Laporan Pengawasan Mutu Pangan
Laporan Pengawasan Mutu Pangan
DISUSUN OLEH
NIM. PO3131112066
KELAS III-B
JURUSAN GIZI
T.A 2014/1015
EVALUASI MUTU MINYAK GORENG
A. Judul Praktikum
B. Tujuan Praktikum
C. Tinjauan Pustaka
Lipid adalah biomolekul yang tidak larut dalam air, karena lipid umumnya
merupakan molekul yang memiliki gugus non polar, sedangkan air merupakan
molekul yang memiliki gugus polar. Lipid dapat larut didalam pelarut organik
non polar seperti benzene, eter, heksana dan methanol. Lipid dapat
dan vitamin yang larut dalam lemak. Beberapa jenis lipid memiliki gugus
polar dan non polar, sehingga bersifat amfipatik yang akan membentuk misel
Asam lemak bebas ( ALB ) sebagai suatu asam yang dibebaskan pada
hidrolisis asam oleh enzim. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang
juga terdapat didalam buah tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak.
Jika dinding sel pecah atau rusak, maka enzim aka bersinggungan dengan
Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat
paling besar diantara zat gizi lainnya juga dapat memberikan rasa gurih,
tekstur dan penampakan bahan pangan menjadi lebih menarik, serta
Kurang lebih 290 juta ton minyak dikonsumsi tiap tahun. Banyaknya
permintaan akan bahan pangan digoreng merupakan suatu bukti yang nyata
manusia oleh lapisan masyarakat dari segala tingkat usia (Ketaren, 2005).
Minyak goreng juga membuat makanan menjadi renyah, kering, dan berwarna
goreng berfungsi sebagai penghantar panas, serta penambah rasa gurih dan
penambah nilai kalori pada bahan pangan yang digoreng. Minyak goreng
dapat diproduksi dari berbagai macam bahan mentah, misalnya kelapa, kopra,
kelapa sawit, kacang kedelai, biji jagung (lembaganya), biji bunga matahari,
Minyak goreng yang baik memiliki standar mutu yang telah ditentukan
oleh SNI. Standar mutu minyak goreng, telah dirumuskan dan ditetapkan
oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Standar mutu tersebut yaitu SNI
bahwa standar mutu minyak goreng seperti pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 03. SNI 01-3741-2002 tentang Standar Mutu Minyak Goreng
a) Alat
1. Labu Erlenmeyer
2. Timbangan analitik
3. Gelas ukur
4. Hotplate
5. Buret
6. Pipet tetes
b) Bahan
1. NaOH
2. Minyak bermerk
3. Minyak kelapa
4. Minyak penggorengan rumah
6. Minyak curah
7. Aluminium foil
8. Alcohol netral
9. Indikator PP
E. Cara Kerja
sebagai berikut:
A2 = Minyak kelapa
A5 = Minyak curah
muda
100%
F. Hasil
G. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan uji kadar asam lemak bebas (ALB) dengan
minyak curah.
perbedaan kandungan asam lemak bebas pada bahan yang dijadikan sampel.
Kadar asam lemak bebas atau FFA yang diperoleh setelah ditetesi indikator
kadar FFA minyak bermerk (Sinai) 0,20%, minyak kelapa (kampung) 0,30%,
minyak curah sebesar 0,46%. Berdasarkan data tersebut bahan yang memiliki
kadar FFA paling besar adalah minyak penjual gorengan dan yang memiliki
Asam lemak bebas adalah asam lemah yang terbentuk akibat proses
hidrolisis yang terjadi pada lemak sehingga menghasilkan gliserol dan asam
lemak bebas. Kadar air yang tinggi baik yang terkandung pada minyak
ataupun pada bahan pangan yang akan diolah dengan minyak mengakibatkan
menjadi buruk, begitupula bahan makanan yang kelak akan diolah bersama
minyak tersebut. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan
asam lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan
Minyak kelapa tidak larut dalam air sehingga dibutuhkan alkohol untuk
Penambahan alkohol pada minyak kelapa yang ingin ditentukan kadar asam
sebagai indikator pembuktian bahwa bahan tersebut bersifat asam atau basa.
Pada praktikum ini, setelah dititrasi dengan NaOH, larutan alkohol dan
Minyak kelapa yang telah ditetesi indikator pp berubah warna menjadi merah
muda. Hal ini membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Penggunaan
NaOH saat proses titrasi adalah untuk menentukan kadar asam lemak bebas
yang terkandung dalam minyak kelapa. Jumlah volume yang digunakan untuk
H. Kesimpulan
yang di uji diperoleh hasil kadar asam lemak bebas (ALB). Mutu Pangan yang
paling baik berdasarkan minyak goreng yang digunakan yaitu mutu minyak
bermerk (Sinai) karena %ALBnya < 0,30% yakni 0,20% sedangkan mutu
pangan yang tidak baik bahkan tidak layak untuk di konsumsi berdasarkan
termasuk hasil minyak goreng yang mengandung asam lemak bebas tertinggi
I. Daftar Pustaka