BAB II Revisi (Plus Citation)
BAB II Revisi (Plus Citation)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
terjadi, namun sindroma mata kering menjadi penyakit dengan gejala yang
[CHI,
paling sering dikeluhkan oleh pasien pada praktik-praktik optalmologis.
SS, EPY]
Sindroma mata kering juga merupakan salah satu presentasi klinis awal
dari penyakit autoimun yaitu sindroma Sjogren, dimana penelitian oleh Ju-
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya sindroma Sjogren. [SS]
iritasi sementara yang ringan sampai kekeringan yang persisten, rasa terbakar,
[LEE]
gatal, merah, nyeri, mata letih, bahkan gangguan penglihatan. Penderita
sindroma mata kering lebih sering mengeluhkan masalah pada kegiatan sehari-
Shimmer test, pewarnaan floresens, dan yang paling banyak digunakan yaitu
Pada tahun 2007, subkomite epidemiologi DEWS (Dry Eye Work Shop)
kuisioner yang terdiri atas 6 pertanyaan tentang gejala klinis sindroma mata
2
Lee, et al tahun 2002 di Indonesia mengambil populasi masyarakat di Kep.
Riau dan belum ada penelitian lain yang dilakukan untuk mengetahui
Selain itu, kriteria diagnostik yang digunakan pada penelitian tersebut hanya
B. RUMUSAN MASALAH
Haulussy Ambon?
C. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan umum:
M. Haulussy Ambon
b. Tujuan khusus:
scoring OSDI
3
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk:
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Sindroma mata kering (Dry eye syndrome) juga dikenal sebagai penyakit
[KS, PCD, BA]
mata kering (Dry eye disease) atau keratokonjungtivitis sicca. Selain
[CU]
itu, disebut juga dengan istilah ocular surface disease, dysfunctional tear
pada tahun 1995 oleh National Eye Institute (NEI) industry dry eye workshop
sebagai kelainan pada lapisan air mata (tear film) oleh karena berkurangnya
produksi air mata atau karena evaporasi air mata berlebihan yang menyebabkan
diperbarui karena melihat peran hiperosmolaritas air mata dan inflamasi pada
permukaan mata dengan penyakit mata kering serta efek yang ditimbulkan
[DEWS]
penyakit ini terhadap fungsi penglihatan. Oleh sebab itu, pada tahun 2007
sebagai penyakit multifaktorial pada air mata dan permukaan mata yang
lapisan air mata dengan potensi kerusakan pada permukaan mata dibarengi
5
dengan meningkatnya osmolaritas lapisan air mata serta inflamasi pada
permukaan mata. [DEWS, IND, PCD, KS, CAN] Sindroma mata kering (dry eye syndrome)
merujuk pada sekumpulan gangguan lapisan air mata karena kurangnya produksi
air mata atau karena evaporasi air mata berlebih yang berhubungan dengan
ketidaknyamanan pada mata dan atau gejala pada penglihatan serta kemungkinan
Mata kering karena defisiensi air mata, diartikan sebagai mata kering yang
terjadi karena kegagalan sekresi air mata oleh kelenjar lakrimal. Pada
beberapa bentuk mata kering akibat destruksi atau disfungsi asinar kelenjar
lakrimal, kekeringan terjadi karena berkurangnya sekresi air mata dari kelenjar
bola mata berada pada kecepatan yang normal, namun aqueous tear pool yang
6
lakrimal, mediator-mediator inflamasi akan dihasilkan di kelenjar lakrimal
dengan tujuan menemukan jalur untuk masuk kedalam air mata dan
kelenjar eksokrin seperti lakrimal dan saliva menjadi target oleh suatu
proses autoimun.[DEWS, KS, BG] Kelenjar lakrimal dan saliva terinfiltrasi oleh
duktular serta hiposekresi air mata dan saliva. Aktivasi inflamasi di dalam
7
b. Non Sjogren Syndrome Dry Eye (NSSDE)
Merupakan penyebab mata kering yang jarang pada usia muda. Hal
8
penyakit-penyakit seperti sarkoidosis (infiltrasi sarkoid granulomata),
limfoma (infiltrasi sel limfomatous), AIDS (infiltrasi sel T), graft vs host
sumbatan duktus lakrimalis oleh jaringan sikatrik. Hal ini dapat terjadi
4. Refleks hiposekresi
berkedip. Hal ini dapat terjadi pada beberapa keadaan, seperti pada
9
4.2. Blok refleks motorik
Merupakan mata kering yang disebabkan karena kehilangan cairan air mata
yang banyak akibat proses penguapan pada permukaan bola mata dengan
intrinsik, dimana terjadi karena adanya penyakit dari dalam yang berefek pada
kelainan permukaan bola mata timbul karena pajanan dari luar. [DEWS, PCT, KCS]
10
2. Gangguan apertura (celah) dan kesesuaian kelopak mata
selaput air mata. Kekeringan permukaan bola mata karena posisi kelopak
paparan atau pemerataan selaput air mata yang tidak baik pula. Masalah
11
sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan sel goblet pada membran mukus
[DEWS, PCD]
dan mengekpresikan musin glikokaliks. Kekeringan yang
terjadi berdampak pada karakteristik selaput air mata yang tidak stabil,
dimana terjadi tear film breakup dini. Selain itu, penggunaan obat-obatan
menurunkan laju kedipan mata dan penutupan kelopak mata yang tidak
4. Konjungtivitis alergi
mata. [DEWS]
II.2. Patomekanisme
benda asing pada mata, menyuplai nutrisi permukaan mata dan menurunkan risiko
12
Gambar : Lapisan selaput air mata (tear film) [DES]
a. Komponen mukus
Merupakan lapisan paling dalam dari selaput air mata. Komponen ini terdiri
dari mucin yang diproduksi oleh sel goblet konjungtiva. Mucin yang dihasilkan
b. Komponen aquous
Merupakan porsi utama dari selaput air mata yang diproduksi oleh kelenjar
13
permukaan mata, pertahanan terhadap bakteri serta berperan dalam proses
c. Komponen lipid
Merupakan lapisan terluar selpaut air mata yang menutupi lapisan aquous.
permukaan mata yang halus, mencegah kontaminasi selaput air mata, dan
Unit fungsional lakrimal terdiri atas kelenjar lakrimalis, permukaan bola mata
(kornea dan konjungtiva), kelopak mata, kelenjar meibom serta saraf sensoris
[IND, KCS, PCD]
maupun motoris yang menghubungkanya. Semua komponen tersebut
berfungsi dalam proses produksi air mata dan penyebaranya. Bila terjadi disfungsi
pada unit fungsional tersebut, maka akan terjadi pengaturan selpaut air mata yang
tidakstabil dan jelek. Hal ini dapat menyebabkan mata kering dengan caara
Osmolaritas air mata yang berlebihan dapat terjadi akibat aliran aquous yang
lemah atau penguapan air mata yang berlebihan. Air mata yang hiperosmolar
yang akan mengeluarkan mediator inflamasi seperti IL-1α, IL-1β dan TNF-α
14
serta MMP ke dalam air mata. Terjadinya inflamasi akan berdampak pada
kematian sel epitel permukaan mata, termasuk sel goblet. Kehilangan sel goblet
akan menurunkan jumlah mucin dan menimbulkan mata kering. Selain itu,
faktor lain yang dapat menginisiasi terjadinya mata kering yaitu adanya
[DEWS]
dapat merupakan kejadian yang berdiri sendiri, misalnya kelainan lapisan lipid
pada gangguan kelenjar meibom. Instabilitas selaput air mata merupakan akibat
dapat terganggu akibat menurunya ekspresi musin pada permukaan bola mata
Tanda dan gejala yang dirasakan pada mata, yaitu: [DM, KCS, IND, HA, PCD]
1. Rasa terbakar
3. Nyeri
4. Fotopobia
5. Penglihatan kabur
6. Gatal
15
7. Kemerahan
8. Mata lelah
dengan menurunya laju kedipan mata seperti membaca atau menonton TV. [IND]
Karena mata kering merupakan penyakit multifaktorial, maka faktor risiko yang
berhubungan dengan mata kering juga sangat banyak. Faktor risiko yang paling
[PCD]
besar diketahui adalah usia tua dan jenis kelamin perempuan. Beberapa
penelitian tentang prevalensi membuktikan bahwa usia >50 tahun dan jenis
penyakit mata kering, terutama tekah mengalami fase menopause.[CU, KCS] Faktor
1. Kondisi lingkungan
kecepatan angin yang tinggi dapat meningkatkan evaporasi air mata. Kualitas
udara yang buruk atau polusi dapat menyebabkan iritasi dan memperparah
16
2. Faktor pekerjaan
3. Faktor nutrisi
Diet rendah omega-3, asam lemak dan vitamin A dapat menjadi predisposisi
4. Status hormonal
5. Pengobatan sistemik
Penggunaan eye drops dengan frekuensi > 4-5 kali perhari berkontribusi
17
7. Penggunaan lensa kontak
[PCD,
Dapat menurunkan sensitifitas kornea dan menurrunkan refleks berkedip.
CU]
Sekitar 50-70% pengguna lensa kontak mengalami ketidaknyamanan
8. Operasi refraktif
9. Penyakit Parkinson
Menurunnya laju berkedip merupakan bagian dari penyakit ini, dan berujung
10. Diabetes mellitus, penyakit autoimun, hepatitis C, infeksi HIV, terapi radiasi
II.5. Diagnosis
Hingga saat ini, belum ada ktiteria standar untuk mendiagnosis penyakit mata
kering. [KCS, CAN] Pada berbagai kasus, sangat sulit untuk mendiagnosa mata kering
karena korelasi yang tidak konsisten antara gejala yang dikeluhkan dengan tanda-
tanda klinis.[KCS] Gejala yang dirasakan pasien menjadi hal yang peting untuk
Beberapa tes yang dapat dilakukan untuk menunjang pemeriksaan mata kering
yaitu:
18
1. Kuisioner
mata kering, diantaranya OSDI (Ocular Surface Disease Index), DEQ-5 (5-
Salah satu yang telah divalidasi dan dapat dipercaya adalah OSDI, dimana
kiusioner ini terdiri atas 12 pertanyaan dan terbagi menjadi 3 bagian mengenai
Penilaian pada 3 bagian tersebut akan digabungkan untuk menjadi nilai OSDI
akhir yang berjarak dari 0-100. Semakin tinggi nilai akhirnya, semakin tinggi
[CAN, HA]
pula tingkat keparahan mata kering yang dialami responden.
membedakan pasien dengan dan tanpa mata kering. Kuisioner OSDI lebih
19
2. TBUT (Tear Break Up Time)
Tes ini dilakukan untuk menguji stabilitas selaput air mata (tear film). Waktu
yang dibutuhkan selaput air mata untuk pecah dan diikuti sebuah kedipan
[CARE]
normalnya 15-20 detik. Tes ini dilakukan dengan menggunakan strip
pada area tersebut, amka penurunan TBUT dapat juga diindikasikan seabgai
3. Schirmer tes
dan tanpa anastesi (Schirmer I). Tes ini diguakan untuk mengevaluasi
[CARE,DEWS,IND]
kuantitas lapisan aquous pada selaput air mata. Pemeriksaan ini
paper no.41) pada fornix bagian bawah. Hasilnya terlihat melalui panjangnya
basahan pada strip yang digunakan selama 5 menit. Belum ada batasan yang
pasti untuk menilai abnormalitas melaui tes ini, namun Schirmer tes tanpa
20
4. Osmolaritas air mata
rekomendasi pasti untuk osmolaritas air mata, namun ada yang mengatakan
nilai batasan osmolaritas air mata yaitu 316mOsm/l sudah sianggap valid.
[DEWS]
mikroskop slit lamp. Rose Bengal dan Lissamine green memiliki prosedur
yang hampir sama, dimana strip dilembabkan dengan saline dan mewarnai
permukaan mata. Kedua pewarnaan ini dapat menyebabkan iritasi pada mata,
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan selama ……. bulan mulai dari bulan …….
Ambon.
1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang datang ke Poliklinik
2. Sampel Penilitian
22
berurutan dan memenuhi kriteria inklusi, dimasukan dalam penelitian
𝑍𝛼 2 x 𝑃 x 𝑄
𝑛=
𝑑2
= 1,96
Q=1–P
= 1 – 0,5
= 0,5
0,9604
=
0,01
23
terhadap jumlah sampel minimal dengan nilai koreksi sebesar 10% (10
pasien). [SUD]
E. Variabel Penelitian
a. Variabel utama:
b. Variabel tambahan:
1. Jenis kelamin
2. Usia
24
F. Defenisi Operasional
G. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer berupa data
H. Pengolahan Data
berikut:
25
1. Editing
2. Coding
3. Entry data
4. Cleaning data
I. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara, data yang telah terkumpul akan diolah
dengan menggunakan Stastical Program for Social Science (SPSS). Data yang
telah diolah akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.
26
J. Alur Penelitian
K. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pembuatan
Proposal
2 Seminar
Proposal
3 KKN
4 Pengumpulan
Data
5 Penyusunan
Skripsi
27
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. DFJDK…..
28
29