Search
HOME
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM»
MATERI KULIAH FARMASI»
I. Tujuan
Melakukan identifikasi dan penetapan kadar boraks pada sampel bakso menggunakan
metode titrasi asidimetri.
II. Prinsip
Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat basa (basa bebas, dan larutan
garam-garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah) dengan larutan standart asam.
III. Reaksi
Na2B4O7·10H2O + 2 HCl → 4 B(OH)3 [atau H3BO3] + 2 NaCl + 5 H2O
1 Beaker glass
2 Blender
3 Buret
4 Cawan Porselen
5 Erlenmeyer
6 Gelas Ukur
7 Kaca arloji
Bahan
1. Air Bebas CO2
2. Asam Klorila (HCl)
3. Asam Sulfat (H2SO4)
4. Boraks BPFI
5. Indikator Metil Merah
6. Methanol
7. Sampel bakso tahu
VI. Prosedur
Preparasi Sampel
Sampel bakso tahu dipotong-potong dan ditimbang sebanyak 1 gram secara seksama
kemudian ditambahkan aquadest 50 ml. Sampel kemudian diblender dan disaring
menggunakan kertas saring. Filtratnya diambil untuk dianalisis.
Uji Kualitatif
Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dikisatkan. Sampel
kemudian ditambahkan asam sulfat dan methanol lalu dibakar. Nyala api diamati.
Uji Kuantitatif
a. Pembakuan HCl 0.1 N (Baku Sekunder)
Pembuatan HCl 0.1 N
Sebanyak 4.14 ml HCl 12 M diambil dan dilarutkan dalam 900 ml aquadest.
Pembuatan larutan Baku Primer
Boraks ditimbang sebanyak 1.9018 gram secara seksama, lalu dimasukkan ke dalam
labu ukur. Kemudian dilarutkan dengan aquadest bebas CO2 dan di add hingga 100 ml.
Titrasi Pembakuan
Sebanyak 10 ml larutan baku primer boraks 0.1 N dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes indicator metil merah. Larutan analit dititirasi
hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda.
Uji Kuantitatif
No V analit V titran
1 10 ml 2.7 ml
2 10 ml 2.7 ml
VIII. Perhitungan
Konsentrasi Larutan Baku Primer Na-Tetraborat
Massa Na-Tetraborat yang ditimbang = 1.9018 gram
Pembakuan HCl
I. V1 x N1 = V2 x N2
0.0998 x 25 = 18.9 x N2
N2 = 0.0863 N
II. V1 x M1 = V2 x M2
0.0998 x 10 = 11.4 x N2
N2 = 0.0871 N
Noramlitas rata-rata = 0.0869 N
Perhitungan Kadar
IX. Pembahasan
Pada praktikum sebelumnya, dilakukan analisis terhadap sampel makanan yang diduga
mengandung bahan kimia natrium tetraborat, atau yang lebih dikenal dengan nama boraks.
Seperti yang kita ketahui, boraks merupakan senyawa kimia yang biasanya digunakan untuk
mengawetkan mayat ataupun specimen-spesimen biologi lainnya. Natrium tetraborat atau
boraks, menurut BPOM sendiri,sama sekali dilarang penggunaan nya dalam makanan
ataupun minuman. Penggunaan boraks dalam dosis yang rendah tidak akan menyebabkan
kerusakan namun akan terakumulasi di otak, hati, lemak dan ginjal. Jika terakumulasi terus
akan menyebabkan mal fungsi dari organ-organ tersebut sehingga membahayakan tubuh.
Penggunaan boraks dalam dosis yang banyak mengakibatkan penurunan nafsu makan,
gangguan pencernaan, demam, anuria. Dan dalam jangka panjang akan menyebabkan radang
kulit merangsang SPP, apatis, depresi, slanosis, pingsan, kebodohan dan karsinogen. Bahkan
bisa menimbulkan kematian. Oleh sebab itu berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.
722/Menkes/Per/IX/88 dilarang menggunakan boraks sebagai bahan campuran dan pengawet
makanan.
Boraks (Na2B4O7) dengan nama kimia natrium tetra borat, natrium biborat, natrium
piroborat merupakan senyawa kimia yang berbentuk kristal dan berwarna putih dan jika
dilarutkan dalam air menjadi natrium hidroksida serta asam boraks. Natrium hidroksida dan
asam boraks masing-masing bersifat antiseptik, sehingga banyak digunakan oleh industri
farmasi sebagai ramuan obat misalnya : salep, bedak, larutan kompres, dan obat pencuci
mata. Penggunaan boraks di industri farmasi ini sudah sangat dikenal. Hal ini dikarenakan
banyaknya boraks yang dijual di pasaran dan harganya yang sangat murah. Selain itu boraks
bagi industri farmasi memberikan untung yang besar. Boraks pada dasarnya merupakan
bahan untuk pembuat solder, bahan pembersih, pengawet kayu, pengontrol kecoa, dan bahan
pembuatan kaca. Dengan sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki, boraks digunakan sebagai
bahan campuran untuk pembuatan benda-benda tersebut. Boraks sedikit larut dalam air,
namun bisa bermanfaat jika sudah dilarutkan dalam air.
Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya boraks dalam makanan
secara kualitatif, dan apabila sampel makanan positif mengandung boraks, dilakukan uji
kuntitatif untuk mengetahui kadar boraks yang terkandung dalam makanan tersebut. Dalam
hal ini, sampel yang digunakan adalah sampel siomay yang didapat dari kantin Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran.
Analisis diawali dengan preparasi sampel siomay yang didapat. Preparasi sampel
diawali dengan menimbang sampel sebanyak 2 gram, ditambahkan H2O sebanyak 50 ml,
kemudian diblender. Tujuannya agar sampel tersebut dapat hancur menjadi partikel yang
lebih kecil daripada sebelumnya, sehingga memudahkan dalam analisis kualitatif maupun
kuantitatif nanti nya. Setelah sampel cukup halus, maka sampel disaring dengan kertas saring,
kemudian filtrate nya dipisahkan. Tahap preparasi sampel telah selesai dilakukan dan siap
untuk dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif.
Pertama-tama, dilakukan pembuatan larutan HCl 0,1 N. pembuatan larutan dilakukan
dengan mengambil larutan HCl pekat dengan konsentrasi nya sebesar 12 M sebanyak 4,14
ml, kemudian dilarutkan dalam 900 ml aquadest, sehingga didapatlah HCl dengan
konsentrasi sebesar 0,1 N.
Selanjutnya, dilakukan analisis kualitatif terhadap sampel yang telah menjadi liquid
tersebut (filtratnya). Analisis kualitatif diawali dengan mengambil filtrate sebanyak 5 ml,
kemudian dikisatkan dengan cara dipanaskan dengan menggunakan pemanas listrik hingga
volume filtrate berkurang dari volume asalnya, agar konsentrasi sampelnya lebih pekat
seiring dengan berkurangnya volume solvent nya (dalam hal ini aquadest), sehingga
memudahkan dalam proses analisis kualitatif nantinya. Sampel yang telah dikisatkan tersebut
kemudian ditambahkan asam sulfat (H2SO4) 0,1 N beberapa tetes, dan ditambahkan
methanol secukupnya untuk pembakaran sampel. Sampel yang telah ditambahkan methanol
kemudian dibakar, dan dilihat nyala api sampel. Apabila nyala api menunjukkan warna hijau,
hal tersebut merupakan penanda bahwa terdapat boraks dalam sampel makanan yang
dianalisis. Sampel siomay yang dianalisis ternyata tidak menunjukkan nyala api berwarna
hijau, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel siomay tersebut tidak mengandung boraks.
Diluar pernyataan tadi, kemungkinan sampel siomay yang dianalisis mengandung boraks,
akan tetapi dalam konsentrasi yang sangat sedikit, sehingga saat dianalisis kualitatif, tidak
menunjukkan hasil positif, sehingga menunjukkan hasil negative palsu (false negative).
Akan tetap, akan lebih baik lagi jika analisis dilanjutkan ke tahap analisis kuantitatifnya.
Setelah dilakukan analisis kualitatif terhadap sampel, dilakukan pembakuan larutan
baku sekunder HCl 0,1 N yang akan digunakan untuk titrasi nantinya.
Titrasinatriumtetraborat menggunakan prinsip titrasi asidimetri. Alasan penggunaan titrasi
asidimetri adalah karena sampel yang dianalisis bersifat basa, oleh sebab itu, titrant nya
haruslah merupakan suatu larutan baku sekunder yang bersifat asam (titrasi asidimetri).
Pembakuan HCl 0,1 N diawali dengan membuat larutan baku primer yang tidak lain
merupakan larutan boraks. Larutan baku primer boraks dibuat dengan menimbang sebanyak
190,61 gram boraks, dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambahkan aquadest
ad tanda batas 100 ml. setelah larutan baku boraks dibuat, maka diambil larutan boraks
tersebut sebanyak 10 ml, yang nantinya akan digunakan sebagai analit dalam pembakuan
larutan baku sekunder (HCl 0,1 N). Larutan boraks 10 ml tadi ditambahkan indicator metil
merah hingga warna larutan yang bening berubah menjadi berwarna kekuningan. Larutan
yang telah berubah warna menjadi kekuningan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan
HCl 0,1 N hingga mencapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna larutan
yang tadinya berwarna kuning, menjadi berwarna merah muda. Dari hasil pembakuan larutan
HCl 0,1 N, ternyata didapat konsentrasi larutan HCl yang sebenarnya, yaitu konsentrasinya
adalah sebesar 0,0869 N.
Setelah pembakuan larutan titrant (HCl), maka dilakukan analisis kuantitatif terhadap
larutan sampel yang diduga mengandung boraks. Analisis diawali dengan mengambil larutan
sampel sebanyak 10 ml, dimasukkan dalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan larutan spike
yang tidak diketahui konsentrasinya, dan ditambahkan larutan indicator metil merah beberapa
tetes hingga larutan yang berwarna bening berubah menjadi berwarna kekuningan. Kemudian
dilakukan titrasi hingga mencapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi asidimetri dengan
menggunakan indicator metil merah ditandai dengan berubahnya warna larutan yang tadinya
kekuningan, menjadi berwarna merah muda pada titik akhir titrasi nya. Reaksi antara Natrium
tetraborat dengan HCl akan menghasilkan garam NaCl dan asam tetraborat yang sifatnya
asam. Alasan penggunaan indicator metil merah adalah karena indicator metil merah
merupakan salah satu indicator dalam titrasi asidimetri, yang akan menunjukkan perubahan
warna pada rentang pH yang agak asam (4,5-6), sehingga cocok digunakan sebagai indicator
dalam analisis volumetric yang menggunakan metode titrasi asidimetri. Titrasi ini dilakukan
sebanyak 2 kali (duplo), dan volume HCl yang digunakan dalam titrasi adalah rata-rata
sebanyak 2,7 ml. Volume hasil titrasi ini kemudian dimasukkan dalam perhitungan untuk
menentukan kadar boraks. Hasil perhitungan kadarnya adalah 223,615 mg/50 ml.
KESIMPULAN
1. Analisis Kualitatif menunjukkan hasil negative untuk pemeriksaan sampel siomay yang
didapat di kantin Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Analisis kuantitatif menunjukkan
bahwa kadar boraks dalam sampel yang dispike dengan larutan baku natrium tetraborat
adalah 223,615 mg/50 ml
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan. Jakarta.
Hamdani, 2012. Boraks. Tersedia di http://catatankimia.com/catatan/ boraks-dalam-
makanan.html [diakses tanggal 25 Mei 2013]
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Roth, H. J. 1988. Analisis Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Simpus. 2005. Bahaya Boraks. Tersedia di http://catatankimia.com/catatan/ boraks-dalam-
makanan.html [diakses tanggal 25 Mei 2013]
Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Wardayati, Tatik. 2012. Boraks. Tersedia di http://intisari-online.com/read/bahan-kimia-berbahaya-
pada-makanan [diakses tanggal 25 Mei 2013]