Anda di halaman 1dari 54

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“SHALAT”

Disusun Oleh :
ANDIANSYAH MADANI
CHANDRA SETIAWAN
HUSNI RAMADHAN
JUMADI AWAL SIMAN
(Kelompok 3)
Dosen : Dr. M Yusuf Ahmad, MA.

PRODI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan judul "Memahami Pengertian fiqih shalat.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaikimakalahini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalahselanjutnya.

Pekanbaru, 23 February 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
2.1. Definisi Shalat ..................................................................................................... 3
2.2. Dasar Hukum ...................................................................................................... 4
2.3. Keutamaan Shalat ............................................................................................... 5
2.4. Rukun Shalat ....................................................................................................... 8
2.5. Tata Cara Shalat ................................................................................................ 12
2.6. Macam –Macam Shalat..................................................................................... 22
2.7. Hal Yang Membatalkan Shalat ......................................................................... 26
2.8. Hikmah Gerakan Shalat .................................................................................... 32
2.9. Masalah Khilafiyah Dalam Shalat .................................................................... 40
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................ 50
3.1 Simpulan ........................................................................................................... 50
3.2. Saran ................................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 51

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap tuhannya dan
dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat nanti. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti
Sholat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya.

Sholat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh
berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin. Sholat merupkan rukun Islam
yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya
adalah sholat, sehingga barang siapa yang mendirikan sholat, maka dia telah
mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan sholat, maka ia
meruntuhkan agama (Islam)

Sholat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak 5 kali,
berjumlah 17 raka’at. Sholat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa
terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah maupun
senang, lapang ataupun sempit. Selain sholat wajib yang lima ada juga sholat
sunnah.

Dalam makalah ini penulis memberikan batasan makalah tentang pengertian sholat,
Syarat-syarat sholat, Rukun-rukun sholat, Hal-hal yang membatalkan sholat dan
Macam-macam Sholat.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah

1. Pengertian sholat ?
2. Dasar hukum sholat ?

1
3. Keutaman Shalat?
4. Rukun-rukun sholat ?
5. Tata cara shalat?
6. Macam-Macan Shalat?
7. Hal Yang Membatalkan Shalat?
8. Hikmah Gerakan Shalat?
9. Masalah Khilfiya Dalam Shalat?

1.3.Tujuan

 Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang pengertian sholat:


 Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang syarat-syarat sholat;
 Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang sukun-rukun sholat;
 Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang hal-hal yang
membatalkan

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1.Definisi Shalat

Shalat secara bahasa berarti berdo’a. dengan kata lain, shalat secara bahasa
mempunyai arti mengagungkan. Sedangkan pengertian shalat menurut syara’
adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, yang dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ucapan di sini adalah bacaan-bacaan
al-Qur’an, takbir, tasbih, dan do’a. Sedang yang dimaksud dengan perbuatan adalah
gerakan-gerakan dalam shalat misalnya berdiri, ruku’, sujud, duduk, dan gerakan-
gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.

Sedangkan menurut Hasbi ash-Shiddieqy shalat yaitu beberapa ucapan dan


perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita
beribadah kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
Yang dimaksudkan shalat dalam penelitian ini adalah tidak hanya sekedar shalat
tanpa adanya penghayatan atau berdampak sama sekali dalam kehidupannya, akan
tetapi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat fardlu yang didirikan
dengan khusyu’ yakni shalat yang nantinya akan berimplikasi terhadap orang yang
melaksanakannya. Pengertian shalat yang dimaksudkan lebih kepada pengertian
shalat menurut Ash Shiddieqy dari ta’rif shalat yang menggambarkan ruhus shalat
(jiwa shalat); yaitu berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, dengan segala
khusyu’ dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya serta hadir hati dalam berdzikir,
berdo’a dan memuji. Inilah ruh atau jiwa shalat yang benar dan sekali-kali tidak
disyari’atkan shalat karena rupanya, tetapi disyari’atkan karena mengingat jiwanya
(ruhnya).
Khusyu’ secara bahasa berasal dari kata khasya’a-yakhsya’u-khusyu’an, atau ikhta
dan takhasysya’a yang artinya memusatkan penglihatan pada bumi dan
memejamkan mata, atau meringankan suara ketika shalat. Khusyu’ secara bahasa
juga bisa diartikan sungguh-sungguh penuh penyerahan dan kebulatan hati; penuh

3
kesadaran hati. Arti khusyu’ itu lebih dekat dengan khudhu’ yaitu tunduk, dan
takhasysyu’ yaitu membuat diri menjadi khusyu’. Khusyu’ ini dapat terjadi baik
pada suara, badan maupun penglihatan. Tiga anggota itulah yang menjadi tanda
(simbol) kekhusyu’an seseorang dalam shalat.
Khusyu’ menurut istilah syara’ adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu’
(rendah hati), yang kemudian pengaruh khusyu’ dihati tadi akan menjadi tampak
pada anggota tubuh yang lainnya. Sedang menurut A. Syafi’i khusyu’ adalah
menyengaja, ikhlas dan tunduk lahir dan batin; dengan menyempurnakan
keindahan bentuk/sikap lahirnya, serta memenuhinya dengan kehadiran hati,
kesadaran dan pengertian (penta’rifan) segala ucapan bentuk/sikap lahir itu.
Jadi secara utuh yang dimaksudkan oleh penyusun dalam judul penelitian ini adalah
mengatasi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan psikis sehari-hari seperti
masalah rumah tangga, perkawinan, lingkungan kerja, sampai masalah pribadi
dengan membiasakan shalat yang dilakukan dengan khusyu’. Dengan kata lain
dalam penelitian ini akan dibahas tema shalat sebagai mediator untuk mengatasi
segala permasalahan manusia sehari-hari yang berhubungan dengan psikis, karena
shalat merupakan kewajiban peribadatan (formal) yang paling penting dalam sistem
keagamaan Islam.

2.2.Dasar Hukum

Dalil-dalil yang mewajibkan umat muslim untuk melaksanakan shalat


banyak sekali, baik berupa ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi saw.
Diantaranya yaitu: Surat Al-Haj ayat 77, Al-Baqarah ayat 43, Al-Ankabut ayat45,
An-Nisa ayat 103, Al-Baqarah 238, Al-mu’minun ayat 1-2

Surat Al-Haj ayat 77

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,


sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan.”

Surat Al-Baqarah ayat 43

4
Artinya: ”Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku

Sabda Rasulullah:

Artinya: ”Islam ialah bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad
utusan Allah, mengerjakan shalat lima waktu, memberikan zakat, melakukanpuasa
pada bulan Ramadhan, dan menjalankan ibadat haji jika mampu.” (H. R. Muslim
dari Umar bin Khaththab)

2.3.Keutamaan Shalat

1. Shalat adalah sebaik-baik amalan setelah dua kalimat syahadat.

Ada hadits muttafaqun ‘alaih sebagai berikut,

.» ‫الةُ ِل َو ْقتِهَا‬
َ ‫ص‬ َ ‫ى ا ْلع َ َم ِل َأ ْف‬
‫ض ُل َقا َل « ال ه‬ ُّ ‫ َأ‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َّللا‬ ‫سو َل ه‬ ُ ‫َّللا ِ ْب ِن َم ْسعُو ٍد َقا َل سَ َأ ْلتُ َر‬ ‫عَ ْن عَ ْب ِد ه‬
‫ى َقا َل « ا ْل ِجهَادُ فِى سَبِي ِل ه‬
.» ِ ‫َّللا‬ ٌّ ‫ َقا َل ُق ْلتُ ُثمه َأ‬.» ‫ى َقا َل « ب ِ ُّر ا ْل َوا ِلد َ ْي ِن‬
ٌّ ‫َقا َل ُق ْلتُ ُثمه َأ‬

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan apakah yang paling afdhol?” Jawab beliau,
“Shalat pada waktunya.” Lalu aku bertanya lagi, “Terus apa?” “Berbakti pada
orang tua“, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Lalu apa lagi”, aku
bertanya kembali. “Jihad di jalan Allah“, jawab beliau. (HR. Bukhari no. 7534 dan
Muslim no. 85)

2- Shalat lima waktu mencuci dosa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,

5
‫ َقا ُلوا َال يُ ْب ِقى ِم ْن‬. » ‫ َما تَ ُقو ُل َذلِكَ يُ ْب ِقى ِم ْن د َ َرنِ ِه‬، ‫ يَ ْغتَ ِس ُل فِي ِه ُك هل يَ ْو ٍم َخ ْم ًسا‬، ‫َأ َر َأ ْيتُ ْم َل ْو َأ هن نَهَ ًرا بِبَابِ َأ َح ِد ُك ْم‬
» ‫َّللا ُ بِهَا ا ْل َخ َطايَا‬
‫ يَ ْم ُحو ه‬، ‫ت ا ْل َخ ْم ِس‬ ِ ‫ص َل َوا‬‫ َقا َل « َف َذلِكَ ِم ْث ُل ال ه‬. ‫د َ َرنِ ِه َش ْي ًئا‬

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di
antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan
tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa
sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat
lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan
Muslim no. 667)

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu,

ُ‫ َقا َل َقا َل ا ْل َحسَن‬.» ‫ت‬


ٍ ‫س َم هرا‬ ٍ ‫ت ا ْل َخ ْم ِس َك َم َث ِل نَهَ ٍر َج‬
َ ‫ار َغ ْم ٍر عَ َلى بَابِ َأ َح ِد ُك ْم يَ ْغتَ ِس ُل ِم ْنهُ ُك هل يَ ْو ٍم َخ ْم‬ ِ ‫ص َل َوا‬
‫َم َث ُل ال ه‬
‫َو َما يُ ْب ِقى َذلِكَ مِنَ الده َر ِن‬

“Permisalan shalat yang lima waktu itu seperti sebuah suangi yang mengalir
melimpah di dekat pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air
sungai itu setiap hari lima kali.” Al Hasan berkata, “Tentu tidak tersisa kotoran
sedikit pun (di badannya).” (HR. Muslim no. 668).

Dua hadits di atas menerangkan tentang keutamaan shalat lima waktu di mana dari
shalat tersebut bisa diraih pengampunan dosa. Namun hal itu dengan syarat, shalat
tersebut dikerjakan dengan sempurna memenuhi syarat, rukun, dan aturan-
aturannya. Dari shalat tersebut bisa menghapuskan dosa kecil -menurut jumhur
ulama-, sedangkan dosa besar mesti dengan taubat.

3- Shalat lima waktu menghapuskan dosa

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ب ا ْل َكبَائِ َر‬ َ ‫س َوا ْل ُج ُمع َ ُة إ ِ َلى ا ْل ُج ُمع َ ِة َو َر َم‬


َ ‫ضانُ إ ِ َلى َر َم‬
َ َ‫ضانَ ُمك َِف َراتٌ َما بَ ْينَ ُه هن إ ِ َذا ا ْجتَن‬ ُ ‫ص َل َواتُ ا ْل َخ ْم‬
‫ال ه‬

“Di antara shalat yang lima waktu, di antara Jumat yang satu dan Jumat lainnya,
di antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan lainnya, itu akan menghapuskan

6
dosa di antara keduanya selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.” (HR.
Muslim no. 233).

4- Shalat adalah cahaya di dunia dan akhirat

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫َان َو‬
‫ال‬ ٌ ‫َت َلهُ ُنور ًا َوب ُْرهَاناً َونَ َجاةً يَ ْوم َ ا ْل ِقيَا َم ِة َو َم ْن َل ْم يُ َحافِ ْظ عَ َل ْيهَا َل ْم يَ ُك ْن َلهُ ُن‬
َ ‫ور َو‬
ٌ ‫ال ب ُْره‬ ْ ‫َم ْن َحا َف َظ عَ َل ْيهَا كَان‬
ٍ‫ى ْب ِن َخ َلف‬ ِ َ‫ارونَ َوفِ ْرعَ ْونَ َوهَا َمانَ َو ُأب‬ ُ ‫نَ َجاةٌ َو َكانَ يَ ْوم َ ا ْل ِقيَا َم ِة َم َع َق‬

“Siapa yang menjaga shalat lima waktu, baginya cahaya, bukti dan keselamatan
pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan
cahaya, bukti, dan juga tidak mendapat keselamatan. Pada hari kiamat, ia akan
bersama Qorun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Kholaf.” (HR. Ahmad 2: 169.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Disebutkan dalam hadits Abu Malik Al Asy’ari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ور‬ َ ‫ص‬
ٌ ‫الةُ ُن‬ ‫َوال ه‬

“Shalat adalah cahaya.” (HR. Muslim no. 223)

Juga terdapat hadits dari Burairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ور ال هت ِام يَ ْوم َ ا ْل ِقيَا َم ِة‬ ِ َ‫بَش ِِر ا ْل َم هشائِينَ فِى ال ُّظ َل ِم إ ِ َلى ا ْل َمس‬
ِ ‫اج ِد بِال ُّن‬

“Berilah kabar gembira bagi orang yang berjalan ke masjid dalam keadaan gelap
bahwasanya kelak ia akan mendapatkan cahaya sempurna pada hari kiamat.” (HR.
Abu Daud no. 561 dan Tirmidzi no. 223. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
hadits ini shahih)

7
2.4.Rukun Shalat

Rukun-rukun shalat terdiri dari 13 rukun yang wajib anda ketahui :

1. Berdiri bagi yang mampu


2. Takbiiratul-Ihraam,
3. Membaca Al-Fatihah pada setiap rakaatnya,
4. Ruku’,
5. I’tidal setelah ruku’,
6. Sujud sebanyak dua kali dengan tuma’ninah,
7. Duduk di antara dua sujud,
8. Thuma’ninah (Tenang) dalam semua amalan,
9. Tertib rukun-rukunnya,
10. Tasyahhud Akhir,
11. Duduk untuk Tahiyyat Akhir,
12. Shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
13. Salam dua kali.

Penjelasan tenatang Rukun Shalat diatas dilihat dari firman Allah dan Hadist.

1. Berdiri tegak

Berdiri tegak pada saat shalat fardhu untuk orang yang mampu, Dalilnya terdapat
pada firman Allah ‘azza wa jalla QS:Al-Baqarah:238,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada HR. Al-Bukhary,

“Shalatlah dengan berdiri…”

2. Takbiiratul-ihraam,

8
Takbiiratul-ihraam ialah mengucapan: ‘Allahu Akbar’, tidak boleh dengan ucapan
atau kata lain.

Membaca Al-Fatihah merupakan rukun pada setiap raka’at, sebagaimana yang


tercantum dalam hadits Muttafaqun ‘alaih,

4. Ruku’

5. I’tidal atau Berdiri tegak setelah ruku’

6. Sujud dengan tujuh anggota tubuh

7. Duduk Diantara Dua Sujud

membahas Duduk di antara dua sujud terdapat Dalil dari rukun ini ialah firman
Allah ‘azza wa jalla QS: Al-Hajj:77,

9
8. Thuma’ninah dalam semua amalan shalat

9. Tertib urutan untuk tiap rukun yang dikerjakan

Dalil rukun-rukun ini adalah hadits musii` (orang yang salah shalatnya),

10
10. Tasyahhud Akhir

Tasyahhud akhir termasuk dalam urutan rukun shalat sesuai hadits Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Tadinya, sebelum diwajibkan tasyahhud atas kami, kami mengucapkan:


‘Assalaamu ‘alallaahi min ‘ibaadih, assalaamu ‘alaa Jibriil wa Miikaa`iil
(Keselamatan atas Allah ‘azza wa jalla dari para hamba-Nya dan keselamatan atas
Jibril ‘alaihis salam dan Mikail ‘alaihis salam)’, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan hadits keseluruhannya.


Lafazh tasyahhud bisa dilihat dalam kitab-kitab yang membahas tentang shalat
seperti kitab Shifatu Shalaatin Nabiy, karya Asy-Syaikh Al-Albaniy dan kitab yang
lainnya.

11. Duduk Tasyahhud Akhir

Membahas tentang Duduk Tasyahhud Akhir, Sesuai sabda Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam oleh (Muttafaqun ‘alaih),

11
12. Shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Sebagaimana dalam sabda


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

13. Salam Dua Kali

Sesuai sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dua kali


salam,

2.5.Tata Cara Shalat

Berdiri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan sholat.

Niat shalat menurut sholat yang sedang dikerjakan, misalnya sholat subuh dan
sebagainya.
Lalu mengangkat kedua belah tangan serta membaca "ALLAHU AKBAR",

‫اَهللُ ا َ ْكبَ ُر‬

Setelah takbiratul ihram kedua belah tangannya disedekapkan pada dada. kemudian
membaca do'a iftitah.

 Bacaan Do'a Iftitah

ُ ‫اَهللُ ا َ ْكبَ ْر َكبِي ًْرا َواْل َح ْمد ُ ِلِلِ َك ِشي ًْرا َو‬
ِ َ‫س ْب َحانَ هللِ بُ ْك َرة ً َوا‬
‫صي َْل‬

12
Bacaannya: Allahu akbar kabiraa wal-hamdu lillahi katsiiraa wa
subhaanallaahi bukrataw wa ashiilaa.

َ‫َامنَ اْل ُم ْش ِر ِكيْن‬ ِ ‫ت َواْالَ ْر‬


ِ ‫ض َح ِن ْيفًا ٌم ْس ِل ًم َاو َم اَن‬ ِ ‫س َم َوا‬
َّ ‫ط َر ال‬ ْ ‫ي ِللَّ ِذ‬
َ َ‫ي ف‬ َ ‫اِنِ ْي َو َّج ْهتُ َوجْ ِه‬

Bacaannya: Innii wajjahtu wajhiya lil-laadzii fatharas-samaawaati wal ardha


haniifam muslimaw wa maa ana minal-musyrikiin.

ِ ‫ب اْل َعالَ ِميْنَ َالش َِريْكَ لَهُ َو ِبذَ لِكَ ا ُ ِم ْر تُ َواَن‬


َ‫َامن‬ ِ ‫اي َو َم َما تِ ْي ِ َّلِلِ َر‬ ُ ُ‫ص َل تِ ْي َون‬
َ َ‫س ِك ْي َو َمحْ ي‬ َ ‫ا َِّن‬
َ‫اْل ُم ْس ِل ِميْن‬

Bacaannya: Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil


-'aalamiin. Laa syariikalahu wa bi dzaalika umirtu wa ana minal -muslimiin.

Artinya :

"Allah Maha Besar lagi Sempurna Kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan Maha
Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada Dzat yang
menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan diri dan aku
bukanlah dari golongan kaum musyirikin. Sesungguhnya shalatku, ibadatku,
hidupku dan matiku semata hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tidak
ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-
Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin."

Do'a Iftitah Yang Lain


Boleh juga membaca do'a iftitah dengan do'a sebagai berikut:

‫طايَا‬ َ ‫ب اَللَّ ُه َّم ن َِقنِ ْي ِمنَ ا ْل َخ‬


ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫اي َك َما بَا َعدْتَ بَيْنَ ْال َم ْش ِر‬ َ ‫اللَّ ُه َّم بَا ِعدْ بَ ْينِ ْي َوبَيْنَ َخ‬
َ َ‫طاي‬
‫اء َوالثَّ ْلجِ َو ْالبَ َر ِد‬
ِ ‫اي بِ ْال َم‬ َ ‫ض ِمنَ الدَّن َِس اللَّ ُه َّم ا ْغس ِْل َخ‬
َ َ‫طاي‬ ُ َ‫َك َما يُنَقَّى الث َّ ْوبُ األ َ ْبي‬

13
Bacaannya: Allaahumma baa'id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa'adta
bainal-masyriqi wal-maghrib. Allaahumma naqqinii min khathaayaaya
kamaa yunaqqats-tsaubul -abyadhu minad-danas. Allaahummaghsilnii min
khathaayaaya bil-maa'i wats-tsalji wal-barad.

Artinya :

"Ya Allah, jauhkanlah aku daripada kesalahan dan dosa sejauh antara jarak timur
dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari segala kesalahan dan dosa bagaikan
bersihnya kain putih dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku dengan air,
dan air salju yang sejuk."

 Surat Al-Fatihah

Selesai membaca do'a iftitah, kemudian membaca surat Fatihah sebagai berikut:

‫الر ِحي ِْم‬ َّ ‫من‬ِ ْ‫الرح‬


َّ ِ‫ِبس ِْم هللا‬
َ ‫الص َرا‬
,‫ط ال ُمست َ ِقي َْم‬ ِ ‫ اِ ْه ِدنَا‬, ُ‫ إِيَّاكَ َن ْعبُدُ َوإِيَّاكَ نَ ْست َ ِع ْين‬,‫الدي ِْن‬
ِ ‫ َما ِل ِك يَ ْو ِم‬,‫الر ِحي ِْم‬
َّ ‫ـن‬ َّ , َ‫ب ْالعَالَ ِميْن‬
ِ ‫الرحْ َم‬ ِ ‫ْال َح ْمد ُ هللِ َر‬
ِ ‫ َغي ِْر ال َم ْغض ُْو‬,‫ط الَّذِينَ أ َ ْنعَ ْمتَ َعلَي ِه ْم‬
َ‫ ِآميْن‬. َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َوالَ الض َِّاليْن‬ َ ‫ص َرا‬ ِ

Bacaannya:

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Al-hamdu lillaahi rabbil-'aalamiin
Ar-rahmaanir-rahiim
Maaliki yaumid-diin
Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin
Ihdinash-shiraatal-mustaqiim
Shiraatal-ladziina an'amta 'alaihim
Ghairil-maghdhuubi 'alaihimwa ladh-dhaalliin

14
Aamiin

Artinya :

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang


Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam
Yang Pengasih dan Penyayang
Yang menguasai hari kemudian
Pada-Mulah aku mengabdi dan kepada-Mulah aku meminta pertolongan
Tunjukilah kami ke jalan yang lurus
Bagaikan jalan mereka yang telah Engkau beri nikmat
Bukan jalan mereka yang pernah Engkau murkai, atau jalannya orang-orang yang
sesat.

 Surat-Surat Pendek Dan Mudah Dihafal:

Selesai membaca fatihah dalam raka'at yang pertama dan kedua bagi orang yang
shalat sendirian atau imam, diisunahkan membaca surat attau ayat Al-Qur'an.

Surat-surat yang dibaca dalam shalat antara lain:


Surat An-Nas

‫الر ِحي ِْم‬


َّ ‫من‬
ِ ْ‫الرح‬
َّ ِ‫ِبس ِْم هللا‬
َ‫ ِمن‬,‫اس‬ ِ َّ‫ُور الن‬ِ ‫صد‬ُ ‫س فِي‬ ِ َّ‫ْواس ْال َخن‬
ُ ‫ الَّذِي ي َُو ْس ِو‬,‫اس‬ ِ ‫ ِم ْن ش َِر ْال َوس‬,‫اس‬
ِ َّ‫ إِل ِه الن‬,‫اس‬
ِ َّ‫ َم ِل ِك الن‬,‫اس‬ ِ ‫قُ ْل أَعُوذ ُ بِ َر‬
ِ َّ‫ب الن‬
‫اس‬ِ َّ‫ْال ِجنَّ ِة َوالن‬

Bacaannya:

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Qul a'uudzu bi rabbin-naas

15
Malikin-naas
Ilaahin-naas
Min Syarril-waswaasil-khannaas
Alladzii yuwaswisu fii shuduurin-naas
Minal-jinnati wan-naas.

Artinya :

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. "Katakanlah (hai
Muhammad)! Aku mohon perlindungan pada Tuhannya manusia. Yang menguasai
manusia (yang menjadi) Tuhan manusia.
Mohon Perlindungan daripada kejahatan was-was (pengganggu hati) yang
menggoda. Ialah hati yang menggoncangkan hati manusia. Baik dari jenis jin dan
manusia."

Surat Al-Ikhlas

‫الر ِح ِيم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬ َّ ِ‫بِس ِْم هللا‬
ٌ‫ َولَ ْم يَ ُكن لَّ ۥه ُ ُكفُ ًوا أَ َحد‬,ْ‫ لَ ْم يَ ِلدْ َولَ ْم يُولَد‬,ُ ‫ص َمد‬
َّ ‫ ٱهللُ ٱل‬,ٌ ‫قُ ْل ه َُو ٱهللُ أ َ َحد‬

Bacaannya:
Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Qul huwallaahu ahad
Allahush-shamad
Lam yalid wa lam yuulad
wa lam yakul lahuu kufuwan ahad

Artinya :

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


"Katakanlah (hai Muhammad)! Allah itu Esa.

16
Allah tempat meminta.
Tiada Ia beranak dan tiada pula Ia dilahirkan.
Dan tak ada bagi-Nya seorang pun yang menyerupai-Nya."
Dan tak ada bagi-Nya seorang pun yang menyerupai-Nya."

 Rukuk

Selesai membaca surat, lalu mengangkat kedua belah tangan setinggi telinga seraya
membaca "Allahu Akbar", terus badannya membungkuk, kedua tangannya
memegang lutut dan ditekankan antara punggung dan kepala supaya rata.

Setelah cukup sempurna bacalah tasbih sebagai berikut:

‫ي اْلعَ ِظي ِْم َوبِ َح ْم ِد ِه‬


َ ِ‫س ْب َحانَ َرب‬
ُ

Bacaannya: Subhaana rabbiyal-'adhiimii wa bi hamdih. 3 kali

Artinya :

"Maha Suci Tuhan Yang Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya."

 I'tidal

Selesai rukuk, terus bangkitlah tegak dengan mengangkat kedua belah tangan
setentang telinga, seraya membaca sebagai berikut:

ُ‫س ِم َع هللاُ ِل َم ْن َح ِمدَه‬


َ

17
Bacaannya: Sami'allaahu li man hamidah.

Artinya :

"Allah mendengar orang yang memuji-Nya."

Pada waktu berdiri tegak (i'tidal) terus membaca:

ِ ‫ت َو ِم ْل ُءاْالَ ْر‬
ْ ‫ض َو ِم ْل ُء َما ِشعْتَ ِم ْن ش‬
ُ‫َيءٍ بَ ْعد‬ َّ ‫َربَّنَا لَكَ اْل َح ْمد ُ ِم ْل ُءال‬
ِ ‫س َم َوا‬

Bacaannya: Rabbanaa lakal-hamdu mil'us-samaawaati wa mill-ul-ardhi wa


mil'u maa syita min syai'in ba'du.

Artinya :

"Ya Allah tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh
barang Kau kehendaki sesudah itu."

 Sujud.

Setelah i'tidal terus sujud (tersungkar ke bumi) dengan meletakkan dahi ke bumi
dan ketika turun seraya membaca "Allaahu Akbar", dan setelah sujud membaca
tasbih sebagai berikut:

‫ي اْالَ ْعلَى َوبِ َح ْم ِد ِه‬


َ ِ‫س ْب َحانَ َرب‬
ُ

Bacaannya: Subhaana rabbiyal-a'laa wa bi hamdih. 3 kali

Artinya :

18
"Maha Suci Tuhan Yang Maha Tinggi serta memujilah aku kepada-Nya."

 Duduk Antara Dua Sujud:

Setelah sujud kemudian duduk serta membaca "Allaahu Akbar" dan setelah duduk
membaca :

‫ى‬ ُ ‫ار ُز ْقنِ ْى َوا ْه ِد نِ ْى َو َعا فِنِ ْى َواع‬


ْ ‫ْف َع ِن‬ ْ ‫ارفَ ْعنِى َو‬ ْ ‫ب ا ْغ ِف ْر ِلى َو‬
ْ ‫ار َح ْمنِ ْى َواجْ ب ُْرنِ ْى َو‬ ِ ‫َر‬

Bacaannya: Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii


wa 'aafinii wa'fu 'annii.

Artinya :

"Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala
kekuranganku dan angkatlah derajatku dan berilah rezeki kepadaku, dan berilah
aku petunjuk da berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku."

 Sujud Kedua:

Sujud kedua, ketiga dan keempat dikerjakan seperti pada waktu sujud pertama, baik
caranya maupun bacaannya.

 Duduk Tasyahud / Tahiyat Awal:

Pada raka'at kedua, kalau shalat kita tiga raka'at atau empat raka'at, maka pada
raka'at kedua ini kita duduk untuk membaca tasyahud / tahiyat awal, dengan duduk
kaki kanan tegak dan telapak kaki kiri diduduki.

19
 Bacaan Tasyahud / Tahiyat Awal

‫سلَ ُم َع َل ْينَا َو َعلَى‬ َّ ‫ي َو َرحْ َمةُ هللاِ َو َب َركَاتُهُ اَل‬ ُّ ‫سلَ ُم َعلَيْكَ أ َ ُّي َها النَّ ِب‬ َّ ‫ط ِي َباتُ ِ َّلِلِ اَل‬َّ ‫صلَ َواتُال‬
َّ ‫اركَاتُ ال‬ َ ‫آلت َّ ِح َّياتُ اْل ُم َب‬
‫سيِ ِد نَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫َّللاِ اَللَّ ُه َّم‬
َ ‫ص ِل َع َل‬ َّ ‫س ْو ُل‬ َ ‫صا ِل ِحيْنَ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ إِلَـهَ إِالَّ هللاُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمد‬
ُ ‫ًار‬ َّ ‫ِعبَا ِد هللاِ ال‬

Bacaannya:

At-tahiyyatuul-mubaarakaatush-shalawaatuth-thayyibaatu lillaah.
As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh, as-
salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shaalihiin.
Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa ayhadu anna Muhammadar Rasulullaah.
Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad.

Artinya :

"Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah.


Salam, rahmat dan berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad).
Salam (keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh-shaleh.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.
Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Ya Allah! Limpahilah rahmat kepada Nabi Muhammad.

 Tasyahud Akhir

Bacaan tasyahud akhir / tahiyat akhir ialah tahiyat awal yang ditambah dengan
shalawat atas Nabi Muhammad, dan lafazhnya sebagai berikut :

َ ‫َو َعلَى آ ِل‬


‫سيِ ِد نَا ُم َح َّم ٍد‬

20
Bacaannya: Wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad

Artinya :

"Ya Allah! Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad."

Pada tahiyat akhir disunahkan membaca shalawat Ibrahimiyah .

‫ع َلى آ ِل سيِ ِد نَا‬ َ ‫ار ِِ ْك َعلَى سيِ ِد نَا ُم َح َّم ٍد َو‬ َّ ‫صلَّيْتَ َعلَى سيِ ِد نَآ إب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل‬
ِ َ‫سيِ ِد نَآ ِإب َْرا ِهي َْم َو ب‬ َ ‫َك َما‬
ٌ‫س ِي ِد نَا ِإب َْرا ِهي َْم فى اْل َعالَ ِميْنَ ِإ َّنكَ َح ِم ْيدٌ َم ِج ْيد‬
َ ‫سي ِد نَا إب َْرا ِه ْيَِ َم َو َعلَى آ ِل‬ ِ ‫ار ْكتَ َعلَى‬ َ َ‫ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬

Bacaannya:

Kamaa shallaita 'alaa sayyidinaa Ibrahiim wa 'alaa aali sayyidinaa Ibrahiim


wa baarik 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad.
Kamaa baarakta 'alaa sayyidinaa Ibrahiim wa 'alaa aali sayyidinaa Ibrahiim
fil-'aalamiina innaka hamiidum majiid.

Artinya :

"Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya.


Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Di seluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia.

 Salam:

Selesai tahiyat akhir, kemudian salam dengan menengok ke kanan dan ke kiri
dengan membaca :

21
ِ‫اَلس ََّل ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمتُ هللا‬

Bacaannya:
As-salaamu 'alaikum wa rahmatullaah.

Artinya :
"Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian..
2.6.Macam –Macam Shalat

A. Macam-macam sholat wajib:

1) Sholat Isya' yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan menjelang malam
(+ pukul 19:00 s/d menjelang fajar)yang diiringi dengan sholat sunnah qobliyah
(sebelum) dan ba'diyah (sesudah) sholat isya.
2) Sholat Subuh yaitu sholat yang dikerjakan 2 (dua) raka'at dengan satu kali
salam. Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar (+ pukul 04:10)
yang hanya diiringi dengan sholat sunnah qobliyah saja, sedang ba'diyah dilarang.
3) Sholat Lohor (Dhuhur) yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan
dua kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan sa'at
matahari tepat di atas kepala (tegak lurus) + pukul 12:00 siang, yang diiringi dengan
sholat sunnah qobliyah dan sholat sunnah ba'diyah (dua raka'at-dua raka'at atau
empat raka'at-empat raka'at dengan satu kali salam).
4) Sholat Ashar yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah
matahari tergelincir (+ pukul 15:15 sore atau sebatas pandangan mata) yang hanya
diiringi oleh sholat sunnah qobliyah dengan dua raka'at atau empat raka'at (satu kali
salam).
5) Sholat Maghrib yaitu sholat yang dikerjakan 3 (tiga) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan setelah
matahari terbenam (+ pukul 18:00) yang diiringi oleh sholat sunnah ba'diyah dua
raka'at atau empat raka'at dengan satu kali salam, sedang sholat sunnah qobliyah

22
hanya dianjurkan saja bila mungkin : lakukan, tapi bila tidak : jangan (karena akan
kehabisan waktu).

B. Macam-macam sholat sunah:

1. Shalat Sunah Tahajud


Shalat sunah tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah malam di
antara shalat isya’ dan Shalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah rokaat shalat
tahajud minimal dua rokaat hingga tidak terbatas. Saat hendak kembali tidur
sebaiknya membaca ayat kursi, surat al-ikhlas, surat al-falaq dan surat an-nas.

2. Shalat Sunah Dhuha


Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00
hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka'at shalat dhuha minimal dua rokaat
dan maksimal dua belas roka'at dengan satu salam setiap dua roka'at. Manfaat dari
shalat dhuha adalah supaya dilapangkan dada dalam segala hal, terutama rejeki.
Saat melakukan sholat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat surat al-waqi'ah, adh-
dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.

3. Shalat Sunah Istikharah


Shalat istikharah adalah shalat yang tujuannya adalah untuk mendapatkan
petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan hidup baik yang terdiri dari
dua hal/perkara maupun lebih dari dua. Hasil dari petunjuk Allah SWT akan
menghilangkan kebimbangan dan kekecewaan di kemudian hari. Setiap kegagalan
akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang kelak akan berguna di masa
yang akan datang. Contoh kasus penentuan pilihan :
- memilih jodoh suami/istri
- memilih pekerjaan
- memutuskan suatu perkara
- memilih tempat tinggal, dan lain sebagainya

23
Dalam melakukan shalat istikharah sebaiknya juga melakukan, puasa sunah,
shodaqoh, zikir, dan amalan baik lainnya.

4. Shalat Sunah Tasbih


Shalat tasbih adalah solat yang bertujuan untuk memperbanyak
memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap rokaat
dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih. Jika shalat dilakukan siang hari, jumlah
rokaatnya adalah empat rokaat salam salam, sedangkan jika malam hari dengan dua
salam.

5. Shalat Sunah Taubat


Shalat taubat adalah shalat dua roka'at yang dikerjakan bagi orang yang ingin
bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya dengan
bersumpah tidak akan melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya tersebut.
Sebaiknya shalat sunah taubat dibarengi dengan puasa, shodaqoh dan sholat.

6. Shalat Sunah Hajat


Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh Allah
SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk mencapai
hajat atau cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan minimal dua rokaat dan maksimal
dua belas bisa kapan saja dengan satu salam setiap dua roka'at, namun lebih baik
dilakukan pada sepertiga terakhir waktu malam.

7. Shalat Sunah Safar


Shalat safar adalah sholat yang dilakukan oleh orang yang sebelum bepergian
atau melakukan perjalanan selama tidak bertujuan untuk maksiat seperti pergi
haji, mencari ilmu, mencari kerja, berdagang, dan sebagainya. Tujuan utamanya
adalah supaya mendapat keridhoan, keselamatan dan perlindungan dari Allah
SWT.

24
8. Shalat Sunah Rawatib.
Shalat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu. Yang
sebelum Shalat Fardhu disebut shalat qobliyah, dan yang setelah shalat fardhu di
sebut shalat Ba'diyah. Keutamaannya adalah sebagai pelengkap dan penambal
shalat fardhu yang mungkin kurang khusu atau tidak tumaninah.

9. Shalat Sunah Istisqho’


Shalat sunah ini di lakukan untuk memohon turunnya hujan. dilakukan
secara berjamaah saat musim kemarau.
10. Shalat Sunah Witir.
Shalat sunah witir dilakukan setelah sampai sebelum fajar. bagi yang yakin
akan bangun malam diutamakan dilakukan saat sepertiga malam setelah shalat
Tahajud. Shalat witir disebut juga shalat penutup. biasa dilakukan sebanyak tiga
rakaat dalam dua kali salam, dua rakaat pertama salam dan dilanjutkan satu rakaat
lagi.

11. Shalat Tahiyatul Masjid.


Shalat tahiyatul masjid ialah shalat untuk menghormati masjid.
Disunnahkan shalat tahiyatul masjid bagi orang yang masuk ke masjid, sebelum ia
duduk. Shalat tahiyatul masjid itu dua raka’at.

12. Shalat Tarawih.


Shalat Tarawih yaitu shalat malam pada bulan ramadhan hukumnya sunnah
muakad atau penting bagi laki-laki atau perempuan, boleh dikerjakan sendiri-
sendiri dan boleh pula berjama’ah.

13. Shalat Hari Raya (Idul Adha dan Idul Fitri).


Sebagaimana telah diterangkan bahwa waktu shalat hari raya idul fitri
adalah tanggal 1 syawal mulai dari terbit matahari sampai tergeincirnya. Akan
tetapi, jika diketahui sesudah tergelincirnya matahari bahwa hari itu tanggal 1

25
syawal jadi waktu shalat telah habis, maka hendaklah shalat di hari kedua atau
tanggal 2 saja. Sedangkan untuk shalat hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

14. Shalat Dua Gerhana.


Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana bulan. Shalat
kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan sabda Nabi saw. Yang
artinya :
“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena
kematian seseorang maupun kehidupannya. Maka apabila kalian menyaksikan itu,
hendaklah kalian shalat dan berdoa kepada Allah Ta’ala.” (H.R. Syaikhain).

2.7.Hal Yang Membatalkan Shalat

1. Berbicara Dengan Sengaja


Berbicara dengan sengaja yang dimaksud disini bukanlah berupa bacaan bacaan
dalam AlQuran, dzikir atau pun do’a. Akan tetapi merupakan pembicaraan yang
sering dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini sesuai dengan
hadits Rasulullah saw. yang di riwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim
(Muttafaqun ‘Alaih) berikut:

‫عنه هللا رضي ارقم بن زيد عن‬, ‫قال‬: ‫الصلة فى نتكلم كنا‬, ‫حاجته فى اخاه أحدنا يتكلم‬, ‫هللا فقول نزل حنى‬
‫تعالى‬: (‫نالسكوت فأمرنا )قانتين هلل قوموا و الوسطى الصلة و الصلوات على حافظوا‬
ِِArtinya:
“Dari Zaid bin Al-Arqam ra berkata,”Dahulu kami bercakap-capak pada saat
shalat. Seseorang ngobrol dengan temannya di dalam shalat. Yang lain berbicara
dengan yang disampingnya. Hingga turunlah firman Allah SWT “Peliharalah
semua shalat, dan shalat wusthaa . Berdirilah untuk Allah dengan khusyu”. Maka
kami diperintahkan untuk diam dan dilarang berbicara dalam shalat”. (HR.
Jamaah kecuali Ibnu Majah).
Perkataan yang keluar disaat shalat, baik itu satu kata ataupun hanya satu huruf

26
akan membatalkan shalat jika dilakukan dengan sengaja. Berbeda bila seseorang
melakukannya tanpa sadar alias tidak disengaja, ataupun melakukannya tanpa
tahu hukumnya maka syari’ memberikan keringanan bagi orang yang
melakukannya (berbicara dalam shalat), selama perkataan atau atau pun kata yang
disebutkan masih dalam kategori sedikit. Dalam satu riwayat dikatakan tidak lebih
dari 6 kata.

2. Makan dan Minum


Makan dan minum adalah salah satu perbuatan yang dapat membatalkan shalat.
Apabila seseorang makan atau pun minum ketika melaksanakan shalat dengan
sengaja, maka shalatnya batal. Hal ini disebabkan karena akan menghilangkan
kemulian dalam shalat. perbuatan makan dan minum dalam shalat ini, baik sedikit
ataupun banyak selama dilakukan dengan sengaja tetap akan membatalkan
shalatnya. Adapun jika perbuatan makan dan minum dalam shalat ini dilakukan
tanpa disengaja, maka disyaratkan dalam hal tersebut tidak lebih dari kadar
humsah ‫( الحمصة‬tidak bisa dibakar ataupun di masak kembali), yaitu kadar/batasan
yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan. Maka shalatnya tidak batal. Dan
apabila di dalam mulut seseorang ada sisa gula atau sesuatu yang bisa mencair
atau pun meleleh ketika melaksanakan shalat, maka jika ia menelannya akan
membatalkan shalatnya.

3. Banyak Gerakan dan Terus Menerus


Yang dimaksud adalah gerakan yang banyak dan berulang-ulang terus dan bukan
merupakan gerakan yang terdapat dalam shalat. Mazhab Imam Syafi’i
memberikan batasan sampai tiga kali gerakan berturut-turut sehingga seseorang
batal dari shalatnya.

Namun bukan berarti setiap ada gerakan langsung membatalkan shalat. Sebab
dahulu Rasulullah SAW pernah shalat sambil menggendong anak (cucunya).

Rasulullah SAW shalat sambil mengendong Umamah, anak perempuan dari anak

27
perempuannya. Bila beliau SAW sujud, anak itu diletakkannya dan bila berdiri
digendongnya lagi”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan beliau SAW memerintah orang yang sedang shalat untuk membunuh ular
dan kalajengking (al-aswadain). Dan beliau juga pernah melepas sandalnya sambil
shalat. Kesemuanya gerakan itu tidak termasuk yang membatalkan shalat.

4. Membelakangi atau Tidak Menghadap Kiblat


Bila seseorang shalat dengan membelakangi kiblat dengan sengaja, atau di dalam
shalatnya melakukan gerakan hingga badannya bergeser arah hingga
membelakangi kiblat , maka shalatnya itu batal dengan sendirinya.

Hal ini ditandai dengan bergesernya arah dada orang yang sedang shalat itu,
menurut kalangan Ulama Syafi’iyah dan Ulama Hanafiyah. Sedangkan menurut
Ulama Mazhab Malikiyah, bergesernya seseorang dari menghadap kiblat ditandai
oleh posisi kakinya. Sedangkan menurut Mazhab Hanabilah, ditentukan dari
seluruh tubuhnya.

Kecuali pada shalat sunnah, dimana menghadap kiblat tidak menjadi syarat shalat.
Rasulullah SAW pernah melakukannya di atas kendaraan dan menghadap kemana
pun kendaraannya itu mengarah.

Namun yang dilakukan hanyalah shalat sunnah, adapun shalat wajib belum pernah
diriwayatkan bahwa beliau pernah melakukannya. Sehingga sebagian ulama tidak
membenarkan shalat wajib di atas kendaraan yang arahnya tidak menghadap
kiblat. Namun, dalam kondisi darurat, tidak menghadap kiblat dibolehkan, selama
yang bersangkutan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menghadap
kiblat, misal orang yang habis operasi berat dan tidak mungkin menggeser-geser
tempat tidurnya atau orang yang berada dalam bus umum yang perjalanannya
tidak mengarah ke arah kiblat, sementara sopirnya tidak toleran terhadap orang-
orang yang mau shalat. Maka jika mungkin, di waktu takbiratul ihram, tetap

28
menghadap kiblat, tapi jika tidak mungkin (misalnya karena menghadap kiblat
berarti menghadap ke sandaran kursi), maka dibolehkan menghadap sesuai arah
bus. Namun, jika bisa mengusahakan bus berhenti di waktu shalat, maka ini
adalah yang terbaik.

5. Terbuka Aurat Secara Sengaja

Bila seseorang yang sedang melakukan shalat tiba-tiba terbuka auratnya secara
sengaja, maka shalatnya otomatis menjadi batal. Baik dilakukan dalam waktu
yang singkat ataupun terbuka dalam waktu yang lama. Namun jika auratnya
terbuka tanda disengaja dan bukan dalam waktu yang lama, maksudnya hanya
terbuka sekilas dan langsung ditutup lagi, para Ulama dari mazhab Syafi’iyah dan
Ulama Hanabilah mengatakan tidak batal.

Namun Ulama Mazhab Malikiyah mengatakan secepat apapun ditutupnya, kalau


sempat terbuka, maka shalat itu sudah batal dengan sendirinya.

Namun perlu diperhatikan bahwa yang dijadikan sandaran dalam masalah terlihat
aurat dalam hal ini adalah bila dilihat dari samping, atau depan atau belakang.
Bukan dilihat dari arah bawah seseorang. Sebab bisa saja bila secara sengaja
diintip dari arah bawah, seseorang akan terlihat auratnya. Namun hal ini tidak
berlaku.

6. Mengalami Hadats Kecil atau Besar

Bila seseorang mengalami hadats besar atau kecil, maka batal pula shalatnya.
Baik terjadi tanpa sengaja atau secara sadar.

Namun harus dibedakan dengan orang yang merasa ragu-ragu dalam berhadats.
Para ulama mengatakan bahwa rasa ragu tidak lah membatalkan shalat. Shalat itu
baru batal apabila memang ada kepastian telah mendapat hadats.

29
7. Tersentuh Najis baik pada Badan, Pakaian atau Tempat Shalat

Bila seseorang yang sedang shalat terkena benda najis, maka secara langsung
shalatnya menjadi batal. Namun yang dijadikan patokan adalah bila najis itu
tersentuh tubuhnya atau pakaiannya dan tidak segera ditepis/tampiknya najis
tersebut maka batallah shalatnya tersebut. Adapun tempat shalat itu sendiri bila
mengandung najis, namun tidak sampai tersentuh langsung dengan tubuh atau
pakaian, shalatnya masih sah dan bisa diteruskan.

Demikian juga bila ada najis yang keluar dari tubuhnya hingga terkena tubuhnya,
seperti mulut, hidung, telinga atau lainnya, maka shalatnya batal.

Namun bila kadar najisnya hanya sekedar najis yang dimaafkan, yaitu najis-najis
kecil ukuran, maka hal itu tidak membatalkan shalat.

8. Tertaw

Orang yang tertawa dalam shalatnya, batallah shalatnya itu. Maksudnya adalah
tertawa yang sampai mengeluarkan suara. Adapun bila sebatas tersenyum,
belumlah sampai batal shalatnya.

9. Murtad, Mati, Gila atau Hilang Akal


Orang yang sedang melakukan shalat, lalu tiba-tiba murtad, maka batal shalatnya.
Demikian juga bila mengalami kematian. Dan orang yang tiba-tiba menjadi gila
dan hilang akal saat sedang shalat, maka shalatnya juga batal.

10. Berubah Niat


Seseorang yang sedang shalat, lalu tiba-tiba terbetik niat untuk tidak shalat di
dalam hatinya, maka saat itu juga shalatnya telah batal. Sebab niatnya telah rusak,
meski dia belum melakukan hal-hal yang membatalkan shalatnya.

30
11. Meninggalkan Salah Satu Rukun Shalat dengan sengaja

Apabila ada salah satu rukun shalat yang tidak dikerjakan dengan sengaja, maka
shalat itu menjadi batal dengan sendirinya. Misalnya, seseorang tidak membaca
surat Al-Fatihah lalu langsung ruku’, maka shalatnya menjadi batal. Namun jika
lupa, dan ingat selama masih dalam shalat maka dia harus melakukan sujud
syahwi sebelum salam, jika lupa pula untuk sujud syahwi, maka bisa dilakukan
setelah salam.
Kecuali dalam kasus shalat berjamaah dimana memang sudah ditentukan bahwa
imam menanggung bacaan fatihah makmum, sehingga seorang yang tertinggal
takbiratul ihram dan mendapati imam sudah pada posisi rukuk, dibolehkan
langsung ikut ruku’ bersama imam dan telah mendapatkan satu rakaat.

Demikian pula dalam shalat jahriyah (suara imam dikeraskan), dengan pendapat
yang mengataka bahwa bacaan Al-Fatihah imam telah menjadi pengganti bacaan
Al-Fatihah buat makmum, maka bila makmum tidak membacanya, tidak
membatalkan shalat.

12. Mendahului Imam dalam Shalat Jama’ah

Bila seorang makmum melakukan gerakan mendahului gerakan imam, seperti


bangun dari sujud lebih dulu dari imam, maka batal-lah shalatnya. Namun bila hal
itu terjadi tanpa sengaja, maka tidak termasuk yang membatalkan shalat.

AS-Syafi’iyah mengatakan bahwa batasan batalnya shalat adalah bila mendahului


imam sampai dua gerakan yang merupakan rukun dalam shalat. Hal yang sama
juga berlaku bila tertinggal dua rukun dari gerakan imam.

13. Terdapatnya Air bagi Orang yang Shalatnya dengan Tayammu


Seseorang yang bertayammum sebelum shalat, lalu ketika shalat tiba-tiba terdapat

31
air yang bisa dijangkaunya dan cukup untuk digunakan berwudhu’, maka
shalatnya batal. Dia harus berwudhu’ saat itu dan mengulangi lagi shalatnya.

14. Berubah Niat


Niat adalah salah satu rukun dalam shalat, jika rukun tersebut tidak terpenuhi
maka tidak sah shalatnya tersebut. Seseorang yang sedang melaksanakan shalat,
kemudian dia berniat keluar dari shalatnya tersebut, atau ada sesuatu kejadian
yang membuat (mushalli) keluar dari shalatnya, maka shalatnya tersebut akan
menjadi batal dengan berubah niatnya tersebut, karena shalat harus dimulai
dengan niat yang pasti.

15. Mengucapkan Salam Secara Sengaja

Bila seseorang mengucapkan salam secara sengaja dan sadar, maka shalatnya
batal. Dasarnya adalah hadits Nabi SAW yang menyatakan bahwa salam adalah
hal yang mengakhiri shalat. Kecuali lafadz salam di dalam bacaan shalat, seperti
dalam bacaa tahiyat.

2.8.Hikmah Gerakan Shalat

Berikut ini beberapa hikmah gerakan sholat bagi kesehatan:


1. TAKBIRATUL IHRAM (Mengangkat Kedua Tangan)

Posisinya adalah berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu
melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.

Manfaat yang diperoleh pada saat mengangkat tangan sejajar dengan bahu, maka
posisi dada terbuka, hal ini memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang
terdapat di lengan untuk dialirkan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh,
membuka mata dan telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga. Gerakan ini
juga berfungsi melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot

32
lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke
seluruh tubuh.

Selain itu pada saat mengangkat kedua tangan, otot bahu akan meregang sehingga
aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di
depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai
gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

Dengan melakukan gerakan yang mensejajarkan letak bahu dengan leher maka bisa
memperlancar aliran darah dan getah bening ke leher, Posisi bahu yang sejajar
dengan leher juga akan membuat tulang belakang lurus. Saat ini juga dipercaya bisa
mencegah terjadinya pengapuran yang sering terjadi pada tulang anda. Hanya itu
saja? Ternyata tidak bagi anda yang saat ini mengalami masalah pada persendian
tulang belakang, rematik, perut, maka dianjurkan untuk sering melakukan sholat,
jadi gerakan mengangkat kedua belah tangan atau takbir berfungsi memperlancar
aliran darah dari pembuluh balik yang juga terdapat di lengan untuk mengisi aliran
darah ke mata, telinga, juga mulut.

2. SEDEKAP (Pengisian Pembuluh Darah di Organ-organ Kepala)

Menjepit pembuluh darah balik pada lengan kiri sehingga pembuluh darah ditangan
kanan akan mengembang. Pada saat mengangkat tangan mau rukuk semprotan
pembuluh darah berkecepatan tinggi ditangan kanan akan mengisi pembuluh darah
yang ada dibagian kepala.

3. RUKU’ (Pelenturan Memori Otak dan Menyehatkan Ginjal)

Bagaimana posisi ruku’ yang benar? Mengingat banyak pendapat akan posisi ruku’
yang benar. Setidaknya menurut kesehatan posisi ruku’ yang benar adalah kondisi
menekuk 90 derajat, tulang belakang tetap lurus tidak melengkung. Ini juga
berdasarkan dari hadits dari yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud. Hadits
itu berbunyi “Jika kamu ruku’ , letakkan kedua tanganmu pada kedua lulutmu dan

33
luruskan punggungmu serta tekankan tanganmu untuk ruku’ “. atau dari riwayat
hadits lainnya;

Sabda Rasulullah: “Ruku’lah dengan tenang dan tertib (tuma’ninah).” Ketika


melakukan gerakan ruku, maka Rasulullah SAW meletakkan kedua telapak
tangannya di atas lutut (HR Bukhari dari Sa’ad bin Abi Waqqash). Dibalik gerakan
ruku yang demikian ternyata mempunyai beberapa manfaat. Posisi gerakan ruku’
yang sempurna ditandai ketika tulang belakang lurus sehingga bila diletakkan
segelas air di atas punggung orang yang sedang sholat tersebut maka air tidak akan
tumpah, jadi posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Gerakan Ruku’ dapat
membawa manfaat dalam hal merawat kelenturan tulang belakang (corpus
vertebrae) yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai saraf sentral manusia) serta
aliran darah yang menyertainya. Ruku’ juga dapat memelihara kelenturan tuas
sistem keringat yang terdapat di pungggung, pinggang, paha dan betis belakang.
Demikian pula bagian tubuh lain seperti tulang leher, tengkuk dan saluran saraf
memori dapat terjaga kelenturannya dengan ruku’ ini. Kelenturan dari saraf memori
dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata mengharap
ke tempat sujud. Kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang,
merupakan saraf sentral beserta sistem aliran darahnya. Ruku’ yang sempurna akan
menarik urat pinggang sehingga dapat mencegah sakit pinggang dan sakit ginjal.
Tuas sistem keringat yang terdapat dipinggul, pinggang, paha, betis belakang,
terpelihara oleh Gerakan ruku’, dan tulang leher, serta saluran saraf memori juga
terdapat kelenturannya.

4. I’TIDAL (Mencegah Sakit Kepala dan Pinggang)

Manfaat dari I’tidal adalah variasi postur setelah ruku dan sebelum melakukan
sujud. Gerak berdiri membungkuk dan berdiri sujud merupakan latihan bagi organ
pencernaan yang baik. Organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan
pelonggaran secara bergantian sehingga pencernaan menjadi lebih lancar dan kuat.
Posisi I’tidal bangun dari ruku’ membuat aliran darah turun langsung dari kepala,
menyebabkan bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang

34
tekanan darahnya, sehingga dapat mencegah saraf keseimbangan tubuh kita dan ini
sangat berguna untuk menghilangkan sakit kepala dan terhindar dari kejadian
pingsan secara tiba-tiba.

5. SUJUD (Pencegahan Koroner dan Stroke)

Sujud berarti meletakkan leher dan kepala lebih rendah daripada posisi dada dan
perut. Dengan demikian, aliran getah bening dari tungkai perut dan dada akan cepat
mengalir ke leher. Disamping itu, saat melakukakan posisi ini, seseorang akan
mensejajarkan kedua tangan dengan bahu ataupun dengan telinga, ini akan
memompa getah bening dari ketiak menuju leher. Manfaat ini akan diperoleh jika
dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama. Maka dari itu, tak heran bila ada
sahabat yang menceritakan Nabi Muhammad SAW, ketika sujud, Beliau
melakukannya dalam waktu yang lama. Pada saat sujud pembuluh darah nadi balik,
dikunci dipangkal paha, sehingga tekanan darah akan lebih banyak dialirkan
kembali ke jantung dan dipompa ke kepala. Posisi sujud adalah cara yang maksimal
untuk mengalirkan darah dan oksigen ke-otak dan anggota tubuh di kepala. Posisi
sujud adalah tehnik untuk membongkar sumbatan pembuluh darah jantung
sehingga mencegah koroner, juga membuat pembuluh darah halus di otak mendapat
tekanan lebih, sehingga bisa mencegah stroke.

6. DUDUK DIANTARA DUA SUJUD (Mencegah Diabetes, Prostat dan Hernia)

Duduk ini berfungsi untuk mencegah pengapuran. Pencegahan ini dimungkinkan


karena aktifnya kelenjar keringat karena bertemunya antara lipatan paha dan betis.
Pertemuan antara lipatan paha dan betis dapat menekan pembuluh darah balik di
atas pangkal kaki. Sehingga darah akan memenuhi seluruh telapak kaki mulai dari
mata kaki hingga pembuluh darah di pangkal kaki mengembang. Gerakan ini
menjaga supaya kaki dapat menopang tubuh kita secara optimal. Tekukan kaki dan
jari kaki dapat menyeimbangkan sistem elektrik dan saraf keseimbangan tubuh kita.
Posisi duduk diantara dua sujud memperbaiki dan menjaga kelenturan saraf
keperkasaan yang banyak terdapat pada bagian paha dalam, cekungan lutut sampai

35
ibu jari kaki. Akibat lenturnya saraf keperkasaan ini akan mencegah penyakit
Diabetes, Prostat dan Hernia.

7. DUDUK TAHIYYAT AWAL (Duduk Pembakaran)

Posisi duduk ini jika agak lama sehingga lipatan paha dan betis bertemu, akan
mengaktifkan kelenjar keringat sehingga dapat mencegah pengapuran. Pembuluh
darah balik diatas pangkal kaki tertekan sehingga darah akan memenuhi seluruh
telapak kaki menyebabkan pembuluh darah dipangkal kaki mengembang, gerakan
ini akan menjaga agar kaki optimal menopang tubuh kita

8. DUDUK TASYAHHUD AKHIR (Keseimbangan Saraf dan Penyembuh Wasir)

Posisi duduk ini lebih baik dari bersila. Dalam ilmu yoga kalau pergelangan Kaki
akan dipegang, lalu tekan diarea cekungan akan berguna untuk membongkar
Pengapuran dikaki kiri. Duduk ini membuat saraf keseimbangan yang berhubungan
dengan saraf mata akan terjaga dengan baik.

9. SALAM (Terapi Penyakit Kepala)

Gerakan salam berarti memalingkan wajah ke kanan dan ke kiri. Urat leher akan
terjaga kelenturannya dengan melakukakn gerakan ini, Selain itu, sama dengan
gerakan sujud, gerakan ini juga akan mempercepat aliran getah bening di leher ke
jantung. Gerakan salam jika dilakukan secara maksimal, bermanfaat untuk menjaga
kelenturan urat leher, berkat kontraksi otot-otot dikepala dihasilkan energi panas
dan zat-zat yang diperlukan untuk rehabilitasi jaringan yang rusak, salam kanan dan
kiri secara maksimal, mencegah penyakit kepala dan tengkuk kaku.

Hikmah waktu sholat dengan energi dan kesehatan:

1. SHOLAT DZUHUR (Terapi Jantung dan Usus Kecil)

Energi api yang keluar diwaktu dzuhur membawa udara panas, emosi meningkat
dan kerja jantung mencapai puncak. Air wudlu mampu menstabilkan panas

36
Jantung, dengan gerakan sholat lebih efektif memompa darah untuk membawa sari
makanan untuk disalurkan ke organ tubuh yang lain.

2. SHOLAT ASHAR (Terapi Kandung Kemih /Membuang Sisa Proses Kimia di


Tubuh)

Sholat ashar dilakukan saat batas siklus panas ke dingin, membuat organ tubuh
mudah membuang zat-zat kimia di dalam badan. Keadaan ini sesuai dengan sifat
organ kandung kemih dalam tubuh manusia, fungsi utama kandung kemih
mengubah cairan tubuh menjadi air kencing dan mengeluarkannya dari tubuh.
Terjadinya keseimbangan kimia dalam tubuh sehingga metabolisme bisa terjaga.

3. SHOLAT MAGHRIB (Terapi Ginjal)

Pada waktu sholat maghrib hawa udara semakin menurun, sistem ginjal mulai
menyesuaikan diri dengan alam dan energi disekitarnya. Ginjal dan kandung kemih
adalah organ yang berpasangan. keduanya akan mengontrol tulang, sumsum dan
otak. Kedua organ ini memainkan peran yang sangat penting dalam metabolisme
air dan mengendalikan cairan tubuh. Gerakan sholat maghrib di waktu maghrib
sangat membantu penyesuaian organ tubuh dengan keadaan alam sekitar. Karena
gerakan sholat akan menjaga energi panas dalam tubuh agar selalu seimbang.

4. SHOLAT ISYA (Terapi Prikardium/Membuang Kelebihan Energi dari Jantung)

Fungsi prikardium adalah membuang kelebihan energi dari jantung dan dikirim ke
titik laogong yang terletak ditelapak tangan. Pada saat ini dimulai sistem penurunan
kerja organ internal (seluruh tubuh akan memasuki masa istirahat) terutama kerja
jaringan otot yang digunakan untuk gerak dan berfikir, waktu dan gerakan sholat
Isya mengandung kerja prikardium yang membuang kelebihan energi dari jantung,
sehingga proses istirahat menjadi sempurna.

37
5. SHOLAT SUBUH (Terapi Paru-paru)

Waktu subuh adalah terbit fajar sampai terbitnya matahari, energi kayu masih
bekerja membuang zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi) dan jam 4.00
pembersihan sampai ke paru-paru, dari paru-paru, darah mengambil bahan bakar
yang masih bersih. Seluruh organ tubuh menerima pasokan nutrisi yang bersih,
sehingga tubuh terasa lebih segar.

6. SHOLAT TAHAJUD (Terapi Otak dan Kanker)

Di waktu malam hari, biasanya udara menjadi lembab dan dingin. Kondisi ini akan
berpengaruh pada keadaan saraf dalam tubuh kita. Saraf akan menjadi lebih kaku
bahkan bisa menjadi beku. Jika tidak segera digerakkan, akan dikhawatirkan sistem
pemanas tubuh tidak akan bekerja dan ini dapat mempercepat pengapuran. Sudah
terungkap bahwa energi kayu yang membersihkan zat-zat beracun dalam tubuh
dimulai pada jam 11.00 malam dan pembersihan itu diawali dari otak.
Membersihkan racun di otak membutuhkan waktu 3 jam berakhir pada jam 02.00
am. Bila ilmuwan di Jerman mengatakan, terjadinya kekacauan sel-sel otak pada
jam 11 malam sampai jam 02:00 am, sikap terbaik menghadapi waktu tersebut
istirahat (tidur). Pada jam 02:00 pagi energi kayu selesai membersihkan racun-
racun di otak, sementara kita dianjurkan bangun untuk sholat qiyamullail atau
tahajud.

Prof. Dr. Mohammad Sholeh dari Universitas Airlangga Surabaya, beliau adalah
orang yang serius memikirkan dan mencoba membuktikan melalui penelitiannya
tentang “Kiat Hidup Sehat dengan Tahajud”, Guna meraih gelar doktor-nya di
Universitas Airlangga, bapak 4 orang anak ini melakukan penelitian bertajuk
Pengaruh Sholat Tahajud Terhadap Peningkatan Perubahan Response Ketahanan
Tubuh Imonologik. dalam penelitian Prof. Dr. Mohammad Sholeh menghasilkan
Tahajud mencegah kanker dan infeksi apabila gerakan sholat dilakukan sempurna
yakni khusyu juga rutin dan disiplin, tentunya dilakukan dengan niat hati yang
ikhlas.

38
Prof. Dr. Mohammad Sholeh menyatakan penemuannya hasil dari penelitian dan
uji coba terhadap 41 responden, hasilnya ditemukan bahwa : Kondisi tubuh seorang
yang rajin ber-Tahajud dengan ke-ikhlasan, memiliki katahanan tubuh dan
kemampuan individual untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi
dengan stabil. Artinya sholat Tahajud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat
dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi tubuh.
Dengan perbaikan persepsi dam motivasi, akan muncul emosi positif yang dapat
menghindarkan seseorang dari stress. Orang stress itu biasanya rentan sekali
terhadap penyakit kanker dan infeksi.
Berdasarkan hitungan teknis medis menunjukkan bahwa orang yang sering dan
kontinyu (terus menerus) melaksanakan sholat Tahajud bisa mempunyai ketahanan
tubuh dan kekebalan terhadap kanker.

Mengenai masalah tidur, sebenarnya yang dibutuhkan adalah kualitasnya, bukan


lamanya. Seseorang yang merasa “keenakan” tidur dikasur empuk akan
menyebabkan urat syaraf tidak akan mendapatkan tekanan yang cukup untuk
memulihkan posisi saraf mata. Dengan sholat malam, kita akan bisa mengendalikan
urat selama kita tidur.

Melihat dari sudut lain betapa pentingnya shalat bagi kita, maka kita akan melihat
betapa ke-Agungan Allah SWT dalam menciptakan atau memerintahkan sesuatu.
Insya Allah jika kita dapat mengambil hikmah, maka kita akan termasuk golongan
orang-orang yang beruntung. Amien.

HIKMAH LAIN WAKTU SHOLAT

“Sesungguhnya sholat itu kewajiban bagi Mukmin pada waktu yang ditetapkan”.

(An-Nissa : 103)

Penelitian para ilmuwan China dalam buku I Cing (Yi Jing) diungkapkan sistem
kosmologi yakni menghubungkan manusia dengan alam sebagai satu kesatuan.
Dalam 24 jam terdapat sejumlah periode bioritme (50 minor dan 5 mayor) Para

39
ilmuwan sempat menyatakan kekagumannya karena energi mayor justru keluar di
awal waktu sholat.

1. Energi Api/Cahaya 12.00 s/d 18.00 (efektif 12.00 s/d 15.00) ==> (Jantung)
2. Energi Air 18.00 s/d 23.00 (efektif 18.00 s/d 20.00) ==> (Ginjal)

3. Energi Kayu 23.00 s/d 06.00 (efektif 23.00 s/d 04.00) (Racun dibadan)

4. Energi Udara 02.00 s/d 06.00 (efektif 02.00 s/d 04.00) ==> (Paru-paru)
Energi Logam 03.00 s/d 05.00
5. Energi Tanah 06.00 s/d 11.00 (efektif 06.00 s/d 09.00) ==> (Pencernaan)
Energi tersebut akan masuk melalui saraf telapak tangan (takbir) sehingga gerakan
dan waktu sholat sangat tepat untuk menerima energi dimaksud guna
mengkonsumsi organ tubuh yang pokok.

Ilmuwan China meyakini ada hubungan kosmis antara tubuh manusia dengan alam
sekitarnya. Dengan hubungan itu (energi dan magnetis manusia) terjadi sistem
sirkulasinya menjadi seimbang. Waktu sholat adalah waktu terapi, sementara
gerakan sholat sangat seimbang dengan interaksi organ dan alam. Sesuai dengan
kadar medan energi alam dan medan magnetis alam terhadap beberapa organ
internal manusia.

2.9.Masalah Khilafiyah Dalam Shalat

Adapun penyebab Khilafiah (Perbedaan pendapat) adalah :

1. Karena dalil belum sampai kepadanya.


Hal ini tidak hanya terjadi setelah zaman para sahabat. Bahkan di zaman mereka
pun pernah terjadi. Seperti tersebut dalam Shahih Al-Bukhari bahwa Amirul
Mukminin ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu melakukan safar menuju
Syam. Di tengah perjalanan dikabarkan kepadanya bahwa di Syam tengah terjadi
wabah tha’un. ‘Umar menghentikan perjalanannya dan bermusyawarah dengan
para sahabat. Mereka berselisih pendapat. Ada yang mengusulkan untuk pulang dan
ada yang berpendapat terus melanjutkan. Ketika mereka tengah bermusyawarah,
datang Abdurrahman bin ‘Auf yang tadinya tidak ikut musyawarah karena ada
suatu keperluan. Abdurrahman mengatakan: “Saya memiliki ilmu tentang ini. Saya
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

40
2. “Jika kalian mendengar di suatu negeri ada tha’un maka janganlah kalian
memasukinya. Dan jika terjadi di tempat yang kalian ada di sana maka janganlah
keluar (dari daerah tersebut, red.) untuk lari darinya.” (Lihat Shahih Al-Bukhari no.
5729)
2. Adakalanya hadits telah sampai kepada seorang alim namun dia belum percaya
(penuh) kepada yang membawa beritanya. Dia memandang bahwa hadits itu
bertentangan dengan yang lebih kuat darinya. Sehingga dia mengambil dalil yang
menurutnya lebih kuat.

3. Hadits telah sampai kepada seorang alim namun dia lupa.

4. Dalil telah sampai kepadanya namun ia memahaminya tidak sesuai dengan


َ ِ‫ "أ َ ْو َال َم ْست ُ ُم الن‬artinya: Atau kalian menyentuh
yang diinginkan. Misalnya kalimat “‫ساء‬
perempuan, dalam surat Al-Ma`idah ayat 6. Sebagian ulama mengatakan bahwa
sekadar seorang lelaki menyentuh perempuan batal wudhunya. Sebagian lainnya
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menyentuh di sini adalah jima’
(bersetubuh) sebagaimana pendapat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Pendapat
inilah yang benar, dengan landasan adanya riwayat bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam mencium sebagian istrinya lalu berangkat menuju shalat dan tidak
berwudhu.

5. Telah sampai dalil kepadanya dan dia sudah memahaminya, namun hukum
yang ada padanya telah mansukh (dihapus) dengan dalil lain yang menghapusnya.
Sementara dia belum tahu adanya dalil yang menghapusnya.

6. Telah datang kepadanya dalil namun ia meyakini bahwa dalil itu ditentang
oleh dalil yang lebih kuat darinya, dari nash Al-Qur`an, hadits, atau ijma’
(kesepakatan ulama).

7. Terkadang sebabnya karena seorang alim mengambil hadits yang dhaif


(lemah) atau mengambil suatu pendalilan yang tidak kuat dari suatu dalil.

(Diringkas dari risalah Al-Khilaf Bainal Ulama, Asbabuhu wa Mauqifuna minhu


bersama Kitabul Ilmi karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu)

Berikut ini adalah batsan antara khilafiyah dan Bid’ah yang terjadi didalam shalat
yang mana hal tersebut dianggap biasa atau malah dianggap bagian dari Sunnah
Rosulullahu ‘alaihi wasallam

saya dengan sengaja melampirkan dua organisasi besar di Indonesia yang memakai
kaidah manhaj salaf sebagai acuan fiqihnya (Muhammadiyah dan PERSIS)
sehingga didalam malsalah kilafiyah kedua organisasi tsb akan dicantumkan
memilih yang mana yang dianggap pendapat yang paling kuat /rojih ::

1.Niat
Bid’ah : Melafadzkan Niat

41
Dasarnya Perkataan Imam Asy Syafii dalam kitab Al um sebagai berikut :
“Jika seseorang berniat menunaikan ibadah haji atau umrah dianggap cukup
sekalipun tidak dilafazkan.Tidak seperti shalat, tidak dianggap sah kecuali dengan
AL NUTHQ”
Padahal statement Imam Nawawi diatas telah disyarah oleh murid Imam Asy Syafii
sendiri yaitu Imam An Nawawi sebagai berikut :
“Beberapa rekan kami berkata melafadzkan niat sebelum shalat saya katakana
(Imam An Nawawi) “Orang yang mengatakan hal itu telah keliru. Bukan itu yang
dikehendaki oleh As Syafi’i dengan kata AL NUTHQ di dalam shalat, melainkan
yang dimaksud dengan AL NUTHQ oleh beliau adalah takbir. [al Majmuu' II/43;
lihat juga al Ta'aalaim :syaikh Bakar Abu Zaid:100]
Dalam hal ini tidak ada khilaf diantara para sahabat bahwa niat adalah tempatnya
di hati.
Sesuai dengan tatacara shalat yang telah diajarkan Rosulullah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila engkau hendak mengerjakan sholat, maka sempurnakanlah wudhu’mu
terlebih dahulu kemudian menghadaplah ke arah kiblat, lalu ucapkanlah takbiratul
ihrom.”
(Muttafaqun ‘alaihi).
Dilihat dari sabda diatas maka tidak ada pelafalan niat sebelum takbir.
2.Takbiratul ihram
Khilafiyah :
Ø Sejajar pundak (Diputuskan oleh Dewan Hisbah PERSIS)
Dasarnya :
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallahu anhuma,
ia berkata:
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya
setentang bahu jika hendak memulai sholat, setiap kali bertakbir untuk ruku’ dan
setiap kali bangkit dari ruku’nya.”
(Muttafaqun ‘alaihi).
Ø Sejajar telinga (Diputuskan oleh Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah)
Dasarnya :
berdasarkan hadits riwayat Malik bin Al-Huwairits radhiyyallahu anhu, ia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya
setentang telinga setiap kali bertakbir (didalam sholat).”
(Sahih HR. Muslim).
Sepakat :
membuka kedua telapak tangan dengan jari –jari tangan menghadap ke
atasberdasarkan hadits
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah,
Tamam dan Hakim disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengangkat kedua tangannya dengan membuka jari-jarinya lurus ke atas (tidak
merenggangkannya dan tidak pula menggengamnya).
Bid’ah:
Mengepal tangan atau tidak membuka jari – jari tangan lurus ke atas
Dasarnya : tidak diketahui

42
3.Letak posisi sidekap di dada

“Beliau meletakkan kedua tangannya di atas dadanya.”


(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Ahmad dari
Wail bin Hujur).
Dilihat dari hadits diatas posisi sidekap dilakukan diatas dada
Terdapat perbedaan dalam hal posisi penyimpanan tangan yang sidekap ini apakah
pas diatas dada atau di ulu hati (dari dada turun sedikit) atau diantara dada dan pusar
maka ketiga hal tersebut dapat dikatakan benar (Wallahu a’lam)
Berdasarkan pendapat ulama :
Berikut ini pendapat para ulama dalam masalah ini, diringkas dari buku La Jadida
Fi Ahkam Ash-Shalah karya Syaikh Bakr bin ‘Abdillah Abu Zaid :
Pendapat Pertama , kedua tangan diletakkan pada an-nahr. An-nahr adalah
anggota badan antara di atas dada dan di bawah leher. Seekor onta yang akan
disembelih, maka disembelih pada nahr-nya dengan cara ditusuk dengan ujung
pisau. Itulah sebabnya hari ke-10 Dzulhijjah, yaitu hari raya ‘Idul Adha (Qurban),
disebut juga yaumun nahr -hari An-Nahr (hari penyembelihan)-.
Pendapat Kedua , kedua tangan diletakkan di atas dada. Ini adalah pendapat Al-
Imam Asy-Syafi’iy pada salah satu riwayat darinya, pendapat yang dipilih oleh
Ibnul Qayyim Al-Jauzy dan Asy-Syaukany, serta merupakan amalan Ishaq bin
Rahawaih. Pendapat ini dikuatkan oleh Syaikh Al-Albany dalam kitab Ahkamul
Jana` iz dan Sifat Shalat Nabi .
Pendapat Ketiga ,kedua tangan diletakkan di antara dada dan pusar
(lambung/perut). Pendapat ini adalah sebuah riwayat pada madzhab Malik, Asy-
Syafi’i dan Ahmad, sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam Asy-Syaukany dalam
Nailul Authar . Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Imam Nawawy dalam Madzhab
Asy-Syafi’i, dan merupakan pendapat Sa’id bin Jubair dan Daud Azh-Zhahiry
sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam An-Nawawy dalam Al-Majmu’ (3/313).
Pendapat Keempat , kedua tangan diletakkan di atas pusar. Pendapat ini
merupakan salah satu riwayat dari Imam Ahmad dan dinukil dari Ali bin Abi Thalib
dan Sa’id bin Jubair.
Pendapat Kelima ,kedua tangan diletakkan di bawah pusar. Ini adalah pendapat
madzhab Al-Hanafiyah bagi laki-laki, Asy-Syafi’iy dalam sebuah riwayat, Ahmad,
Ats-Tsaury dan Ishaq
Adapun pendapat pertama,keempat dan kelima adalah hasil ijtihad yang dinilai
keliru (Wallahu a’lam) dan dibahas pada pembahasan dibawah

Bid’ah :
Ø Posisi pada An Nahr (dibawah tenggorokan/leher)
Dasarnya
“Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dalam shalat pada an-
nahr.”(Diriwayatkan oleh Al-Baihaqy 2/31)
Riwayat ini lemah (Dhaif) karena pada sanadnya terdapat Ruh bin Al-Musayyab
Al-Kalby Al-Bashry yang dikatakan oleh Ibnu Hibban bahwa ia meriwayatkan
hadits-hadits palsu dan tidak halal meriwayatkan hadits darinya. Lihat Al-Jauhar
An-Naqy

43
Ø Posisi menyimpan di bawah pusar
Dasarnya :
berdasarkan perkataan Ali radhiyallahu ‘anhu “Termasuk sunnah Nabi adalah
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di bawah pusar.” (HR Ahmad dalam
tambahan musnad dalam Fathul Baari 2/262 al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan
sanadnya dhaif)
Ø Posisi menyimpan di atas lambung kiri
Dasarnya :
Tidak diketahui (unknown) dasarnya dari mana
Tetapi bila dtanya apa alasannya mereka mengatakan ini adalah letak hati alasan ini
menurut Syaikh Utsaimin tidak bisa diterima disebabkan:

Pertama, hal ini adalah alasan logika yang berseberangan dengan sunnah Nabi,
sedangkan semua alasan logika yang berseberangan dengan sunnah Nabi harus
ditolak karena sunnah Nabi-lah yang lebih berhak untuk diikuti.

Kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang shalat dalam posisi tangan
diletakkan di pinggang sedangkan perbuatan di atas jika tidak sesuai dengan
larangan dalam hal ini maka minimal mendekati larangan ini. Oleh karena itu jika
kita melihat ada seorang yang melakukan demikian hendaklah mereka kita nasihati
baik-baik.

Ketiga, posisi seperti ini adalah posisi yang tidak seimbang karena dalam hal ini
sisi kiri badan lebih diutamakan daripada sisi kanan. Dan kita katakan perkara yang
terbaik adalah yang pertengahan. Sedangakan posisi pertengahan antara sisi kiri dan
sisi kanan adalah dengan meletakkan tangan di atas dada. (Lihat Shifat as-Sholah
karya Ibn Utsaimin hal 49-50 cetakan Darul Kutub al-Ilmiah)

4.Cara bersidekap
Sidekap didalam Shalat terdapat Khilafiyah dalam hal cara tangan kanan diletakan
diatas tangan kiri adapun yang saya dapatkan sumbernya dari dalil hadits ada 2
macam sidekap
Khilafiyah :
Ø Hanya meletakan tangan kanan diatas tangan kiri tanpa menggenggam
Dasarnya :
Dari Walid bin Hujr bahwa “Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir
kemudian meletakkan tangan kanannya di atas telapak tangan kiri, pergelangan
tangan kiri atau lengan kirinya.”
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, dengan
sanad yang shahih dan dishahihkan pula oleh Ibnu Hibban, hadits no. 485).
Ø Meletakan tangan kanan diatas tangan kiri dengan menggenggam tangan kiri
Dasarnya:
berdasarkan hadits Nasa’i dan Daraquthni:
“Tetapi beliau terkadang menggenggamkan jari-jari tangan kanannya pada lengan
kirinya.”
(sanad shahih).

44
5.Membaca Fatihah pada Makmum ketika shalat jahriyah (bacaan imam
dikeraskan subuh,maghrib,dan Isya)
Khilafiyah
Ø Makmum diwajibkan membaca alfatihah berdasarkan hadits.(HPT
Muhammadiyah)
a.)Dari ‘Ubadah b in Ash Shoomit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al Fatihah”
HR. Bukhari no. 756 dan Muslim no. 394

Dan
b.)Dari Abu Hurairah, haditsnya marfu’sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat dan tidak membaca Al Fatihah di
dalamnya, maka shalatnya itu kurang.” Perkataan ini diulang sampai tiga kali
HR. Muslim no. 395

Dan,

c.)“Dari Abdullah Ibnu Abi Qatadah dari ayahnya (Abi Qatadah),(dilaporkan bahwa) Rasulullah
saw bertanya (kepada para sababatnya): Apakahkalian membaca sesuatu di belakangku? Mereka
menjawab: Ya. Beliau berkata: Jangan kalian lakukan itu, kecuali Ummul-Kitab(Al Fathihah).”
[HR. Ahmad]

Ø Makmum wajib diam selama imam membaca ayat Alquran ( tidak membaca
AlFatihah) (Dewan Hisbah PERSIS)

a.)“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan


perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al A’rof: 204)

Dan,

b.)“Aku mendengar Abu Hurairah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam


shalat bersama para sahabatnya yang kami mengira bahwa itu adalah shalat
subuh. Beliau bersabda: “Apakah salah seorang dari kalian ada yang membaca
surat (di belakangku)?” Seorang laki-laki menjawab, “Saya. ” Beliau lalu
bersabda: “Kenapa aku ditandingi dalam membaca Al Qur`an?”
HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, An Nasai dan Ibnu Majah, juga yang lainnya.
Hadits ini shahih.
Dan,
c.)“Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti. Jika imam bertakbir, maka
bertakbirlah. Jika imam ruku’, maka ruku’lah. Jika imam bangkit dari ruku’, maka
bangkitlah. Jika imam mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah’, ucapkanlah
‘robbana wa lakal hamd’. Jika imam sujud, sujudlah. HR. Bukhari no. 733 dan
Muslim no. 411
Dalam riwayat Muslim pada hadits Abu Musa terdapat tambahan,
“Jika imam membaca (Al Fatihah), maka diamlah.”

45
Imam membaca Basmalah diawal surat Alfatihah pada shalat Jahriyah

Khilafiyah.
Ø Imam membaca Basmalah dengan Jahr (keras) (HPT Muhammadiyah)
Dasarnya :

a.)“Diriwayatkan dari Abu Hilal, diriwayatkan dari Nu'aim alMujammir, ia


berkata: Saya shalat dibelakang Abu Hurairah (makmum). Maka beliau membaca
‘BismillahirRahmanirRahim’, kemudian membaca UmmulQur'an,
hingga ketika sampai pada ‘Gairilmagdlubi 'alaihim waladldlaalliin’ beliau
membaca ‘Amiin’. Kemudian orang-orang yang bermakmum membaca ‘Amiin’.
Dan setiap bersujud beliau membaca ‘Allahu Akbar’ dan apabila berdiri dari
duduk dalam dua rakaat, beliau membaca ‘Allahu Akbar’, dan apabila membaca
salam (sesudah selesai), beliau berkata: Demi Allah yang jiwaku berada di
tanganNya, sesungguhnya saya orang yang paling miripshalatnya dengan shalat
Rasulullah saw.” [HR. anNasa'i]

b.) “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
Apabila kamu membaca alHamdu Lillah (surat alFatihah), maka bacalah
‘BismillahirRahmanirRahim’, sebab surat alFatihah
adalah UmmulQur’an dan UmmulKitab dan Sab’ulMatsani, adapun basmalah
adalah salah satu ayat dari surat alFatihah.” [HR. adDaruquthni]

c.) “Diriwayatkan dari Anas r.a., bahwa ia pernah ditanya tentang bacaan
Rasulullah saw (surat alFatihah), maka Anas menjawab: Bacaannya secara madd
(panjang). Lalu ia membaca ‘BismillahirRahmanirRahim, alHamdu Lillahi
Rabbil ‘Alamin, arRahmanirRahim, Maliki Yaumiddin, …’.” [Ditakhrijkan oleh
alBukhari dari Anas, adDaruquthni mengatakan: Sanadnya shahih]

Imam membaca Basmalah dengan sir (pelan) (HPT Muhammadiyah) (Hisbah


PERSIS)
Dasarnya :

a.) “Diriwayatkan dari Qatadah, diriwayatkan dari Anas, ia berkata: Saya


shalat di belakang Rasulullah saw, Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman r.a., tetapi
saya tidak mendengar seorang pun di antara mereka yang membaca
‘BismillahirRahmanirRahim dengan keras.”[HR. anNasa'i]

b.) “Diriwayatkan dari Anas, ia berkata: Saya shalat bersama Rasulullah saw,
Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, tetapi saya tidak mendengar seorang pun di
antara mereka yang membaca: ‘BismillahirRahmanirRahim’.”
[HR. Muslim].

46
7.I’tidal

Sidekap atau Irsal ketika sedang I’tidal setelah ruku menjadi khilafiyah.
Perselisihan ini terjadi karena tidak didapatkan nash yang secara tegas
menyebutkan letak posisi kedua tangan dalam keadaan tersebut.
Sehingga dalam hal ini akan disebutkan dasar dari pendapat -pendapat tersebut :

Ø Pendapat qabdh (sedekap, tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri)


sehingga sama dengan posisi tangan saat berdiri sebelum rukuk.

Dasar/alasan dari pendapat ini adalah :

1.)“Sesungguhnya, ketika berdiri dalam shalat, Nabi n memegang lengan kirinya


dengan lengan kanannya (bersedekap).”
(HR. al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra 28/2, ath-Thabarani dalam al-Kabir
1/9/22, dan dinyatakan sahih dalam ash-Shahihah no. 2247)

Menurut pendapat pertama ini, bersedekap di saat berdiri bersifat umum, baik
sebelum rukuk maupun setelahnya.

2.)Al-Imam Samahatusy Syaikh Ibnu Baz t menerangkan, pendapat yang


menyatakan sedekap berdalil dengan hadits dalam Shahih Bukhari, Kitabul
Adzan, bab “Wadh’ul Yumna ‘alal Yusra” (Peletakan tangan kanan di atas tangan
kiri)

“Adalah manusia diperintah agar orang yang sedang shalat meletakkan tangan
kanannya di atas lengan kiri bagian bawah.”
(HR. al-Bukhari no. 740)

Sisi pendalilan hadits di atas adalah disyariatkan meletakkan tangan kanan di atas
tangan kiri saat seseorang berdiri dalam shalatnya, baik sebelum maupun setelah
rukuk.

3.Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa menegaskan dalam riwayat Abu Dawud
disebutkan bahwa Nabi n meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak
tangan kiri, pergelangan, dan lengan bawah.
Tidak ada penyebutan yang membedakan letak posisi tangan ketika berdiri
sebelum dan setelah rukuk. Dengan demikian, hadits ini mencakup kedua berdiri
yang ada di dalam shalat. (Majmu’ Fatawa wa Maqalat al-Mutanawwi’ah,
11/131—133)

Irsal (Tidak Bersidekap setelah rukuk) (Muhammadiyah dan PERSIS)

Pendapat ini diambil oleh sebagian ulama karena tidak ada dalil dari as-Sunnah
yang jelas (sarih) menunjukkan qabdh ketika berdiri i’tidal.
Adapun hadits Wail yang dijadikan sebagai dalil qabdh diatas, sama sekali tidak

47
menunjukkan qabdh yang dikehendaki (yaitu qabdh setelah rukuk), karena qabdh
yang ada dalam hadits Wail adalah sebelum rukuk.

Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh dua jalur hadits berikut ini:

1.)“Ia pernah melihat Nabi n mengangkat kedua tangannya setinggi kedua


telingany,sebagaimana disifatkan oleh perawi bernama Hammam,ketika masuk
dalam shalat seraya bertakbir. Kemudian beliau berselimut dengan pakaiannya
(memasukkan kedua lengannya ke dalam baju), lalu meletakkan tangan kanannya
di atas tangan kirinya. Tatkala hendak rukuk, beliau mengeluarkan kedua tangannya
dari pakaiannya kemudian mengangkat keduanya lalu bertakbir dan rukuk. Ketika
mengucapkan, ‘Sami’allahu liman hamidah (Allah mendengar orang yang memuji-
Nya)’, beliau mengangkat kedua tangannya. Di saat sujud, beliau sujud di antara
dua telapak tangannya.”
(HR. Muslim no. 894)

2.)Aku sungguh-sungguh akan memerhatikan shalat Rasulullah n, bagaimana tata


cara beliau shalat. Wail berkata, “Bangkitlah Rasulullah, menghadap kiblat lalu
bertakbir, kemudian mengangkat kedua tangannya hingga bersisian dengan kedua
telinganya. Setelah itu beliau memegang tangan kiri beliau dengan tangan kanan.
Di saat hendak rukuk, beliau mengangkat kedua tangannya seperti tadi lalu
meletakkan keduanya di atas kedua lututnya. Ketika mengangkat kepalanya dari
rukuk, beliau juga mengangkat kedua tangan seperti yang sebelumnya. Ketika
sujud, beliau meletakkan kepalanya di antara kedua tangannya. Kemudian duduk
dengan membentangkan kaki kirinya… dan memberi isyarat dengan jari
telunjuk….” (HR. Abu Dawud no. 726, an-Nasa’i no. 889, dan selain keduanya
dengan sanad yang sahih, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Abi Dawud no.
716—717).

Dari hadits di atas dipahami bahwa bersedekap itu dilakukan pada berdiri yang
awal, sebelum berdiri saat bangkit dari rukuk. Seandainya ada bersedekap saat
bangkit dari rukuk, niscaya Wail (sang perawi hadits) tidak akan luput dalam
menyebutkannya.

Maka melihat permasalan ini Ibnu Taimiyah pun mengemukakan pendapatnya


antara lain :

“Sungguh semangat dan keinginan kuat terkumpul pada sahabat untuk menukilkan
semisal masalah ini. Apabila ternyata tidak ada penukilannya, berarti hal itu
merupakan dalil bahwa perbuatan tersebut tidak pernah terjadi. Seandainya terjadi,
niscaya akan diriwayatkan.” (Risalah Masyru’iyatul Qabdh fil Qiyam al-Ladzi
Qabla ar-Ruku’ Dunal Ladzi Ba’dahu, al-Imam Allamatul Muhaddits al-Albani ).

Adapun hadits tulang izham :

48
“Kemudian angkatlah kepalamu (dari rukuk) sampai engkau berdiri lurus [hingga
setiap tulang mengambil posisinya].”

Dalam satu riwayat, “Apabila engkau bangkit, tegakkanlah tulang sulbimu,


angkatlah kepalamu hingga tulang-tulang kembali ke persendiannya.”
Hadits di atas diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dari Abu Hurairah dalam
Shahihnya no. 793.
Tentang adanya pendapat yang dimaksud dari lurusnya tulang yang dimaksud
adalah tulang lengan maka itu adalah pendapat yang kurang tepat sehingga dalam
hal ini Syaikh Albani Rahimahullah dalam kitab berkomentar atas hadits diatas :
Adapun tambahan dalam tanda kurung dan riwayat setelahnya adalah dari hadits
Rifa’ah ibnu Rafi’ yang diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad t dalam Musnadnya.
Yang dimaksud dengan ‘izham (tulang) di sini adalah tulang yang berangkai di
punggung (tulang belakang)….” (Risalah Masyru’iyatul Qabdh fil Qiyam al-Ladzi
Qabla ar-Ruku’ Dunal Ladzi Ba’dahu, al-Imam Allamatul Muhaddits al-Albani)

Dan juga hadits tulang Faqar

“Saat mengangkat kepalanya (dari rukuk), beliau berdiri lurus hingga setiap faqar
kembali ke tempatnya.” (HR. al-Bukhari no. 828) (al-Ashl, 2/700)

Faqar adalah rangkaian tulang punggung, mulai bagian paling atas di dekat leher
sampai tulang ekor, sebagaimana disebutkan dalam al-Qamus.

Maka dalam hal ini hendaknya setiap muslim dan muslimah dapat memilihsesuai
dengan keyakinan nya bersedekap ataukah Irsal sesuai dengan nukilan dari Imam
Ahmad Rahimahullah
sebagaimana dinukil putranya, Shalih ibnul Ahmad, dalam Masail-nya hlm. 90
yaitu :

“Jika ia mau, ia melepas kedua tangannya ketika bangkit dari rukuk. Jika mau pula,
ia bisa meletakkan keduanya,” adalah ijtihad yang tepat untuk mengatasi
permasalahn sidekap dan irsal pada I’tidal ini,
Wallahu a’lam.

49
BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh


Allah SWT. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak
menjadi masalah karena di dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan
secara terperinci mengenai praktek shalat. Tugas dari seorang muslim hanyalah
melaksnakan shalat dari mulai baligh sampai napas terakhir, semua perbedaan
mengenai praktek shalat semua pendapat bisa dikatan benar karena masing-masing
memilki dasar dan pendafaatnya masing-masing dan tentunnya berdasarkan ijtihad
yang panjang.
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya memiliki
paidah untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di perintahkan
untuk melaksanakan shalat, salah satu paidahnya yakni supaya umat islam selalu
mengingat tuhannya dan bisa meminta karunianya dan manfaat yang lainnya yakni
bisa mendapkan ampunan dari Allah SWT.
Demikian paparan yang dapat kami persembahkan menganai “sholat” dengan
waktu yang cukup singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua baik di dunia
maupun akherat kelak, kami memohon maaf apbila dalam pemaparan yang kami
sampaikan ini terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini, kami juga
mengharapkan kritik dan sarann yang sifatnya membangun untuk makalah-makalah
kami selanjutnya.

3.2.Saran

Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu dalam penyusunan
makalah ini Penulis mohon kritikandan saran dari Bapak Dosen dan para pembaca
agar makalah ini menjadi lebih baik.

50
DAFTAR PUSTAKA

Hamid ,Abdul. Beni HMd Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009)
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penerjemah: Nor Hasanuddin, (Jakarta: Pena Pundi
Aksara, 2006)
Rasyid Sulaiman, Fiqh Islam, (PT. Sirnar Baru Algensido 1954)
Dradjat ,Zakiah Prof.Dr. Ilmu Fiqh,Yogyakarta:PT Dana Bhakti Wakaf,1995
Abdul aziz,bin Zainudin,, Fathul mu’in bi sarkhil qurotal ain,Indonesia ; Daroyail
Kitabah
Azis, al saifulloh. 2005. Fiqih islam lengkap. Surabaya: terbit terang.
Sabiq, sayyid. 1982. Fikih sunnah 2. Bandung: PT al ma’arif.
Labib. 1993. Pelajaran shalat, doa dan wirid. Surabaya : Bintang usaha jaya.
Rasjid, Sulaiman. 2015. Fiqh islam. Bandung : Sina baru algensindo
Abu abdillah, Syamsuddin. 2010. Terjemah fathul qarib. Surabaya : Mutiara ilmu
http://tuntunan-sholat.blogspot.co.id/2014/04/filosofi-gerakan-sholat-dalam-
kontek.html
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/10/m8j9ks-inilah-
manfaat-dan-rahasia-di-balik-gerakan-shalat-1
Yunus, Abu. 1997. Cara Shalat yang Khusyuk. Jakarta: Rineka Cipta
Abadin, Zainal. 1951. Kunci Ibadah. Semarang:PT Karya Toha Putra Semarang

51

Anda mungkin juga menyukai