Anda di halaman 1dari 30

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beban Ganda Malnutrisi atau DBM (double burden of malnutrition) adalah

suatu konsep yang pertama kali disajikan sekitar satu dekade yang lalu yang

artinya ko-eksistensi kekurangan gizi dan kelebihan gizi makronutrien maupun

mikronutrien di sepanjang kehidupan pada populasi, masyarakat, keluarga dan

bahkan individu yang sama. Yang mengkhawatirkan adalah dimensi DBM di

sepanjang kehidupan, atau keterkaitan antara gizi buruk pada ibu hamil dan janin

dengan meningkatnya kerentanan terhadap kelebihan gizi dan pola makan yang

terkait penyakit tidak menular di kemudian hari (World Bank, 2012).

Unicef Indonesia (2012) menyatakan bahwa masalah gizi, khususnya anak

pendek, menghambat perkembangan anak muda, dengan dampak negatif yang

akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. Studi menunjukkan bahwa anak

pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama

pendidikan yang menurun dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa.

Anak-anak pendek menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh

menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih

rentan terhadap penyakit tidak menular. Oleh karena itu, anak pendek merupakan

prediktor buruknya kualitas sumber daya manusia yang diterima secara luas, yang

selanjutnya menurunkan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan

datang.

Kementrian Kesehatan 2013 menggambarkan prevalensi berat-kurang

(underweight) secara nasional pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7 gizi

buruk dan 13,9 gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional
tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat meningkat. Perubahan

terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun

2010, dan 5,7% tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9%

dari 2007 dan 2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5%

maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4,1%

dalam periode 2013 sampai 2015. Prevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2%

sampai dengan 33,1%. Urutan ke 19 provinsi tersebut dari yang tertinggi sampai

terendah adalah (1) Nusa Tenggara Timur; (2) Papua Barat; (3) Sulawesi Barat;

(4) Maluku; (5) Kalimantan Selatan; (6) Kalimantan Barat; (7) Aceh; (8)

Gorontalo; (9) Nusa Tenggara Barat; (10) Sulawesi Selatan; (11) Maluku Utara;

(12) Sulawesi Tengah; (13) Sulawesi Tenggara; (14) Kalimantan Tengah; (15)

Riau; (16) Sumatera Utara; (17) Papua, (18) Sumatera Barat dan (19) Jambi.

Gambaran hasil Riskesda Provinsi Gorontalo menunjukkan terjadi

penurunan prevalensi kekurangan gizi sebesar 0,4% dari tahun 2010 yakni 26,5%

menjadi 26,1% tahun 2013. Gambaran status gizi di Provinsi Gorontalo tahun

2013 adalah gizi buruk 6,9%, gizi kurang 19,2%, gizi baik 70,9%, dan gizi lebih

3,0%. Prevalensi kekurangan gizi untuk masing-masing kabupaten/kota tahun

2013 mulai dari yang tetinggi yakni Kabupaten Pohuwato 29,5%, Kabupaten

Gorontalo Utara 29,1%, Kabupaten Boalemo 28,5%, Kabupaten Bone Bolango

27,9%, Kabupaten Gorontalo 24,2% dan Kota Gorontalo 22,1%. Sedangkan untuk

balita gizi kurang tertinggi adalah Kabupaten Bone Bolango yakni 23,5%.

Hasil Pemantauan Status Gizi di Kabupaten Bone Bolango tahun 2013

menunjukkan bahwa prevalensi kekurangan tertinggi adalah di wilayah

Puskesmas Bone yakni 12,16% dan wilayah Puskesmas Suwawa yakni 10,72%.
Khusus untuk wilayah Puskesmas Suwawa terdapat 7,91% balita gizi kurang dan

2,81% balita gizi buruk. Sedangkan prevalensi kekurangan gizi terendah yakni di

wilayah Puskesmas Pinogu yakni 0% dan Kabila Bone 0,33%.

Hasil penelitian Kristianti (2013) menunjukkan tidak ada hubungan jenis

pekerjaan ibu dengan status gizi anak usia 4-6 tahun di TK Salomo Pontianak

tahun 2013 (P = 0,805, indeks BMI/U). Ada faktor cofounding yang berkontribusi

mempengaruhi status gizi anak yaitu tingkat pengetahuan ibu. Hal ini ditunjukkan

dengan p value = 0,046 (p < 0,05), terdapat hubungan antara pengetahuan ibu

dengan status gizi anak. Sedangkan faktor cofounding lainnya seperti tingkat

pendidikan ibu tidak memiliki hubungan dengan status gizi anak (p = 5,95).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan dengan Status Gizi

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Apakah ada hubungan tingkat pendidikan dengan status gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango?

2. Apakah ada hubungan jenis pekerjaan dengan status gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango?

3. Apakah ada hubungan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan dengan status

gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango?


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum:

Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan dengan

status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone

Bolango.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu Balita di wilayah kerja

Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

b. Mengidentifikasi jenis pekerjaan ibu Balita di wilayah kerja Puskesmas

Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

c. Mengidentifikasi status gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Suwawa

Kabupaten Bone Bolango.

d. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan status gizi Balita di

wilayah kerja Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

e. Menganalisis hubungan jenis pekerjaan dengan status gizi balita di

wilayah kerja Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Manfaat teoritis

Penelitian tersebut dapat menjadi tambahan pengetahuan dalam

khasanah ilmu kesehatan khususnya yang berhubungan dengan balita dan

Beban Ganda Malnutrisi atau DBM (double burden of malnutrition).


2. Manfaat praktis

a. Bagi pihak Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan informasi

terkini dibidang kesehatan dalam upaya pemecahan masalah Beban Ganda

Malnutrisi atau DBM (double burden of malnutrition).

b. Bagi ibu

Sebagai bahan informasi kepada ibu yang memiliki balita tentang

status gizi balita.

c. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dan pembelajaran dalam memperluas wawasan

yang telah didapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi di

masyarakat tentang ilmu kesehatan khususnya yang berhubungan dengan

balita dan Beban Ganda Malnutrisi atau DBM (double burden of

malnutrition) dan kontribusi bagi masyarakat.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti belum ada yang pernah meneliti judul yang sama

dengan peneliti, namun ada judul yang mirip atau sejenis, yaitu:

1. Dohmi, Zulkifli,2008. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan

dengan Status Gizi Balita di Desa Tabumela Kecamatan Telaga Kabupaten

Gorontalo Tahun 2008.

Variabel : Pendidikan, pekerjaan, dan status gizi

Desain : Cross sectional

Populasi : Ibu yang memiliki balita.

Sampel : 125 orang.


Analisis : Uji Yates Corection

Hasil : Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan status gizi

balita, sedangkan status pekerjaan tidak ada hubungan dengan

status gizi balita di Desa Tabumela Kecamatan Telaga Kabupaten

Gorontalo.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan:

1. Variabel: Tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan status gizi.

2. Populasi: Balita

3. Desain: Cross sectional

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan :

1. Waktu dan Tempat penelitian

2. Analisis: Uji Chi-square, sedangkan oleh Dohmi, Zulkifli (2008)

menggunakan Uji Yates Corection.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Pendidikan

1. Definisi Pendidikan

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

2. Prinsip penyelenggaraan pendidikan

Prinsip penyelenggaraan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 adalah:

a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai

keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan

system terbuka dan multimakna.

c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun

kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran.
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,

menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

f. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen

masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian

mutu layanan pendidikan.

3. Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

Jalur pendidikan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003

adalah:

a. Pendidikan formal.

b. Pendidikan non formal.

c. Pendidikan informal.

Jenjang pendidikan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003

adalah:

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar

(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain sederajat serta

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau

bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan mengengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah


Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,

institut, atau universitas.

Jenis pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

adalah:

a. Pendidikan umum

b. Pendidikan kejuruan

c. Pendidikan akademik

d. Pendidikan profesi

e. Pendidikan vokasi

f. Pendidikan keagamaan

g. Pendidikan khusus

B. Tinjauan tentang Jenis Pekerjaan

1. Pengertian Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap hari. Pekerjaan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi dengan orang lain sehingga

akan memiliki pengetahuan yang baik pula (Ariani, 2014).


Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Klasifikasi

Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) pekerjaan adalah suatu rangkaian

tugas yang dirancang untuk dikerjakan oleh satu orang atau sebagai imbalan

diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi dan berat ringannya pekerjaan

tersebut.

2. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan Pekerjaan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam

Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) pekerjaan adalah

kumpulan pekerjaan yang mempunyai rangkaian tugas yang bersamaan.

Beberapa jenis pekerjaan sebagai berikut:

a. Pegawai Negeri Sipil

b. TNI, POLRI

c. Pegawai swasta

d. Wiraswasta

e. Buruh, Petani, nelayan

C. Tinjauan tentang Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi (Napu dan Tambipi, 2008). Sedangkan menurut

Supariasa, dkk (2012) status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan

dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk

variabel tertentu.

2. Penilaian Status Gizi Secara Langsung


Menurut Supariasa, dkk (2012) penilaian status gizi secara langsung

dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia,

dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum

sebagai berikut:

a. Antropometri

1) Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

2) Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidak seimbangan asupan protein dan energi. Ketidak-

seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah dalam tubuh.

f. Klinis

1) Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting

untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel

(supervicial epithelial tissue) seperti kulit, mata, rambut, dan

mukosa oral tau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan

tubuh seperti kelenjar tiroid.


2) Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secra

cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk

mendeteksi secra cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan

salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu pula digunakan untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan

pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptoni) atau

riwayat penyakit.

c. Biokimia

1) Pengertian

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh

seperti hati dan otot.

2) Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah

lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan

kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menetukan

kekurangan gizi yang spesifik.

d. Biofisik

1) Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode

penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.

2) Penggunaan

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti

kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara

yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

3. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu:

survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan

penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut:

a. Survei Konsumsi Makanan

1) Pengertian

Survei konsumsi makanan adalah metode penetuan status

gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi

yang dikonsumsi.

2) Penggunaan

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,

keluarga dan individu. Survei ini dapat mengindentifikasikan

kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b. Statistik Vital

1) Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka

kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya

yang berhubungan dengan gizi.

2) Penggunaan

Penggunaanya dipertimbangkan sebagai bagian dari

indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

4. Klasifikasi Status Gizi Menurut IMT/BB/TB

Tabel 2. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan


Indeks

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS


Gizi Buruk <-3 SD
Berat Badan menurut
Gizi Kurang -3 SD sampai <-2 SD
Umur (BB/U)
Gizi Baik -2 SD sampai 2 SD
Anak Umur 0-60 bulan
Gizi Lebih >2 SD
Panjang Badan menurut Sangat Pendek <-3 SD
Umur (PB/U) atau Pendek -3 SD sampai <-2 SD
Tinggi Badan menurut Normal -2 SD sampai 2 SD
Umur (TB/U) Tinggi >2 SD
Anak Umur 0-60 bulan
Berat Badan menurut Sangat Kurus <-3 SD
Panjang Badan (BB/PB) Kurus -3 SD sampai <-2 SD
atau Normal -2 SD sampai 2 SD
Berat Badan menurut Gemuk >2 SD
Tinggi Badan (BB/TB)
Anak Umur 0-60 bulan
Indeks Massa Tubuh Sangat Kurus <-3 SD
menurut Umur (IMT/U) Kurus -3 SD sampai <-2 SD
Anak Umur 0-60 bulan Normal -2 SD sampai 2 SD
Gemuk >2 SD
Indeks Massa Tubuh Sangat Kurus <-3 SD
menurut Umur (IMT/U) Kurus -3 SD sampai <-2 SD
Anak Umur 5-18 Tahun Normal -2 SD sampai 1 SD
Gemuk >1 SD sampai 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber: Kemenkes RI, 2011

5. Masalah Gizi Pada Usia Balita


Masalah gizi utama yaitu: Kurang Energi Protein (KEP), Kurang

Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Ganggguan Akibat Kurang

Yodium (GAKY) dan obesitas (Mitayani, 2010).

Menurut Khomsan (2003) intake gizi yang baik memiliki peranan

penting dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal dan pertumbuhan

badan yang optimal juga mencakup pertumbuhan otak yang sangat

menentukan kecerdasan seseorang, akibat dari seorang anak menderita gizi

kurang akan terlihat:

a. Berpenampilan lebih pendek dari anak yang lain yang seumuran

dengannya

b. Memiliki berat badan lebih rendah menurut umurnya.

c. Memiliki daya tahan tubuh yang kurang, dan rentan terhadap penyakit.

d. Mengalami gangguan perkembangan otak sehingga mempengaruhi

tingkat kecerdasannya.

6. Perkembangan Anak Balita

Perkembangan usia 2-5 tahun merupakan perkembangan usia pra-

sekolah. Perkembangan aspek psikososial pada masa ini cukup pesat,

ditandai dengan aktifitas anak untuk belajar berbicara, lari, dan mulai

bersosialisasi. Apabila usia 1 tahun anak mulai menggunakan tangan untuk

makan, pada usia 2 tahunan anak sudah dapat memegang gelas, sendok, dan

dapat berbicara, namun masih menyukai memegang makanan dengan tangan.

Pada usia ini pola perkembangan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, fisik

dan psikis yang menimbulkan perbedaan tampilan dari setiap anak (Istiany

dan Rusilanti, 2013).


a. Perkembangan Motorik

Motorik kasar yang diamati pada anak usia 2-3 tahun memiliki ciri

bahwa anak sudah dapat memanjat, berlari, melompat, melatih

keseimbangan badan, dan berbain bola. Pada usia 3-4 tahun, kemampuan

motorik anak bertambah; dapat lompat jauh, melempar, dan menangkap

bola. Sedangkan pada usia 4-5 tahun, anak sudah pendai bermain bola,

lomba karung, melompat tali, dan lain-lain.

Motorik halus yang diamati pada anak usia 2-3 tahun memiliki ciri:

anak sudah dapat mengembangkan motorik halusnya, seperti bermain

balok, gambar, tempel, mengelompokkan benda-benda sejenis,

mencocokkan gambar, balok mainan. Membalik halaman satu persatu,

memegang alat tulis (menggambar), menggunakan satu tangan secara

tetap dalam hampir semua kegiatan, meniru garis (lingkaran, lurus, dan

berdiri/tegak lurus), melukis bentuk-bentuk, dan meremas-

remas/menggulung tanah liat.

b. Perkembangan kecerdasan mental, kemampuan bicara, dan bahasa.

Pada anak usia 2-3 tahun, perkembangan kecerdasan yang diamati

dengan dorongan dari orang tua anak dapat diajak mendengarkan simbol-

simbol dengan cara membacakan buku.

Pada anak usia 3-4 tahun, anak dapat dikenalkan dengan huruf,

menyebutkan dan menjelaskan benda-benda, konsep tentang waktu, dan

definisi membuat kalimat.


Sedangkan pada usia 4-5 tahun, anak sudah dapat mengingat,

mengenal kata, permainan angka, dan dapat diajak membantu kegiatan

rumah seperti bekerja di dapur.

c. Perkembangan emosi

Perkembangan emosi pada awal masa kanak-kanak sangat kuat,

saat ini merupakan saat ketidakseimbangan dan mudah terbawa ledakan-

ledakan emosional, sehingga sulit untuk dibimbing dan diarahkan

(Istiany dan Rusilanti, 2013).

D. Kerangka Konsep

PENDIDIKAN

PENGETAHUAN STATUS GIZI

PEKERJAAN

Keterangan :

: Di teliti

: Tidak di teliti

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka hipotesis penelitian adalah:


Ada hubungan pendidikan dan pekerjaan dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

H0 : Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan status gizi balita di wilayah

kerja Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

Ha: Ada hubungan tingkat pendidikan dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bilango.

Ha : Ada hubungan jenis pekerjaan dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bilango.

Ha : Ada hubungan tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan status gizi balita di

wilayah kerja Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bilango.


III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik dengan

pendekatan cross sectional. Survei analitik merupakan suatu metode penelitian

selain mendeskripsikan juga menganalisis hubungan antar variabel yakni variabel

bebas pendidikan, dan pekerjaan serta variabel terikat status gizi. Pendekatan

cross sectional menurut Ariyani (2014) adalah suatu penelitian untuk mempelajari

korelasi antara faktor-faktor risiko dengan cara pendekatan/pengumpulan data

sekaligus pada satu saat tertentu saja.

B. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 bertempat di

wilayah kerja Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu pendidikan dan

pekerjaan dan variabel terikat yaitu tentang status gizi balita.


D. Definisi Operasional

Tabel 2

Variabel, Definisi Operasional, Parameter, Alat Ukur, Skala dan Kategori

Definisi Alat
Variabel Parameter Skala Kategori
Operasional Ukur
Variabel
bebas :
Pendidikan Tingkat Tingkat Kuesioner Ordinal a. Tinggi:
Pendidikan adalah pendidikan Perguruan
pendidikan terakhir ibu. Tinggi
terakhir yang b. Menengah:
ditempuh ibu. SMP - SMA
c. Rendah:SD -
Tidak Sekolah

Pekerjaan Pekerjaan adalah Jenis Kuesioner Ordinal a. Bekerja


kegiatan yang Pekerjaan ibu b. Tidak Bekerja
dilakukan oleh ibu
untuk menunjang
kehidupan
keluarganya.

Variabel
terikat :
Status Gizi Status Gizi
Keadaan tubuh Gizi buruk Lembar Ordinal a. Baik : Status Gizi
balita sebagian Gizi kurang Observasi Baik
akibat konsumsi Gizi baik b. Tidak Baik :
makanan dan Gizi lebih status gizi
penggunaan zat- buruk/kurang/
zat gizi dalam lebih
kehidupan sehari-
hari.

E. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita di wilayah

Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango sejumlah 952 balita.


2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus:

N
n =
1 + N(d)2

Ket:
n = Besar sampel
N = Jumlah Populasi
d² = Tingkat signifikansi = α= 5% atau 0,05
(Nursalam, 2009)

952
n =
1 + 952 (0,05)2

952
n =
1 + 2,38

952
n =
3,38

n = 281,66 dibulatkan menjadi 282 orang.

F. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data tentang variabel yang diteliti maka instrumen

penelitian yang digunakan adalah angket. Menurut Ariani (2014) angket adalah

daftar pertanyaan atau kuesioner yang dikirimkan kepada responden untuk diisi,

kemudian dikembalikan lagi kepada pemiliki kuesioner.

G. Pengumpulan Data

1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan

sendiri pengumpulan terhadap objek (Ariani, 2014). Adapun data primer


yang akan dikumpulkan adalah data tentang pendidikan, pekerjaan, dan status

gizi (umur, berat badan, tinggi/panjang badan).

2. Data sekunder adalah data yang berasal dari olahan data primer. Data

sekunder biasanya didapatkan dari instansi pengumpul data (Ariani, 2014).

Adapun data sekunder yang dikumpulkan adalah data tentang gambaran

umum wilayah kerja Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

H. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah terkumpul data melalui kuisioner, kemudian di lakukan pengolahan

data melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Pengolahan data

a. Editing

Editing adalah hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari

lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan

dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut:

1) Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.

2) Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup

jelas atau terbaca.

3) Apakah jawaban relevan dengan pertanyaannya.

4) Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban

pertanyaan yang lainnya.


b. Coding

Coding yaitu setelah semua kuesioner diedit atau disunting,

selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “coding” yakni mengubah

data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Memasukkan data (Data Entry) atau processing

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam

program atau “Software” computer.

d. Pembersihan data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2 Analisis data

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran

distribusi dan frekuensi dari variable dependen dan independen yaitu

dengan menggunakan rumus:

𝑓
𝑃= x 100%
𝑁

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar

variabel independen menggunakan analisis chi kuadrat (x2) dengan

rumus:
( f0  fh )2
X  i 1
2 K

fh

Dimana:

x2 = chi kuadrat
f0 = frekuensi observasi
fh = frekuensi harapan

Untuk hasil akhir di gunakan uji statistik chi square (X2)

dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Terlebih dahulu membuat rumusan hipotesis baik penelitian (H0)

maupun hipotesis alternatif (Ha).

2) Menyusun tabel koefisien korelasi dan tafsiranya serta tabel kerja

untuk melakukan komputasi data yang di peroleh ke dalam tabel

memasukan data kedalam rumus yang ada.

3) Menguji nilai X2 yang di peroleh dengan menggunakan harga

kritis (critical value X2 tabel ) yang di sesuaikan dengan tingkat

kemaknaan yang di tentukan (deviasi = 0,05 ).

4) Untuk menghitung derajat kebebasan dengan rumus : n=(c-1)(r-

1)

dimana:
n: derajat kemaknaan
c: banyaknya kolom
r: banyaknya baris

5) Menarik kesimpulan terhadap pengujian X2 yaitu H0 di terima jika

X2 hitung < X2 tabel, H0 di tolak jika X2 hitung > X2 tabel atau

X2 = X2 tabel, dan Ha di terima jika X2 hitung > X2 tabel.


I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian peneliti menekankan pada masalah etika yang

meliputi (Nursalam, 2009).

1. Persetujuan (Informed Consent)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent).

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden, tujuannya adalah

agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian.

2. Tanpa nama(Anonymity)

Merupakan masalah etika dalam pengambilan data dengan cara tidak

memberikan nama responden pada lembar alat ukur hanya menulis kode pada

lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil

penelititan baik informasi maupun masalah-masalah lainnya dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

J. Jadwal Penelitian

Waktu Jadwal Penelitian

Kegiatan Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan

Judul
Penyusunan
proposal

Seminar
proposal

Perbaikan
proposal

Penelitian

Ujian hasil

Sidang

K. Biaya penelitian

a. Pengumpulan Data : Rp. 100.000


b. Analisis data : Rp. 100.000
c. Penulisan laporan : Rp. 400.000
d. Lain-lain : Rp. 200.000
Rp. 800.000
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Ayu Putri, 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan
Kesehatan Reproduksi.Nuha Medika, Yogyakarta

Badan Pusat Statistik, KBJI 2002. Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia.
BPS, Jakarta

Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar – RISKESDAS


2013, Kemenkes RI. Jakarta.

Dohmi, , Zulkifli,2008.Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan


dengan Status Gizi Balita di Desa Tabumela Kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo Tahun 2008. SKRIPSI UNPUBLISH. Poltekes
Kemenkes Gorontalo. Gorontalo.

Istiany dan Rusilanti, 2013, Gizi Terapan, Remaja Rosdakarya. Bandung.

Kemenkes RI, 2011. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi. Kemenkes RI. Jakarta.

Khomsan, 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Rajawali Sport. Jakarta.

Napu dan Tambipi, 2008. Bahan Ajar Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas
Daerah Gorontalo. Dalam rangka Penerapan mata pelajaran di
Tingkat SD, SMP dan SMA Provinsi Gorontalo. Dikes Provinsi
Gorontalo. Gorontalo.

Nursalam, 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta

Sarifuddin dkk, 2010, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Karya Tulis
Ilmiah, Politeknik Kesehatan Gorontalo, Gorontalo

Supariasa, dkk, 2012. Penilaian Status Gizi. Cetakan 2012. EGC. Jakarta.

Unicev Indonesia, 2012, Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak, Unicev
Indonesia. Jakarta.

World Bank, 2012, Indonesia Health Sector Review. Indonesia : Menghadapi


Beban Gizi Ganda Malnutrisi, World Bank. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti, tentang tujuan penelitian untuk

mengetahui bagaimana “Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan dengan Status Gizi

Balita di Wilayah Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango”, maka dengan

ini kami menyatakan menjadi responden untuk membantu dan berperan serta

dalam kelancaran penelitian tersebut.

Gorontalo, 2014

Responden
Lampiran 2

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Ibu Calon Responden

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekes

Kemenkes Gorontalo, peneliti akan melakukan penelitian tentang “Hubungan

Pendidikan dan Pekerjaan dengan Status Gizi Balita di Wilayah Puskesmas

Suwawa Kabupaten Bone Bolango”

Demikian permohonan ini, atas bantuan dan partisipasinya disampaikan

terima kasih.

Gorontalo, 2016

Peneliti
Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN


STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS SUWAWA
KABUPATEN BONE BOLANGO

1. Data Umum :

a. Nama ( inisial ) Ibu :

b. Umur :

c. Pendidikan Terakhir :

d. Pekerjaan :

e. Jumlah anak :

f. Alamat :

2. Data Balita :

a. Nama :

b. Tanggal Lahir :

c. Jenis Kelamin :

d. Berat Badan Lahir :

e. Berat Badan saat ini :

f. Tinggi/Panjang Badan :

Anda mungkin juga menyukai