PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu sistem politik demokrasi, kehadiran pemilu yang bebas dan
adil (free and fair) adalah suatu keniscayaan. Di Indonesia pemilihan umum
banyak terjadi kecurangan baik oleh calon wakil rakyat ataupun partai politik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana demokratisasi di Indonesia?
2. Bagaimana wujud pelaksanaan pemilu di Indonesia?
3. Apakah pilkada berjalan sesuai dengan UUD 1945?
4. Bagaimana dengan fenomena masyarakat yang memilih untuk “golput”
dalam pemilu?
BAB II
TELAAH
A. Demokratisasi Di Indonesia
Partai Politik merupakan salah satu bentuk perwujudan kebebasan berserikat
dan berkumpul yang dijamin oleh konstitusi dan merupakan salah satu prasyarat
berjalannya demokrasi. Selain itu, partai politik merupakan salah satu wujud
kongkrit dari partisipasi masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi
yang tentunya diharapkan dapat menjunjung tinggi kebebasan, kesetaraan,
kebersamaan, kejujuran, sportifitas dan keadilan. Secara umum partai politik
dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang memiliki
tujuan yang sama, baik untuk mempengaruhi, merebut, maupun mempertahankan
kekuasaannya yang bertujuan untuk memperoleh jabatan-jabatan politik di
pemerintahan.
B. Pemilihan Umum
Dalam suatu sistem politik demokrasi, kehadiran pemilu yang bebas dan
adil (free and fair) adalah suatu keniscayaan. Pemilu digunakan sebagai tolak
ukur pelaksanaan demokrasi di suatu negara.
Pemilihan umum merupakan mekanisme dimana rakyat bisa menyalurkan
aspirasi politiknya secara bebas dalam menentukan pemimpin nasional, sehingga
dalam konteks ini sebenarnya tercermin tanggung jawab warga negara. Oleh
karena itu, rakyat harus mengerti benar bahwa apapun pilihannya hal itu mesti
didasari oleh alasan yang kuat, rasional dan kritis (rasional voter), bukan sekedar
pembebekan politik—asal ikut dan asal pilih (emotional voter), tentunya harus
menjadi pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab. Karena meskipun hanya
satu suara, maka pilihan rakyat tersebut sangat berarti dan memiliki implikasi
besar yakni dapat menentukan arah nasib bangsa selama lima tahun mendatang,
sehingga kalau salah pilih, maka tentunya rakyat juga yang akan dirugikan.
Dengan adanya pemilu yang bebas dan kompetitif dipandang sebagai salah satu
ciri yang mentapkan suatu bangsa sebagai suatu bangsa yang demokratif.
Kemudian untuk menilai sebuah proses pemilu, maka secara konseptual
terdapat dua mekanisme yang bisa dilakukan untuk menciptakan dan sekaligus
menilai pemilihan umum yang bebas dan adil. Yaitu electoral law dan electoral
process.
Mekanisme pertama yaitu electoral law atau electoral system merupakan
intervening variabel terhadap upaya untuk menciptakan sebuah pemilu yang
demokratis, jujur dan adil serta berkualitas. Karena itu mustahil menciptakan
pemilu yang demokratis, jujur, adil dan berkualitas, tanpa terlebih dahulu
melakukan pembenahan terhadap perangkat hukum terkait dengan partai politik,
dan pemilihan umum yang didalamnya meliputi sistem pemilu, mekanisme
pencalonan, kampanye, tata cara pemungutan dan penghitungan suara serta sangsi
terhadap pelanggaran yang terjadi selama proses tahapan pemilu dan penyelesaian
sengketa hasil pemilu.
Sedangkan mekanisme kedua yaitu elektoral proses, harus diletakkan
sebagai dependent variable. Karena hal itu menentukan sebuah proses pemilu
tersebut berkualitas atau tidak. Artinya dari aspek kualitas proses pemilu misalnya
dari sisi penyelenggara pemilu: apakah mulai dari KPU Pusat, KPU daerah,
sampai dengan PPK, PPS dan KPPS dapat menjalankan netralitasnya sebagai
penyelenggara pemilu dengan tidak melakukan kecurangan yang akan berdampak
menguntungkan ataupun merugikan parpol tertentu atau pasangan calon presiden
dan wakil presiden tertentu.
Sedangkan dari sisi peserta pemilu—dalam hal ini partai politik: apakah
tidak melakukan intimidasi? Apakah tidak melakukan kekerasan? Apakah
melakukan money politics. Apakah telah melakukan rekruetmen politik (caleg)
secara demokratis di internal partai dengan menempatkan caleg yang benar-benar
dikenal dan dekat dengan akar rumput di daerah pemilihannya masing-masing.
Untuk itu merupakan kewajiban kita bersama untuk melakukan
pengawasan, khususnya lebih mengefektifkan fungsi-fungsi pengawasan yang
dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), mulai dari pusat sampai di
tingkat kecamatan dan kelurahan/desa serta lembaga-lembaga pemantauan
pemilu, sehingga pemilu benar-benar berkualitas baik dari sisi proses maupun
output-nya. Hal ini akan menghasilkan wakil-wakil rakyat yang benar-benar
aspiratif dan kapabel serta dapat mendapatkan pemimpin nasional yang peka
terhadap realitas kehidupan rakyatnya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demokratisasi di Indonesia dipengaruhi oleh partisipasi partai politik di
dalamnya. Partai politik memiliki beberapa fungsi yakni sarana komunikasi
politik, sarana sosialisasi politik, sarana rekruitmen politik, pengelolaan konflik,
dan fungsi artikulasi dan agregrasi kepentingan. Namun dalam pelaksanaannya
masih belum optimal, karena masih dijumpai banyak penyimpangan, seperti pada
fungsi rekuetmen politik yang menggunakan sistem kekerabatan—nepotisme
dalam beberapa kasus.
Secara umum terdapat 3 (tiga) sistem kepartaian yaitu sistem satu partai,
sistem dua partai dan, dan sistem multi partai. Indonesia merupakan negara yang
menganut sistem multi partai seperti Belanda, Prancis, Swedia. Sistem multi
partai biasanya diperkuat dengan sitem perwakilan berimbang yang memberi
kesempatan luas bagi pertumbuhan partai-partai kecil.
Pemilihan umum merupakan instrumen penting dalam negara demokrasi di
mana rakyat bisa menyalurkan aspirasi politiknya secara bebas dalam menentukan
pemimpin nasional, sehingga dalam konteks ini sebenarnya tercermin
tanggungjawab warga negara. Namun, pada konteks Pilkada, seharusnya
dievaluasi kembali untuk kemudian dilaksanakan secara tidak langsung jika
ditelaah menurut UUD 1945.
Fenomena masyarakat dalam pemilu, tentang ‘golput’ merupakan hak bagi
setiap warga negara dan tidak ’haram’, akan tetapi yang dilarang adanya
mengkampanyekan dan mengajak orang lain untuk melakukan ’golput’. Pilihan
’golput’ atau menggunakan hak pilih dalam pemilu dikembalikan pada individu
kita masing-masing, karena keduanya memiliki implikasi yang sangat besar bagi
nasib bangsa selama lima tahun kedepan.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa
saran yang ditujukan, yaitu :
1. Mengoptimalkan kinerja partai politik dengan melaksanakan fungsi-
fungsinya
2. Sistem Multipartai di Indonesia dapat dimanfaatkan oleh partai-partai
politik kecil untuk menyuarakan visi-misinya lebih intens lagi agar
segera tercapai karena adanya dukungan yang banyak
3. Pemilu dilaksanakan dengan waktu yang lebih singkat, efektif, serta
diberi pengawasan yang ketat untuk mengurangi adanya kecurangan
4. Pilkada sebaiknya dievaluasi ulang dengan berdasar UUD 1945
berdasarkan Pasal 22 E ayat (2)
5. ‘Golput’ merupakan hak bagi warga negara, namun masyarakat
sebaiknya memilih untuk memberikan suara dan lebih selektif dalam
memilih calon pemimpin.
DAFTAR RUJUKAN