Anda di halaman 1dari 89

Materi Seni Budaya Kelas XII semester Genap

Seni Budaya
Kelas XII Semester 2

Seni Rupa (IPS, Bahasa)


Mengapresiasi karya seni rupa
1. Membandingkan seni rupa tradisional dengan seni rupa

modern/kontemporer

SENI RUPA TRADISIONAL


Pengertian
Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat
dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Seni tradisional yang ada di
suatu daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain, meski pun tidak
menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara dua daerah
yang berdekatan.
Ciri-ciri
* Penciptaannya selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu
budaya, bisa berupa aktivitas religius maupun seremonial/istanasentris.
*Terikat dengan pakem-pakem tertentu.
Contoh
Wayang kulit, wayang golek, wayang beber, ornamen pada rumah-rumah
tradisional di tiap daerah, batik, songket, dan lain-lain.
SENI RUPA MODERN
Pengertian
Seni rupa modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu
adat atau daerah, namun tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran
seni rupa.
Ciri-ciri
*Konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi , tetapi jangkauan
penjabaran visualisasinya tidak terbatas.
*Tidak terikat pada pakem-pakem tertentu.
Contoh
Lukisan-lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman, Basuki Abdullah, Affandi,
S.Soedjojono dan pelukis era modern lainnya.
Seniman
Raden Saleh Syarif Bustaman, Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi,
Wahid Somantri, Agus Jaya Suminta, S. Soedjojono, Ramli, Abdul Salam, Otto
Jaya S, Tutur, dan Emira Sunarsa.
SENI RUPA KONTEMPORER
Pengertian
Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak
modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya
adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi
seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman
dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah
karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui.
Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan
tarian, lebih kreatif dan modern.
Ciri-ciri
*Tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman.
*Tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas
antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, hingga aksi politik.
Contoh
Karya-karya happening art, karya-karya Christo dan berbagai karya
enviromental art.
Seniman
Gregorius Sidharta, Christo, dan Saptoadi Nugroho

2. Menjelaskan perkembangan seni rupa modern/kontemporer di

Indonesia

Perjalanan Seni Rupa Modern

Ketika manusia memulai peradabannya di dunia ini, di mana manusia


belum mengenal tulisan bahkan teknologi seperti sekarang ini, manusia
sudah mengenal seni rupa, meskipun masih dalam taraf yang sangat
sederhana. Sebagai bukti bahwa seni rupa sudah ada sejak zaman Pra-
sejarah adalah banyaknya peninggalan-peninggalan purbakala yang
memiliki nilai estetika seperti kapak dari batu (peninggalan zaman
Neolitikum/batu muda), Menhir dan lain-lain.

Hapir di seluruh penjuru dunia banyak ditemukan peninggalan-


peninggalan yang berupa karya seni rupa. Karya seni rupa zaman pra-
sejarah, cenderung bersifat magis dan religius seperti salah satu
peninggalan karya seni rupanya yaitu menhir yang berupa sebuah patung
dari batu. Patung ini berfungsi sebagai tanda peringatan peristiwa
pemujaan terhadap roh nenek moyang dan terkadang dianggap sebagai
tempat bersemayamnya roh nenek moyang mereka.
Budaya rupa semacam ini masih bertahan sampai masuknya berbagai
agama khususnya di Indonesia. Era modernisme dimulai dari belahan
dunia bagian barat (Eropa dan Amerika) dengan banyaknya muncul
seniman-seniman dari benua biru.
Di awal zaman raenessance, para seniman (perupa) masih belum bisa
mendapatkan kebebasan dalam menuangkan ekspresinya, karena pada
masa ini, seniman masih berada di bawah tekanan para bangsawan dan
kaum gereja, dimana para seniman membuat sebuah karya berdaarkan
permintaan para diktator di atas. Dalam situasi ini, para diktator
diktator seni yang bisa memaksakan arah perkembangan seni, karena
merekalah yang membiayainya.

Dengan mulainya masyarakat menyukai karya-karya seni seperti lukisan


dan patung yang ukurannya relative kecil, maka para seniman mulai
menemukan kebebasannya dalam berkarya, karena tidak bergantung lagi
pada para bangsawan sebagai sponsor. Para seniman dapat membiayai
pembuatan karyanya sendiri yang kemudian banyak diminati oleh para
rakyat kecil.
Abad ke-15 dimana masa raenessance berkembang, merupakan awal
mulainya seni modern. Rene Descartes (1556-1650), Cugito Ergosum
(1646-1716), Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Lockee (1632-
1704), mereka adalah para filsuf peletak dasar modernisme dalam dunia
seni.
Pecahnya revolusi Perancis 1789, merupakan salah satu tanda
kebangkitan seni rupa modern, yang kemudian diikuti dengan munculnya
pelukis dari Perancis yang bernama J.L. David. Tidak hanya J.L. David,
tetapi pelukis seperti Vincent Van Gogh dan Leonardo Da Vinci juga
seniman yang menjadi tanda kebangkitan era seni rupa modern

3. Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik

dalam karya seni rupa modern/kontemporer di Indonesia

Apresiasi karya seni rupa modern/kontemporer Indonesia


Karya seni rupa modern/kontemporer di Indonesia beragam bentuk,
jenis, dan corak, antara lain berupa karya seni rupa dua dimensi: seni
lukis, grafis, batik, dll; tiga dimensi: seni patung, keramik, seni instalasi,
dll. Dengan kreativitas masing-masing, para seniman Indonesia
menciptakan suatu karya seni rupa sebagai perwujudan ekspresi jiwanya.
Kreativitas para seniman Indonesia telah meramaikan perkembangan seni
rupa di Indonesia. Munculnya berbagai karya seni rupa menyebabkan
terjadinya komunikasi apresiasi untuk memahami makna yang tersirat di
baik karya-karya para seniman Indonesia tersebut. Apresiasi adalah
penghargaan atau penilaian. Apresiasi seni rupa adalah kegiatan dalam
menilai atau memberi penghargaan terhadap karya-karya seni rupa.
Apresiasi terhadap karya-karya seni rupa dapat ditunjukkan dengan
sikap empati berupa ungkapan kata-kata atau tanggapan secara
lisan/tertulis. Beberapa seniman mengkomunikasikan pesan-pesan
melalui hasil karyanya dengan cara vulgar dan mudah dipahami, akan
tetapi ada pula yang mengkomunikasikan karyanya melalui simbol-
simbol yang mengandung makna tertentu.
Kegiatan apresiasi dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Apresiasi simpatik adalah merasakan tingkat keindahan suatu
karya berdasarkan pengamatan (kasat mata), seperti suka atau
tidak suka.
2. Apresiasi empatik/estetik adalah merasakan secara mendalam nilai
estetik yang tersirat dalam suatu karya, seperti ada perasaan
kagum atau terharu.
3. Apresiasi kritis adalah apresiasi yang disertai analisis terhadap
suatu karya dengan mempertimbangkan gagasan, teknik, unsur-
unsur rupa, dan kaidah-kaidah komposisi seni rupa.

Pendekatan/metode dalam melakukan apresiasi karya seni rupa, yaitu:


1. Deskriptif (paparan secara obyektif)
2. Analitis (paparan berdasarkan kaidah-kaidah estetika)

3. Interpretatif (paparan berdasarkan sudut pandang pengamat)

4. Penilaian (paparan dengan pengukuran nilai)

5. Interdisiplin (berbagai disiplin keilmuan)

Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa


1. Membuat karya seni rupa murni dan terapan yang dikembangkan

dari beragam corak dan teknik seni rupa

Seni murni :
Gaya atau corak atau aliran dalam seni rupa beraneka ragam. Secara garis
besar, gaya karya seni rupa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : tradisional,
modern, dan postmodern.
a. Tradisional
Seperti halnya karya seni rupa Nusantara, perupa seni rupa mancanegara juga
memiliki gaya tradidional. Gaya ini juga terbagi menjadi dua, yaitu primitif dan
klasik.
b. Modern
Gaya seni rupa modern adalah corak karya seni rupa yang sudah mengalami
kemajuan, perubahan, dan pembaharuan. Secara umum, modernisasi gaya seni
rupa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: gaya representatif, depormatif, dan
nonrepresentatif.
1. Representatif
Kata representatif berasal dari representasi yang mengandung pengertian
sesungguhnya, nyata, atau sesuai dengan keadaan. Perwujudan gaya seni rupa
ini menggambarkan keadaan yang nyata pada kehidupan masyarakat atau
keadaan alam. Gaya seni rupa yang tergolong representatif, antara lain :
romantis, naturalis, dan realis.
a) Romantisme
Istilah romantisme berasal dari roman yang berarti cerita dan isme yang
berarti aliran/gaya. Romantisme adalah gaya/aliran seni rupa yang
menggambarkannya mengandung cerita kehidupan manusia atau binatang.
Perupa mancanegara yang mempelopori gaya ini, antara lain : Fransisco Goya
(Spanyol), Turner (Inggris), dan Rubens (Belanda). Perupa Nusantara yang
mengambil gaya itu adalah Raden Saleh.
b) Naturalisme
Istilah naturalisme berasal dari kata nature atau natural yang berarti alam dan
isme yang berarti aliar/gaya. Naturalisme adalah gaya/aliran seni rupa yang
menggambarkannya sesuai dengan keadaan alam atau alami. Pelukis gaya ini
pada umumnya mengambil pemandangan alam sebagai objeknya. Perupa
mancanegara yang mengambil gaya ini antara lain Rubens, Claude,
Gainsborough, Constable, dan Turner. Perupa Nusantara yang mengambil gaya
ini antara lain Abdullah Suryosubroto, Wakidi, Mas Pringadi, dan Basuki
Abdullah.
c) Realisme
Istilah realisme berasal dari kata real yang berarti nyata dan isme yang berarti
gaya/aliran. Realisme adalah gaya/alaran seni rupa yang menggambarkannya
sesuai dengan kenyataan hidup. Perupa nusantara yang mengambil gaya ini
antara lain Trubus, Tarmizi, Wardoyo, dan Dullah. Seedangkan perupa
mancanegara yang mengambil gaya ini adalah Remandt van Rijn (Belanda).
2. Deformatif
Istilah deformatif berasal dari deformasi yang berarti perubahan bentuk. Bentuk
alam diubah sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk baru, namun masi
menyerupai bentuk aslinya. Gaya seni rupa yang tergolong deformatif, antara
lain : Surrealisme, impresionisme, ekspresionisme, dan kubisme.
a) Surealisme
Istilah surrealisme berasal dari kata sur yang berarti melebih-lebihkan, kata
real yang berarti nyata, dan isme berarti gaya/aliaran. Surrealisme adalah
gaya/aliran seni rupa yang menggambarkannya melebih-lebihkan kenyataan,
bahkan ada yang menyebutnya otomatisme psikis yang murni atau mimpi.
Perupa mancanegara yang mempelopori gaya ini adalah Salvador Dali.
b) Impressionisme
Impressionisme berasal dari kata impression yang berarti kesan sesaat dan isme
yang berarti gaya/aliran. Impressionalisme adalah gaya/aliran seni rupa yang
penggambarannya sesuai dengan kesan saat objek tersebut dilukis. Gaya ini
dipelopori oleh perupa mancanegara seperti Claude Monet, Paul Cezanne,
Georges Seurat, dan Paul Gauguin. Perupa nusantara yang mengambil gaya ini,
antara lain S. Sudjojno.
c) Ekspressionisme
Ekspressionisme berasal dari kata expression yang berarti ungkapan jiwa yang
spontan dan isme yang berarti gaya/aliran. Ekspressionisme adalah gaya/aliran
seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan keadaan jiwa perupa yang
spontan pada saat melihat objek. Gaya seni rupa ini diplopori oleh pelukis
Belanda bernama Vincent van Gogh. Perupa Nusantara yang mengambil gaya
ini adalah Affandi.
d) Kubisme
Kubisme berasal dari kata kubus yang berarti bidang atau bentuk persegi empat
dan isme yang berarti gaya/alrian. Kubisme adalah aliran/gaya seni rupa yang
penggambarannya berupa bidang persegi empat atau bentuk dasarnya kubus.
Gaya seni rupa ini dipelopori oleh pelukis Spanyol yang bernama Pablo Picasso.
Perupa Nusantara yang mengikuti gaya ini adalah But Muchtar, Mochtar Apin,
Srihadi, dan Fajar Sidik.
3. Nonrepresentatif (Abstraksionalisme)
Kata Nonrepresentatif atau abstrak mengandung pengertian suatu bentuk yang
sukar dikenali. Suatu gaya yang lebih sederhana bahkan bentuknya sama sekali
meninggalkan bentuk alam. Karya seni rupa abstrak berupa susunan garis,
bentuk, dan warna yang terbebas dari bentuk alam. Gaya seni rupa yang
berbentuk abstrak ini ada yang abstrak ekspresionis dan abstrak murni. Gaya
ini dipelopori oleh perupa mancanegara, antara lain : Paul Klee, Piet Mondrian,
Wassily Kandinsky, dan Jackson Pollock. Perupa Nusantara yang mengikuti gaya
ini adalah Amry Yahya, Fajar Sidik, But Muchtar, dan Srihadi.
c. Postmodern
Postmodern atau disingkat “Posmo” adalah gaya seni rupa pasca atau sesudah
modern. Sejalan dengan perkembangan budaya masyarakat dunia, seni rupa
pun ikut mengalami perkembangan gaya. Jika seni rupa tradisional memiliki ciri
perpaduan antara penyederhanaan bentuk dan sedikit ornamental. Gaya
“posmo” lebih bebas dan cenderung tidak memiliki aturan tertentu. Eksplorasi
unsur rupa banyak dilakukan untuk gaya ini. Kritik sosial dan kemasyarakatan
merupakan tema yang cukup dominan untuk karya-karya posmo
Seni Terapan
Seni rupa terapan adalah hasil karya seni rupa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dan mempunyai fungsi atau manfaat. Fungsi karya
seni rupa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi estetis dan fungsi
praktis. Fungsi estetis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
tentang rasa keindahan. Misalnya lukisan, patung,dan benda hias. Fungsi
praktis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan benda
pakai. Misalnya vas bunga, kursi ukir, dan bingkai foto.
Selain itu karya seni rupa terapan juga dibedakan menjadi 3, yaitu hasil
karya ukiran, hasil karya patung, dan hasil karya batik.
 Menurut hasil karya ukiran, contoh benda-bendanya adalah ukiran
kayu dari Jepara dan ukiran kayu dari Bali.
 Menurut hasil karya patung, contoh benda-bendanya adalah
patung kayu dari suku Asmat, patung batu Pangeran Diponegoro,
dan Patung kayu dari Bali.

 Menurut hasil karya batik, contoh benda-bendanya adalah baju,


sprei, kain, gorden, dll

2. Membuat karya seni rupa murni dan terapan yang dikembangkan

dari beragam unsur seni rupa Nusantara

Unsur-unsur dasar karya seni rupa adalah unsur-unsur yang digunakan


untuk mewujudkan sebuah karya seni rupa. Unsur-unsur itu terdiri dari :
a. Titik /Bintik
Titik/bintik merupakan unsur dasar seni rupa yang terkecil. Semua
wujud dihasilkan mulai dari titik. Titik dapat pula menjadi pusat
perhatian, bila berkumpul atau berwarna beda.Titik yang membesar
biasa disebut bintik.
b.Garis
Garis adalah goresan atau batas limit dari suatu benda, ruang, bidang,
warna, texture, dan lainnya. Garis mempunyai dimensi memanjang dan
mempunyai arah tertentu, garis mempunyai berbagai sifat, seperti
pendek, panjang, lurus, tipis, vertikal, horizontal, melengkung, berombak,
halus, tebal, miring, patah-patah, dan masih banyak lagi sifat-sifat yang
lain. Kesan lain dari garis ialah dapat memberikan kesan gerak, ide,
simbol, dan kode-kode tertentu, dan lain sebagainya. Pemanfaatan garis
dalam desain diterapkan guna mencapai kesan tertentu, seperti untuk
menciptakan kesan kekar, kuat simpel, megah ataupun juga agung.
Beberapa contoh symbol ekspresi garis serta kesan yang ditimbulkannya,
dan tentu saja dalam penerapannya nanti disesuaikan dengan warna-
warnanya
c. Bidang
Bidang dalam seni rupa merupakan salah satu unsur seni rupa yang
terbentuk dari hubungan beberapa garis. Bidang dibatasi kontur dan
merupakan 2 dimensi, menyatakan permukaan, dan memiliki ukuran
Bidang dasar dalam seni rupa antara lain, bidang segitiga, segiempat,
trapesium, lingkaran, oval, dan segi banyak lainnya
d. Bentuk
Bentuk dalam pengertian bahasa, dapat berarti bangun (shape) atau
bentuk plastis (form). Bangun (shape) ialah bentuk benda yang polos,
seperti yang terlihat oleh mata, sekedar untuk menyebut sifatnya yang
bulat, persegi, ornamental, tak teratur dan sebagainya. Sedang bentuk
plastis ialah bentuk benda yang terlihat dan terasa karena adanya unsur
nilai (value) dari benda tersebut, contohnya lemari. Lemari hadir di
dalam suatu ruangan bukan hanya sekedar kotak persegi empat, akan
tetapi mempunyai nilai dan peran yang lainnya.
Bentuk atau bangun terdiri dari bentuk dua dimensi (pola) dan bentuk
tiga dimensi. Bentuk dua dimensi dibuat dalam bidang datar dengan
batas garis yang disebut kontur. Bentuk-bentuk itu antara lain segitiga,
segi empat, trapezium dan lingkaran. Sedang bentuk tiga dimensi
dibatasi oleh ruang yang mengelilinginya dan bentuk-bentuk itu antara
lain limas, prisma, kerucut, dan silinder.
Sifat atau karakteristik dari tiap bentuk dapat memberikan kesankesan
tersendiri seperti :
1) Bentuk teratur kubus dan persegi, baik dalam dua atau tiga dimensi
memberi kesan statis, stabil, dan formal. Bila menjulang tinggi sifatnya
agung dan stabil.
2) Bentuk lengkung bulat atau bola memberi kesan dinamis, labil dan
bergerak.
3) Bentuk segitiga runcing memberi kesan aktif, energik, tajam, dan
mengarah.

3. Menyiapkan karya seni rupa yang diciptakan untuk pameran sekolah

atau luar sekolah

Mengumpulkan Hasil Karya


Pengertian
Hasil karya yang dipamerkan dikumpulkan dengan cara seleksi. Jenis
karya ini terdiri dari karya seni rupa yang meliputi dua dimensi dan tiga
dimensi serta kerajinan tangan. Pengumpulan karya ini sekaligus sebagai
pengumpulan atau pemasukan nilai mata pelajaran Seni Budaya dan
Kerajinan.
Karya yang bisa dikerjakan secara pribadi (individu) dan kelompok
(kolektif) adalah:
Menggambar bentuk (benda), pemandangan, gambar reklame, karikatur,
kartun, wayang purwa gambar hiasan vignete, dan menggunakan huruf
(kaligrafi).
Mengukir atau ukiran pada kayu, cadas, tanah liat dan relief.
Seni lukis.
Seni pahat (seni patung).
Seni kerajinan dengan membuat benda pakai dan benda hias.
Merangkai bungan, merangkai sayur, merangkai janur, dan merangkai
buah.
Hasil karya menjahit, menyulam, kruistik, dan bordir.
Hasil karya seni tersebut disimpan di tempat khusus yang aman sehingga
pada waktu yang ditentukan untuk pameran siap untuk ditata.
Pengelompokan Hasil Karya
Untuk memudahkan kegiatan pengumpulan dan pendaftaran hasil karya
dapat langsung diselesaikan dengan mengadakan pengelompokan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan Jenis Karya
Karya kerajinan tangan adalah hasil seni kriya/kerajinan karena
kreativitas tangan.
Karya seni rupa adalah karya seni yang dapat diraba, dilihat serta
mempunyai wujud.
Karya seni musik
Karya seni tari.
1. Berdasarkan Dimensi
Ada dua dimensi dan tiga dimensi.
Yang termasuk dua dimensi , contohnya : gambar lukisan, mozaik, dan
anyaman.
Yang termasuk tiga dimensi, contohnya : patung, perabot ukir, anyaman
berkerangka.
2. Berdasarkan Ukuran
Kerajinan tangan dan seni rupa yang dibuat siswa tentu memiliki ukuran
yang bervariasi. Karya yang berukuran kecil dikelompokkan dengan
ukuran kecil dan yang berukuran besar dikelompokkan dengan yang
besar. Pengelompokkan ini dilakukan untuk mempermudah penataan
karya dalam ruang pameran.
3. Berdasarkan Tema
Hasil karya yang dibuat tentunya memiliki tema yang berbeda-beda,
untuk mempermudah penataan karya dan urutannya.
Kelengkapan Pameran Kerajinan Tangan dan Seni Rupa
Kelengkapannya antara lain :
1. Meja untuk menempatkan karya-karya kerajinan tangan.
2. Meja untuk menempatkan karya-karya patung.
3. Sketsel atau papan panel, untuk menempatkan karya-karya
gambar dan lukisan.

4. Meja untuk menempatkan buku tamu dan buku saran.

5. Katalog yang memuat daftar karya dan penciptaannya.

6. Tape recorder untuk memutar lagu atau musik instrumentalia.

7. Label untuk mencantumkan judul, media, penciptaan dan karya.

8. Lampu penerangan ruangan.

9. Spanduk untuk publikasi.

Pengorganisasian Pameran
Pengorganisasian merupakan proses pengelolaan serta pengaturan, agar
apa-apa yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Organisasi yang baik hendaknya memiliki persyaratan sebagai berikut:
 AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga)
 Susunan Panitia

 Program Kerja

 Kegiatan

pengorganisasian Pameran
penentuan masalah tempat dan waktu seharusnya dibicarakan bersama
setelah panitia tersusun, sehingga merupakan suatu kesepakatan yang
harus dipatuhi bersama.

4. Menata karya seni rupa yang diciptakan dalam bentuk pameran sekolah

atau luar sekolah

Penyelenggaraan pameran dapat dilakukan dalam kelas ataupun


sekolah. dimana pun pameran digelar perlu persiapan agar pelaksanaan
pameran dapat berlangsung sukses. persiapan tersebut meliputi:
pembentukan panitia pameran, menentukan materi atau karya yang
akan dipamerankan, penyiapan ruang pameran, persiapan publikasi serta
dokumentasi, dan lain sebagainya.
Setelah pembentukan panitia, maka semua anggota panitia segera
bekerja sesuai dengan tugasnya. Langkah awal adalah mengumpulkan
karya seni rupa dari semua siswa berupa karya seni rupa, baik dua
dimensi maupun tiga dimensi. Selanjutnya, karya dibuat daftarnya
sehingga memudahkan untuk membuat katalog yang berisi nama
pembuat karya, judul karya, ukuran, teknik dan media yang dipakai
untuk membuat karya.

Selanjutnya , menyiapkan ruang pameran. Ruang pameran harus


ditata agar dapat memberikan suasana nyaman. Selain itu, usahakan
komunikasi antara pengunjung dengan penyelenggara pameran dapat
berjalan dengan baik.

Jalur lalu lintas dalam ruang pameran diatur dan diusahakan satu
arah dengan membedakan pintu masuk dan pintu keluar. Hal ini
memudahkan mobilisasi pengunjung dalam pameran tersebut.

Karya harus disusun yang menarik dan mudah dilihat. Jadi, tugas
yang akan dibuat tidak hanya menyiapkan hasil karya sendiri, tetapi
juga menatanya dengan artistik. Penataan karya seni yang dipamerkan
dapat menarik pengunjung untuk menikmati dan mengapresiasi karya
tersebut.

Penyelenggaraan pameran perlu dipublikasikan lewat pengumuman


yang ditempel di papan pengumuman atau menggunakan spanduk yang
dipasang di tempat yang strategis.
Bentuk dokumentasi dapat berupa catatan jumlah pengunjung
pameran, pesan, kesan, atau saran pengunjung. Oleh karena itu, perlu
adanya buku tamu yang disediakan d: dekat pintu masuk clan dijaga oleh
petugas. Pesan, kesan, clan saran pengunjung dapat ditampung pada
buku khusus yang diletakkan di atas meja dekat pintu keluar yang juga
dijaga oleh penjaga. Dokumentasi ini dapat menjadi bahan evaluasi atas
pelaksanaan pameran.

Pada saat yang telah ditetapkan, pameran dibuka secara resmi.


Pembukaannya dapat berupa kata pengantar atau sambutan dan kepala
sekolah atau yang mewakili. Dapat pula dimeriahkan dengan hiburan
berupa musik, teater, atau tari.

Kegiatan pameran dapat ditutup dengan diskusi dan


mendatangkan para kritikus, seniman, ataupun pengamat serta
pemerhati seni rupa. Tujuan diskusi adalah untuk menambah wawasan
akan seni rupa. Selain itu, kegiatan tersebut dapat menjadi evaluasi
terhadap pelaksanaan pameran ataupun ajang kritik terhadap karya-
karya yang baru saja dipamerkan.

Seni Rupa (IPA)


Mengapresiasi karya seni rupa
1. Membandingkan corak seni rupa tradisional dengan seni rupa

modern/kontemporer

SENI RUPA TRADISIONAL


Pengertian
Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat
dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Seni tradisional yang ada di
suatu daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain, meski pun tidak
menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara dua daerah
yang berdekatan.
Ciri-ciri
* Penciptaannya selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu
budaya, bisa berupa aktivitas religius maupun seremonial/istanasentris.
*Terikat dengan pakem-pakem tertentu.
Contoh
Wayang kulit, wayang golek, wayang beber, ornamen pada rumah-rumah
tradisional di tiap daerah, batik, songket, dan lain-lain.
SENI RUPA MODERN
Pengertian
Seni rupa modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu
adat atau daerah, namun tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran
seni rupa.
Ciri-ciri
*Konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi , tetapi jangkauan
penjabaran visualisasinya tidak terbatas.
*Tidak terikat pada pakem-pakem tertentu.
Contoh
Lukisan-lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman, Basuki Abdullah, Affandi,
S.Soedjojono dan pelukis era modern lainnya.
Seniman
Raden Saleh Syarif Bustaman, Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi,
Wahid Somantri, Agus Jaya Suminta, S. Soedjojono, Ramli, Abdul Salam, Otto
Jaya S, Tutur, dan Emira Sunarsa.
SENI RUPA KONTEMPORER
Pengertian
Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak
modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya
adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi
seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman
dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah
karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui.
Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan
tarian, lebih kreatif dan modern.
Ciri-ciri
*Tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman.
*Tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas
antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, hingga aksi politik.
Contoh
Karya-karya happening art, karya-karya Christo dan berbagai karya
enviromental art.
Seniman
Gregorius Sidharta, Christo, dan Saptoadi Nugroho

2. Menjelaskan perkembangan seni rupa modern/kontemporer di

Indonesia

Perjalanan Seni Rupa Modern

Ketika manusia memulai peradabannya di dunia ini, di mana manusia


belum mengenal tulisan bahkan teknologi seperti sekarang ini, manusia
sudah mengenal seni rupa, meskipun masih dalam taraf yang sangat
sederhana. Sebagai bukti bahwa seni rupa sudah ada sejak zaman Pra-
sejarah adalah banyaknya peninggalan-peninggalan purbakala yang
memiliki nilai estetika seperti kapak dari batu (peninggalan zaman
Neolitikum/batu muda), Menhir dan lain-lain.

Hapir di seluruh penjuru dunia banyak ditemukan peninggalan-


peninggalan yang berupa karya seni rupa. Karya seni rupa zaman pra-
sejarah, cenderung bersifat magis dan religius seperti salah satu
peninggalan karya seni rupanya yaitu menhir yang berupa sebuah patung
dari batu. Patung ini berfungsi sebagai tanda peringatan peristiwa
pemujaan terhadap roh nenek moyang dan terkadang dianggap sebagai
tempat bersemayamnya roh nenek moyang mereka.
Budaya rupa semacam ini masih bertahan sampai masuknya berbagai
agama khususnya di Indonesia. Era modernisme dimulai dari belahan
dunia bagian barat (Eropa dan Amerika) dengan banyaknya muncul
seniman-seniman dari benua biru.
Di awal zaman raenessance, para seniman (perupa) masih belum bisa
mendapatkan kebebasan dalam menuangkan ekspresinya, karena pada
masa ini, seniman masih berada di bawah tekanan para bangsawan dan
kaum gereja, dimana para seniman membuat sebuah karya berdaarkan
permintaan para diktator di atas. Dalam situasi ini, para diktator
diktator seni yang bisa memaksakan arah perkembangan seni, karena
merekalah yang membiayainya.

Dengan mulainya masyarakat menyukai karya-karya seni seperti lukisan


dan patung yang ukurannya relative kecil, maka para seniman mulai
menemukan kebebasannya dalam berkarya, karena tidak bergantung lagi
pada para bangsawan sebagai sponsor. Para seniman dapat membiayai
pembuatan karyanya sendiri yang kemudian banyak diminati oleh para
rakyat kecil.
Abad ke-15 dimana masa raenessance berkembang, merupakan awal
mulainya seni modern. Rene Descartes (1556-1650), Cugito Ergosum
(1646-1716), Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Lockee (1632-
1704), mereka adalah para filsuf peletak dasar modernisme dalam dunia
seni.
Pecahnya revolusi Perancis 1789, merupakan salah satu tanda
kebangkitan seni rupa modern, yang kemudian diikuti dengan munculnya
pelukis dari Perancis yang bernama J.L. David. Tidak hanya J.L. David,
tetapi pelukis seperti Vincent Van Gogh dan Leonardo Da Vinci juga
seniman yang menjadi tanda kebangkitan era seni rupa modern

3. Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik


dalam karya seni rupa modern/kontemporer Indonesia dengan
memperhatikan konteks kehidupan masyarakat

Apresiasi karya seni rupa modern/kontemporer Indonesia


Karya seni rupa modern/kontemporer di Indonesia beragam bentuk,
jenis, dan corak, antara lain berupa karya seni rupa dua dimensi: seni
lukis, grafis, batik, dll; tiga dimensi: seni patung, keramik, seni instalasi,
dll. Dengan kreativitas masing-masing, para seniman Indonesia
menciptakan suatu karya seni rupa sebagai perwujudan ekspresi jiwanya.
Kreativitas para seniman Indonesia telah meramaikan perkembangan seni
rupa di Indonesia. Munculnya berbagai karya seni rupa menyebabkan
terjadinya komunikasi apresiasi untuk memahami makna yang tersirat di
baik karya-karya para seniman Indonesia tersebut. Apresiasi adalah
penghargaan atau penilaian. Apresiasi seni rupa adalah kegiatan dalam
menilai atau memberi penghargaan terhadap karya-karya seni rupa.
Apresiasi terhadap karya-karya seni rupa dapat ditunjukkan dengan
sikap empati berupa ungkapan kata-kata atau tanggapan secara
lisan/tertulis. Beberapa seniman mengkomunikasikan pesan-pesan
melalui hasil karyanya dengan cara vulgar dan mudah dipahami, akan
tetapi ada pula yang mengkomunikasikan karyanya melalui simbol-
simbol yang mengandung makna tertentu.
Kegiatan apresiasi dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
4. Apresiasi simpatik adalah merasakan tingkat keindahan suatu
karya berdasarkan pengamatan (kasat mata), seperti suka atau
tidak suka.
5. Apresiasi empatik/estetik adalah merasakan secara mendalam nilai
estetik yang tersirat dalam suatu karya, seperti ada perasaan
kagum atau terharu.

6. Apresiasi kritis adalah apresiasi yang disertai analisis terhadap


suatu karya dengan mempertimbangkan gagasan, teknik, unsur-
unsur rupa, dan kaidah-kaidah komposisi seni rupa.

Pendekatan/metode dalam melakukan apresiasi karya seni rupa, yaitu:


 Deskriptif (paparan secara obyektif)
 Analitis (paparan berdasarkan kaidah-kaidah estetika)

 Interpretatif (paparan berdasarkan sudut pandang pengamat)

 Penilaian (paparan dengan pengukuran nilai)

 Interdisiplin (berbagai disiplin keilmuan)

Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa


1. Menggambar teknik/ perspektif lanjutan

Teknik Dasar Menggambar Perspektif


Teknik Dasar Menggambar Perspektif
Teknik ini tercipta karena keterbatasarn jarak pandang mata kita dalam
melihat objek. Semakin jauh jarak mata dengan benda, semakin kecil
pula penampakannya dan bahkan akan hilang dari pandangan pada
jarak tertentu. Sebaliknya, semakin dekat jarak mata kita dengan benda,
maka benda tersebut akan terlihat semakin besar. Secara teknis,
perspektif terdiri dari perspektif satu titik mata, 2 titik mata, dan tiga
titik mata.

A. Perspektif 1 Titik Mata


Pada dasarnya, perspektif satu titik mata, dua titik mata, dan tiga titik
mata bisa dibagi lagi menjadi berbagai sudut pandang berdasarkan posisi
mata kita berada. Lebih sederhananya, sudut pandang bisa dibagi
menjadi menjadi 3 macam sudut pandang, yaitu sudut pandang mata
burung, sudut pandang normal, sudut pandang mata kucing.
a. Sudut pandang mata burung.
Pada sudut pandang mata burung, mata kita seolah-olah berada di atas
dan melihat objek berada di bawah. Jadi, letak garis horizon berada pada
garis itu, bisa di bagian kiri, tengah, atau kanan. Bahkan bisa juga
ditelakkan di luar bidang gambar. Setiap objek yang digambar, garisnya
bersumber dari titik mata.

b. Sudut pandang normal


Pada sudut pandang normal, diri kita seolah-olah berdiri normal
memandang lurus kedepan. Dengan demikian, bagian atas dan bagian
bawah nya terlihat seimbang. Letak garis horizon tepat di tengah-tengah
bidang dan titik mata bisa diletakkan di mana saja pada garis tersebut.
Semua objek yang digambar garisnya berasal dari satu titik mata.c.
Sudut pandang mata kucing
Pada sudut pandang ini, seolah-olah mata kita dalam posisi tiarap dan
melihat kedepan sehingga penampakan objek bagian atas akan lebih
domain. Letak Garis horizon di bagian bawah bidang gambar dan letak
titik hilang pada garis horizon. TItik mata ini dijadikan pusat untuk
menarik garis dalam menggambarkan setiap objek benda.

B. Perspektif 2 Titik Mata


Secara teknis, perspektif 2 titik mata hampir sama dengan teknik
perspektif 1 titik mata. Pada teknik perspektif 2 titik mata, pada garis
horizon terdapat 2 titik fokus. Persimpangan garis yang berasal dari 2
titik mata ini akan membentuk sebuah sudut. Biasanya, jika jarak antara
2 titik ini terlalu dekat, penampakan objek gambar mengalami distorsi.
Tahapan untuk menggambar teknik perpektif 2 titik mata juga hampir
sama dengan teknik perspektif 1 titik mata,

C. Perspektif 3 Titik Mata


Perspektif dengan 3 titik mata biasanya hanya dipakai untuk
menggambarkan sesuatu yang sangat luas, besar, tinggi, dan secara visual
mengalami distorsi yang sangt ekstim.

Biasanya teknik ini dipakai untuk menggambar outdoor dan sudut


pandang dari udara, meskipun bisa juga dipakai untuk sudut pandang
dari bawah(sudut pandang mata kucing). Agar tidak mengalami distorsi
yang berlebihan, sebaiknya titik mata diletakkan jauh diluar bidang
gambar.

Pada dasarnya, teknik dan tahapan menggambar perspektif 3 titik mata


ini hampir sama dengan teknik menggambar dengan perspektif 1 dan 2
titik mata.
Garis horizon tidak selamanya harus diletakkan horizontal, namun bisa
juga diagonal untuk menggambarkan impresi yang berbeda.

Menentukan Sudut Pandang dan Titik Mata

Kadang kita menemui gambar perspektif yang terlihat tidak seimbang


atau beberapa furniturnya terpotong. Permasalahan ini dapat di atasi
dengan cara:
- Garis Horison dapat diturunkan atau dinaikkan sehingga bagian objek
dapat terjangkau oleh sudut
pandang pengamat.
- Kedudukan pengamat dimundurkan lebih jauh dari bidang gambar
sehingga seluruh bagian objek dapat
terjangkau oleh sudut pandang pengamat.

Untuk menentukan titik mata dapat dengan cara menentukan terlebih


dahulu bagian ruang yang akan ditampilkan secara maksimal. Pada
perspektif satu titik, bila bagian ruang yang akan ditampilkan adalah
bagian kanan, maka titik mata cenderung berada di sebelah kiri
menjauhi garis normal dan bagian kanan ruang pada gambar. Cara ini
berlaku untuk bagian ruang lainnya (kiri, atas dan bawah). Sedangkan
pada perspektif dua titik, bila bagian ruang yang akan ditampilkan
adalah bagian kanan, maka titik mata sebelah kiri akan menjauhi dan
titik mata kanan akan mendekati bagian kanan ruang pada gambar

2. Membuat karya seni rupa murni dan terapan yang dikembangkan

dari beragam corak dan teknik seni rupa

Seni murni :
Gaya atau corak atau aliran dalam seni rupa beraneka ragam. Secara garis
besar, gaya karya seni rupa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : tradisional,
modern, dan postmodern.
a. Tradisional
Seperti halnya karya seni rupa Nusantara, perupa seni rupa mancanegara juga
memiliki gaya tradidional. Gaya ini juga terbagi menjadi dua, yaitu primitif dan
klasik.
b. Modern
Gaya seni rupa modern adalah corak karya seni rupa yang sudah mengalami
kemajuan, perubahan, dan pembaharuan. Secara umum, modernisasi gaya seni
rupa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: gaya representatif, depormatif, dan
nonrepresentatif.
1. Representatif
Kata representatif berasal dari representasi yang mengandung pengertian
sesungguhnya, nyata, atau sesuai dengan keadaan. Perwujudan gaya seni rupa
ini menggambarkan keadaan yang nyata pada kehidupan masyarakat atau
keadaan alam. Gaya seni rupa yang tergolong representatif, antara lain :
romantis, naturalis, dan realis.
a) Romantisme
Istilah romantisme berasal dari roman yang berarti cerita dan isme yang
berarti aliran/gaya. Romantisme adalah gaya/aliran seni rupa yang
menggambarkannya mengandung cerita kehidupan manusia atau binatang.
Perupa mancanegara yang mempelopori gaya ini, antara lain : Fransisco Goya
(Spanyol), Turner (Inggris), dan Rubens (Belanda). Perupa Nusantara yang
mengambil gaya itu adalah Raden Saleh.
b) Naturalisme
Istilah naturalisme berasal dari kata nature atau natural yang berarti alam dan
isme yang berarti aliar/gaya. Naturalisme adalah gaya/aliran seni rupa yang
menggambarkannya sesuai dengan keadaan alam atau alami. Pelukis gaya ini
pada umumnya mengambil pemandangan alam sebagai objeknya. Perupa
mancanegara yang mengambil gaya ini antara lain Rubens, Claude,
Gainsborough, Constable, dan Turner. Perupa Nusantara yang mengambil gaya
ini antara lain Abdullah Suryosubroto, Wakidi, Mas Pringadi, dan Basuki
Abdullah.
c) Realisme
Istilah realisme berasal dari kata real yang berarti nyata dan isme yang berarti
gaya/aliran. Realisme adalah gaya/alaran seni rupa yang menggambarkannya
sesuai dengan kenyataan hidup. Perupa nusantara yang mengambil gaya ini
antara lain Trubus, Tarmizi, Wardoyo, dan Dullah. Seedangkan perupa
mancanegara yang mengambil gaya ini adalah Remandt van Rijn (Belanda).
2. Deformatif
Istilah deformatif berasal dari deformasi yang berarti perubahan bentuk. Bentuk
alam diubah sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk baru, namun masi
menyerupai bentuk aslinya. Gaya seni rupa yang tergolong deformatif, antara
lain : Surrealisme, impresionisme, ekspresionisme, dan kubisme.
a) Surealisme
Istilah surrealisme berasal dari kata sur yang berarti melebih-lebihkan, kata
real yang berarti nyata, dan isme berarti gaya/aliaran. Surrealisme adalah
gaya/aliran seni rupa yang menggambarkannya melebih-lebihkan kenyataan,
bahkan ada yang menyebutnya otomatisme psikis yang murni atau mimpi.
Perupa mancanegara yang mempelopori gaya ini adalah Salvador Dali.
b) Impressionisme
Impressionisme berasal dari kata impression yang berarti kesan sesaat dan isme
yang berarti gaya/aliran. Impressionalisme adalah gaya/aliran seni rupa yang
penggambarannya sesuai dengan kesan saat objek tersebut dilukis. Gaya ini
dipelopori oleh perupa mancanegara seperti Claude Monet, Paul Cezanne,
Georges Seurat, dan Paul Gauguin. Perupa nusantara yang mengambil gaya ini,
antara lain S. Sudjojno.
c) Ekspressionisme
Ekspressionisme berasal dari kata expression yang berarti ungkapan jiwa yang
spontan dan isme yang berarti gaya/aliran. Ekspressionisme adalah gaya/aliran
seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan keadaan jiwa perupa yang
spontan pada saat melihat objek. Gaya seni rupa ini diplopori oleh pelukis
Belanda bernama Vincent van Gogh. Perupa Nusantara yang mengambil gaya
ini adalah Affandi.
d) Kubisme
Kubisme berasal dari kata kubus yang berarti bidang atau bentuk persegi empat
dan isme yang berarti gaya/alrian. Kubisme adalah aliran/gaya seni rupa yang
penggambarannya berupa bidang persegi empat atau bentuk dasarnya kubus.
Gaya seni rupa ini dipelopori oleh pelukis Spanyol yang bernama Pablo Picasso.
Perupa Nusantara yang mengikuti gaya ini adalah But Muchtar, Mochtar Apin,
Srihadi, dan Fajar Sidik.
3. Nonrepresentatif (Abstraksionalisme)
Kata Nonrepresentatif atau abstrak mengandung pengertian suatu bentuk yang
sukar dikenali. Suatu gaya yang lebih sederhana bahkan bentuknya sama sekali
meninggalkan bentuk alam. Karya seni rupa abstrak berupa susunan garis,
bentuk, dan warna yang terbebas dari bentuk alam. Gaya seni rupa yang
berbentuk abstrak ini ada yang abstrak ekspresionis dan abstrak murni. Gaya
ini dipelopori oleh perupa mancanegara, antara lain : Paul Klee, Piet Mondrian,
Wassily Kandinsky, dan Jackson Pollock. Perupa Nusantara yang mengikuti gaya
ini adalah Amry Yahya, Fajar Sidik, But Muchtar, dan Srihadi.
c. Postmodern
Postmodern atau disingkat “Posmo” adalah gaya seni rupa pasca atau sesudah
modern. Sejalan dengan perkembangan budaya masyarakat dunia, seni rupa
pun ikut mengalami perkembangan gaya. Jika seni rupa tradisional memiliki ciri
perpaduan antara penyederhanaan bentuk dan sedikit ornamental. Gaya
“posmo” lebih bebas dan cenderung tidak memiliki aturan tertentu. Eksplorasi
unsur rupa banyak dilakukan untuk gaya ini. Kritik sosial dan kemasyarakatan
merupakan tema yang cukup dominan untuk karya-karya posmo
Seni Terapan
Seni rupa terapan adalah hasil karya seni rupa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dan mempunyai fungsi atau manfaat. Fungsi karya
seni rupa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi estetis dan fungsi
praktis. Fungsi estetis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
tentang rasa keindahan. Misalnya lukisan, patung,dan benda hias. Fungsi
praktis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan benda
pakai. Misalnya vas bunga, kursi ukir, dan bingkai foto.
Selain itu karya seni rupa terapan juga dibedakan menjadi 3, yaitu hasil
karya ukiran, hasil karya patung, dan hasil karya batik.
 Menurut hasil karya ukiran, contoh benda-bendanya adalah ukiran
kayu dari Jepara dan ukiran kayu dari Bali.
 Menurut hasil karya patung, contoh benda-bendanya adalah
patung kayu dari suku Asmat, patung batu Pangeran Diponegoro,
dan Patung kayu dari Bali.

 Menurut hasil karya batik, contoh benda-bendanya adalah baju,


sprei, kain, gorden, dll

3. Menyiapkan karya seni rupa yang telah diciptakan untuk pameran di

sekolah atau luar sekolah

Mengumpulkan Hasil Karya


Pengertian
Hasil karya yang dipamerkan dikumpulkan dengan cara seleksi. Jenis
karya ini terdiri dari karya seni rupa yang meliputi dua dimensi dan tiga
dimensi serta kerajinan tangan. Pengumpulan karya ini sekaligus sebagai
pengumpulan atau pemasukan nilai mata pelajaran Seni Budaya dan
Kerajinan.
Karya yang bisa dikerjakan secara pribadi (individu) dan kelompok
(kolektif) adalah:
Menggambar bentuk (benda), pemandangan, gambar reklame, karikatur,
kartun, wayang purwa gambar hiasan vignete, dan menggunakan huruf
(kaligrafi).
Mengukir atau ukiran pada kayu, cadas, tanah liat dan relief.
Seni lukis.
Seni pahat (seni patung).
Seni kerajinan dengan membuat benda pakai dan benda hias.
Merangkai bungan, merangkai sayur, merangkai janur, dan merangkai
buah.
Hasil karya menjahit, menyulam, kruistik, dan bordir.
Hasil karya seni tersebut disimpan di tempat khusus yang aman sehingga
pada waktu yang ditentukan untuk pameran siap untuk ditata.
Pengelompokan Hasil Karya
Untuk memudahkan kegiatan pengumpulan dan pendaftaran hasil karya
dapat langsung diselesaikan dengan mengadakan pengelompokan sebagai
berikut:
2. Berdasarkan Jenis Karya
 Karya kerajinan tangan adalah hasil seni kriya/kerajinan karena
kreativitas tangan.
 Karya seni rupa adalah karya seni yang dapat diraba, dilihat serta
mempunyai wujud.
 Karya seni musik
 Karya seni tari.
4. Berdasarkan Dimensi
Ada dua dimensi dan tiga dimensi.
Yang termasuk dua dimensi , contohnya : gambar lukisan, mozaik, dan
anyaman.
Yang termasuk tiga dimensi, contohnya : patung, perabot ukir, anyaman
berkerangka.
5. Berdasarkan Ukuran
Kerajinan tangan dan seni rupa yang dibuat siswa tentu memiliki ukuran
yang bervariasi. Karya yang berukuran kecil dikelompokkan dengan
ukuran kecil dan yang berukuran besar dikelompokkan dengan yang
besar. Pengelompokkan ini dilakukan untuk mempermudah penataan
karya dalam ruang pameran.
6. Berdasarkan Tema
Hasil karya yang dibuat tentunya memiliki tema yang berbeda-beda,
untuk mempermudah penataan karya dan urutannya.
Kelengkapan Pameran Kerajinan Tangan dan Seni Rupa
Kelengkapannya antara lain :
10. Meja untuk menempatkan karya-karya kerajinan tangan.
11. Meja untuk menempatkan karya-karya patung.

12. Sketsel atau papan panel, untuk menempatkan karya-karya


gambar dan lukisan.

13. Meja untuk menempatkan buku tamu dan buku saran.

14. Katalog yang memuat daftar karya dan penciptaannya.

15. Tape recorder untuk memutar lagu atau musik


instrumentalia.

16. Label untuk mencantumkan judul, media, penciptaan dan


karya.

17. Lampu penerangan ruangan.

18. Spanduk untuk publikasi.

Pengorganisasian Pameran
Pengorganisasian merupakan proses pengelolaan serta pengaturan, agar
apa-apa yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Organisasi yang baik hendaknya memiliki persyaratan sebagai berikut:
 AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga)
 Susunan Panitia

 Program Kerja

 Kegiatan

pengorganisasian Pameran
penentuan masalah tempat dan waktu seharusnya dibicarakan bersama
setelah panitia tersusun, sehingga merupakan suatu kesepakatan yang
harus dipatuhi bersama.

4. Menata karya seni rupa yang diciptakan dalam bentuk pameran


sekolah atau luar sekolah

Penyelenggaraan pameran dapat dilakukan dalam kelas ataupun


sekolah. dimana pun pameran digelar perlu persiapan agar pelaksanaan
pameran dapat berlangsung sukses. persiapan tersebut meliputi:
pembentukan panitia pameran, menentukan materi atau karya yang
akan dipamerankan, penyiapan ruang pameran, persiapan publikasi serta
dokumentasi, dan lain sebagainya.
Setelah pembentukan panitia, maka semua anggota panitia segera
bekerja sesuai dengan tugasnya. Langkah awal adalah mengumpulkan
karya seni rupa dari semua siswa berupa karya seni rupa, baik dua
dimensi maupun tiga dimensi. Selanjutnya, karya dibuat daftarnya
sehingga memudahkan untuk membuat katalog yang berisi nama
pembuat karya, judul karya, ukuran, teknik dan media yang dipakai
untuk membuat karya.

Selanjutnya , menyiapkan ruang pameran. Ruang pameran harus


ditata agar dapat memberikan suasana nyaman. Selain itu, usahakan
komunikasi antara pengunjung dengan penyelenggara pameran dapat
berjalan dengan baik.
Jalur lalu lintas dalam ruang pameran diatur dan diusahakan satu
arah dengan membedakan pintu masuk dan pintu keluar. Hal ini
memudahkan mobilisasi pengunjung dalam pameran tersebut.

Karya harus disusun yang menarik dan mudah dilihat. Jadi, tugas
yang akan dibuat tidak hanya menyiapkan hasil karya sendiri, tetapi
juga menatanya dengan artistik. Penataan karya seni yang dipamerkan
dapat menarik pengunjung untuk menikmati dan mengapresiasi karya
tersebut.

Penyelenggaraan pameran perlu dipublikasikan lewat pengumuman


yang ditempel di papan pengumuman atau menggunakan spanduk yang
dipasang di tempat yang strategis.
Bentuk dokumentasi dapat berupa catatan jumlah pengunjung
pameran, pesan, kesan, atau saran pengunjung. Oleh karena itu, perlu
adanya buku tamu yang disediakan d: dekat pintu masuk clan dijaga oleh
petugas. Pesan, kesan, clan saran pengunjung dapat ditampung pada
buku khusus yang diletakkan di atas meja dekat pintu keluar yang juga
dijaga oleh penjaga. Dokumentasi ini dapat menjadi bahan evaluasi atas
pelaksanaan pameran.

Pada saat yang telah ditetapkan, pameran dibuka secara resmi.


Pembukaannya dapat berupa kata pengantar atau sambutan dan kepala
sekolah atau yang mewakili. Dapat pula dimeriahkan dengan hiburan
berupa musik, teater, atau tari.

Kegiatan pameran dapat ditutup dengan diskusi dan


mendatangkan para kritikus, seniman, ataupun pengamat serta
pemerhati seni rupa. Tujuan diskusi adalah untuk menambah wawasan
akan seni rupa. Selain itu, kegiatan tersebut dapat menjadi evaluasi
terhadap pelaksanaan pameran ataupun ajang kritik terhadap karya-
karya yang baru saja dipamerkan.

Seni Musik
Mengapresiasi karya seni musik
1. Mengidentifikasi makna dan peranan musik tradisional Mancanegara

dalam konteks kehidupan budaya masyarakat

Makna Dan Peranan Musik Tradisi

Musik daerah atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang
di daerah - daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas jenis musik ini teletak pada isi
lagu (Syair) dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisional memiliki
karakteristik dan ciri-ciri yang khas, yakni syair dan melodinya menggunakan
bahasa dan gaya daerah setempat, kebanyakan tidak memiliki notasi, selain itu
seni tradisi merupakan sarana untuk menampilkan identitas dan jati diri
masing-masing daerah sekaligus menjadi media ekspresi dari masing-masing
daerah untuk menunjukkan eksistensi mereka.Hampir diseluruh wilayah
Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan tersebut bisa
dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk / organologi
instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai
semangat kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang /
masyarakat Indonesia, yaitu ramah dan sopan. Namun berhubung dengan
perjalanan waktu dan semakin ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut,
karekter kita semakin berubah dari sifat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kebersamaan menjadi individual / egoistis.

2. Menunjukkan nilai-nilai dari pengalaman musikal hasil pengamatan

terhadap pertunjukan karya musik tradisional Mancanegara (NonAsia)

1. Nilai – Nilai Musikal dalam Kehidupan Sehari – hari

Seseorang yang memainkan musik terutama musik modern


dengan penghayatan, penjiwaan yang dalam disertai pengalaman-
pengalaman akan menemukan nilai yang terkandung dalam musik
tersebut antara lain:
a. Nilai estetis, keindahan, yaitu musik dapat menimbulkan keindahan,
merasakan indahnya alunan nada sehingga hati menjadi terhibur.
b. Nilai pendidikan, yaitu musik dapat menemukan nilai pendidikan,
pengajaran, budi pekerti luhur, mengembangkan bakat, emosi dan
memberikan pengalaman, yang berharga.
c. Nilai religious, yaitu dengan menyanyikan lagu-lagu kerohanian,
keagamaan akan menambah iman dan taqwa kepada tuhan sehingga
keyakinan agama bertambah mantap dan kuat.
d. Nilai bisnis/komersial, yaitu dengan adanya musik dapat memberikan
keuangan.
e. Nilai semangat juang, yaitu ketika mendengarkan suatu lagu dapat
memberikan semangat hidup.

Dalam permainan musik terdapat nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut dapat di


terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Diantara nilai-nilai tersebut
adalah:
a. Nilai-nilai budi pekerti luhur yakni musik berisi ajaran tingkah laku
baik, ajaran agama, keteladanan, rasa cinta terhadap alam.
b. Nilai keindahan yang tinggi (artistik) dan nilai esteteis (indah), yakni
musik diciptakan untuk keindahan musik itu sendiri.
c. Berisi permainan, yakni musik dapat dijadikan sebagai alat
permainan anak - anak maupun orang dewasa, dapat dijadikan sebagai
hiburan, luapan emosi, imajinasi.
d. Nilai komunikasi, yakni musik dapat dijadikan alat
komunkasi/perhubungan, antara manusia dengan manusia.
e. Seni musik sebagai alat ekspresi yakni mencetuskan, mengungkapkan
ide, dan gagasan secara spontan.

Mengekspresikan diri melalui karya seni musik


1. Mengembangkan gagasan kreatif serta mengaransir karya musik

dengan menggali beragam proses, teknik, prosedur, media, dan materi


musik tradisional Mancanegara (NonAsia)

MUSIK TRADISI MANCANEGARA


Musik klasik merupakan istilah luas yang biasanya mengacu pada musik
yang dibuat di atau berakar dari tradisi kesenian Barat, musik kristiani,
dan musik orkestra, mencakup periode dari sekitar abad ke-9 hingga
abad ke-21.[1]

Musik klasik Eropa dibedakan dari bentuk musik non-Eropa dan musik
populer terutama oleh sistem notasi musiknya, yang sudah digunakan
sejak sekitar abad ke-16.[2] Notasi musik barat digunakan oleh komponis
untuk memberi petunjuk kepada pembawa musik mengenai tinggi nada,
kecepatan, metrum, ritme individual, dan pembawaan tepat suatu karya
musik. Hal ini membatasi adanya praktek-praktek seperti improvisasi
dan ornamentasi ad libitum yang sering didengar pada musik non-Eropa
(bandingkan dengan musik klasik Indiadan musik tradisional Jepang)
maupun musik populer

istilah “musik” sudah sangat akrab di telinga kita, bahkan hampir setiap
saat kita berinteraksi dengan musik. Hal ini terjadi karena dalam
kegiatan sehari-hari indera pendengar kita senantiasa bersentuhan
dengan bunyi, baik yang dalam bentuk sederhana maupun yang lebih
komplex seperti musik.

Menurut sejarahnya, musik dianggap sebagai seni yang paling tua


usianya, bahkan sama tuanya dengan keberadaan manusia di permukaan
bumi. Hal ini dikarenakan semenjak lahir kita telah berhubungan dengan
musik. Dalam peradaban masyarakat di Mesir dan Yunani kuno, musik
dianggap sebagai suatu aktivitas yang sangat penting. Hal ini terbukti
dengan adanya lukisan-lukisan purba yang menggambarkan kegiatan
musik karena mereka banyak mempergunakan musik dalam kegiatan
upacara-upacara ritual yang berhubungan dengan kekuatan gaib.

Dalam perkembangan sejarah musik, terdapat dua rumpun musik yang


berbeda yaitu musik yang berasal dari barat dan musik yang berasal dari
timur. Masing-masing rumpun musik tersebut memiliki system nada
yang berbeda. Musik disusun berdasarkan frekuensi yang tetap dalam
tujuh nada(tangga nada diatonis) yang kemudian berkembang menjadi
system 12 nada yang bergerak sama (tangga nada khromatis).

Sedangkan musik timur menggunakan system nada yang amatematik,


yaitu tangga nada pentatonik. Yang nada-nadanya disusun dalam jarak
yang tidak sama untuk satu oktafnya.

System musik barat di gunakan dalam pengembangan daya pikir


abstrak, imajinasi dan kreatifitas. Musik dapat di pelajari dengan lebih
nyata. Hal ini telah dapat membawa musik barat memasuki wilayah
timur dengan kegunaan yang lebih luas dari pada musik timur.

Dalam sejarahnya,

musik barat (musik mancanegara) disusun atas perkembangan teknik


komposisi dan praktek memainkan musik yang disusun dalam segmen
zaman dan gaya musik. Sedangkan perkembangan musik timur belum
dapat disusun berhubung jenis komposisi musik yang di hasilkan masih
berkisar dalam bentuk musik vocal.
Musik timur (Nusantara) berkembang tanpa memlalui tahapan-tahapan
yang jelas, bukan berkembang dari evolusi bentuk komposisi dan praktek
musik, melainkan lebih kepada proses pemenuhan kebutuhan musik
ringan. Sampai saat ini fungsi musik adalah sebagai kebutuhan hiburan,
baik di Nusantara maupun di belahan dunia manapun, sebagian besar
orang memanfaatkan musik hanya sebatas kebutuhan sesaat. Sebagian
besar pendidikan musik di negara-negara berkembang masih kurang
konsisten sehingga pemanfaatan musik untuk hal-hal yang bersifat
keilmuan masih sangat kurang, padahal musik sangat bermanfaat bagi
daya pengembangan cara berpikir otak maupun sebagai pengobatan
dalam kehudupan sehari-hari.

Sampai saat ini bentuk penyajian dan alam musik yang di gunakan terus
berkembang sehingga pemanfaatan terhadap musik pun juga
berkembang. Marilah kita lihat sejarah perkembangan musika dan
pemanfaatannya.

2. Menyiapkan pertunjukan musik tradisional, non tradisional atau

Mancanegara (NonAsia) di sekolah atau luar sekolah

1. Tentukan tema acara,


Cari tema yang tidak membosankan �“ kalau bisa merupakan ide baru,
atau paling tidak merupakan ide lama yang dikemas secara lebih baik.
2. Cari sumber daya manusia yang qualified
Mengumpulkan teman yang mau berpartisipasi mengadakan sebuah
pertunjukan tidaklah sulit— yang sulit adalah membuat mereka bekerja
dengan efektif. Efektif disini artinya kontribusi mereka optimal terutama
dalam Event Staging, Staging Lighting & Lighting Staging, sesuai dengan
job description dari masing-masing personal, tidak tumpang tindih dan
tidak sekedar menjadi penggembira.
Setelah tim terbentuk, buat time schedule. Lalu tentukan tugas masing-
masing personal cth dalam pembagian Stage Concert & Concert Stage.
Pembagian tugas harus jelas cth dalam menjaga Stage Concert &
Concert Stage. Produksi, promosi, marketing, sampai penyelenggaraan
acara, dan after party show bila ada. Semua harus berjalan baik sesuai
dengan time schedule yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
3. Survei venue, sound system, dan talent
Sebuah acara akan berhasil apabila didukung oleh tepat penyelenggaraan
dan performer (band) yang tepat. Tidak harus selalu tempat yang
mentereng, tidak harus selalu band yang mahal. Cukup yang sesuai
dengan tema acara dan dalam Concert Staging, Staging Concert &
Staging Event. Sound system juga adalah hal yang perlu diperhitungkan,
karena sejago apa pun suatu band jika tidak didukung sound system yang
baik akan terdengar berantakan. Satu catatan lagi adalah jangan terlalu
banyak band yang tampil, apalagi dengan jenis musik yang mirip-mirip.
Bayangkan lo dengerin satu kaset diulang-ulang sampe 10 kali. Rasanya
sama. Sebuah atau beberapa band yang sudah mempunyai album dan
massa sendiri akan lebih membantu. Penempatan band sebagai main
performer dan pembuka juga akan berpengaruh untuk menaikkan grafik
acara. Kalau bandnya terlalu banyak, dijamin grafiknya nggak stabil dan
band-band bakal ribut soal penempatan jam perform. Ini biasanya
terjadi kalo ada sebuah band yang sudah merasa lebih besar dari yang
band lain yang tampil setelah mereka main. Apalagi kalo sebelumnya
mereka ngga dibayar, atau–lebih parah lagi–disuruh bayar untuk
perform di acara dan Concert Staging, Staging Concert & Staging Event
itu. Pathetik!

4. Media relations
Jangan mimpi bakal mendapatkan banyak sponsor kalau media yang
mendukung acara Stage Event & Event Stage cuma sedikit, apalagi kalo
ga ada. Sekarang udah banyak TV swasta, radio swasta, majalah, bahkan
webzine yang mau mendukung sebuah acara yang dikemas dengan baik.
Tugas seorang promoter Stage Event & Event Stage yang baik adalah
merepresent acara ke media-media ini untuk dipublikasikan seluas
mungkin.
5. Buat proposal
Setelah sepakat dengan pihak venue, talent, dan mendapatkan dukungan
media, buat proposal yang mencantumkan ketiganya. Hal yang paling
penting adalah, cari sesuatu yang bisa membuat sponsor lebih tertarik
untuk berpartisipasi.

6. Cari sponsor
Tugas utama seorang marketing adalah mencari partner yang mau
bekerjasama demi kesuksesan sebuah acara, dan meyakinkan bahwa
setelah acara ini selesai– dan ketika acara ini menjelma menjadi sebuah
acara yang rutin dan berpengaruh Stage Lighting & Lighting
Stage�”sponsor tersebut akan mendapatkan lebih dari sekedar logo di
pamflet harus diberi Stage Lighting & Lighting Stage. Semua leading
brand melakukan sponsoring. Yang mau menjadi leading brand, ya harus
sponsoring. Asal acaranya benar-benar dipersiapkan dengan baik,
sponsor dijamin nempel kayak perangko.
jadi persiapkanlah semuanya secara matang agar event dapat berjalan
dengan lancar.

3. Menampilkan pertunjukan musik tradisional, non tradisional atau

Mancanegara (NonAsia) di sekolah atau luar sekolah

Konser berasal dari bahasa Italia : concerto dan Latin : concertare yang artinya
berjuang,berlomba dengan orang lain Konser adalah suatu pertunjukan
langsung, biasanya musik, di depan penonton. Musik dapat dimainkan oleh
musikus tunggal, kadang disebut resital, atau suatu ensembel musik, seperti
orkestra, paduan suara, atau grup musik. Konser dapat diadakan di berbagai
jenis lokasi, termasuk pub, klub malam, rumah, lumbung, aula konser khusus,
gedung serbaguna, dan bahkan stadion olahraga. Konser yang diadakan di suatu
tempat yang sangat besar kadang disebut konser arena. Di manapun
dilangsungkan, musisi biasanya tampil di atas suatu panggung. Sebelum
meluasnya musik rekaman, konser merupakan satu-satunya kesempatan bagi
seseorang untuk mendengarkan penampilan seorang musisi.
Untuk menonton suatu konser biasanya dikenakan biaya, walaupun banyak juga
yang gratis. Acara konser memberikan keuntungan bagi musisi, pemilik tempat,
dan pihak lain yang terlibat dalam suatu konser, atau pada beberapa kasus
untuk konser amal. Tur konser adalah suatu rangkaian konser oleh seorang atau
beberapa musisi yang dilakukan di beberapa kota atau lokasi.

Seni Tari
Mengapresiasi karya seni tari
1. Mengidentifikasi jenis, peran, dan perkembangan tari tunggal

Mancanegara (NonAsia) sesuai konteks budaya masyarakatnya

Perkembangan Tari Tunggal Nusantara

Perkembangan tari Nusantara akan lebih mudah jika dikelompokkan

berdasarkan periode masuknya penyebaran agama ke Indonesia atau

berdasarkan perubahan sejarah. Jika Anda tinggal di Medan, mungkin

Anda pernah menonton pergelaran tari yang berjudul Tari Zapin. Tari ini

salah satu tarian yang mendapat pengaruh dari bangsa Arab. Kata

Zapin diambil dari kata al-zafin yang artinya gerak kaki. Adapun secara

koreografi, perkembangan Tari Zapin tetap menampilkan motif-motif

gerak tari Melayu dan tidak menghilangkan ciri khas gerak berirama dari

tari-tarian Melayu. Dahulu Tari Zapin sering ditarikan hanya oleh

seorang penari (tunggal), tetapi sekarang kadang-kadang dibawakan oleh

sepasang laki-laki atau perempuan dengan laki-laki.

Busana khas Tari Zapin yang unik, demikian pula jenis tari lainnya yang

berasal dari Sumatra, mendapat pengaruh dari masuknya Islam ke


Sumatra, seperti yang dikenakan oleh kebanyakan para penarinya, yaitu

‘serba tertutup’. Busana wanita terdiri atas kebaya labuh berlengan

panjang, atau baju kurung, dan kain songket panjang atau celana

panjang. Adapun penari laki-laki mengenakan busana kecak musang dan

baju kurung teluk belanga. Baju ini biasa dipakai lakilaki ketika pergi ke

masjid untuk shalat. Bagian depannya terdapat belahan yang berkancing,

di sampingnya dibelah kiri d n kanan, seperti yang Anda kenal sebagai

baju koko. Mereka juga memakai songkok atau peci.

Demikian pula jika Anda perhatikan syair lagu yang Mengiringi Tari

Zapin, sangat kental dengan pepatah bersumber dari agama Islam,

seperti lagu “Bismilah”, lagu “Pulut Hitam”, lagu “Sayang Serawak”, atau

lagu “Lancang Kuning”, yang bertempo rentak (rancak, dinamis).

Musiknya berirama gambus dengan iringan alat musik biola, gendang,

gong, dan akordeon. Dalam setiap selingan alunan lagunya diselingi

paduan balas pantun. Bagi Anda yang tinggal di Pulau Jawa, sedikit

banyak tidak akan asing mendengar sebuah tari yang diberi nama Tari

Golek. Di Yogyakarta maupun Surakarta, tari ini kerap dikenal sebagi

tari tunggal yang terinspirasi dari boneka kayu yang dinamakan golek.

Tarian ini biasanya ditarikan pada pertunjukan wayang kulit di akhir

lakonnya. Sinopsis atau gambaran dari Tari Golek menggambarkan

seorang gadis remaja yang sedang menghias diri.


Pernahkah Anda mendengar, bahkan mungkin menonton, Tari

Gambyong? Tarian ini merupakan jenis tari rakyat yang sifatnya

menghibur. Gambyong itu sendiri adalah nama dari bagian pertunjukan

tayuban, yaitu ketika penari perempuan yang disebut ledhek/tledhek

menari sendiri, Kemudian, ia berduet dengan penari laki-laki yang

mengajaknya menari bersama. Ketika penari laki-laki telah ikut serta

menari, maka tari itu disebut tayuban atau menari bersama.

Mengamati busana Tari Gambyong, berkesan bahwa tarian ini adalah

tarian rakyat jelata. Perhatikan gambat di samping. Busana yang

dikenakan berupa kain batik, angkin atau penutup torso (bustier), bahu

terbuka, selendang (sondher), dan rambut disanggul alakadarnya. Pada

masa kerajaan, di hampir seluruh wilayah di Pulau Jawa terdapat cara

berpakaian yang berbeda antara para bangsawan keraton dengan rakyat

biasa. Perbedaan tersebut jelas diwujudkan pada Tari Gambyong ini.

Selain itu, tari tunggal di Indonesia pada saat tumbuh kembangnya

memiliki perbedaan. Tari-tarian di luar Pulau Jawa pada zaman sebelum

kemerdekaan sangatlah jarang menyuguhkan tari tunggal. Selain karena

faktor sumber daya manusia atau seniman kreator yang masih sedikit,

juga karena kebutuhan masyarakatnya lebih cenderung pada tari-tarian

ritual atau upacara oleh sekelompok orang di sebuah kampung,


Kebutuhan masyarakat juga cenderung pada jenis tari pergaulan yang

sifatnya menghibur. Jelas tari pergaulan melibatkan banyak orang,

bukan? Maka tari-tarian tunggal yang tumbuh di luar Pulau Jawa

sangatlah sedikit.

Meskipun demikian, tari tunggal yang berasal dari Pulau Sumatra tidak

dikhususkan untuk disajikan oleh seorang penari. Uniknya adalah tarian

tunggal dari Sumatra ini bisa dibawakan oleh penari wanita atau laki-

laki karena motif geraknya yang memang dapat dilakukan oleh pria dan

wanita. Contohnya, Tari Rantak. Tari Rantak bisa dibawakan oleh pria

dan wanita. Tari Rantak juga dapat ditarikan secara tunggal ataupun

berpasangan, disesuaikan menurut kebutuhan pentas. Tari Lenggang

Patah Sembilan merupakan tari Melayu yang bertempo lambat. Karena

bertempo lambat, pepatah Melayu mengatakan “semut jika dipijak pun

takkan mati saking lambatnya tarian ini”.

Dalam Tari Lenggang Patah Sembilan, seorang penari melenggang di

tempat, bertumpu pada sebelah kaki, silih berganti. Akan tetapi,

sebenarnya tarian ini bertenaga. Tarian ini diiringi lagu “Kuala Deli”

sehingga orang boleh menyebutnya Tari Kuala Deli. Namun, sebenarnya

tarian ini merupakan tari pergaulan muda-mudi yang tidak memandang

usia, bergantung tempat tarian ini disajikan. Mengidentifikasi tari-tarian


tunggal dari Pulau Jawa lebih mudah. Hal ini didasarkan oleh banyaknya

cerita perwayangan dan sumber cerita lainnya yang diangkat menjadi

sebuah tari yang menggambarkan tokoh-tokoh tertentu dari sumber

cerita, baik perwayangan maupun cerita rakyat lainnya. Selain itu, juga

setelah zaman kemerdekaan, kebebasan untuk mewujudkan kreasi seni

lebih terbuka. Selanjutnya, kebutuhan akan hiburan yang lebih berkelas

mendorong para seniman tari untuk menciptakan tari-tarian tradisi

dengan gaya masing-masing.

Perhatikan busana Tari Gawil pada gambar di samping. Baju

prangwadana merupakan baju yang dipakai oleh menak (bangsawan)

Sunda pada zaman dahulu. Kain lereng dengan motif parang rusak besar

menunjukkan bahwa Tari Gawil berkarakter monggawa. Selendang

berwarna merah atau kuning menunjukkan karakter agung, dihormati

sebagai seorang menak (bangsawan). Keris adalah senjata para menak

zaman dulu. Dalam keadaan darurat, keris merupakan senjata untuk

membela diri. Dasi kupu-kupu merupakan akulturasi dari pergaulan

menak Sunda dengan para kaum feodal. Pada jenis tari-tarian upacara

ritual ataupun kemasyarakatan, umumnya para penari tidak memakai

riasan wajah. Riasan hanya yang dipakai sehari-hari tanpa mengesankan

karakter tertentu. Tentu saja kesederhanaan rias itu merupakan

kebiasaan yang tidak memerlukan penilaian dari pihak lain (penonton),


seperti rias Tari Tarawangsa.

Pada beberapa tarian, rias wajah menjadi ‘harus‘ untuk menunjukkan

kekhasan, dengan menambahkan garis kumis menjadi lebih tebal, garis

jambang, garis alis seperti pada penari Reog Ponorogo, ataupun Tari

Jatilan yang kadang kadang dibawakan oleh penari perempuan (travesti).

Riasan ini jelas menunjukkan kesan akan sebuah karakter yang gagah,

disegani, kuat. Demikian halnya dengan rias pada penari laki-laki dalam

Tari Ketuk Tilu. Untuk menunjukkan kesan seorang jawara, garis rias

menjadi lebih tebal.

Bentuk garis rias lainnya menunjukkan sebuah kesan karakter lucu,

periang, yang kadang-kadang disimbolkan pada topeng penutup muka

dengan mimik yang lucu sehingga bagaimanapun gerakannya, kesan tari

komedi, jenaka tetap ditangkap penonton sepanjang tarian. Dari

berbagai penjelasan tadi, jelaslah bahwa ketika tari disajikan oleh seorang

penari, disebut tari tunggal. Ketika tarian telah diikuti oleh penari lain,

bisa jadi tarian itu menjadi sebuah tari kelompok.

Sekarang, dapatkah Anda membedakan tari tunggal yang ada di luar

Pulau Jawa dengan yang berada di Pulau Jawa? Kekuatan tari tunggal

terletak pada hal-hal berikut:

1. Pengolahan ruang gerak tarian Tari tunggal meskipun dibawakan oleh


seorang penari, tetapi mampu mengisi ruang pentas yang besar.

Gambaran estetisnya adalah ketika penari tunggal bergerak di tempat,

maka mata yang berekspresi menatap ruang di depannya merupakan

bentuk estetis yang bisa ditangkap oleh mata secara visual. Adapun

secara imajinatif, titik pandang mata penari tunggal merupakan

gambaran apa yang sedang dirasakan atau yang sedang terjadi di

sekelingnya adalah wujud imajinatif yang ditangkap penonton terhadap

tarian.

2. Unsur tenaga dan waktu Pengaturan tenaga pada tari tunggal,

tersusun sedemikian rupa berdasarkan latar belakang cerita yang sedang

dibawakan. Misalnya, di awal sajiannya tari tunggal ini didominasi

penggunaan tenaga yang sedang pada gerakannya menunjukkan

kegembiraan dan keadaan yang ringan, kemudian ada adegan

berikutnya. Perubahan terasa ketika irama pengiring lebih cepat atau

lebih nyaring dengan volume yang tinggi, menunjukkan emosi tokoh

tarian sedang konflik, kemudian bisa jadi pada beberapa tari tunggal.

Setelah puncak, adegan kembali ke suasana riang dengan tenaga yang

sedang, atau ke suasana tragis dengan tenaga yang lemah dan tempo

lambat.

3. Unsur estetis yang dimaksud adalah daya imajinasi Anda. Anda ditarik

oleh sebuah rangsang pertama, yaitu judul tari yang menunjukkan tokoh

tertentu. Dengan demikian, jika sebelumnya Anda mengimajinasikan


tokoh Sangkuriang itu adalah seperti yang Anda bayangkan, maka ketika

melihat sebuah tari tunggal yang dilatarbelakangi cerita Sangkuriang,

mungkin saja pandangan Anda berubah, bukan?

4. Rias busana dan iringan pada tari tunggal lebih kuat menunjukkan

identitas tarian, cerita yang melatarbelakanginya, karakter tokohnya,

dan suasana kejadian yang membantu menggambarkan emosi tokoh

cerita yang dibawakan.

Untuk mewujudkan komunikasi yang positif, dalam arti bahwa karya

seni itu walaupun berisi hal-hal yang kurang disukai dapat diterima baik

oleh masyarakat atau penonton tertentu, kesenian dapat memanfaatkan

suatu proses atau cara yang bersifat mengubah sikap menolak itu

menjadi sikap menerima. Proses ini disebut sublimasi.

Tahukah Anda, tari-tarian berikut ini merupakan tari tunggal dengan

jenis yang berbeda?

1. Tari Tunggal Berpola Tradisi

Contohnya, Tari Calon Arang, Tari Baris Tunggal, Tari Sanghyang Jaran

(Bali), Tari Ngremo (Pulau Madura, Surabaya, dan Banyuwangi), Tari

Antareja, Tari Arimbi, Tari Golek Tari Gambyong, Tari Topeng Klana

(tarian dari Jawa dan Yogyakarta).

2. Tari Tunggal Jenis Kreasi Berpola Tradisi


Contohnya, Tari Topeng Kencana Wungu, Tari Ratu Graeni (Jawa Barat),

Tari Kebyar Duduk, Tari tenun (Bali), Tari Zapin, Tari Lenggang Patah

Sembilan (Melayu Riau, Medan), dan Tari Rantak (Minang).

Anda bayangkan saja tokoh Hanoman. Pasti Anda dapat

mendeskripsikan busana yang pantas dikenakanya, juga irama iringan

tariannya. Pembentukan karakter pada jenis tari tunggal bergantung

kepada siapa tokoh atau lakon yang sedang digambarkan, pada bagian

suasana yang mana tarian ini akan ditonjolkan menjadi sentral atau

klimaks tarian. Karakter tari dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu

sebagai berikut.

a. Tari yang berkarakter penuh khidmat: pada gambaran suasana yang

serius, untuk ujian, resital, test/asessment, ritual, dan magis.

b. Tari dengan karakter penuh kegembiraan: gembira karena senang,

riang karena lucu/mengundang tawa, komedi.

c. Tari dengan karakter kemarahan: kegagahan, keperkasaan, dan

kekuatan.

Sentuhan estetik pada sebuah tarian bisa berupa teknis menyajikan dan

sentuhan yang bertitik tolak pada kaidah seni bernilai estetik.

Menerjemahkan sentuhan estetis dari sebuah karya seni tari agak sulit

dalam bentuk teoretis. Hal itu hanya dapat dirasakan dan ditangkap
bukan hanya dengan wujud visual, tetapi dirasakan dengan jujur oleh

apresiator (sebagai penonton) dan oleh pelaku (penari).

Hal yang terpenting berarti unsur estetis yang sulit ditangkap kontak

fisik hanya dapat diungkapkan oleh batin penikmat seninya. Nikmat bagi

apresiator adalah ketika bisa menikmati sajian, larut dalam imajinasi

yang dibawakan. Kemampuan pelaku atau penari ketika menarikannya

dengan sempurna ditunjukkan dengan kelenturan, keseimbangan, tenaga

sang penari, maupun ekspresi penari yang menunjukkan karakter tokoh

tari yang dibawakannya, seperti menjelma pada diri penari, dan

apresiator menangkap hal itu. Pendalaman atau penjiwaan tarian hanya

dapat terbentuk apabila penari telah melalui berbagai tahap

pembentukan.

Tahap pembentukan kesiapan mental dan fisik yang terbentuk karena

penari telah menguasai tubuhnya dengan sering mengolah tubuh agar

lentur, memiliki keseimbangan tubuh ketika bergerak, kekuatan tubuh

untuk menari berjam-jam, mengendalikan emosi, mengontrol napas agar

tidak kelihatan terengah-engah ketika menari, kemudian mengendalikan

sikap tubuh yang dikoordinasikan dengan penguasaan jiwa. Tahapan

pembentukan roh/jiwa tarian yang dibawakan hal ini hanya dapat

dirasakan oleh penari ketika jiwanya merasakan kebutuhan untuk selalu


bersentuhan dengan seni yang digelutinya melalui kontak fisik dan sering

menonton dan menari setiap hari hingga menemukan gaya dan teknik

yang membuatnya nyaman untuk bergerak.

2. Mengidentifikasi jenis dan peran tari kelompok Mancanegara

(NonAsia) dalam konteks kehidupan budaya masyarakatnya

Untuk mengamati jenis, peran, dan perkembangan seni tari Nusantara


dari masa lampau sampai masa sekarang, diperlukan penelusuran sejarah
sejak zaman prasejarah sampai zaman sekarang ini. Cara yang demikian
ini tidaklah berarti, bahwa kita harus menoleh ke belakang saja tanpa
melihat konteks kehidupan pada zaman sekarang. Namun, dengan
melihat perkembangan seni tari akan dapat diketahui berbagai
perubahan dalam jenis dan peranan tari kelompok Nusantara. Pada
umumnya peranan tari kelompok Nusantara adalah sebagai berikut.

1. Peranan Tari Kelompok Sebagai Sarana Ritual

Beberapa tari Nusantara, misalnya tari Rejang dan tari Baris dari Bali, atau
tari pada upacara Ngaseuk dari daerah Banten merupakan jenis seni tari
kelompok yang berperan sebagai sarana ritual khusus untuk masyarakat
penganutnya.
Tari Rejang yang ditarikan sekelompok wanita dan tari Baris yang ditarikan
sekelompok pria merupakan tarian sakral yang dipersembahkan kepada para
dewa pada upacara piodalan (peringatan hari kelahiran sebuah pura).
Penyelenggaraannya pun dilaksanakan pada tempat dan hari tertentu dengan
penari terpilih yang dilengkapi sesaji, busana khas, dan bukan merupakan
tarian yang mementingkan estetis.
Tari-tarian pada upacara Ngaseuk dilakukan untuk memohon kesuburan tanah
kepada Dewi Sri atau di daerah Banten disebut Nyai Sri Pohaci. Tarian ini
ditarikan pada saat mitembeyan , yaitu saat mengawali menanam padi. Tarian
ini ditarikan dengan ibing (tarian) yang ritmis (berwirahma) dengan pola dan
aturan-aturan tertentu sesuai dengan kebutuhan upacara ritual.
2. Peranan Tari Kelompok Sebagai Sarana Hiburan Pribadi

Selain berperan sebagai sarana ritual, tari kelompok Nusantara pun mempunyai
peranan sebagai sarana hiburan pribadi. Pada awalnya, penikmat tari
umumnya kaum pria. Kenikmatan seorang penikmat adalah apabila ia bisa
menari bersama pasangan yang cocok, yang biasanya seorang penari wanita. Di
Papua kita kenal tari Mapia, Gale-gale, Yosim, dan Pancar. Di Nusa Tenggara
Barat terdapat tari Gandrung. Di Bali yang banyak dikenal masyarakat adalah
tari Gandrung dan Joget, yang lazim juga disebut Joget Bumbung karena
diiringi oleh ansambel musik bambu. Di Jawa Tengah juga terdapat beberapa
tarian seperti Janggrung, Tayub, dan Lengger. Masyarakat Jawa Barat
mengenal Ketuk Tilu, Longser, Ronggeng gunung, Bajidoran, Banjet, dan yang
paling mutakhir Jaipongan.

3. Perluasan Peranan Tari Kelompok

Jika dilihat dari peranannya dalam kehidupan masyarakat setempat, beberapa


tari kelompok Nusantara mengalami pergeseran peran. Pada umumnya
pergeseran berupa perluasan peranan tarian, termasuk di dalamnya tari
kelompok Nusantara. Seni tari kelompok tersebut tidak hanya berperan dalam
ritual khusus masyarakat penganutnya atau dinikmati secara khusus secara
pribadi, tetapi juga sebagai seni pertunjukan yang dapat dinikmati oleh
khalayak pada umumnya untuk diapresiasi, baik secara langsung maupun
melalui berbagai media.
Pertunjukan tari-tarian Nusantara yang berupa pertunjukan yang sengaja
dipersiapkan sebagai tontonan estetis banyak berperan untuk menarik minat
wisatawan mancanegara atau domestik sehingga lebih jauhnya dapat
memberikan kontribusi pada kemajuan pariwisata Indonesia. Bahkan sering juga
ditemukan pertunjukan tari yang berperan dalam pembangunan kerja sama
antarnegara, khususnya dalam bidang seni dan budaya.

3. Menunjukkan sikap apresiatif terhadap keunikan tari tunggal

Mancanegara (NonAsia) dalam konteks budaya masyarakatnya

Seni tari adalah seni mengekspresikan nilai batin melalui gerak yang
indah dari tubuh/fisik dan mimik. Gerak di dalam tari bukanlah gerak
yang realistis, melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif dan
estetis.
unsur utama tari adalah gerak, gerak tari selalu melibatkan unsur
anggota badan manusia. Unsur- unsur anggota badan tersebut didalam
membentuk gerak tari dapat berdiri sendiri, bergabung ataupun
bersambungan.
Iringan musik secara auditif mendukung kesan visual yang ada
Beraneka seni tari yang ada diindonesia dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok seperti berikut ini

1. Berdasarkan Pola garapan

TARI TRADISIONAL
Tari tradisional merupakan bentuk tarian yang sudah lama ada,
diwariskan secara turun temurun, serta biasanya mengandung nilai
filosofis, simbolis, dan relegius. semua aturan ragam gerak, formasi,
busana, dan riasnya hingga kini tidak banyak berubah.

TARI TRADISIONAL KLASIK


Tarian jenis tradisional klasik dikembangkan oleh penari kalangan
bangsawan istana. Aturan tarian biasanya baku atau tidak boleh diubah
lagi. Gerakannya anggun dan busananya cenderung mewah. Tarian jenis
ini sering berfungsi sebagai sarana upacara adat atau penyambutan tamu
kehormatan. Contoh Tari Topeng Kelana (Jawa Barat), Bedhaya Srimpi
(Jawa Tengah), Sang Hyang (Bali), Pakarena dan pajaga (Sulawesi
Selatan)

TARI TRADISIONAL KERAKYATAN


Tarian ini berkembang di kalangan rakyat biasa. Oleh karena itu
gerakannya cendrung mudah ditarikan bersama juga iringan musik dan
busananya relatif sederhana. Tari tradisi kerakyatan sering ditarikan
pada saat perayaan sebagai tari pergaulan. Contoh: Jaipongan (jawa
Barat), payung (Melayu), Lilin (Sumatera Barat)

TARI KREASI BARU


Tari kreasi merupakan tarian yang lepas dari standar tari yang baku.
Jenis tari ini dirancang menurut kreasi penata tari sesuai dengan situasi
kondisi dengan tetap memelihara nilai artistiknya. Tari kreasi baik
sebagai penampilan utama maupun sebagai tarian latar hingga kini terus
berkembang dengan iringan musik yang bervariasi, sehingga muncul
istilah tari modern. Tari dapat pula dimodifikasi dengan drama. Sehingga
muncul bentuk sendratari dan pantomim. Keduanya menyajikan tarian
dan gerak bercerita tanpa dialog.

TARI KONTEMPORER
Gerakan tari kontemporer simbolik terkait dengan koreografi bercerita
dengan gaya unik dan penuh penafsiran. seringkali diperlukan wawasan
khusus untuk menikmatinya. iringan yang dipakai juga banyak yang
tidak lazim sebagai lagu dari yang sederhana hingga menggunakan
program musik komputer seperti Flutyloops.

Sebuah tarian sebenarnya merupakan perpaduan dari beberapa buah


unsur. unsur-unsur ini yaitu wiraga (raga), Wirama (irama) dan Wirasa
(rasa). Ketiga unsur ini melebur menjadi bentuk tarian yang harmonis.

BENTUK PENYAJIAN TARI


Disini dapat diuraikan beberapa bentuk penyajian tari yang terbagi atas;
1. TARI TUNGGAL.
Tari tunggal memiliki gerak-gerak dasar yang sangat sulit dan juga
komposisi yang banyak variasinya, juga gerak-gerakyang terkeci
sekalipun harus diperhatikan
Contoh : Tari mambang
Tari Sawan (Batak)
Tari Saram (Batak)

2. Tari berpasangan
Tari berpasangan memang ditarikan secara berpasangan oleh 2(dua)
orang secara bersama-sama, saling mengkait membawakan sebuah
tarian, umumnya tari pergaulan
Contoh : Tari Serampang Dua Belas
Tari jaipongan

3. Tari Kelompok
Tari kelompok ini ditarikan lebih dari 2 orang bersama-sama, yag mana
tari akan lebih menyentuh kalau ditarikan secara bersama-sama.
Umumnya tarian kelompok ini mengandalkan keserampakan walaupun
disainnya sederhana.

Mengekspresikan diri melalui karya seni tari


1. Menyusun sinopsis kreasi tari tunggal dan kelompok

Menyusun Sinopsis kreasi Tari Kelompok, Tari Tunggal & Tari Nonetnik

Sebuah sinopsis tari baik tunggal maupun kelompok, sebenarnya adalah

menggambarkan sebuah kejadian yang ingin disampaikan melalui tarian

tersebut. Jika tari kelompok menggambarkan sebuah perasaan ketika

peristiwa terjadi, atau menggambarkan cuplikan cerita atau tema

tertentu, maka pada tari tunggal jelas diminta untuk memberikan

gambaran tentang tokoh tarian yang sedang dibawakan.

Bacalah ilustrasi cerita dan sinopsis berikut ini:

Seorang wanita bernama Dewi Anjasmara sedang menyamar menjadi


laki-laki. Ia mencari kekasihnya, Damarwulan, yang sedang berperang

membela negaranya tercinta.

Sinopsis untuk cerita tersebut dapat disusun dengan uraian sebagai

berikut:

“Karena kecintaannya terhadap sang kekasih, seorang wanita menjelma

menjadi seorang laki-laki, hingga keinginannya tercapai.“

Saat pertama kali Anda datang ke sebuah tempat yang baru, apa yang

ingin segera Anda ketahui? Anda mungkin akan bertanya-tanya. Tempat

apa ini? Apa fungsinya? Siapa saja yang menggunakannya? Berbagai

pertanyaan lain yang menyiratkan rasa ingin tahu pasti ada dalam

benak Anda. Untuk dapat memberikan penjelasan tentang ‘tempat‘

tersebut, Anda akan bertanya kepada seseorang yang menjadi pemilik

tempat, atau penjaganya, atau Anda harus berkeliling sendiri

menemukan jawaban dari keadaan di sekitarnya.

Sinopsis merupakan istilah yang sering digunakan untuk memberikan

gambaran sebuah tarian; bercerita tentang apa, siapa, pesan apa yang

ingin disampaikan. Biasanya kalimat disusun dengan kata-kata yang

bermakna, padat, isinya langsung menunjukkan isi, dengan rangkaian

kata yang puitis. Demikian itu agar penonton mengetahui garis besar

gambaran sajian tarinya dan menangkap secara ekspresif karyanya.

Berikut ini contoh sinopsis tari kelompok.


Judul tari : Tari Katumbiri

Pencipta tari : Iyus Rusliana

Genre tari : Kreasi karya individu

Bentuk tari : Tari kelompok

Karakter tari : Lincah

Sinopsis : Menggambarkan para bidadari yang turun ke Bumi melalui

jembatan berwarna pelangi (katumbiri). Pelangi disimbolisasikan dengan

warna-warni kostum para penarinya. Para bidadari dari Kahyangan

bermain dan bercanda penuh kegembiraan.

Sinopsis Tari Nonetnik

Gagasan utamanya adalah menyampaikan perasaan dan keinginan dari

sang koreografer, tanpa perlu menyebutkan karakter tarian karena

bukan menggambarkan sosok tokoh secara utuh. Bisa saja mengangkat

sifat atau kebiasaan tokoh, atau kejadian yang menimpa seseorang

sehingga menimbulkan trauma pada hidupnya. Dalam hal ini, yang

digambarkan pada tari hanya ide memunculkan perasaan trauma

seseorang, kesedihannya, ketakutannya, perasaan dendamnya, atau

perasaan lain yang berkecamuk di dalam jiwanya. Semua jenis, bentuk,

genre tarian mengacu kepada disiplin ilmu yang sama. Beragamnya

tarian di Indonesia merupakan kekayaan yang patut dipertahankan dan

dibanggakan keberadaannya. Hal tersebut menunjukkan identitas bangsa,


terutama oleh generasi muda. Generasi muda adalah tulang punggung

bangsa. Hal itu dapat diwujudkan apabila generasi muda seperti Anda

memiliki fondasi kuat dengan memiliki wawasan yang baik, ilmu yang

bermanfaat, dan memiliki nurani.

Perhatikan contoh sinopsis tari nonetnik berikut ini.

- Tari Nonetnik bertema literer

Judul : Yudistira adu dadu

Sinopsis : Darah ... karena nafsu membutakan hati, meski negara harus

menjadi pertaruhan demi keserakahan, manusia lupa diri bertaruh

mempertahankan ketidakpastian.

- Tari Nonetnik bertema Nonliterer

Judul : Simbiosis

Sinopsis : Kamu ada ... aku tak ada. Aku tak ada …. Kamu tak ada pula,

boleh jika itu maumu, tapi tidak buatku. Kita sama-sama ada … untuk

kita.

Pahami perbedaan sinopsis tari nonetnik yang bertema literer dan tema

nonliterer itu. Selanjutnya, Anda dapat mengikuti langkah-langkah

pemahaman penyusunan sinopsis dengan semakin banyak berlatih

membuat sinopsis. Bisa dimulai dengan membuat sinopsis untuk sebuah

lagu, atau sebuah kegiatan seni, baru kemudian cobalah lebih spesifik
pada tari-tari yang Anda kenal di daerah Anda sendiri.

Sinopsis Kreasi Tari Tunggal dan Kelompok

Sebuah sinopsis tari baik tunggal maupun kelompok, sebenarnya adalah

menggambarkan sebuah kejadian yang ingin disampaikan melalui tarian

tersebut. Jika tari kelompok menggambarkan sebuah perasaan ketika

peristiwa terjadi, atau menggambarkan cuplikan cerita atau tema

tertentu, maka pada tari tunggal jelas diminta untuk memberikan

gambaran tentang tokoh tarian yang sedang dibawakan.

Bacalah ilustrasi cerita dan sinopsis berikut ini:

Seorang wanita bernama Dewi Anjasmara sedang menyamar menjadi

laki-laki. Ia mencari kekasihnya, Damarwulan, yang sedang berperang

membela negaranya tercinta. Sinopsis untuk cerita tersebut dapat

disusun dengan uraian sebagai berikut:

“Karena kecintaannya terhadap sang kekasih, seorang wanita menjelma

menjadi seorang laki-laki, hingga keinginannya tercapai.“

2. Menyiapkan pertunjukan seni tari kreasi (tari tunggal dan

kelompok) di sekolah

Persiapan bagi Seorang Kreator dalam pertunjukan tari

Seorang kreator tari yang ingin menciptakan atau mewujudkan

kreativitasnya dalam sebuah pertunjukan tari harus memiliki

kemampuan untuk mengelola produksi sebuah pertunjukan seni. Selain


itu, juga kemampuan untuk bertindak sebagai kreator, penata, atau

pencipta kreasi seni tari. Hal itu tidaklah mudah. Diperlukan keahlian

khusus dari diri sendiri maupun penguasaan secara disiplin ilmu Seni

Tari. Namun demikian, sebagai generasi muda, Anda dapat menjadi

kreator dengan semangat untuk turut serta mengangkat seni tari

tradisional di tingkat yang paling dekat dulu, untuk di lingkungan

sekolah, dengan berbekal ilmu dasar produksi seni pertunjukan.

Secara koreografi tari perlu ditata pada sebuah pertunjukan. Pada jenis

tari upacara ataupun hiburan, yang dipentingkan adalah kepentingan

pribadi semata, dengan pola gerak yang tak beraturan. Pada tari

pertunjukan, struktur tarian, kemampuan penari, komposisi pola lantai,

rias dan busana, iringannya, pencahayaannya, bahkan hingga ke teknis

(seperti garis imajiner lantai yang menjadi lintasan atau jalur penari

bergerak berpindah ke seluruh ruangan, bagaimana kesan penari dengan

posisi garis horizontal, vertikal maupun garis tengah) menjadi sebuah

bidang yang termasuk ‘paket’ sebuah tari pertunjukan. Demikian halnya

dengan desain lampu. Tidak saja sinar yang disorotkan pada

panggung/arena pertunjukan ‘sama’ warna dan kekuatannya dari awal

sampai akhir, ada hal-hal yang ditata berdasarkan suasana dan kesan

yang disajikan pada tiap adegan tariannya, dengan menata sorotan

lampu pada wilayah-wilayah tertentu di atas panggung atau di arena


pertunjukan berlangsung.

Berikutnya pada musik pengiring, kesamaan motif dan setiap tekanan

pada irama, kuat lemahnya nada dibunyikan, dinamika diatur agar tidak

terjadi kesan monoton. Agar tarian tidak hanya sekadar tempelan,

konteks tari harus berangkat dari tema yang jelas. Dengan demikian,

penonton dapat membaca gambaran tarian dengan keseluruhan gerak

(balance), kesatuan (unity) rias dan busana, serta suasana yang

dipertegas dengan irama atau ilustrasi iringan tari (harmoni).

Seorang tokoh atau penggambaran cerita dalam tari itu akan terbaca

maksudnya, ketika gerak bukan satu-satunya media mendapat dukungan

penataan rias karakter yang tepat, desain busana yang dapat

memberikan kesan dan identitas genre tariannya. Rias dan busana

membantu menunjukkan jenis pelaku tarinya wanita atau laki-laki,

desain busana yang juga menjelaskan karakter tokohnya. Seluruh aspek

yang menjadi bahan utama dalam proses produksi sebagai bahan

persiapan seni pertunjukan secara keseluruhan antara materi yang satu

dengan yang lain haruslah menjadi sebuah kesatuan. Untuk itu, perlu

penataan atau penyusunan struktur sajian materi pertunjukan.

Dewasa ini, mengkespresikan diri melalui karya seni tari lebih leluasa,

semakin berkembang, dan dapat diterima masyarakat luas, lintas suku,


genre, serta lintas golongan sekalipun. Kita dapat menemukan tarian

yang dulu merupakan tari upacara yang sulit ditemukan. Kini, dengan

mudah dan lebih sering ditemukan seperti pada sebuah ‘ event’ yang

umum dilakukan pada sebuah tempat atau pertunjukan. Zaman dulu,

tarian upacara hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu sesuai

dengan kebutuhan masyarakat setempat. Sekarang ini, kita bisa melihat

Tari Tabot dari Bengkulu disajikan pada sebuah panggung pertunjukan

atau di lapangan sepak bola, pada waktu yang tidak seharusnya

penyelenggaraan Tari Tabot disajikan.

Hal ini mungkin terjadi karena adanya tuntutan kebutuhan untuk

memperkenalkan seni tradisional kepada seluruh masyarakat, atau

kepada semua orang sebangsa dan setanah air. Bahkan, ke ruang lingkup

yang lebih luas lagi bagi dunia internasional.

Hal ini perlu disosialisasikan dan di- go public-kan agar kita bangga

terhadap budaya sendiri. Perlu selalu diingat bahwa budaya milik bangsa

Indonesia tidak dapat dialihtangankan kepada negara mana pun di

dunia. Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa sebuah hasil karya seni

adalah milik kita bangsa Indonesia jika ketika ditanya tentang asal usul

seni tradisional itu, kita tidak mampu menjawabnya? Bagaimanapun hal

itu berawal dari kesungguhan kita mencintai dan melestarikan budaya.


Caranya adalah melalui realisasi tindakan nyata seperti berikut ini.

1. Kita harus menyenangi seni budaya sendiri.

2. Kita harus mengetahui lebih banyak asal usul budaya Indonesia.

3. Kita jangan menganggap kampungan budaya sendiri.

4. Kita harus berani menampilkan seni tari daerah pada event nasional.

5. Kita harus ikut serta melestarikannya dengan minimal mempelajari

satu tarian tradisional di daerah asal kita.

3. Mempertunjukkan seni tari kreasi (tari tunggal dan kelompok) di

sekolah

Seni Teater
Mengapresiasi karya seni teater
1. Mengidentifikasi makna dan peranan pertunjukan teater non

tradisional mancanegara (NonAsia) dalam konteks kehidupan budaya

masyarakat

Makna Teater

Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia


Seni drama yang merupakan penampilan perilaku manusia dengan gerak, tari
juga nyanyian yang pada bagian tertentu diiringi musik. Didalamnya terdapat
dialog serta acting pemain. Istilah teater berasal dari kata theatron yang
artinya tempat ketinggian sebagi tempat meletakkan sesajian persembahan bagi
para dewa. Dalam perekembangannya, fungsi teater mengalami beberapa
perubahan, tempat persembahan menjadi arena pertunjukkan tempat gladiator
mengadu kekuatan. Kemudian istilah theatron berubah menjadi theatre (Inggris)
atau theater (Belanda) yang artinya gedung, panggung atau pentas tempat
pertunukkan seni drama berlangsung. Kini umumnya pengertian teater dan seni
drama sudah berbaur dan keduanya merujuk pada seni berperan diatas pentas.
Dalam praktiknya arti teater sebagai seni mempunyai cakupan arti luas
daripada seni drama.
Radhar Panca Dahana, HOMO THEATRICUS
Joseph Chaikin, “The Presence of the actor” mengatakan sesungguhnya tidak
ada perbedaan paham yang berarti mengenai posisi dan peran seni teater sejak
masa pertama ia percaya ada; setidaknya sejak bukti penampilan teater
pertama kali sekitar 1887-1849 SM yang ditemukan di dinding pyramid, atau
mungkin lebih jauh lagi pada masa Sumeria dan Babylonia.
Teater pada waktu-waktu awal tersebut menjadi kegiatan selebrasi dari
masyarakat pemiliknya, bahkan konon telah mendapatkan fungsinya yang
penting sebagai salah satu agen evolusi sosial.
Kerja kreatif seperti dalam kesenian (teater) adalah upaya tak habis-habisnya
untuk mengenali dan menghadirkan manusia. Dan dalam situasi kemanusiaan
seperti itu, teater menjadi sebuah panggung yang memaksakan kolase dari
serpihan-serpihan manusia, dari wujud yang tak jelas asalnya.
Teater modern Indonesia kini jelas dihadapkan pada tuntunan ontologism untuk
lebih dulu menjelaskan ada dan tiadanya manusia, yang mungkin terjelmanya
sebuah peran diatas panggung.

2. Menunjukkan sikap apresiatif terhadap unsur estetis teater non

tradisional Mancanegara (NonAsia) berdasarkan pengamatan

pertunjukan

Pada umumnya, unsur-unsur pendukung pementasan sebuah teater


tradisi terdiri atas cerita atau lakon, pelaku, dan penonton.

Untuk mendukung keberadaan ketiga unsur tersebut, dimunculkan


sejumlah unsur pendukung estetika pertunjukan seperti berikut ini.

a. Cerita atau lakon yang disusun dan disampaikan secara lisan oleh
pimpinan sandiwara kepada para pemainnya dalam bentuk garis besar.
Semua pemain harus bisa pengembangkan sendiri garis besar cerita yang
telah disampaikan.

b. Properti dan kostum pemain yang meliputi properti badan, tangan,


kepala, dan sebagainya.

c. Tata artistik pentas yang sederhana. Biasanya menampilkan satu atau


beberapa oncor (alat penerang yang terbuat dari bambu) yang ditata
sedemikian rupa di sekitar arena pertunjukan.

d. Unsur musikal pengiring yang biasanya menggunakan alat-alat musik


tradisional setempat.

e. Arena permainan berupa teater arena di mana penonton duduk


melingkari tempat pertunjukan.

f. Adanya bentuk-bentuk tarian sebelum dan selama pertunjukan yang


kadang-kadang terlepas dari kerangka cerita.
Unsur Estetis Pertunjukan Teater Nontradisional

Karaktristik utama dari pertunjukan teater nontradisi adalah adanya


pemisahan yang tegas antara penonton dan tempat pemain. Bentuk
pementasan serupa ini merupakan pengaruh budaya teater Eropa. Pada
awal perkembangan teater modern melalui kelompok-kelompok teater
Bangsawan dikenal bentuk pentas prosenium yang memisahkan
panggung dengan penonton

Prosenium adalah bingkai pembatas yang membatasi ruang pentas


tempat bermain dengan letak penonton. Antara prosenium dan
penonton ini sesungguhnya masih terdapat ruang selasar depan layar
yang dinamakan dengan apron, serta ruang di bawah panggung tempat
para pemain musik yang dinamakan pit
Aspek kedua dari pertunjukan teater modern adalah adanya naskah
yang ditulis terlebih dahulu sebelum melakukan pementasan. Naskah ini
bukan lagi merupakan garis besar cerita, melainkan telah berbentuk
naskah lengkap yang dapat dihapal dan dipelajari oleh seluruh pemain.
Adanya naskah lengkap ini dalam pementasan membuat aspek-aspek
dramaturgi menjadi lebih terjaga serta pertunjukan lebih dapat
dipertanggungjawabkan.

Hal ketiga yang ada pada pementasan teater modern adalah hilangnya
pengisian hiburan dalam bentuk nyanyian dan tarian pada jeda
pergantian babak. Perpindahan antara babak yang satu ke babak yang
lain berlangsung cepat dan tidak banyak memakan waktu sehingga
pementasan hingga menjelang pagi dapat dihindari. Di samping itu,
kelompok musik yang ada pada sebuah kelompok teater semata-mata
berfungsi sebagai pemberi efek suasana dalam pementasan teater dan
bukan untuk keperluan lain.

Penataan lampu, penataan rias, penataan busana, serta penataan pentas


(setting) telah diolah sedemikian rupa sehingga tidak terlalu besar dan
berlebihan. Kesederhanaan pementasan teater amatir ini dianggap wajar
mengingat tujuan utama kelompok-kelompok teater amatir ini adalah
mencapai kepuasan batin dan bukan mencari popularitas dan komersial.

3. Menunjukkan sikap apresiatif terhadap pesan moral (kearifan lokal)

teater non tradisional Mancanegara (NonAsia)

Pesan Moral (Kearifan Lokal) dalam Pertunjukan Teater Nontradisional

Kearifan budaya biasanya selalu terkandung dalam setiap karya seni


daerah maupun karya seni modern. Nilai-nilai yang dibawa oleh karya
seni ini sering berupa simbol yang memerlukan penafsiran lebih lanjut.
Tidak jarang nilai-nilai kearifan budaya ini bersifat universal dan relevan
dengan berbagai situasi zaman.

Kearifan budaya dalam karya seni sering menyangkut masalah moral


dan nilai-nilai kemanusiaan. Mengapa demikian? Moralitas dan nilai
kemanusiaan selalu bersifat universal. Bahasa seni yang universal itu
sendiri sesungguhnya mengusung nilai-nilai moralitas dan kemanusiaan
di atas segala-galanya. Pertunjukan seni dengan berbagai unsur estetika
yang terdapat di dalamnya sesungguhnya hanya merupakan alat belaka
untuk menyampaikan gagasan. Esensi atau intisari sebuah karya seni
adalah nilai seni itu sendiri yang diukur dari sisi kearifan budaya.

Marilah kita lihat sebuah contoh yang universal tentang posisi Karna
dalam kisah Mahabharata. Karna adalah anak tertua Kunti Nalibrata,
sekaligus kakak tertua dari pada Pandawa. Sejak kecil, Karna telah
dibuang oleh ibunya karena malu melahirkan anak tanpa diketahui
ayahnya, meskipun sejarah mencatat Karna sebagai putra Dewa Surya.
Sejak kecil Karna dipelihara oleh keluarga istana melalui kusir Adirata.
Bahkan, setelah besar Karna diberi kedudukan sebagai Adipati oleh
Kurawa yang secara teknis adalah musuh Pandawa.

Menjelang perang Bharatayudha, Karna diberitahu tentang keadaan


dirinya yang sebenarnya. Tidak kurang dari Sri Krishna yang titisan
Wishnu membujuk Karna untuk bergabung dengan adik-adiknya, para
Pandawa. Karna menolak meskipun secara tulus ia sangat mencintai
adik-adiknya dan membenarkan tindakan mereka. Karna tetap berjuang
di pihak Kurawa dan gugur sebagai pahlawan di tangan adik kandungnya
sendiri, Arjuna. Permasalahan yang timbul, mengapa Karna tetap
membela Kurawa yang ia ketahui sangatlah jahat dan tidak berhak
dibela? Mengapa pula ia harus bertempur melawan adik-adiknya sendiri
para Pandawa yang diakui sangat ia hormati dan ia cintai?
Permasalahan Karna adalah permasalahan moral. Ia diangkat dan
dibesarkan derajatnya oleh Kurawa. Ia harus membalas budi baik mereka
terhadap dirinya atau dirinya akan dihantui rasa sesal sepanjang
hidupnya jika harus bergabung dengan Pandawa yang ia yakini pasti
akan menang. Permasalahan yang sama juga terjadi pada diri
Kumbakarna yang karena kecintaannya kepada tanah airnya harus
berjuang melawan Rama dan membela kakaknya, Rahwana, yang ia tahu
sangat angkara murka.

Teater-teater modern membawa pesan-pesan moral yang sangat


beragam. Keberagaman ini sangat ditentukan oleh naskah yang dipilih
untuk dipentaskan, interpretasi sutradara, serta pengolahan yang
dilakukan selama berlangsungnya latihan. Naskah yang mengandung
pesan moral baik sering tidak dapat tersampaikan karena kesalahan
interpretasi sutradara serta pengolahan yang tidak maksimal. Oleh
karena itu, kemampuan interpretasi sutradara sangat menentukan
keberhasilan sebuah pementasan sehingga pesan-pesan yang terkandung
dalam cerita dapat tersampaikan melalui pementasan yang baik.

Mengekspresikan diri melalui karya seni teater


1. Mengeksplorasi teknik olahtubuh, pikiran, dan suara

Latihan Olah Tubuh

Latihan olah tubuh melatih kesadaran tubuh dan cara mendayagunakan tubuh.
Olah tubuh dilakukan dalam tiga tahap, yaitu latihan pemanasan, latihan inti,
dan latihan pendinginan. Latihan pemanasan (warm-up), yaitu serial latihan
gerakan tubuh untuk meningkatkan sirkulasi dan meregangkan otot dengan
cara bertahap. Latihan inti, yaitu serial pokok dari inti gerakan yang akan
dilatihkan. Latihan pendinginan atau peredaan (warm-down), yaitu serial
pendek gerakan tubuh untuk mengembalikan kesegaran tubuh setelah menjalani
latihan inti.

Persiapan

Sebelum melakukan latihan harus memperhatikan denyut nadi. Mengetahui


denyut nadi sebelum latihan fisik dianjurkan karena berhubungan dengan kerja
jantung. Cara untuk menghitung denyut nadi, yaitu dengan menghitung denyut
nadi yang ada di leher atau denyut nadi yang ada di pergelangan tangan
dalam. Penghitungan denyut nadi yang ada dipergelangan tangan lebih
dianjurkan untuk menghasilkan perhitungan yang tepat. Cara penghitungan
denyut nada yang ada di pergelangan tangan, yaitu dengan meletakkan jari
tengah di atas pergelangan tangan dalam segaris dengan ibu jari atau jari
jempol.
Selama menghitung denyut nadi mata selalu melihat jam (jam tangan maupun
jam dinding yang ada di dalam ruangan). Penghitungan dilakukan selama enam
detik dan hasilnya dikalikan sepuluh, atau penghitungan dilakukan selama
sepuluh detik dan hasilnya dikalikan enam.
Latihan-latihan olah tubuh dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai
berikut.
 Pemanasan
 Latihan ketahanan

 Latihan Kelenturan

 Latihan ketangkasan

 Latihan pendinginan

 Latihan relaksasi

OLAH SUARA

Suara adalah unsur penting dalam kegiatan seni teater yang menyangkut segi
auditif atau sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran. Dalam
kenyataannya, suara dan bunyi itu sama, yaitu hasil getaran udara yang
datang dan menyentuh selaput gendang telinga. Akan tetapi, dalam konvensi
dunia teater kedua istilah tersebut dibedakan. Suara merupakan produk
manusia untuk membentuk katakata, sedangkan bunyi merupakan produk
benda-benda. Suara dihasilkan oleh proses mengencang dan mengendornya pita
suara sehingga udara yang lewat berubah menjadi bunyi. Dalam kegiatan
teater, suara mempunyai tokohan penting, karena digunakan sebagai bahan
komunikasi yang berwujud dialog. Dialog merupakan salah satu daya tarik
dalam membina konflik-konflik dramatik. Kegiatan mengucapkan dialog ini
menjadi sifat teater yang khas. Suara adalah lambang komunikasi yang
dijadikan media untuk mengungkapkan rasa dan buah pikiran. Unsur dasar
bahasa lisan adalah suara. Prosesnya, suara dijadikan kata dan kata-kata
disusun menjadi frasa serta kalimat yang semuanya dimanfaatkan dengan
aturan tertentu yang disebut gramatika atau paramasastra.
Pemilihan kata-kata memiliki tokohan dalam aturan yang dikenal dengan
istilah diksi. Selanjutnya, suara tidak hanya dilontarkan begitu saja tetapi
dilihat dari keras lembutnya, tinggi rendahnya, dan cepat lambatnya sesuai
dengan situasi dan kondisi emosi. Itulah yang disebut intonasi. Suara merupakan
unsur yang harus diperhatikan oleh seseorang yang akan mempelajari teater.
Kata-kata yang membawa informasi yang bermakna. Makna katakata
dipengaruhi oleh nada. Misalnya, kalimat, “Yah, memang, kamu sekarang sudah
hebat..... ”. Maka, nada suara yang terlontarkan, menunjukkan maksud memuji
atau sebenarnya ingin mengatakan, “kamu belum bisa apa-apa”. Banyak lagi
contoh yang menunjukkan tentang makna suara. Misalnya, dalam situasi
tertentu tidak mampu mengungkapkan maksud yang sebenarnya, sehingga
secara tidak sadar mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki.
Maksud tersembunyi seperti itu disebut subtext.
Seorang pemeran dalam pementasan teater menggunakan dua bahasa, yaitu
bahasa tubuh dan bahasa verbal yang berupa dialog. Bahasa tubuh bisa berdiri
sendiri, dalam arti tidak dibarengi dengan bahasa verbal. Akan tetapi, bisa juga
bahasa tubuh sebagai penguat
bahasa verbal.
Dialog yang diucapkan oleh seorang pemeran mempunyai tokohan yang sangat
penting dalam pementasan naskah drama atau teks lakon. Hal ini disebabkan
karena dalam dialog banyak terdapat nilai-nilai yang bermakna. Jika lontaran
dialog tidak sesuai sebagaimana mestinya, maka nilai yang terkandung tidak
dapat dikomunikasikan kepada penonton. Hal ini merupakan kesalahan fatal
bagi seorang pemeran.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang pemeran tentang fungsi
ucapan, yaitu sebagai berikut.
 Ucapan yang dilontarkan oleh pemeran bertujuan untuk
menyalurkan kata dari teks lakon kepada penonton.
 Memberi arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi
suara.

 Memuat informasi tentang sifat dan perasaan tokoh, misalnya:


umur. kedudukan sosial, kekuatan, kegembiraan, putus asa, marah,
dan sebagainya.

 Mengendalikan perasaan penonton seperti yang dilakukan oleh


musik.

 Melengkapi variasi.

Ketika pemeran mengucapkan dialog harus mempertimbangkan pikiran-pikiran


penulis. Jika pemeran melontarkan dialognya hanya sekedar hasil hafalan saja,
maka dia mencabut makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang
disampaikan melalui nada suara membentuk satu pemaknaan berkaitan dengan
kalimat dialog. Proses pengucapan dialog mempengaruhi ketersampaian pesan
yang hendak dikomunikasikan kepada penonton.
Latihan-latihan untuk melenturkan peralatan suara dapat dilakukan
menggunakan tahap-tahap sebagai berikut.
 Persiapan
 Pemanasan

 Senam Wajah

 Senam Lidah

 Senam Rahang Bawah

 Latihan Tenggorokan

 Berbisik

 Bergumam

 Bersenandung

 Latihan Pernafasan

 Latihan Kejelasa Diksi

 Intonasi

 Jeda

 Tempo

 Nada

 Wicara

 Ditutup dengan relaksasi

OLAH RASA

Pemeran teater membutuhkan kepekaan rasa. Dalam menghayatai karakter


tokoh, semua emosi tokoh yang ditokohkan harus mampu diwujudkan. Oleh
karena itu, latihan-latihan yang mendukung kepekaan rasa perlu dilakukan.
Terlebih dalam konteks aksi dan reaksi. Seorang pemeran tidak hanya
memikirkan ekspresi karakter tokoh yang ditokohkan saja, tetapi juga harus
memberikan respon terhadap ekspresi tokoh lain.
Banyak pemeran yang hanya mementingkan ekspresi yang ditokohkan sehingga
dalam benaknya hanya melakukan aksi. Padahal akting adalah kerja aksi dan
reaksi. Seorang pemeran yang hanya melakukan aksi berarti baru mengerjakan
separuh dari tugasnya. Tugas yang lain adalah memberikan reaksi. Dengan
demikian, latihan olah rasa tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan
kepekaan rasa dalam diri sendiri, tetapi juga perasaan terhadap karakter lawan
main. Latihan olah rasa dimulai dari konsentrasi, mempelajari gesture, dan
imajinasi.

Konsentrasi

Pengertian konsentrasi secara harfiah adalah pemusatan pikiran atau perhatian.


Makin menarik pusat perhatian, makin tinggi kesanggupan memusatkan
perhatian. Pusat perhatian seorang pemeran adalah sukma atau jiwa tokoh
atau karakter yang akan dimainkan.
Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian seorang pemeran, cenderung dapat
merusak proses pemeranan. Maka, konsentrasi menjadi sesuatu hal yang
penting untuk pemeran.
Tujuan dari konsentrasi ini adalah untuk mencapai kondisi kontrol mental
maupun fisik di atas panggung. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran
dan tubuh. Seorang pemeran harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat.
Langkah awal yang perlu diperhatikan adalah mengasah kesadaran dan mampu
menggunakan tubuhnya dengan efisien. Dengan konsentrasi pemeran akan
dapat mengubah dirinya menjadi orang lain, yaitu tokoh yang dimainkan.
Dunia teater adalah dunia imajiner atau dunia rekaan. Dunia tidak nyata yang
diciptakan seorang penulis lakon dan diwujudkan oleh pekerja teater. Dunia ini
harus diwujudkan menjadi sesuatu yang seolah-olah nyata dan dapat dinikmati
serta menyakinkan penonton. Kekuatan pemeran untuk mewujudkan dunia
rekaan ini hanya bias dilakukan dengan kekuatan daya konsentrasi. Misalnya
seorang pemeran melihat sesuatu yang menjijikan (meskipun sesuatu itu tidak
ada di atas pentas) maka ia harus menyakinkan kepada penonton bahwa
sesuatu yang dilihat benar-benar menjijikkan. Kalau pemeran dengan tingkat
konsentrasi yang rendah maka dia tidak akan dapat menyakinkan penonton.
Gesture

Gesture adalah sikap atau pose tubuh pemeran yang mengandung makna.
Latihan gesture dapat digunakan untuk mempelajari dan melahirkan bahasa
tubuh. Ada juga yang mengatakan bahwa gesture adalah bentuk komunikasi
non verbal yang diciptakan oleh bagian-bagian tubuh yang dapat
dikombinasikan dengan bahasa verbal.
Bahasa tubuh dilakukan oleh seseorang terkadang tanpa disadari dan keluar
mendahului bahasa verbal. Bahasa ini mendukung dan berpengaruh dalam
proses komunikasi. Jika berlawanan dengan bahasa verbal akan mengurangi
kekuatan komunikasi, sedangkan kalau selaras dengan bahasa verbal akan
menguatkan proses komunikasi. Seorang pemeran harus memahami bahasa
tubuh, baik bahasa tubuh budaya sendiri maupun bahasa tubuh budaya lainnya.
Pemakaian gesture ini mengajak seseorang untuk menampilkan variasi bahasa
atau bermacam-macam cara mengungkapkan perasaan dan pemikiran. Akan
tetapi, gesture tidak dapat menggantikan bahasa verbal sepenuhnya. Sedang
beberapa orang menggunakan gesture sebagai tambahan dalam kata-kata
ketika melakukan proses komunikasi.
Manfaat mempelajari dan melatih gesture adalah mengerti apa yang tidak
terkatakan dan yang ada dalam pikiran lawan bicara. Selain itu, dengan
mempelajari bahasa tubuh, akan diketahui tanda kebohongan atau tanda-tanda
kebosanan pada proses komunikasi yang sedang berlangsung. Bahasa tubuh
semacam respon atau impuls dalam batin seseorang yang keluar tanpa disadari.
Sebagai seorang pemeran, gesture harus disadari dan diciptakan sebagai
penguat komunikasi dengan bahasa verbal.
Sifat bahasa tubuh adalah tidak universal. Misalnya, orang India, mengangguk
tandanya tidak setuju sedangkan mengeleng artinya setuju. Hal ini berlawanan
dengan bangsa-bangsa lain. Tangan mengacung dengan jari telunjuk dan jempol
membentuk lingkaran, bagi orangtokohcis artinya nol, bagi orang Yunani
berarti penghinaan, tetapi bagi orang Amerika artinya bagus. Jadi bahasa tubuh
harus dipahami oleh pemeran sebagai pendukung bahasa verbal.
Macam-macam gesture yang dapat dipahami orang lain adalah gesture dengan
tangan, gesture dengan badan, gesture dengan kepala dan wajah, dan gesture
dengan kaki. Bahasa tubuh atau gesture dengan tangan adalah bahasa tubuh
yang tercipta oleh posisi maupun gerak kedua tangan. Bahasa tubuh yang
tercipta oleh kedua tangan merupakan bahasa tubuh yang paling banyak
jenisnya. Bahasa tubuh dengan tubuh adalah bahasa tubuh yang tercipta oleh
pose atau sikap tubuh seseorang. Bahasa tubuh dengan kepala dan wajah adalah
bahasa tubuh yang tercipta oleh posisi kepala maupun ekspresi wajah.
Sedangkan bahasa tubuh dengan kaki adalah bahasa tubuh yang tercipta oleh
posisi dan bagaimana meletakkan kaki.

Imajinasi

Imajinasi adalah proses pembentukan gambaran-gambaran baru dalam pikiran,


dimana gambaran tersebut tidak pernah dialami sebelumnya. Belajar imajinasi
dapat menggunakan fungsi ”jika” atau dalam istilah metode pemeranan
Stanislavski disebut magic-if. Latihan imajinasi bagi pemeran berfungsi
mengidentifikasi tokoh yang akan dimainkan. Selain itu, seorang pemeran juga
harus berimajinasi tentang pengalaman hidup tokoh yang akan dimainkan.
Hal-hal yang perlu diketahui ketika berlatih imajinasi.
 Imajinasi menciptakan hal-hal yang mungkin ada atau mungkin
terjadi, sedangkan fantasi membuat hal-hal yang tidak ada, tidak
pernah ada, dan tidak akan pernah ada.
 Imajinasi tidak bisa dipaksa, tetapi harus dibujuk untuk bisa
digunakan. Imajinasi tidak akan muncul jika direnungkan tanpa
suatu objek yang menarik. Objek berfungsi untuk menstimulasi atau
merangsang pikiran. Baik hal yang logis maupun yang tidak logis.
Dengan berpikir, maka akan terjadi proses imajinasi.

 Imajinasi tidak akan muncul dengan pikiran yang pasif, tetapi


harus dengan pikiran yang aktif. Melatih imajinasi sama dengan
memperkerjakan pikiran-pikiran untuk terus berpikir.

 Pikiran bisa disuruh untuk mempertanyakan segala sesuatu.


Dengan stimulus pertanyaan-pertanyaan atau menggunakan
stimulus ”seandainya”, maka akan memunculkan gambaran
pengandaiannya. Belajar imajinasi harus menggunakan plot yang
logis, dan jangan menggambarkan suatu objek yang tidak pasti
(perkiraan). Untuk membangkitkan imajinasi tokoh gunakan
pertanyaan; siapa, dimana, dan apa. Misalnya, “siapakah Hamlet
itu?”, maka pikiran dipaksa untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Usaha menjawab pertanyaan itu akan membawa pikiran untuk
mengimajinasikan sosok Hamlet.

2. Merancang karya teater kreatif yang dikembangkan dari teater non

tradisional Mancanegara (NonAsia)

Menulis Naskah Drama

A. Proses Kreatif

Menulis naskah drama merupakan kegiatan proses kreatif. Kreatifitas

menyangkut tahapan pemikiran imajinatif: merasakan, menghayati,

menghayalkan, dan menemukan kebenaran. Untuk mendalami proses

perjalanan melihat, mendalami, dan mewujud tersebut perlu fase-fase

proses dengan pola:

1. Merasakan

Merasakan adalah bagian terpenting dari panca indera manusia.

Segala sensasi dalam diri manusia selalu dengan fase merasakan.

Merasakan diartikan sudah melewati proses melihat, mendengar, dan

menyerap.

2. Menghayati

Menghayati diartikan mendalami atau merasakan betul-betul

temuan-temuan yang telah dilakukan pada fase merasakan. Indikator

menghayati adalah sampai pada kesadaran pribadi terhadap sensasi yang


diperolehnya.

3. Menghayalkan

Menghayalkan adalah fase memunculkan kembali apa yang telah

dirasakan, apa yang dihayati dalam wujud khayalan dengan harapan

memperoleh hayalan-hayalan lain yang baru.

4. Mengejawantahkan

Mengejawantahkan adalah fase mewujud dari tiga proses

sebelumnya. Fase ini perlu menggunakan filter estetik agar curahan-

curahan hasil fase sebelumnya lebih bernilai.

5. Memberi Bentuk

Memberi bentuk adalah fase penguatan pengejawantahan dengan

proses alamiah, mengalir, dengan menggunakan simbol-simbol dan

metafora sehingga keinginan dan angan-angan dapat menjadi sebuah

karya.

B. Menciptakan Konflik

Kreatifitas pengarang dalam menulis naskah dapat dilihat dari

kemampuan pengarang menciptakan konflik dengan surprise atau

kejutan-kejutan, menjalin konflik-konflik tersebut, dan memberikan

empati dalam penyelesaian konflik. Konflik biasanya dibangun oleh

pertentangan tokoh. Pertentangan karakter, pertentangan visi tokoh,

pertetangan pandangan dan ideologi tokoh, lingkingan, nilai-nilai dan

sebagainya. Plot atau alur drama ada tiga, yaitu:


1. Sirkuler (cerita berkisar pada satu peristiwa saja),

2. Linear (cerita bergerak secara berurutan dari A-Z),

3. Episodic (jalinan cerita itu terpisah/ terpotong-potong dan kemudian

bertemu pada akhir cerita).

C. Menciptakan Tokoh

Kehadiran tokoh/ pelaku dalam sebuah drama menjadi penting. Tokoh

atau pelaku akan mejadi penentu gerak alur cerita ( protagonis,

antagonis, tritagonis). Tokoh sangat berperan dalam menjelaskan ide

atau inti cerita yang dibangun. Kehadiran beberapa tokoh pendukung

juga memberi kesan tersendiri dari sebuah naskah drama. Tokoh

berperan penting dalam membangun konflik naskah. Bisa jadi tokoh

tidak menyelesaikan masalah tersebut. Namun, kekuatan sebuah naskah

drama adalah kuatnya karakter yang dibangun oleh penulis dalam

mendeskripkan seorang tokoh agas sutradara paham betul membentuk

karakter tersebut.

D. Menciptakan Dialog

Apalah arti hadir seorang tokoh tampa sebilah kata. Itulah hal utama

yang perlu diperhatikan dalam menampilkan dialog. Dialog yang

dibawakan tokoh/ pelaku merupakan salah satu aspek esensial yang ada

dalam naskah drama. Bila bentuk dialog disertai dengan lakuan akan

lebih memperjelas maknanya. Muatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh


disampaikan melalui dialog.

E. Menciptakan Simbol

Naskah drama sebagai karya sastra merupakan proses kreatif individu

pengarang yang berbicara tentang dirinya yang disajikan secara tidak

langsung atau dengan menggunakan symbol-simbol bahasa, gerak, dan

bunyi.

F. Menciptakan Naskah Berbobot

1. Menampilkan gagasan baru melalui pemikiran imajinatif.

2. Memiliki konflik dengan surprise (kejutan-kejutan), kaya suspense

(ketegangan) sehingga memikat untuk dibaca atau dipentaskan.

3. Menghadirkan tokoh sebagai penentu gerak alur cerita.

4. Memiliki dialog yang bermuatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh

disertai dengan lakuan.

5. Menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi.

6. Menampilkan problem kehidupan manusia, mengandung aspek moral,

dan mengandung nilai-nilai pendidikan.

3. Menerapkan prinsip kerjasama dalam berteater

Menerapkan Prinsip Kerja Sama dalam Berteater


Untuk menerapkan prinsip kerja sama dalam berteater, sikap egois harus
dijauhkan. Kerja Sama antara sytradara dengan pemain, pemain dengan
pemain, sutradara denga staf, dan pemain dengan staf perlu digalang.
Apalagi dalam karya seni teater kreatif yang dikembangkan dari teater
tradisional mancanegara (Asia).

Asas keutuhan perlu diterapkan dalam menerapkan kerja sama


berteater. Asas keutuhan dalam berakting memiliki arti seorang pemain
harus dapat melakukan kerja sama yang baik menuju satu tujuan yang
sama, yaitu kesatuan makna. Cara kerja sama pemain bertitik tolak pada
citra sastra dan citra sutradara. Citra sastra berarti hasil kerja akting
yang masih terikat pada pandangan si pengarang cerita. Citra sutradara
berarti hasil kerja akting yang masih tetap terikat pada pokok penafsiran
sutradara.

Selain menerapkan asas keutuhan, interaksi dengan staf produksi dan


staf artistik perlu dilakukan dengan baik. Dengan demikian, karya teater
yang akan dipergelarkan bisa berhasil dengan baik. Yang termasuk staf
produksi antara lain, desainer panggung, teknisi panggung, dan teknisi
suara, sedangkan yang termasuk staf artistik adalah penata dekor,
penata lampu, dan penata cahaya.

Untuk kesuksesan sebuah pergelaran teater dan supaya dapat menyedot


penonton karena alasan penyajianya, penerapan prinsip kerja sama harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh.

4. Menyiapkan pertunjukan teater kreatif yang diciptakan sendiri

PERSIAPANTEATER
Proses dalam teater adalah proses komunikasi, yaitu proses

transformasi informasi antara komunikator dan komunikan. Komunikasi

yang dilakukan oleh komunikator menggunakan dua bahasa yaitu bahasa

verbal dan bahasa non verbal. Bahasa verbal yaitu bahasa yang berupa

kata-kata yang dianut oleh seorang dalam suatu budaya tertentu.


Misalnya bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris dan bahasa-

bahasa lain di dunia. Bahasa tubuh yang biasa disebut dengan gesture

yaitu sikap atau pose tubuh seseorang yang mengandung makna dan

menimbulkan bahasa tubuh (body language). Bahasa tubuh ini juga

dipengaruhi oleh oleh budaya tertentu, karena bahasa tubuh tidak

bersifat universal. Misalnya ‘mengangguk’, di Indonesia diartikan sebagai

persetujuan sedangkan di India diartikan sebagai penolakan.

Seorang pemeran dalam pementasan teater menggunakan dua

bahasa, yaitu bahasa verbal yang berupa ucapan-ucapan ( dialog dan

monolog) dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh yang diperlihat oleh pemeran

bisa berdiri sendiri, dalam artian bahasa tubuh tidak dibarengi dengan

bahasa verbal. Tetapi bisa juga bahasa tubuh sebagai penguat bahasa

verbal yang berupa ucapan (speech) dialog. Ucapan yang dilontarkan oleh

seorang pemeran mempunyai peranan yang sangat penting dalam

pementasan naskah drama atau teks lakon. Hal ini disebabkan karena

dalam dialog banyak terdapat nilai-nilai yang sangat bermakna. Jika

lontaran dialog tidak sesuai sebagaimana mestinya maka nilai yang

terkandung tidak dapat dikomunikasikan kepada penonton, dan ini

merupakan kesalahan yang fatal bagi seorang pemeran.

Komunikasi verbal yang dilakukan oleh pemeran memerlukan

berbagai persiapan agar kualitas suara yang dihasilkan dapat mendukung

komunikasi. Suara adalah hal lain yang penting dalam kegiatan seni
teater yang menyangkut segi auditif atau sesuatu yang berhubungan

dengan pendengaran. Dalam kenyataannya suara dan bunyi itu sama,

yaitu hasil getaran udara yang datang dan menyentuh selaput gendang

telinga. Tetapi dalam konvensi dunia teater kedua istilah tersebut

dibedakan. Suara merupakan produk manusia untuk membentuk kata-

kata, sedangkan bunyi merupakan produk benda-benda.

Suara dihasilkan oleh proses mengencang dan mengendornya pita

suara sehingga udara yang lewat berubah menjadi bunyi beserta organ

artikulasi manusia di dalam mulut maupun hidung, dan dibedakan

dengan bunyi-bunyian lain yang bukan dihasilkan organ artikulasi. Dalam

kegiatan teater suara memengang peranan penting, karena digunakan

sebagai bahan komunikasi yang berwujud dialog. Permainan dialog ini

merupakan salah satu daya tarik dalam membina konflik-konflik

dramatik. Kegiatan melontarkan dialog ini menjadi sifat teater yang

khas.

Suara manusia adalah lambang komunikasi dan dijadikan lambang

benda, gerak, rasa dan buah pikiran, baik yang abstrak maupun yang

kongkrit sehingga menjadi alat tukar pikiran untuk menyampaikan

informasi. Unsur dasar dari bahasa lisan adalah suara, dan prosesnya

adalah suara dijadikan kata dan kata-kata disusun menjadi frasa serta

kalimat yang kesemuanya dimanfaatkan dengan aturan tertentu yang

disebut gramatika atau paramasastra. Pemilihan kata-kata memainkan


peranan dalam aturan yang dikenal dengan istilah diksi. Selanjutnya

suara tidak hanya dilontarkan begitu saja tetapi dilihat dari keras

lembutnya, tinggi rendahnya dan cepat lambatnya sesuai dengan

gambaran tentang kondisi dan situasi psikologi, itulah yang disebut

intonasi. Suara juga dipengaruhi oleh hubungan antar otot, hubungan

antara apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya yang disebut

dengan artikulasi.

Latihan Pernafasan

Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang

banyak mengandung karbondioksida. Proses menghirup udara ini disebut

inspirasi dan proses menghembuskan udara ini disebut ekspirasi. Fungsi

dari dari pernafasan ini secara fisiologi adalah mengambil oksigen yang

kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran serta

mengeluarkan karbondioksida yang terjadi dari sisa pembakaran,

kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang. Di dalam seni

teater, pernafasan ini berhubungan dengan produksi suara.

1. Pernafasan Dada

Ciri dari nafas dada adalah pada waktu kita menghirup udara maka

rangka dada terbesar bergerak membesar akibat dari rongga yang terisi
oleh udara yang banyak. Latihlah sampai nafas dada ini terkuasai.

§ Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke

rongga dada, tahan, hembuskan. Lakukan latihan ini 8 kali

pengulangan.

§ Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke

rongga dada, tahan, dan hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan

ini 8 kali pengulangan.

§ Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke

rongga dada, tahan, dan hembuskan sambil membunyikan huruf vokal.

Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.

§ Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke

rongga dada dan hembuskan. Latihan ini dilakuan secara cepat antara

menarik dan menghembuskan.

§ Variasi latihan pernafasan dada ini bisa dilakukan dengan cara duduk

maupun berbaring secara santai.

§ Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara seolah-

olah mulai dari hidung, kepala, tulang belakang terus sampai ke rongga

dada. Ketika menghembuskan nafas rasakan seolah-olah perjalanan

udara itu dari dada, tenggorokan terus ke mulut.

2. Pernafasan Perut
Ciri dari nafas perut adalah pada waktu kita menghirup udara, maka

rongga perut akan membesar dan mengeras karena terisi oleh udara

yang banyak. Pernafasan ini juga ditandai dengan naik turunnya sekat

diafragma yang terdapat diantara rongga dada dan rongga perut.

§ Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke

rongga perut, tahan, hembuskan. Lakukan latihan ini 8 kali

pengulangan.

§ Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke

rongga perut, tahan, dan hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan

ini 8 kali pengulangan.

§ Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke

rongga perut, tahan, dan hembuskan sambil membunyikan huruf vokal.

Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.

§ Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke

rongga perut dan hembuskan. Latihan ini dilakuan secara cepat antara

menarik dan menghembuskan.

§ Variasi latihan pernafasan perut ini bisa dilakukan dengan cara duduk

maupun berbaring secara santai.

§ Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara seolah-

olah mulai dari hidung, kepala, tulang belakang terus sampai ke rongga

perut. Ketika menghembuskan nafas rasakan seolah-olah perjalanan

udara itu dari perut, dada, tenggorokan terus ke mulut.


3. Pernafasan Diafragma

Latihan ini fokus nafas diarahkan pada sekat antara rongga dada dan

rongga perut yang disebut dengan sekat diafragma. Ciri dari nafas

diafragma adalah otot-otot sekat diafragma akan menegang, dan otot-

otot samping bagian pinggang akan mengembang ketika kita menghirup

udara. Pernafasan ini sebenarnya gabungan nafas dada dan nafas perut.

Latihlah sampai nafas diafragma ini terkuasai.

§ Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke

rongga dada dan rongga perut sehingga sekat difragma mengeras,

tahan, hembuskan. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.

§ Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke

rongga dada dan rongga perut sehingga sekat difragma mengeras,

tahan, dan hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali

pengulangan.

§ Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke

rongga dada dan rongga perut sehingga sekat difragma mengeras,

tahan, dan hembuskan sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan

latihan ini 8 kali pengulangan.

§ Variasi latihan pernafasan diafragma ini bisa dilakukan dengan cara

duduk maupun berbaring secara santai.

§ Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara seolah-


olah mulai dari hidung, kepala, tulang belakang terus sampai ke rongga

perut naik ke rongga dada sehingga sekat difragma tertekan. Ketika

menghembuskan nafas rasakan seolah-olah perjalanan udara itu dari

sekat diafragma, dada, tenggorokan terus ke mulut.

Senam Persiapan

Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan

dilatih. Dalam olah mimik ini, kita akan memaksimalkan delikan mata,

kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher kepala, secara

berkesinambungan. Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata

merupakan pusat ekspresi. Perasaan marah, cinta, dan lain-lain akan

terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan permainan

seorang aktor. Meskipun bermacam gerakan sudah bagus, suara telah jadi

jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang meyakinkan ketika ekspresi

matanya kosong dan berimbas pada dialog yang akan kurang

meyakinkan penonton, sehingga permainannya akan terasa hambar.

1. Senam Wajah

§ Dahi dikerutkan ke atas, tahan, dan lepaskan.

§ Arahkan otot-otot wajah ke kanan, tahan, dan lepaskan.

§ Arahkan otot-otot wajah ke kiri, tahan, dan lepaskan.

§ Arahkan otot-otot wajah ke bawah, tahan, dan lepaskan.

§ Buka mulut selebar mungkin, tahan, dan lepaskan.


§ Bibir dikatupkan dan arahkan ke depan sejauh mungkin, tahan, dan

lepaskan.

§ Bibir dikatubkan dan arahkan ke kanan sejauh mungkin, tahan, dan

lepaskan.

§ Bibir di katupkan dan arahkan ke kiri sejauh mungkin, tahan, dan

lepaskan.

§ Bibir ditarik ke belakang sejauh mungkin sampai kita meringis, tahan,

dan lepaskan.

§ Bibir dikatupkan dan putar searah jarum jam, terus kearah

sebaliknya.

§ Ucapkan u...o...o...o...a... ( huruf o diucapkan seperti pada kata soto),

kemudian diucapkan dengan sebaliknya. Posisi lidah tetap datar pada

mulut, tenggorokan tetap terbuka lebar dan rahang rileks.

§ Ucapkan me...mo...me...mo...me...mo...me...mo...me (me diucapkan

seperti pada kata medan).

2. Senam Lidah

§ Lidah dijulurkan sejauh mungkin, tahan dan tarik sedalam mungkin.

§ Lidah dijulurkan dan arahkan ke kanan dan ke kiri secara bergantian.

§ Lidah dijulurkan dan putar searah jarum jam terus kebalikannya.

§ Bibir dikatupkan, rahang diturunkan dan lidah diputar di dalam

mulut searah jarum jam terus kebalikannya.


§ Lidah ditahan di gigi seri, terus hentakkan.

§ Membunyikan errrrr................, errrrrrr................ berulang-ulang. Latihan

ini berfungsi untuk melemaskan lidah.

§ ucapkan dengan cepat: fud...fud...fud...fud...fud...dah –

fud...fud...fud...fud...fud...dah. lakukan latihan ini sesering mungkin.

3. Senam Rahang Bawah

§ Gerakkan rahang bawah dengan cara membuka dan menutup.

§ Gerakkan rahang bawah ke kiri dan kanan secara bergantian.

§ Gerakkan rahang bawah ke depan dan ke belakang secara bergantian.

§ Gerakkan rahang bawah melingkar sesuai dengan arah jarum jam dan

ke arah sebaliknya.

§ Ucapkan dengan riang, ceria, gembira dan rileks:

da....da....da....da.....da.....da.... kemudian la....la.....la....la.....la. ....la Latihan

ini bisa dengan huruf konsonan yang lain yang digabung dengan huruf

vokal a

4. Latihan Tenggorokan

§ Ucapkan lo...la...le...la...lo...- lo...la...le...la...lo...- lo...la...le...la...lo... lakukan

latihan ini dengan santai, semakin lama semakin keras tetapi

tenggorokan jangan teggang.

§ Nyanyikan dengan tenggorokan tetap terbuka la...la...la...la...laf... –


la...la...la...la...los... – la...la...la...la...lof...

5. Berbisik

§ Lavalkan huruf vokal (a...i...u...e...o...) tanpa mengeluarkan suara. Dalam

latihan ini yang diutamakan adalah kontraksi otot-otot bibir, wajah

dan rahang.

§ Lavalkan huruf c... d... l... n... r... s... t... tanpa mengeluarkan suara.

Latihan ini juga berfuungsi untuk melenturkan lidah.

§ Lavalkan huruf konsonan dengan tanpa mengeluarkan suara.

§ Lavalkan kata dan kalimat pendek tanpa mengeluarkan suara. Latihan

ini diutamakan pengejaan tiap suku kata, baik dalam kata maupun

dalam kalimat.

6. Bergumam

Fungsi dari bergumam ini adalah sebagai pemanasan organ produksi

suara.

§ Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam, fokus

gumaman ini pada rongga dada. Rasakan getaran pada rongga dada

pada waktu kita bergumam.

§ Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam, fokus

gumaman ini pada batang tenggorokan atau trakea. Rasakan getaran

pada batang tenggorokan pada waktu kita bergumam.

§ Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam, fokus


gumaman ini pada rongga hidung atau nasal. Rasakan getaran pada

rongga hidung pada waktu kita bergumam, biasanya ujung hidung kita

akan terasa gatal.

7. Bersenandung

Fungsi dari latihan bersenandung adalah untuk pemanasan organ

produksi suara sekaligus untuk melatih penguasaan melodi.

§ Tarik nafas, tahan, dan hembuskan sambil bersenandung. Lakukan

latihan ini mulai dari nada rendah sampai nada yang tinggi. Misalnya

dengan suku kata NA disenandungkan sesuai dengan tangga nada ( do,

re, mi, fa, sol, la, si, do). Lakukan 8 kali pengulangan.

§ Tarik nafas, tahan, dan hembuskan sambil bersenandung dengan tidak

sesuai tangga nada.

Pendukung Komunikasi Verbal

Suara manusia adalah lambang komunikasi dan dijadikan lambang

benda, gerak, rasa dan buah pikiran, baik yang abstrak maupun yang

kongkrit sehingga menjadi alat tukar pikiran untuk menyampaikan

informasi. Unsur dasar dari bahasa lisan adalah suara, dan prosesnya

adalah suara dijadikan kata dan kata-kata disusun menjadi frasa serta

kalimat yang kesemuanya dimanfaatkan dengan aturan tertentu yang

disebut gramatika atau paramasastra. Pemilihan kata-kata memainkan


peranan dalam aturan yang dikenal dengan istilah diksi. Selanjutnya

suara tidak hanya dilontarkan begitu saja tetapi dilihat dari keras

lembutnya, tinggi rendahnya dan cepat lambatnya sesuai dengan

gambaran tentang kondisi dan situasi psikologi, itulah yang disebut

intonasi. Suara juga dipengaruhi oleh hubungan antar otot, hubungan

antara apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya.

1. Diksi

Diksi sebenarnya berasal dari kata dictionary (kamus) yaitu

pemilihan kata untuk mengekspresikan ide-ide yang tepat dan selaras,

bisa juga diksi diartikan sebagai kata-kata sebagai satu kesatuan arti,

tetapi dalam pelatihan ini, diksi ( diction) dimaksudkan sebagai latihan

mengeja atau berbicara dengan keras dan jelas. Latihan diksi berfungsi

untuk memberi kejelasan suara dari kata yang diucapkan. Banyak

pemeran yang menyangka bahwa untuk dapat didengar hanya perlu

berbicara keras, padahal yang dibutuhkan tidak sekedar itu, tetapi

dibutuhkan pengucapan yang jelas. Dalam bahasa Indonesia huruf yang

hampir sama pengucapan dan terdengarnya adalah huruf p dengan b, t

dengan d, dan k dengan g. Latihan diksi ini dimulai dari membedakan

huruf itu, kemudian diaplikasikan pada kata dan kalimat dari huruf

tersebut.

a. Latihan membedakan huruf p dengan b, t dengan d, dan k dengan


g

b. Latihan membedakan hufuf p, b, t, d, k, dan g dengan cara

mengkombinasikan.

c. Latihan ini dilakukan dengan cara menggabungkan huruf-huruf

tersebut di atas dengan huruf vokal. Misalnya pa dengan ba atau ta

dengan da, ki dengan gi dan seterusnya.

d. Latihan diteruskan sudah dalam bentuk kata, misalnya:

- Apabila - Perpustakaan

- Begitu - Kudengar

- Menyambut - Luput

Dan seterusnya, serta cari kata yang dalam suku katanya ada

huruf-huruf di atas.

e. Latihan dengan kalimat.

Latihan ini dilakukan dengan cara mengeja dengan benar. bacalah dengan pelan-pelan dan
rasakan gerak organ produksi suara yang terlibat serta rasakan posisi organ tersebut.

Tengah malam nanti, apabila angin mendayu dan bulan luput dari

mata. Akan datang sebuah kereta kencana untuk menyambut kita

berdua. Waktu itu aku sedang mencari-cari buku harianku di kamar

perpustakaan, lalu kudengar suara itu isinya kurang lebih begitu tapi aku

tak tahu bagaimana persisnya.

( Diambil dari naskah kereta kencana karya Eugene Ionesco


Terjemahan W.S. Rendra )
5. Menggelar pertunjukan teater kreatif yang diciptakan sendiri

Untuk melaksanakan suatu pertunjukan teater di perlukan panggung


yang lengkap dengan dekorasinya.
Beberapa jenis panggung sebagai berikut.
1. Panggung Biasa
Panggung biasa di sebut juga panggung pruscineum. Panggung ini
merupakan bentuk panggung yang di batasi oleh relung pruscineum
dengan tirai layar. Tempat untuk pementasan di depan ruangan dan
dibatasi oleh penyekat yang memisahkan dengan ruang untuk penonton
serta lantai panggung lebih tinggi daripada laintai penonton.
2. Panggung Arena
Panggung arena adalah bentuk panggung yang mana tempat
pementasan memiliki lantai yang sama dengan lantai penonton. Pada
umumnya, untuk memudahakan penonton pada tempat/ ruang
penonton dibuat berjenjang, yaitu tempat duduk yang belakang lebih
tinggi dari yang ada di depan.
3. Panggung Terbuka
Panggung terbuka merupakan bentuk panggung biasa, tetapi tidak
menggunakan penyekat, dan lantai panggung lebih tinggi dari lantai
penonton. Untuk dekorasi di sesuaikan dengan maksud dari suatu cerita
yang di pentaskan. Dekorasi ini berhubungan dengan tata panggung dan
segala kelengkapan panggung, seperti meja, kursi, tirai, pepohonan, dan
juga latar belakang yang lainnya yang didesain menyerupai sesuatu,
seperti perkotaan, gunung, edesaan, suasana didalam rumah, kantor,
pantai, hutan, dan sebagainya. Sedang untuk tata lampu dapat terdiri
dari fixen lamp, yaitu lampu yang letaknya di batas pentas bagian deoan
di bawah (kaki pentas), spolight, dan floodlight. Dengan demikian, bagi
seorang penata pentas, penguasaan ruang merupakan pokok dari karya
artistiknya.
Tahap akhir dari semua perencanaan dan persiapan adalah
penyelenggaraan pertunjukan teater. Agar suatu pergelaran dapat
berjalan dengan baik, maka perlu di susun suatu acara pergelaran.
Diposting oleh Seni Budaya di 15.30
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai