Tugas Penelitian
Tugas Penelitian
PENDAHULUAN
1
Dalam rangka meningkatkan pendidikan akuntansi dan mengetahui
keberhasilan Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sebagai institusi pendidikan
profesional yang saat ini telah berakreditasi “A” maka diantaranya perlu
dilakukan penilaian prestasi akademik mahasiswa selama menempuh
pendidikan. Syah (dalam Nadzrudin, 2007) mengemukakan bahwa prestasi
akademik dalam mata kuliah tertentu yang relatif bersifat permanen setelah
melalui proses belajar dalam jangka waktu tertentu.
Dari hasil audit mutu internal seluruh dosen UNTAD menetapkan standar
mahasiswa dan kelulusan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) selama lima tahun
terakhir untuk program studi yang telah memiliki status
akreditasi A dengan nilai maksimal yaitu empat (4) dan seluruh mahasiswa
Program Studi tersebut harus mempunyai IPK diatas 3.00. Adapun standar
ketetapan IPK mahasiswa dan kelulusan menurut Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi sebagai berikut :
Tabel 1.1
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ?
2. Teori apa yang digunakan dalam peneltian ini ?
3. Apakah Pengorganisasian Lingkungan Belajar Kampus dapat
mempengaruhi IPK ?
4. Bagaimana Belajar Mengajar yang Efektif ?
5. Cara menganalisis Motivasi Mahasiswa dalam meningkatkan IPK?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
proses belajar adalah proses terjadinya interaksi antara dosen dan mahasiswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan diakhiri dengan proses evaluasi
belajar dalam jangka waktu tertentu.
Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang lebih efektif.dalam hal ini perlu
diperhatikan yang menentukan suksesnya proses belajar bukan hanya metode
dan prosedurnya tapi proses dari hasil yang didapatkan. Dengan proses yang
tidak baik atau benar, mungkin hasil yang dicapainya pun tidak akan baik, atau
bisa dikatakan hasil itu adalah hasil semu.
2.1.1.1 Proses Belajar Mengajar yang Efektif
Menurut Popham dan Baker (1992), pada hakikatnya proses
pembelajaran yang efektif terjadi jika guru atau dosen dapat mengubah
kemampuan dan persepsi siswa dari yang sulit mempelajari sesuatu menjadi
mudah mempelajarinya. Proses belajar dan mengajar yang efektif sangat
tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran. Dari
penjelasan tersebut, ada dua hal yang diperlukan untuk mencapai proses belajar
mengajar yang efektif.
1. Harus ada kegiatan analisis kebutuhan belajar mahasiswa. Maksudnya adalah
bagaimana menganalisis hubungan antara kemampuan dan harapan mahasiswa
dari proses pembelajarannya.
2. Harus ada gambaran ujian seperti apa sistem ujian yang dipakai. Untuk hasil
yang lebih maksimal juga diperlukan media pembelajaraan yang baik agar
proses belajar mengajar menjadi efektif. Media berfungsi untuk menyalurkan
pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan mahasiswa. Penggunaan
media secara kreatif akan memungkinkan mahasiswa untuk belajar lebih baik
dan dapat meningkatkan kemampuan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Dalam kegiatan interaksi edukatif biasanya digunakan alat non material
seperti: perintah, suruhan, larangan, nasihat sedangkan alat material seperti:
diagram, gambar, slide dan video.
5
sehingga dapat mempengaruhi kualitas dari proses pembelajaran dan hasil
belajar dari mahasiswa itu sendiri.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2012) motivasi belajar adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling
dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan. Menurut Sardiman (2012)
mengatakan bahwa motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan
sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Simanjuntak (2001) mengatakan bahwa,
motivasi dalam sekolah merupakan proses bagaimana menumbuhkan dan
menimbulkan dorongan supaya seseorang berbuat atau belajar. Menurut
Wlodkowski (2004) motivasi belajar sebagai suatu kondisi yang menyebabkan
atau menimbulkan perilaku tertentu, serta yang memberi arah dan ketahanan
(persistence) pada tingkah laku.
Menurut pendapat Dessler (1997) bahwa :
“Motivate to represent matter modestly because people is basically motivated
or impelled for berperilaku in way of certain felt instruct at deserts
acquirement”.
Motivasi merupakan hal yang sederhana karena orang-orang pada dasarnya
termotivasi atau terdorong untuk berperilaku dalam cara tertentu yang
dirasakan mengarah pada perolehan ganjaran.
Sedangkan menurut Mohammad As‟ad (2003) bahwa :
Motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan, dorongan atau tenaga
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga motif
tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah laku dan didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.
Berdasarkan dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar merupakan dorongan diri dari dalam atau dari luar diri seseorang untuk
belajar dengan giat agar dapat mencapai tujuannya.
Oleh sebab itu setiap dosen akan selalu mengusahakan agar kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan
cara yang efektif dan efisien.
2.1.2.1 Teori Motivasi
Telah dikembangkan teori motivasi dari sudut psikologi yang dapat
diimplementasikan dalam manajemen sumber daya manusia dilingkungan suatu
universitas. Kelima teori ini adalah :
1. Teori Dua Faktor dari Frederick Hezberg
2. Teori Prestasi (Achievement) dari David McClelland
3. Teori Perilaku dari Skinner
6
4. Teori Harapan dari Lewin dan Vroom
5. Teori Tujuan sebagai Motivasi
Dua teori yang disebut terdahulu berfokus pada “apa” yang mendorong
mahasiswa melakukan suatu kegiatan. Teori-teori ini membahas tentang sesuatu
yang mendorong (motivator) seseorang dalam melakukan suatu kegiatan,
termasuk juga yang disebut belajar disebuah universitas. Oleh karena itu teori
teori tersebut dikelompokkan dalam teori “teori isi atau kepuasaan (Content
Theories)”. Berikutnya tiga teori yang disebut terakhir dalam urutan tersebut di
atas, adalah teori-teori motivasi yang terfokus pada “bagaimana” mendorong
manusia agar berbuat sesuatu, termasuk juga dalam belajar di sebuah
universitas. Dengan demikian teori motivasi tersebut membahas cara-cara dan
langkah-langkah dalam memberikan dorongan, sehingga dikategorikan sebagai
“teori proses”.
1. Teori Dua Faktor dari Frederick Hezberg
Menurut Herzberg dalam Usman, (2011) , ada dua jenis faktor yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan
faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk
keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar
manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik),
sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan,
kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). Dalam implementasinya
dilingkungan sebuah universitas, teori ini menekankan pentingnya
menciptakan/mewujudkan keseimbangan antara kedua faktor tersebut.
2. Teori Prestasi (Achievement) dari David McClelland
Teori ini mengklasifikasi motivasi berdasarkan akibat suatu kegiatan berupa
prestasi yang dicapai, temasuk juga dalam belajar. Dengan kata lain kebutuhan
berprestasi merupakan motivasi dalam pelaksanaan proses belajar. Dalam
hubungannya dengan teori Maslow, berarti motivasi ini terkait dengan
kebutuhan pada urutan yang tinggi, terutama kebutuhan aktualisasi diri dan
kebutuhan akan status mahasiswa. Kebutuhan ini memerlukan dan
mengharuskan seseorang mahasiswa melakukan kegiatan belajar, agar
menguasai keterampilan yang memungkinkan seorang mahasiswa mencapai
suatu prestasi. Jika dihubungkan dengan teori dua faktor, jelas bahwa prestasi
termasuk klasifikasi faktor sesuatu yang memotivasi (motivator) dalam
melaksanakan pelajarannya.
7
3. Teori Perilaku dari Skinner
Teori ini banyak dipergunakan dan fundamental sifatnya dalam proses belajar,
dengan mempergunakan prinsip yang disebut “Hukum pengaruh (Law Of
Effect)” yang menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi
pemuasan cendrung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti konsekuensi
hukuman cendrung tidak diulang. Jadi, perilaku individu di masa mendatang
dapat diramalkan atau dipelajari.
2.1.2.2 Jenis-Jenis Motivasi
Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Motivasi itu sangat bervariasi yaitu:
1. Motivasi intrisik dan ekstrinsik
a) Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak
perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.
Contohnya : siswa yang belajar, karena memang dia ingin mendapatkan
pengetahuan, nilai ataupun keterampilan agar dapat mengubah tingkah lakunya,
bukan untuk tujuan yang lain. Intrinsic motivations are inherent in the learning
situations and meet pupil-needs and purpose. Itulah sebabnya motivasi intrinsik
dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak
terkait dengan aktivitas belajarnya.
b) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya peransang dari luar. Misalnya, seseorang belajar karena tahu besok akan
ada ulangan dengan harapan mendapatkan nilai yang baik, sehingga akan dipuji
oleh guru, atau temannya atau bisa jadi, seseorang rajin belajar untuk
memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya. Jadi, tujuan belajar
bukan untuk mendapatkan pengetahuan atau ilmu, tetapi ingin mendapatkan
nilai baik, pujian ataupun hadiah dari orang lain. Ia belajar karena takut
hukuman dari guru atau orang tua. Waktu belajar yang tidak jelas dan
tergantung dengan lingkungan sekitar juga bisa menjadi contoh bahwa
seseorang belajar karena adanya motivasi ekstrinsik.
2. Motivasi Positif dan motivasi negatif
Motivasi Positif dan motivasi negatif merupakan teori yang juga dikenal dengan
teori X dan teori Y yang dikembangkan oleh Douglas MCGregor. McGregor
menyatakan bahwa ada dua pandangan tentang manusia : yang pertama pada
dasarnya negatif (teori-X) dan kedua pada dasarnya positif (teori-Y). McGregor
8
berkesimpulan bahwa pandangan seorang tentang sifat manusia didasarkan atas
pengelompokan asumsi tertentu dan manusia cenderung menyesuaikan
perilakunya terhadap bawahannya sesuai dengan asumsi-asumsi tersebut.
Dalam lingkungan pendidikan motivasi positif berdasarkan asumsi MCGregor
adalah rajin belajar, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh dosen,
memiliki ambisi untuk sukses dan mampu mengendalikan dirinya untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai sedangkan motivasi negatif biasanya
ditandai dengan malas belajar, tidak bertanggung jawab, tidak memiliki ambisi
dan tidak memiliki kemampuan untuk mandiri dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh dosen.
2.1.2.3 Fungsi Motivasi
Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Belajar akan
menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan
makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan
intensitas usaha bagi para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, (Sardiman,
2012). Mengemukakan tiga fungsi motivasi sebagai berikut :
a) Mendorong manusia untuk berbuat
b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbutan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain seperti mendorong usaha dan
pencapaian prestasi. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar.
9
kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan pendidikan Sedangkan
lingkungan pendidikan menurut Tirtarahardja dan La Sulo (1994) adalah latar
tempat berlangsungnya pendidikan.
Dengan demikian lingkungan kampus merupakan tempat seorang
mahasiswa dalam menjalankan kegiatan-kegiatan pendidikan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan, perubahan sikap, dan keterampilan hidup baik
di dalam kelas maupun di luar kelas dengan mengikuti dan menaati peraturan
dalam sistematika pendidikan yang telah ditetapkan.
Mahasiswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar, tanpa
tekanan, dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan belajar,
mahasiswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan mereka berkomunikasi
secara baik dengan dosen, dengan temannya, maupun dengan lingkungan
sekitarnya. Maka Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan
motivasi belajar, meningkatkan prestasi belajar, dan lebih memungkinkan dosen
memberikan bimbingan dan bantuan terhadap mahasiswa dalam belajar,
diperlukan pengorganisasian proses belajar mengajar yang baik.
2.1.3.1 Pengorganisasian Lingkungan Belajar Kampus
Pengorganisasian lingkungan belajar yang kondusif dan efektif
merupakan keharusan bagi terbangunnya proses belajar yang baik. Lingkungan
belajar yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Terciptanya lingkungan kampus yang kondusif
2. Terciptanya disiplin yang mendorong terbentuknya disiplin belajar
3. Terbentuknya kondisi yang menjadikan mahasiswa sebagai pusat utama
layanan pendidikan dan pengembangan
4. Terciptanya rasa nyaman
5. Adanya responsibilitas mahasiswa terhadap segala tugas yang diberikan oleh
dosen
6. Tersedianya sarana pembelajaran yang memadai
Dari penjelasan diatas bahwa perlu dibangun kedekatan antara mahasiswa dan
dosen hal ini untuk mendukung keberhasilan mahasiswa. Pada hakikatnya
lingkungan mempengaruhi kemampuan konsentrasi untuk belajar. Jika
mahasiswa dapat memaksimalkan konsentrasinya, maka mereka akan mampu
menggunakan kemampuannya untuk menyerap materi perkuliahan dengan baik.
10
berhasil dalam proses belajar. Namun untuk meraih prestasi yang tinggi
diperlukan pengorbanan dan kerja keras untuk mencapainya.
Menurut Winkel (1989) prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang
menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses
belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil diraihnya. Winkel lebih
menekankan pada kemampuan siswa secara umum.
Menurut Djamarah (2002) apa yang telah dapat diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan
kerja. Menurut Slameto (2003) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraian para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah hasil belajar setelah mengikuti program pembelajaran
yang dinyatakan dengan skor atau nilai. Pengukuran akan pencapaian prestasi
belajar mahasiswa dalam pendidikan formal telah ditetapkan dalam jangka
waktu yang bersifat caturwulan dan sering disebut dengan istilah mid semester
(UTS) dan ujian akhir semester (UAS), tetapi dalam prestasi belajar diharapkan
adalah peningkatan yang dilakukan dalam materi yang diajarkan.
Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa perlu diadakan suatu
evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah proses belajar dan
pembelajaran itu berlangsung secara efektif. Efektifitas proses belajar tersebut
akan tampak pada kemampuan mahasiswa menguasai materi pelajaran.
2.1.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2003) secara garis besarnya faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan atas :
1. Faktor Internal
Faktor yang menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi fisik maupun mental
atau psikis. Faktor internal ini sering disebut faktor instrinsik yang meliputi
kondisi fisiologi dan kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan,
bakat, motivasi, dan lain-lain.
a) Kondisi Fisiologis Secara Umum
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar seseorang. Orang yang ada dalam keadaan segar jasmaninya akan
berlainan belajarnya dari orang yang ada dalam keadaan lelah. Anak-anak yang
kekurangan gizi ternyata kemampuannya berada dibawah anak-anak yang tidak
11
kekurangan gizi. Anak-anak yang kurang gizi mudah lelah, mudah mengantuk,
dan tidak mudah menerima pelajaran.
b) Kondisi Psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh karena itu semua
keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu
berarti belajar dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja
merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak.
Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung maka
faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu minat, kecerdasan, bakat,
motivasi, dan kemampukan-kemampuan kognitif adalah faktor psikologis yang
utama mempengaruhi proses dan hasil belajar mahasiswa (Djamara,2008).
c) Kondisi Panca Indera
Disamping kondisi fisiologis umum, hal yang tak kalah pentingnya adalah
kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran. Sebagian besar
yang dipelajari manusia dipelari menggunakan penglihatan dan pendengaran.
Orang belajar dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan
observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru dan
orang lain, mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya.
d) Intelegensi/Kecerdasan
Intelegensi adalah suatu kemampuan umum dari seseorang untuk belajar dan
memecahkan suatu permasalahan. Jika intelegensi seseorang rendah
bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar, jika tidak ada
bantuan orang tua atau pendidik niscaya usaha belajar tidak akan berhasil.
e) Bakat
Bakat merupakan kemampuan yang menonjol disuatu bidang tertentu misalnya
bidang studi matematika atau bahasa asing. Bakat adalah suatu yang dibentuk
dalam kurun waktu, sejumlah lahan dan merupakan perpaduan taraf intelegensi.
Pada umumnya komponen intelegensi tertentu dipengaruhi oleh pendidikan
dalam kelas, sekolah, dan minat subyek itu sendiri. Bakat yang dimiliki
seseorang akan tetap tersembunyi bahkan lama-kelamaan akan menghilang
apabila tidak mendapat kesempatan untuk berkembang.
f) Motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan
rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi
mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal
dalam belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut
12
mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu
diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan
cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus untuk
mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa
cita-cita dapat dicapai dengan belajar. Bila ada mahasiswa yang kurang
memiliki motivasi instrinsik diperlukan dorongan dari luar yaitu motivasi
ekstrinsik agar mahasiswa termotivasi untuk belajar.
g) Kematangan
Menurut Slameto (2003) bahwa kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase
dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap
melaksanakan kecakapan baru. Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan
adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam
diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya
masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya,
sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau
matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.
h) Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh Slameto (2003)
adalah preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan
respon atau reaksi.
2. Faktor Eksternal
Faktor yang bersumber dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor ini
sering disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi segala sesuatu yang
berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya
baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain Djamara (2008).
A. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Lingkungan Alami
Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara yang segar akan
lebih baik hasilnya daripada belajar pada suhu udara yang lebih panas dan
pengap.
b) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representasinya
(wakilnya), walaupun yang berwujud hal yang lain langsung berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan
soal akan terganggu bila ada orang lain yang mondar-mandir didekatnya atau
13
keluar masuk kamar. Representasi manusia misalnya memotret, tulisan, dan
rekaman suara juga berpengaruh terhadap hasil belajar.
B. Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah yang penggunaannya dirancang sesuai dengan
hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi
sebagai sarana untuk tercapainya tujuan yang telah dirancang.
Faktor-faktor ini dapat berupa : Perangkat keras /hard ware misalnya gedung,
perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, dan sebagainya dan Perangkat lunak
/soft ware seperti kurikulum, program, dan pedoman belajar lainnya.
14
sebesar 50.68%. Berdasarkan pernyataan diatas , maka dalam penelitian ini
dimunculkan suatu hipotesis sebagai berikut:
H1 : Proses Belajar Mengajar berpengaruh positif terhadap Prestasi
Belajar
15
2.2.3 Pengaruh Lingkungan Belajar Kampus Terhadap Prestasi Belajar
Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak dalam
alam semesta ini yang menjadi wadah,lembaga berlangsungnya proses
pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
Lingkungan belajar kampus adalah lingkungan dimana mahasiswa menjalani
proses belajar dan melakukan aktivitas. Pengertian lingkungan kerja dapat
memberikan kesamaan defenisi dari pengertian lingkugan kampus.
Berdasarkan penelitian putri (2012) lingkungan belajar kampus memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar. Lingkungan kampus yang
kondusif dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar. Lingkungan kampus yang kondusif yang
meliputi hubungan yang baik antara sesama mahasiswa serta hubungan antara
mahasiswa dengan dosen, lingkungan fisik seperti ukuran kelas, suhu udara di
dalam ruang kelas, pengendalian kebisingan, kebersihan kampus. Lingkungan
kampus yang kondusif dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa dan
lingkungan yang tidak sehat akan membuat siswa merasa stres dan pada
akhirnya menurunkan motivasi belajar mahasiswa yang pada akhirnya
mempengaruhi prestasi belajarnya.
Dengan terciptanya lingkungan kampus yang nyaman, kondusif, bersahabat dan
di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai akan membuat siswa
termotivasi untuk belajar dan berprestasi. Dengan pembiasaan ini pada akhirnya
akan menjadi modal yang berharga bagi siswa dalam menghadapi lingkungan
lebih nyata yang ada diluar sekolah.
Berdasarkan pernyataan diatas , maka dalam penelitian ini dimunculkan suatu
hipotesis sebagai berikut:
H3 : Lingkungan Belajar Kampus berpengaruh positif terhadap Prestasi
Belajar
16
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara
kesiapan belajar siswa dan interaksi belajar mengajar terhadap prestasi belajar
Aulia Kurnianing Putri (2012) Hubungan lingkungan belajar di institusi
pendidikan dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa program
studi di kebidanan Stikes„ Aisyiyah Surakarta lingkungan belajar motivasi
belajar Prestasi belajar Adanya hubungan positif dan signifikan antara
lingkungan belajar di institusi pendidikan dan motivasi belajar dengan prestasi
belajar mahasiswa prorgam studi Akuntansi„ Aisyiyah Surakarta Sumber:
Berbagai jurnal yang digunakan untuk penelitian ini.
Mengajar (X1)
Lingkungan Belajar
Kampus (X3)
Keterangan :
H1 : proses belajar mengajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
H2 : motivasi belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
H3 : lingkungan belajar kampus berpengaruh positif terhadap prestasi belajar.
17
2.5.2 Hipotesis Uji
Hipotesis tersebut diuji secara statistik sehingga bentuknya menjadi :
Ho : p = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara proses belajar
mengajar, motivasi belajar dan lingkungan belajar kampus terhadap prestasi
belajar (Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UNTAD).
Ha : p = 0 terdapat pengaruh yang signifikan antara proses belajar mengajar,
motivasi belajar dan lingkungan belajar kampus terhadap prestasi belajar (Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi UNTAD).
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah sejumlah subyek besar yang mempunyai
karakteristik tertentu. Karakter subyek ditentukan sesuai dengan ranah dan
tujuan penelitian (Sastroasmoro, 2008). Populasi penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako angkatan 2012.
Pengambilan data akan dilakukan pada bulan Desember 2015 dan jumlah
mahasiswa sebanyak 168.
3.3. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik tertentu.
Dalam pemilihan sampel peneliti membuat kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Subyek yang memenuhi kriteria inklusi akan masuk dalam sampel penelitian
sedangkan subyek yang memenuhi kriteria eksklusi maka subyek tidak masuk
dalam sampel penelitian. Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi pada
penelitian ini yaitu:
1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswa semester 7 angkatan 2012 di Fakultas Ekonomi Universitas
Tadulako
b. Memiliki Indeks Prestasi Kumulatif pada semester 6.
c. Datang saat pengisian kuesioner.
2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak bersedia menjadi responden pada penelitian.
b. Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
19
3.4. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Desember 2015.
20
didapatkan untuk validitas r Person Product Moment dengan jumlah sampel 59
dan tingkat kepercayaan 0,5 adalah 0,266 (Lisiswanti, 2014).
Setelah dilakaukan uji validitas, selanjutnya mengukur reliabitas data. Uji
reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan
validitasnya. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan metode
Cronbach Alpha. Kuesioner dikatakan valid bila pertanyaan pertanyaan yang
diajukan di dalam kuesioner dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang
diukur.
Reliabilitas adalah indeks yang menujukan sejauh mana alat yang diukur
bisa dipercaya dan diandalkan secara lebih luas. Hal ini berarti sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten dan mempunyai hasil yang sama walaupun
diukur lebih dari dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat ukur yang sama. Penelitian sebelumnya mendapatkan hasil
uji reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha adalah 0,803. Dari hasil uji validitas
dan uji reliabilitas tersebut dinyatakan kuesioner gaya belajar VARK dianggap
valid dan reliabel (Lisiswanti, 2014). Namun akan dilakukan kembali uji
validitas dan uji reliabilitas kuesioner gaya belajar VARK.
21
3.8. Kriteria Penelitian
3.8.1. Identifikasi Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan untuk suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian
tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu :
1. Variabel bebas (independent) adalah gaya belajar
a. Gaya belajar Visual
b. Gaya belajar Auditori
c. Gaya belajar Read
d. Gaya belajar Kinestetik
2. Variabel terikat (dependent) adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
22
variabel bebas berupa gaya belajar dan variabel terikat berupa indeks prestasi
kumulatif (IPK).
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian adalah uji Chi-Square dengan
variabel independent berupa skala nominal dan variabel dependent berupa skala
ordinal.
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
24
0 700 1400 2100 2290 2800 3500
Selain kontinum di atas, berdasarkan presentase kelompok responden dapat
diketahui juga bahwa motivasi belajar mahasiswa adalah sebesar 65,43% yang
diperoleh dari {(2290:3500) x 100}. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
kontinum sebagai berikut.
65,43
0 sangat 20 lemah 40 Cukup 0 kuat 80 sangat 100
Lemah kuat
Dari hasil kriteria di atas, maka 65,43% terletak pada daerah kuat. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahawa kompetensi dosen akuntansi kategori baik.
25
melakukan belajar, maka akan terjadi suatu pembelajaran yang efektif yang
pada akhirnya akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi.
Berdasarkan analisa data dari persamaan regresi diperoleh bahwa b1 yang
merupakan arah regresi linear ganda untuk variabel X1 mempunyai nilai yang
positif. Ini berarti hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya yang
menyatakan bahwa motivasi belajar mahasiswa berpengaruh positif terhadap
prestasi belajar diterima atau terbukti sesuai dengan teori. Dengan diketahui
besarnya pengaruh antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa
pada mata kuliah akuntansi di atas, maka dapat ditentukan kebijakan-kebijakan
untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar mahasiswa, yang pada akhirnya mahasiswa diharapkan dapat
memperoleh prestasi belajar yang optimal.
26
(Constant) 2.384 .186 12.806 .000 2.014 2.755 KOMPETENSI .012 .003 .439
4.310 .000 .007 .018 a. Dependent Variable: PRESTASI
Dalam penelitian ini, faktor yang dibahas selain faktor motivasi belajar yang
merupakan faktor dari dalam diri mahasiswa, terdapat juga faktor yang berasal
dari luar diri mahasiswa (ekstern) yaitu kompetensi dosen. Dalam kegiatan
belajar mengajar kompetensi dosen merupakan hal penting yang tidak bisa
diabaikan karena dosen merupakan seseorang yang langsung berhubungan
dengan mahasiswa dalam proses belajar-mengajar. Karena dosen merupakan
komponen yang memiliki peranan strategis dalam pelaksanaan pembelajaran.
Banyak mahasiswa mengalami kemajuan belajar, tergantung dari kepiawaian
dosen dalam membelajarkan mahasiswa.
Berdasarkan analisa data dari persamaan regresi diperoleh bahwa b2 yang
merupakan arah regresi linear ganda untuk variabel X2 mempunyai nilai yang
positif. Ini berarti hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya yang
menyatakan bahwa kompetensi dosen berpengaruh positif terhadap prestasi
belajar diterima atau terbukti sesuai dengan teori.
Dengan diketahui besarnya pengaruh antara kompetensi dosen dengan prestasi
belajar mahasiswa pada mata kuliah akuntansi di atas, maka dapat ditentukan
kebijakan untuk memacu dosen agar meningkatkan kompetensinya dalam
kegiatan belajar-mengajar sehingga meningkatkan prestasi belajar mahasiswa
secara optimal. Dosen yang mempunyai kompetensi yang baik akan menjadikan
suatu proses belajar yang optimal dan efisien yang pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
27
Uji F Motivasi Siswa dan Kompetensi Dosen Model Sum of Squares Df Mean
Square F Sig. 1 Regression 1.385 2 .692 14.063 .000a Residual 3.791 77 .049
Total 5.175 79 a. Predictors: (Constant), kompetensi, motivasi b. Dependent
Variable: prestasi
Kemudian berdasarkan hasil uji F diperoleh F hitung 14,04 sig0,000<0,005,
artinya pengaruh tersebut bersifat signifikan. Dengan kata lain variabel motivasi
belajar mahasiswa belajar dan kompetensi dosen memberikan sumbangan
positif yang berarti terhadap prestasi belajar mahasiswa Akuntansi. Semakin
tinggi motivasi belajar mahasiswa dan kompetensi dosen, maka akan diikuti
dengan naiknya prestasi belajar mahasiswa. Kemudian dengan melihat hasil uji
F dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel hal ini menunjukkan Ha diterima
dan Ho ditolak artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan. Sehingga
dapat disimpulkan pula bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa Sebuah kenyataan yang tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa kompetensi guru dalam hal ini adalah dosen sangat
berpengaruh besar terhadap prestasi mahasiswa. Dosen yang tidak menguasai
bahan ajar, tidak menguasai kelas dan tidak bisa menumbuhkan antusiasme
mahasiswanya, sudah tidak dapat diandalkan lagi dalam mendorong siswanya
untuk memperoleh suatu hasil belajar yang optimal.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Hasil Belajar
Dalam tujuan pembelajaran atau sering juga disebut dengan tujuan
pendidikan, hasil belajar merupakan suatu hal yang paling pokok, karena
berhasil tidaknya tujuan pembelajaran tergantung dari hasil belajar siswa.
Berhasilnya siswa merupakan bagian dari berhasilnya tujuan pendidikan artinya
bahwa apabila hasil belajar siswa yang bagus sudah barang tentu tujuan
pendidikan juga berhasil dan sebaliknya apabila hasil belajar siswa kurang baik
maka tujuan pendidikan belum dapat dikatakan berhasil.
Pentingnya hasil belajar dapat dilihat dari dua sisi yakni bagi guru
maupun bagi siswa dalam pengelolaan pendidikan pada umumnya dan
khususnya mengenai tujuan dari pendidikan. Menurut Gagne dalam Dimyati
dan Mudjiono (1994:11) hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi lima
kategori yaitu informasi verbal, keterampilan intelek, strategi kognitif,
keterampilan motorik dan sikap. Hasil belajar Mahasiswa Fakutas Ekonomi
Universitas Tadulako berupa nilai yang dituangkan dalam lima kategori hasil
belajar melalui angket di dalam informasi verbal, siswa dituntut mampu
28
mengemukakan pendapatnya baik didepan guru maupun teman-teman yang
lain. Mampu memberikan pengetahuan, ide atau gagasannya kepada orang lain
sehingga dapat bermanfaat baik orang lain. Selain mengemukakan pendapat
juga harus mampu menerima dan mencerna semua informasiinformasi dari guru
sehingga pengetahuan yang dimilikinya dapat bertambah dan berkembang
kearah positif. Kebanyakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako
pada dasarnya cara mengugkapkan pendapat sudah cukup bagus namun masih
perlu adanya bimbingan dari guru-guru yang bersangkutan agar lebih sempurna,
misalnya dengan guru memberikan garis besar terhadap permasalahan yang
dibahas sehingga konsentrasi mahasiswa terpusat pada pokok pembahasan.
Disamping itu kebanyakan dari mahasiswa pada saat menjawab
pertanyaan dari dosen masih terbata-bata. Hal ini disebabkan karena tingkat
kemampuan berfikir siswa tentang materi yang dibahas masih kurang, sebab
lain dikarenakan kebanyakan dari siswa tersebut merasa takut dengan alasan
bahwa jawaban yang disampaikan tidak layak atau tidak bermutu sehingga akan
menjadi bahan tertawaan teman-teman mereka, padahal persepsi tersebut adalah
salah besar.
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako, seorang dosen sangat
menghargai mahasiswanya yang mau mengemukakan pendapatnya ataubersedia
menjawab pertanyaan yang telah diberikan walaupun pendapat atau jawaban itu
salah. Dengan alasan hal tersebut dilakukan oleh dosen guna untuk melatih
keberanian mahasiswanya. Ada kalanya seorang dosen sambil menunggu
siswanya dalam berfikir tentang jawaban dari pertanyaannya, dosen mata kuliah
memberikan gambaran-gambaran dahulu tentang jawaban dari pertanyaan yang
diberikan kepada mahasiswa.
Hal itu dilakukan dosen guna memperlancar cara berfikir mahasiswanya
agar masuk sasaran jawaban yang dikehendaki. Disamping informasi verbal,
mahasiswa juga dituntut untuk mampu memunculkan ide-ide setiap menghadapi
suatu masalah, dalam hal ini masuk dalam kategori keterampilan intelek. Di
dalam menghadapi suatu permasalahan tersebut, mahasiswa-mahasiswa selain
mampu memunculkan ide juga harus disertai dengan cara berfikir yang jernih.
mahasiswa-mahasiswa Fakultas Ekonoi Universitas Tadulako sudah mampu
memunculkan ide-ide namun dalam cara berfikir jernih masih perlu adanya
perbaikan. Hal tersebut dapat dilihat pada saat dosen menerangkan dengan cara
ceramah bervariasi, mahasiswa-mahasiswa sering melontarkan pendapatnya
dengan spontan dan kadang-kadang lontaran pendapat tersebut tidak masuk
sasaran, bahkan menjadi bahan tertawaan dari teman-teman mereka. Sebagian
29
besar dari mereka yang mau atau mampu mengeluarkan atau ide-idenya hanya
mahasiswa-mahasiswa tertentu saja. Jadi dalam hal ini keberanian mahasiswa
untuk mengemukakan pendapat belum secara menyeluruh.
Keterampilan kognitif mahasiswa yang berupa kemampuan memahami/
mendalami dan mengingat setiap materi mata kuliah sudah dapat dikatakan
cukup bagus dengan dilihat dari nilai IPK, namun masih ada sebagian
mahasiswa yang mendapatkan nilai dibawah angka 3.00. Keterampilan kognitif
disamping berasal dari diri mahasiswa yang selalu rajin dan tekun juga
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat IQ mahasiswa.
Secara nyata, tingkat atau kemampuan mengingat mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Tadulao cukup bagus dengan dilihat saat selesai dosen
menerangkan, seorang dosen menyuruh mengulangi salah satu hal materi yang
telah dibahasnya kepada salah satu mahasiswa dan kebanyakan dari mereka
mampu menjawabnya 75% benar. Hal tersebut disebabkan mahasiswa-
mahasiswa memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh dosen dengan
sungguh-sungguh dan juga didukung oleh tingkat IQnya yang juga cukup
bagus. Keterampilan kognitif mahasiswa juga masih ada hubungannya dengan
keterampilan motorik. Dalam keterampilan motorik berkaitan dengan kecepatan
cara berfikir dalam menghadapi setiap pertanyaan yang diberikan oleh dosen.
Pada mahasiswa tingkat keterampilan motorik cukup bagus, dilihat dari tingkat
kecepatan cara berfikir mahasiswa pada saat mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh dosen.
Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi belajar menjadi salah satu
faktor penyebab keberhasilan suatu program pendidikan. Dengan tindakan
tentang persiapan mengajar, pelaksanaan belajar mengajar, maka dosen
menguatkan motivasi belajar mahasiswa. Sebaliknya, dilihat dari segi
emansipasi kemandirian mahasiswa, motivasi belajar semakin meningkat pada
saat tercapainya hasil belajar. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang
mengalami perkembangan, mahasiswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar
memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula.
Mengingat pentingnya motivasi terhadap peningkatan belajar mahasiswa
maka dosen hendaknya membangkitkan motivasi belajar mahasiswa karena
tanpa motivasi belajar, hasil belajar yang dicapai akan minimum sekali.
Motivasi belajar pada mahasiswa dapat menjadi lemah, lemahnya motivasi atau
tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu hasil
belajar akan menjadi rendah.
30
Berdasarkan hasil diskriptif dari segi cita-cita/aspirasi tampak bahwa
sebagian besar mahasiswa mempunyai harapan yang tinggi untuk dapat
mewujudkan cita-citanya. Cita-cita tersebut harus didukung dengan adanya
kemampuan mahasiswa. Dilihat dari kesungguhan kuliah dalam hal peningkatan
motivasi belajar dapat ditunjukkan dalam hal penyediaan sarana prasarana
belajar dan kesungguhan dosen untuk membelajarkan mahasiswa melalui
pemberian tugas baik saat pembelajaran berlangsung maupun saat akhir
pembelajaran.
31
Menginggat pentingnya motivasi dalam hal peningkatan hasil belajar maka
banyak teknik yang dipergunakan dosen untuk meningkatkan motivasi
mahasiswa dalam belajar. Di Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako, dosen
selalu ingat betapa pentingnya memberikan alasan-alasan kepada mahasiswa
mengapa siswa-siswa itu harus belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha
untuk berprestasi sebaik-baiknya. Dosen juga sering menjelaskan kepada
mahasiswa-mahasiswa tentang apa yang diharapkan dari mereka selama dan
sesudah proses belajar berlangsung.
Seorang dosen juga mengusahakan agar mahasiswa-mahasiswanya mengetahui
tujuan jangka pendek dan jangka panjang dari pelajaran yang sedang diikutinya
dengan adanya memberikan pengetahuan secara umum dari penerapan pelajaran
tersebut.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako,
tentang hubungan gaya belajar terhadap IPK (Indeks Prestasi Kumulatif)
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Terdapat hubungan antara gaya belajar terhadap IPK (Indeks Prestasi
Kumulatif) mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako.
2. Gaya belajar kinestetik dominan digunakan dibandingan gaya belajar yang
lainnya.
3. Kategori IPK sangat memuaskan lebih dominan, sebesar 40,1% dari seluruh
responden.
5.2. Saran
1. Diharapkan untuk mahasiswa agar mengetahui gaya belajar yang sesuai
dengan karakteristik masing-masing dan dapat memaksimalkan bagaimana cara
belajar yang tepat.
2. Metode pembelajaran di Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako untuk lebih
beragam cara tidak hanya jenis dan item dalam pembelajaran perkuliahan tetapi
juga cara penyampaian mengingat tidak semua mahasiswa memiliki gaya
belajar yang sama.
3. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada
mahasiswa.
33
DAFTAR PUSTAKA
Aan. 2016. IPK Minimal FE UNTAD 3,00. [online] Diakses tanggal 18 Maret
2016.
Website: http://fe.untad.ac.id
Afrizal. 2009. Pengaruh Gaya Belajar (Visual, Auditori dan Kinestetik)
Terhadap
Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Siswa Kelas X Program Keahlian
Akuntansi SMK Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi.
Yogyakarta: FE UNY.
Agustama. 2013. Identifikasi Analisis Motivasi Mahasiswa Meningkatkan IPK.
Proposal. Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako
Ahmadi A , Widodo S. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Saud LM. 2013. Learning Style Preference Of First Years Dental Student at
King Saud University in Riyadh, Saudi Arabia: Influence of Gender and
GPA. Journal Dental Education 77 (10): 1371-8.
Flaming, Mills. 2015. VARK a Guide To Learning Style. [online] Diakses
tanggal
28 September 2015. Website: http://vark-learn.com
Flaming, Millss. 2016. VARK a Guide To Learning Style. [online] Diakses
tanggal 7 Maret 2016. Website: http://vark-learn.com
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Djamarah, Bahri S. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Fuad. 2015. Gaya Belajar Kolb dan Percepatan Belajar. Psikologi Forum UMM.
3(1):1-6.
Gagne, Robert. 1977. The Conditions of Learning. New York : Holt, Rinehart
and
Winston.
Ghufron, Risnawati. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruz Media
Group.
Gilakjani, Pourhossein A. 2012. Visual,Auditory, Kinaesthetic Learning Style
and
Their Impact on English Languege Teaching. Journal of Studies In
Education 2 (1) : 104-113.
34
Gomez J. 2000. Gaya Pembelajaran : Satu Tinjauan Literatur. Jurnal
Pendidikan
Tigaenf 2(3):40-49.
Gunawan A. 2004. Genius Learning Strategy Petunjuk Proses Mengajar.
Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Harsono. 2004. Pengantar Problem Based Learning. Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi UGM.
Jagantara IM, Adnyana PB, Widyanti NL. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil Belajar Biologi
Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMA. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA 4(1): 1-13.
Kasmirawati S. 2013. Hubungan Antara Gaya Belajar Dengan Prestasi Belajar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo. Skripsi.
Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Kusumayanti RF. 2009. Pengaruh Presepsi Siswa Tentang Metode Guru
Mengajar dan Gaya Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi
Siswa kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri2 Magelang
Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Lisiswanti R. 2014. Hubungan Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Jurnal Kedokteran Universitas
Lampung 4(7):6-11.
Marzoan. 2016. Gaya Belajar Felder-Silverman dan Hasil Belajar Sains Di
Sekolah Dasar. Universitas Negeri Malang. 14(3):233-239.
Nasution. 2009. Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Nazif I, Sary FP. 2012. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar
(Studi
Kasus Di Prodi MBTI Institut Manajemen Telkom). Tugas Akhir.
Bandung: Institut Manajemen Telkom.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. No. 49
Tahun
2014. Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Porter B, Hernacki M. 2004. Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyamandan Menyenangkan, (Quantum Learning: Unleashing The Genius
In You). Bandung: Kaifa.
35
Prasetya DF. 2012. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata
Diklat Listrik Otomotif Siswa Kelas XI Teknik Perbaikan Bodi Otomotif
SMKN 2 Depok Sleman. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Rakhmat J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saputra O, Lisiswanti R. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan
Pembelajaran Keterampilan Klini di Institusi Pendidikan Kedokteran.
Jurnal Kedokteran Unila. 5(9):104-109.
Sardiman. 2005. Interaksi Dan Motovasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Siswanto, Susila, Suyanto, 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan dan
Kedokteran. Yogyakarta : Bursa Ilmu.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Edisi
Revisi.
Jakarta:Rineka Cipta.
Subini N. 2012. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Jogjakarta: Javalitera.
Sudjana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensido.
Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukadi. 2008. Progressive Learning. Bandung: MQS Publishing.
Susilo. 2006. Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Yogyakarta: Pinus.
Syah M. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rasdakarya.
Unila. 2010. Panduan Umum Universitas Lampung. Bandar Lampung: Penerbit
Universitas Lampung.
Unila. 2012. Peraturan Akademik Dan Tata Pergaulan Warga Universitas
Lampung. Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2009. Kamus besar bahasa
indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Utami GP. 2014. Gambaran Gaya Belajar Mahasiswa Keperawatan Angkatan
2009-2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Skripsi. Jakarta :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Virgianti RW, Liestyaningrum W. 2015. Hubungan Antara Gaya Belajar
36
Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa STIKES Hang Tuah Surabaya.
Surabaya: STIKES Hang Tuah Surabaya.
Wingkel WS. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.
Yamin M. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta : Putra Grafika.
37