Laporan PMP Asam Lemak Bebas
Laporan PMP Asam Lemak Bebas
DISUSUN OLEH :
INDRA KONIYO
PO3131112017
JURUSAN GIZI
2014 – 2015
A. Judul Praktikum
Praktikum Pengujian Mutu Pangan “Evaluasi minyak goreng”
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk Mengetahui standar mutu produk minyak goreng
2. Untuk Mengetahui latar belakang atau rasional penggunaan standar mutu
3. Untuk Melakukan pencocokan (substansi) dengan standar mutu produk
4. Untuk mengetahui kandungan asam lemak bebas yang ada pada suatu bahan
pangan.
C. Tinjauan Pustaka/Dasar
Bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari seringkali tidak kita ketahui
mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Memang
secara kasat mata tampak sekilas tampilan dari bahan pangan tersebut seperti
tidak mengandung apa-apa ,tapi jika di teliti lebih lanjut kebanyakan yang
dikandung dari sebagian bahan pangan adalah zat-zat ataupun senyawa-senyawa
yang yang dapat bersifat toxin atau racun.
Asam lemak bebas ( ALB ) sebagai suatu asam yang dibebaskan pada
hidrolisis asam oleh enzim. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang
juga terdapat didalam buah tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak.
Jika dinding sel pecah atau rusak, maka enzim akan bersinggungan dengan
minyak maka reaksi HI.
Minyak adalah zat atau bahan yang tidak larut dalam air yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan maupun hewan dan merupakan campuran dari gliserida-
gliserida dengan susunan asam-asam lemak yang tidak sama. Minyak adalah
suatu kelompok dari lipida sederhana terbesar yang merupakan ester dari tiga
molekul asam lemak dengan satu molekul gliserol dan membentuk satu molekul
trigliserida yang dalam kondisi ruang (>27oC) akan berbentuk cair (Genisa,
2013).
Minyak goreng adalah lemak yang digunakan untuk medium penggoreng.
Secara umum, di pasaran ditawarkan dua macam minyak goreng: minyak goreng
nabati yang berasal dari tanaman dan hewani berasal dari hewan. Saat ini yang
paling umum digunakan di Indonesia, adalah minyak yang berasal dari nabati
(Hariskal, 2009).
Minyak goreng curah biasanya memiliki wartna yang lebih keruh. Minyak
goreng curah ini tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai berwarna coklat
pekat, hingga kehitam-hitaman, karena pemakaian berulang-ulang pada minyak
makan, sangat tidak baik bagi kesehatan. Selain itu minyak goreng yang sering
digunakan secara berkali-kali sampai minyaknya berubah warna menjadi hitam,
kondisi ini tidak membahayakan kesehatan hanya membuat nilai gizi makanan
yang di goreng menjadi turun dan mempengaruhi rasa, vitamin A, dan D dalam
makanan itu sudah hancur (Bundakata, 2007)
Minyak goreng yang baik memiliki standar mutu yang telah ditentukan
oleh SNI. Standar mutu minyak goreng, telah dirumuskan dan ditetapkan oleh
Badan Standarisasi Nasional (BSN). Standar mutu tersebut yaitu SNI 01-3741-
2002, SNI ini merupakan revisi dari SNI 01-3741-1995, menetapkan bahwa
standar mutu minyak goreng seperti pada Tabel 1 berikut ini:
2. Minyak Curah
12,3 x 25,6 x 0,1
Kadar ALB = 𝑥 100% = 0,62
1000 x 5
3. Minyak Kampung
11 x 25,6 x 0,1
Kadar ALB = 𝑥 100% = 0,56
1000 x 5
H. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan dari hasil praktikum bahwa masing-masing sampel
yang di uji diperoleh hasil kadar asam lemak bebas (ALB). Mutu Pangan yang
paling baik berdasarkan minyak goreng yang digunakan yaitu mutu minyak
gorek bermerk (Sinai) karena termasuk hasil minyak goreng yang rendah asam
lemak bebas (< 030) sedangkan mutu pangan yang tidak baik bahkan tidak layak
untuk di konsumsi berdasarkan minyak goreng yang digunakan yaitu minyak
kelapa curah karena termasuk hasil minyak goreng yang mengandung asam
lemak bebas tertinggi (>0,30) Semakin tinggi hasil asam lemak bebas yang
terkandung maka semakin rendah mutu minyak goreng hingga tidak layak untuk
di konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20973/4/Chapter%20II.
pdf/ Diakses pada tanggal 10 Januari 2015
http://www.psychologymania.com/2012/10/asam-lemak-bebas.html/
Diakses pada tanggal 10 Januari 2015
http://www.psychologymania.com/2012/10/asam-lemal-bebas-html/
Di akses pada tanggal 10 Januari 2015
LAMPIRAN KERJA