kolaborasi pemberian broncodilator membantu menjatuhkan secret yang ada
- Mokus dalam sesuai indikasi. dijalan nafas.
- Meringankan kerja paru untuk memenuhi
jumlah berlebihan
kebutuhan oksigen serta memenuhi
- Eksudat dalam
kebutuhan oksigen dalam tubuh.
jalan alveoli
- Broncodilator meningkatkan ukuran
- Materi asing
lumen percabangan trakeobronkial
dalam jalan napas sehingga menurunkan tahanan terhadap
 Fisiologis aliran udara.
- Jalan napas
alergik
- Asma
- Penyakit paru
obstruktif kronik
- Infeksi
- Disfungsi
neuromuskular
2. Ketidakefektifan pola napas NOC NIC
 Respiratory status : Airway Management
Definisi : Inspirasi dan atau Ventilation - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
ekspirasi yang tidak memberi  Respiratory status : lift atau jaw thrust bila perlu
ventilasi Airway patency
Batasan Karakteristik :  Vital sign Status - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
 Perubahan kedalaman Kriteria Hasil : ventilasi
pernapasan  Mendemonstrasikan - Identifikasi pasien perlunya
 Perubahan ekskursi batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan nafas buatan
dada nafas yang bersih, - Pasang mayo bila perlu
 Mengambil posisi tiga tidak ada sianosis dan - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
titik dyspneu (mampu - Keluarkari sekret dengan batuk atau
 Bradipneu mengeluarkan sputum, suction
 Penurunan tekanan mampu bernafas - Auskultasi suara nafas, catat adanya
ekspirasi dengan mudah, tidak suara tambahan
 Penurunan ventilasi ada pursed lips) - Lakukan suction pada mayo
semenit  Menunjukkan jalan
- Berikan bronkodilator bila perlu
nafas yang paten (klien
 Penurunan kapasitas - Berikan pelembab udara Kassa basah
tidak merasa tercekik,
vital - NaCl Lembab
irama nafas frekuensi
 Dipneu - Atur intake untuk cairan,
pernafasan dalam
 Peningkatan diameter rentang normal, tidak mengoptimalkan keseimbangan.
anterior-posterior ada suara nafas - Monitor respirasi dan status O2
 Pernapasan cuping abnormal) Oxygen Therapy
hidung  Tanda Tanda vital - Bersihkan mulut, hidung dan secret
 Ortopneu dalam rentang normal trakea
 Fase ekspirasi (tekanan darah, nadi, - Pertahankan jalan nafas yang paten
memenjang pernafasan) - Atur peralatan oksigenasi
 Pernapasan bibir - Monitor aliran oksigen
 Takipneu - Pertahankan posisi pasien
 Penggunaan otot - Observasi adanya tanda tanda
aksesorius untuk hipoventilasi
bernapas - Monitor adanya kecemasan pasien
Faktor Yang Berhubungan : terhadap oksigenasi
 Ansietas Vital sign Monitoring
 Posisi tubuh - Monitor Tekanan Darah, nadi, suhu,
 Deformitas tulang dan RR
 Deformitas dinding - Catat adanya fluktuasi tekanan darah
dada - Monitor Vital Sign saat pasien
 Keletihan berbaring, duduk, atau berdiri
 Hiperventilasi - Auskultasi Tekanan Darah pada kedua
 Sindrom hipoventilasi lengan dan bandingkan
 Gangguan - Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
muskuloskeletal selama, dan setelah aktivitas
 Kerusakan neurologis - Monitor kualitas dari nadi
 Imaturitas neurologis - Monitor frekuensi dan irama
 Disfungsi pernapasan
neuromuskular - Monitor suara paru
 Obesitas - Monitor pola pernapasan abnormal
 Nyeri - Monitor suhu, warna, dan kelembaban
 Keletihan otot kulit
pernapasan cedera - Monitor sianosis perifer
medula spinalis - Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dan perubahan
vital sign
2 Gangguan pertukaran gas NOC Airway Management
Definisi: kelebihan atau  Respiratory status: - Buka jalan napas, gunakan teknik chin
defisit pada oksigenasi gas exchange lift atau jaw thrust bila perlu
dan/atau eliminasi karbon  Respiratory status: - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
dioksida pada membrane ventilation ventilasi
alveolar-kapiler  Vital Sign Status - Identifikasi pasien perlunya
Kriteria Hasil: pemasangan alat jalan napas buatan
Batasan karakteristik: - Pasang mayo bila perlu
 Mendemonstrasikan Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-
 pH darah arteri peningkatan ventilasi Keluarkan sekret dengan batuk atau
-
abnormal dan oksigenasi yang suction
 pH arteri abnormal adekuat - Auskultasi suara napas, catat adanya
 pernapasan abnormal  Memelihara suara tambahan
(mis. Kecepatan, kebersihan paru-paru - Lakukan suction pada mayo
irama, kedalaman) dan bebas dari tanda- - Berikan bronkodilator bila perlu
 warna kulit abnormal tanda distress - Berikan pelembab udara
(mis, pucat, pernafasan - Atur intake untuk cairan
kehitaman)  Mendemonstrasikan mengoptimalkan keseimbangan
 konfusi batuk efektif dan - Monitor respirasi dan status O2
 sianosis (pada suara nafas yang Respiratory Monitoring
neonates saja) bersih, tidak ada
 penurunan karbon sianosis dan dyspneu - Monitor rata-rata, kedalaman, irama
(mampu dan usaha respirasi
dioksida - Catat pergerakan dada, amati
mengeluarkan
 diaforesis kesimetrisan, penggunaan otot
sputum, mampu
 dispnea tambahan, retraksi otot supraclavicular
bernafas dengan
 sakit kepala saat mudah, tidak ada dan intercostal
bangun pursed lips) - Monitor suara nafas, seperti dengkur
 hiperkapnia  Tanda-tanda vital - Monitor pola nafas: bradipnea,
 hipoksemia dalam rentang normal takipnea, kusmaul, hiperventilasi,
 hipoksia (tekanan darah, nadi, cheyne stokes, biot
 iritabilitas pernapasan). - Catat lokasi trakea
 napas cuping hidung - Monitor kelelahan otot diafragma
 gelisah (gerakan paradoksis)
 samnolen - Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan/tidak adanya ventilasi dan
 takikardi
suara tambahan
 gangguan penglihatan
- Tentukan kebutuhan suction dengan
Faktor yang berhubungan:
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
 perubahan membrane jalan napas utama
alveolar-kapiler - Auskultasi suara paru setelah tindakan
 ventilasi-perfusi untuk mengetahui hasilnya
Nyeri akut NOC : NIC
 Pain Level, Pain Management
Definisi: pengalaman sensori  Pain control, - Lakukan pengkajian nyeri secara
dan emosional yang tidak  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
menyenangkan yang muncul Kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
akibat kerusakan jaringan  Mampu mengontrol dan faktor presipitasi
yang actual atau potensial nyeri (tahu penyebab - Observasi reaksi nonverbal dari
atau digambarkan dalam hal nyeri, mampu ketidaknyamanan
kerusakan sedemikian rupa, menggunakan tehnik - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
awitan yang tiba-tiba atau nonfarmakologi untuk untuk mengetahui pengalaman nyeri
lambat dari intensitas ringan mengurangi nyeri, pasien
hingga berat dengan akhir mencari bantuan) - Evaluai pengalaman nyeri masa lampau
yang dapat diantisipasi atau  Melaporkan bahwa - Evaluasi bersama pasien dan tim
diprediksi dan berlangsung <6 nyeri berkurang kesehatan lain tentang ketidakefektifan
bulan dengan menggunakan control nyeri masa lampau
Batasan karakteristik manajemen nyeri - Bantu pasien dan keluarga untuk
 Perubahan selera makan  Mampu mengenali mencari dan menemukan dukungan
 Perubahan tekanan darah nyeri (skala, - Kontrol lingkungan yang dapat
 Perubahan frekuensi intensitas, frekuensi mempengaruhi nyeri seperti suhu
jantung dan tanda nyeri) ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Menyatakan rasa nyaman - Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Perubahan frekuensi
setelah nyeri berkurang - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
pernapasan
(farmakologi, non farmakologi dan
 Laporan isyarat
interpersonal)
 Diaphoresis - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
 Perilaku distraksi (mis, menentukan intervensi
berjalan mondar-mandir - Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
mencari orang lain atau napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
aktivitas lain yang hangat/ dingin
berulang) - Berikan analgetik untuk mengurangi
 Mengekspreiskan perilaku nyeri
(mis, gelisah, merengek, - Tingkatkan istirahat
menangis) - Kolaborasikan dengan dokter jika ada
 Masker wajah (mis., mata keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
kurang bercahaya, tampak - Monitor penerimaan pasien tentang
kacau, gerakan mata manajemen nyeri
berpencar atau tetap pada Analgesic Administration
satu fokus meringis) - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas
 Sikap melindungi area dan derajat nyeri sebelum pemberian
nyeri obat
 Fokus menyempit (mis., - Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
gangguan persepsi nyeri, dosis dan frekuensi
hambatan proses berpikir, - Cek riwayat alergi
penurunan interaksi - Pilih analgesic yang diperlukan atau
dnegan orang dan kombinasi dari analgesik ketika
lingkungan pemberian lebih dari Satu
 Indikasi nyeri yang dapat - Monitor vital sign sebelum dan sesudah
diamati pemberian analgesik pertama kali
 Perubahan posisi untuk - Berikan analgesic tepat waktu terutama
menghindari nyeri saat nyeri hebat
 Sikap tubuh melindungi - Evaluai efektivitas analgesic tanda dan
 Dilatasi pupil gejala
 Melaporkan nyeri secara
verbal
 Gangguan tidur\
Faktor yang berhubungan:
Agen cedera (mis., fisik,
biologis, zat kimia,
psikologis)
Ansietas NOC NIC
 Anxiety self- Anxiety Reduction (penurunan
Definsi : Perasaan tidak control kecemasan)
nyaman atau kekawatiran
yang Samar disertai respon  Anxiety level - Gunakan pendekatan yang menenangkan
autonom (sumber sering kali  Coping - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
tidak spesifik atau tidak Kriteria Hasil : pelaku pasien
diketahui oleh individu);  Klien mampu - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
perasaan takut yang mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
disebabkan oleh antisipasi mengungkapkan gejala - Pahami prespektif pasien terhadap
terhadap bahaya. Hal ini cemas. situasi stres
merupakan isyarat  Mengidentifikasi, - Temani pasien untuk memberikan
kewaspadaan yang mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
memperingatkan individu menunjukkan tehnik - Dorong keluarga untuk menemani anak
akan adanya bahaya dan untuk mengontol - Lakukan back / neck rub
kemampuan individu untuk cemas.
- Dengarkan dengan penuh perhatian
bertindak menghadapi  Vital sign dalam batas
- Identifikasi tingkat kecemasan
ancaman. normal.
 Postur tubuh, ekspresi - Bantu pasien mengenal situasi yang
Batasan Karakteristik wajah, bahasa tubuh menimbulkan kecemasan
 Perilaku : dan tingkat aktivfitas - Dorong pasien untuk mengungkapkan
- Penurunan menunjukkan perasaan, ketakutan, persepsi
produktivitas berkurangnya - Instruksikan pasien menggunakan teknik
- Gerakan yang ireleven kecemasan. relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi
- Gelisah
kecemasan
- Melihat sepintas
- Insomnia
- Kontak mata yang
buruk
- Mengekspresikan
kekawatiran karena
perubahan dalam
peristiwa hidup
- Agitasi
- Mengintai
- Tampak waspada
 Affektif :
- Gelisah, Distres
- Kesedihan yang
mendalam
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Berfokus pada diri
sendiri
- Peningkatan
kewaspadaan
- Iritabihtas
- Gugup senang
beniebihan
- Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
- Peningkatan rasa
ketidak berdayaan
yang persisten
- Bingung, Menyesal
- Ragu/tidak percaya
diri
- Khawatir
 Fisiologis :
- Wajah tegang, Tremor
tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan
ketegangan
- Gemetar, Tremor
- Suara bergetar
- Simpatik :
- Anoreksia
- Eksitasi
kardiovaskular
- Diare, Mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-
debar
- Peningkatan tekanan
darah
- Peningkatan denyut
nadi
- Peningkatan reflek
- Peningkatan frekwensi
pernapasan
- Pupil melebar
- Kesulitan bernapas
- Vasokontriksi
superfisial
- Lemah, Kedutan pada
otot
 Parasimpatik :
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan
darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare, Mual, Vertigo
- Letih, Ganguan tidur
- Kesemutan pada
ekstremitas
- Sering berkemih
- Anyang-anyangan
- Dorongan cegera
berkemih
 Kognitif :
- Menyadari gejala
fisiologis
- Bloking fikiran,
Konfusi
- Penurunan lapang
persepsi
- KesuIitan
berkonsentrasi
- Penurunan
kemampuan belajar
- Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan masalah
- Ketakutan terhadap
konsekwensi yang
tidak spesifik
- Lupa, Gangguan
perhatian
- Khawatir, Melamun
- Cenderung
menyalahkan orang
lain
Faktor Yang Berhubungan :
 Perubahan dalam
(status ekonomi,
lingkungan,status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran)
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi/kontaminan
interpersonal
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, C. D. (2000). Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.


Brunner & Suddarth. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1.
Jakarta: EGC.
Doenges, MC dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FK UI.
Mitchell, R.N., Abbas, K et al. (2008). Dasar Patologis Penyakit Edisi : 7. Jakarta : EGC.

Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: NuMed.


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Price, SA & Lorraine M. W. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.

Smeltzer, C. S. (2000). Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s. Ed
8.Vol.1. Jakarta: EGC.
Somantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai