FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KASUS PSIKOTIK II
Rabu, 1 November 2017
Dibawakan oleh :
dr. MIRNA M.ZAIN
(C106216206)
Moderator :
dr. A. Suheyra Syauki, M.Kes, Sp.KJ
0
LEMBAR PERSETUJUAN
Hari : Rabu
Tanggal : 1 November 2017
Jam : 08.00 WITA – Selesai
Tempat : Ruang Pertemuan Psikiatri RSKD Prov. Sulsel
1
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn.NR
No. RM : 813905
Umur : 20 tahun (21-10-1997)
Agama : Islam
Suku : Makassar
Status Pernikahan : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jln. Baddo-Baddo Gowa
Masuk Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Sulawesi Selatan untuk kedua kalinya pada
tanggal 1 Oktober 2017, pukul 20.05 WITA, diantar oleh ibu pasien.
2
A. Keluhan Utama
Mengamuk
3
presentasi, teman pasien tidak mmammpu mempresentasikan dengan baik, walaupun
passien sudah mengajarkan dan membuat power pointnya, hal ini membuat pasien
marah. Karena kejadian tersebut teman-teman lainnya selalu mengejek pasien
mengatakan bahwa pasien tidak lulus, dan gurunya juga mengatakan bahwa pasien
tidak lulus karena timnya tidak lulus. Pasien terus mengingat hal ini sehingga saat di
rumahnya pasien lebih banyak diam dan mengurung diri. Pada malam harinya pasien
mulai mengamuk, menghancurkan barang-barang yang didalam kamarnya. Keluarga
pasien membawa pasien berobat alternatif selama 1 hari tetapi karena tidak ada
perubahan kemudian pasien dibawa berobat ke Klinik Waras dan dirawat Selama 3
hari.
Setelah dirawat pasien pulang kerumahnya dan istirahat selama 1 minggu.
Pasien kemudian melanjutkan berobat alternatif selama 1 bulan. Saat itu ibu pasien
melapor ke sekolah pasien menanyakan kenapa pasien sudah dikatakan tidak lulus
padahal nilainya baik, dan saat itu belum UAS. Guru pasien kemudian mengizinkan
pasien untuk mengikuti UAS. Minggu berikutnya pasien mulai masuk sekolah untuk
mengikuti UAS dan Pasien kemudian lulus dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Saat
mulai masuk kuliah sekitar bulan September 2016 pasien mulai menjadisusah tidur
dan ibu pasien membawa pasien berobat ke Poliklinik Jiwa RSKD selama 2 bulan
mendapat injeksi Haldol Decanoas. Pada bulan Desember 2016 Pasien selalu merasa
takut jika nilainya rendah. Pasien mengalami penurunan berat badan dan mulai sulit
untuk tidur. pasien hanya dapat tidur 2-3 jam karena mengerjakan tugasnya. Pasien
menjadi pendiam, mengurung diri dan sulit untuk tidur, pasien juga mengaji
semalaman dan tidak mau makan sehingga keluarga memutuskan untuk membawa
pasien untuk dirawat Inap ke RSKD. Selama di RSKD pasien dirawat di Picu Meranti
selama 2 minggu dengan diagnosa Skizofrena Katatonik dan saat pulang pasien
mendapatkan terapi Risperidone 2 mg 2x1. Clozapine 25mg 1x1 dan Trihexyphenydil
2mg 2x1. Saat pulang menurut Ibu pasien, pasien masih lebih banyak diam sekitar 2
minggu. Setelah itu pasien kembali seperti biasanya. Pasien masih sering kontrol ke
Poli RSKD mendapatkan injeksi Haldol decanoas selama 2 bulan. Selama
mengkonsumsi obat pasien mampu berkegiatan seperti biasanya dan kembali untuk
kuliah.
Sampai bulan Maret 2017 pasien teratur minum obat tetapi terputus saat pasien
harus ke Padang lampe untuk mengikuti pasantren selama 40 hari. Selama di Padang
lampe ibu pasien setiap minggu datang menjenguk pasien dan selalu menghawatirkan
4
pasien. Pasien tidak meminum obatnya sejak bulan maret 2017 – September 2017.
Menurut ibu pasien walaupun tidak meminum obatnya pasien tetap aktif dan dapat
mengikuti kuliahnya dengan baik.
Pada bulan September 2017 pasien bertengkar dengan pacarnya, sejak itu
pasien menjadi sering marah-marah. Ketika pulang dari Sholat Id pasien merasa sakit
kepala sehingga pasien pulang lebih cepat ke rumah. Saat keluarga berkumpul tante
pasien yang biasanya akrab tidak menegur pasien, padahal sebelumnya tante pasien
selalu baik pada pasien, dan pasien biasanya mengantarkan tantenya jika ingin keluar
rumah. Sejak itu pasien tidak dapat tidur, kemudian pasien mengamuk dengan
menghancurkan barang-barang dirumahnya, berteriak, mondar-mandir dalam rumah
dan kemudian memukul ibunya sehingga keluarga kemudian memutuskan untuk
membawa pasien ke RSWS untuk Rawat Inap yang pertama kalinya.Selama dirawat
pasien selalu mengatakan tantenya selalu mendatanginya dalam mimpi sehingga
mengatakan bahwa tantenya ingin menjahati dirinya. Pasien dirawat selama 15 hari
dan diberikan terapi Olanzapine, Depakote dan Lorazepam. Selama di rumah pasien
teratur meminum obatnya. Saat kontrol ke poli sekitar akhir September pasien hanya
mendapatkan Olanzapine dan Lorazepam, pasien tidak mengkonsumsi Depakote,
sehingga pada tanggal 1 Oktober 2017, pasien kembali mengamuk sehingga keluarga
memutuskan membawa pasien kembali ke RS WS yang ke 2 kalinya.
d.Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam. Pasien adalah anak yang rajin beribadah, rajin
shalat 5 waktu dan mengaji.
e.Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
f. Riwayat Psikoseksual
Pasien mendapat haid di usia 13 tahun, Pasien pacaran sejak SMP sebanyak 2
kali, SMK 1 kali, dan sekarang pasien sedang berpacaran dengan teman SMP nya,
yang di pacari sejak SMK kelas 3. Pasien belum pernah melakukan hubungan seksual.
g. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.
h. Aktivitas Sosial
Pasien sering berkumpul dengan teman-temannya, aktif di lingkungannya, sering
ikut membersihkan masjid. Saat SMP pasien perrnah mengajar mengaji di lingkungan
rumahnya.
7. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara kandung (♀,♀). Pasien ditinggal dan
dibesarkan oleh kedua orang tua kandungnya, neneknya selalu datang menjaga membantu
ibu saat pasien atau kakaknya sedang sakit. Pasien dan kakaknya biasanya dititip di rumah
nenek pasien yang berada dekat dengan rumah pasien, apabila orang tuanya pergi
bekerja.Ayah pasien adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara (♀,♀,♂,♀,♀,♂,♂,♂) dan
mengenyam pendidikan sampai SMP. Sekarang bekerja di percetakan Mapaindo yang
merupakan kepunyaan keponakannya. Sebelumnya Ayah pasien pernah bekerja di kebun
milik tetangganya. Kemudian bekerja sebagai buruh banguan dan sering keluar kota.Ayah
pasien adalah orang yang tegas dan penyayang kepada anaknya. Ibu pasien adalah anak ke
3 dari 7 bersaudara (♀,♂,♀,♂,♂,♂,♀) dan mengenyam pendidikaan sampai SD. Ibu
pasien merupakan ibu rumah tangga yang cerewet terhadap anak-anaknya. Ibu pasien
merupakan orang yang ramah dan sering mencemaskan anak-anaknya, selalu ingin
mengetahui apa yang dilakukan anaknya dan teman-temannya. Saat pasien SD ibu pasien
8
pernah bekerja dipelalangan ikan selama 4 tahun sejak itu pasien dan kakaknya sering
dititip pasien ke Nenek pasien, yang tinggal dekat dengan pasien. Kakak pasien berbeda 2
tahun umurnya dari pasien, sekarang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak. Kakak
pasien mengenyam pendidikan sampai SMA dan menikah dengan guru karate pasien.
Pasien sering bercerita masalahnya kepada kedua orang tuanya dan kakaknya.Riwayat
gangguan yang sama tidak ditemukan. Keluarga dari ibu pasien, kakak dari ibu pasien,
memiliki sifat yang ramah dan banyak bicara.
GENOGRAM
Keterangan
= Laki – laki
= Perempuan
= Gangguan Jiwa
= Meninggal
= Penderita
9
Saat ini pasien tinggal bersama kedua orang tuanya, kakaknya dan kakak iparnya
beserta keponakannya. Rumahnya adalah rumah semipermanen dengan luas 20x8 m2.
Pasien saat ini mengambil cuti selama 6 bulan dan sekarang di rumah membantu ibunya
dan menjaga keponakannya. Pasien bertetangga dengan rumah tante, dan rumah
neneknya.Secara finansial keluarga pasien sering dibantu oleh sepupu pasien yang
memiliki percetakan tempat bapak pasien bekerja. Sepupu pasienlah yang sekarang
membiayai kuliah pasien dan membiayai pengobatan pasien.
b. Keadaan Afektif
1. Mood : Senang
2. Afek : Hipertimia
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
11
d. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik (+)
Pasien mendengar suara yang dipersepsikan sebagai suara laki-laki dan
perempuan yang ingin mengambil nyawanya yang mengatakan mati, pasien
mendengar suara terutama jika malam hari.
2. Ilusi
Tidak ada
3. Depersonalisasi
Tidak ada
4.Derealisasi
Tidak ada
e. Proses Berpikir
1. Produktivitas : Cukup
2. Kontinuitas : Kadang Irelevan, Flight of Idea
3. Isi Pikiran :
Terdapat gangguan isi pikiran berupa :
Ide-Ide kejaran :
Pasien merasa bahwa tantenya ingin berbuat jahat pada dirinya.
Waham Kebesaran :
Pasien mayakini bahwa dirinya memiliki kekuatan yang dapat menolak jika akan
dimasuki oleh sesuatu yang berniat jahat.
f. Pengendalian Impuls
Terganggu
13
Pada pemeriksaan status mental tampak seorang perempuan, wajah tampak sesuai
dengan umur 20-an tahun, perawakaan tubuh perawakan tubuh gemuk, kulit sawo
matang, perawatan diri kesan kurang. Kesadaran berubah, perilaku dan aktivitas
psikomotor hiperaktif, menjawab petanyaan kesan membanjir, Sikap terhadap pemeriksa
cukup kooperatif.
Mood senang, afek hipertimia, keserasian serasi, empati tidak dapat dirabarasakan.
Kosentrasi dan perhatian terganggu, pikiran abstrak baik, bakat kreatif tidak ada dan
kemampuan untuk menolong diri sendiri cukup.
Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik. Ilusi, depersonalisasi,
derealisasi tidak ada. Produktifitas pikir cukup, kontinuitas relevan, flight of idea,dan
terdapat gangguan isi pikir berupa ide-ide kejaran dan waham kebesaran. Pengendalian
impuls terganggu. Pada norma sosial, uji daya nilai dan penilaian realitas terganggu.
Pasien merasa dirinya tidak sakit (Tilikan I).
15
VIII. TERAPI
a. Farmakologi
Quetiapine 200 mg /12 jam / oral
Depakote 250 mg / 12 jam / oral
Non Farmakologis
Psikoterapi suportif
Sosioterapi
IX . PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad functionam : dubia et bonam
Ad sanationam : dubia et malam
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta menilai efektivitas
terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.
Tanggal 21 Oktober 2017 ( Rumah Pasien )
Pemeriksaan Status Mental
Seorang perempuan, wajah tampak sesuai dengan umurnya 20-an tahun, memakai baju
kaus putih, celana hitam, perawakan tubuh gemuk, kulit sawo matang, perawatan diri kesan
cukup.
Kontak mata (+), verbal (+)
Psikomotor : Tenang
Verbalisasi : Spontan, lancar, intonasi biasa, kesan membanjir.
Afek :Hipertimia
Gangguan Persepsi :Diakui hari ini tidak ada
Arus Pikir : Relevan, Assosiasi longgar
Isi pikir :
Ide-Ide kejaran :
Pasien merasa bahwa tantenya ingin berbuat jahat pada dirinya.
Waham Kebesaran :
Pasien mayakini bahwa dirinya memiliki kekuatan yang dapat menolak jika akan
dimasuki oleh sesuatu yang berniat jahat.
Skor YMRS = 29
16
Terapi
Quetiapine 200 mg /12 jam / oral
Depakote 250 mg / 12 jam / oral
XI.DISKUSI
Gangguan bipolar adalah gangguan mood yang kronis dan berat yang ditandai dengan
episode mania, hipomania, campuran atau depresi. Diagnosis gangguan bipolar dibuat
berdasarkan gambaran klinis berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ III) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
Five Edition (DSM V).1
17
Gangguan afektif bipolar bersifat episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua)
yang menunjukkan suara perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu
dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan (mood) serta
peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania) dan pada waktu lain berupa
penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang
khas ialah bahwa biasanya dan penyembuhan sempurna antar episode dan insidensi pada
kedua jenis kelamin kurang lebih sama dibanding dengan gangguan suasana perasaan
(mood) lainnya. Dalam perbandingan, jarang ditemukan pasien yang menderita hanya
episode mania yang berulang-ulang; dan karena pasien-pasien tersebut menyerupai (dalam
riwayat keluarga, kepribadian pramobid, usia onset dan prognosis jangka panjang) pasien
yang mempunyai juga episode depresi sekali-kali, maka pasien itu digolongkan sebagai
bipolar.2
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Depresi cenderung berlangsung lebih lama
(rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi setahun kecuali pada orang lanjut usia.
Kedua macam episode itu sering kali menyusul peristiwa hidup yang penuh stres atau
trauma mental lain akan tetapi adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis.
Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak sampai tua. Frekuensi
episode dan pola remisi serta kekambuhan masing-masing amat bervariasi, meskipun remisi
cenderung untuk menjadi makin lama makin pendek sedangkan depresinya menjadi lebih
sering dan lebih lama berlangsungnya setelah usia pertengahan.2,3,4
Jenis-jenis gangguan bipolar dibagi menjadi1 :
1. Gangguan Mood Bipolar I
2. Gangguan Mood Bipolar II
3. Siklotimia
Pada pasien ini saai ini dalam episode manik ditandai dengan mood dan afek yang
meningkat selama sekitar 2 minggu, disertai adanya mood irritable, lompat gagasan (flight
of idea) dan lebih banyak berbicara. Sebelumnya pernah mengalami fase depresi ketika
pasien mengalami penurunan mood dan kehilangan minat. Pasien juga memili fase remisi
diantara dua fase ini. Di samping itu, ditemukan juga adanya gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik dan isi pikir waham kebesaran sehingga memenuhi kriteria Gangguan
Afektif Bipolar, episode kini manik dengan gejala Psikotik Berdasarkan Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (DSM V), dan Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ III).3,4
18
Pada pasien ini awal dirawat dengan diagnosa Skizofrenia Katatonik adalah
kemungkinan Gangguan Afektif Bipolar dengan Episode Depresi, tetapi untuk
mendiagnosis bahwa pasien dengan Bipolar membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 2
minggu dan memenuhi memenuhi kriteria untuk episode deresif berat dengan gejala
psikotik, sehingga pada fase akut didapatkan dengan kemiripan diagnosis Skizofrenia. Pada
gangguan bipolar, beberapa episode depresi dapat terjadi sebelum episode manik muncul.
Pemberian antidepresan dapat memicu terjadinya episode mania dan hipomania pada pasien
depresi unipolar dan memicu timbulnya gangguan bipolar.2
Medikasi yang diberikan merupakan antipsikotik atipikal yang pada pasien ini
digunakan quetiapin yang merupakan antipsikotik atipikal lini I. Quetiapine merupakan
antagonis receptor serotonin (5HT1A dan 5 HT2A), reseptor dopamine (D1 dan D2)
reseptor histamine (H1), reseptor adrenergik α1 dan α2. Afinitasnya lemah pada reseptor
muskarinik (M1) dan reseptor benzodiazepine. Quetiapine dapat memperbaiki symptom
positif, negative, kognitif dan mood. Quetiapin merupakan salah satu antipsikotik atipikal
yang efektif dalam mengobati gangguan bipolar. Efektif untuk pengobatan Gangguan
Bipolar I dan gangguan bipolar II, episode manik,depresi, campuran, siklus cepat, disertai
ciri psikotik atau tidak, untuk keadaan akut maupun rumatan. Dosis yang digunakan pada
gangguan bipolar dewasa adaah 200-800mg/hari. dan sediaannya 25-100mg dan 200mg dan
300mg tablet XR (50 mg,300mg dan 400mg).6,7
Pemberian asam valproat ditujukan untuk mengatasi gangguan mood/afektif pada
pasien yakni depresi dan manik. Asam valproat diindikasikan pada gangguan afektif bipolar
(kombinasi dengan litium) dan skizoafektif. Obat ini lebih efektif pada rapid cycling yang
terjadi pada pasien dibandingkan litium sehingga dijadikan pilihan utama pada gangguan
afektif dengan ciri rapid cycling. Pembuktian terakhir didapatkan bahwa asam valproat
lebih efektif menangani episode depresi dibandingkan litium dan karbamazepin.
Mekanisme keefektivitasannya dalam gangguan psikiatri masih belum diketahui. Adapun
efek samping yang sering terjadi antara lain gangguan gastrointestinal, hati (hepatitis),
darah (trombositopenia), dan saraf (ataksia, tremor).8,9,10
Diagnosa banding yang dipilih adalah Skizoafektif tipe manik dan Skizofrenia
Paranoid.Pada gangguan bipolar episode manik pada fase akut sering disertai dengan gejala
psikotik yang mempunyai gambarannya sangat mirip dengan skizofrenia.Pada pasien ini
adanya gejala afektif yang menonjol dan disertai dengan waham kebesaran dan halusinasi
yang tidak menonjol. Diagnosis ini hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan
19
(simultaneously) atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak
memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif, sehingga
diferensial diagnosis Skizoafektif tipe manik dapat disingkirkan untuk saat ini.1,2
Pada pasien ini juga di diagnosis banding dengan Skizofrenia Paranoid karena
dapatkannya waham kebesaran, tetapi halusinasi auditorik yang didapatkan tidak terlalu
menonjol. Kultur keluarga pasien sangat mempercayai hal-hal mistis, sehingga saat adanya
halusinasi dan waham keluarga hanya menganggap hal tersebut sebagai persepsi mistis.
Pada skizofrenia paranoid didominasi oleh waham-waham yang relatif stabil, sering kali
bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi, terutama halusinasi
pendengaran, dan gangguan-gangguan persepsi. Gangguan afektif dan pembicaraan serta
gejala-gejala katatonik tidak menonjol. Pada pasien ini didapatkan gejala afektif yang
menonjol sehingga diferensial diagnosis Skizofrenia Paranoid dapat disingkirkan untuk saat
ini.2
Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam, dinilai dengan melihat faktor-faktor
pendukung dan penghambat penyembuhannya.
Faktor Pendukung :
1. Adanya dukungan keluarga
2. Stressor jelas
3. Tidak adanya riwayat keluarga
Faktor penghambat:
1. Pasien merasa tidak sakit
2. Onset usia muda
3. Pasien belum menikah
FORMULASI PSIKODINAMIKA
Pasien tumbuh dan berkembang pada keluarga inti. Mendapat perhatian yang cukup
dari keluarganya, tetapi pasien lebih sering bersama ibunya, karena ayah pasien mencari
nafkah. Fase oral pasien dilalui dengan cukup baik. Pada usia 9 bulan pasien sudah dapat
berjalan dan pada usia 1 tahun pasien sudah dapat berbicara, pasien dikenal sebagai anak
yang banyak bicara. Saat pengajaran toilet training ibu pasien selalu memarahi anaknya jika
didapatkan defikasi dan miksi sembarangan. Ibu pasien adalah orang yang pencemas,
sehingga pada usia ini dalam menjaga anaknya segala sesuatu dibatasi oleh ibunya, segala hal
dibantu, hal ini sesuai teori dari Erik Ericson pada fase anal autonomy vs shame, dimana
20
Anak harus didorong untuk mengalami situasi-situasi yang menuntut otonomi dalam
melakukan pilihan bebas. Bila autonomy tidak terbentuk maka anak akan mempunyai rasa
malu, ragu-ragu dalam kepribadiannya.
Pada usia 4-11 tahun, pasien lebih banyak diasuh oleh neneknya, ketika ibu pasien
bekerja. Nenek pasien sangat memanjakan pasien. Pola asuh permisif yang dilakukan oleh
nenek pasien, menyebabkan pasien menjadi manja, dan, segala hal diperbolehkan untuk di
lakukan. Pada usia ini ayah pasien lebih banyak berada diluar kota, sehingga kurang
berinteraksi dengan pasien. Disini menyebabkan peran bapak kurang. Pada fase phalik
Menurut Sigmund Freud yang juga dikenal dengan fase oedipal besar perannya dalam
perkembangan identitas gender. Pada fase ini peran ayah yang kurang menyebabkan pasien
mengembangkan perilaku seduktif.
Menurut Freud selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisme
disalurkan ke pilihan objek yang sebenarnya. Pasien yang merupakan murid yang berprestasi,
selalu mendapatkan ranking 3 besar disekolahnya, diejek oleh temannya dengan mengatakan
pasien tidak lulus.Menurut Sigmaund Freud dan Karl Abraham yang menyatakan depresi
dapat terkait dengan kehilangan objek yang nyata atau khayalan, yang disini yaitu self image
pasien yang tinggi.
Pada awal kuliah pasein selalu bersama dengan pacarnya, tetapi kemudian pasien
bertengkar dengan pacarnya. Sesuai teori dari Melanie Klein memahami depresi melibatkan
ekspresi agresi terhadap orang-orang yang dicintai. Juga memandang mania sebagai reaksi
defense terhadap depresi dengan menggunakan defense manik seperti omnipoten, sehingga
orang tersebut memiliki waham kebesaran.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto, Gangguan Bipolar dalam Buku Ajar Psikiatri,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
2. Rusdi Maslim, Gangguan Suasana Perasaan (Mood (Afektif)) dalam Buku Saku
Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK-Unika Atma Jaya, Jakarta , 2001.
4. Puri B.k, Laking P.J, Treasaden I.H, Gangguan Mood dalam Buku Ajar Psikiatri Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2012.
5. Patel R, et al. Do antidepressants increase the risk ofmania and bipolar disorder in
peoplewith depression? A retrospectiveelectronic case register cohort study. BMJ Open
2015
7. Nurmiati Amir, Gangguan Mood Bipolar dalam Gangguan Mood Bipolar Kriteria
diagnostic dan Tatalaksana dengan Obat Antipsikotik Atipik, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2010.
22
8. Benjamin Sadock, Virginia Sadock, Norman Sussman, Dopamine Receptor Antagonist :
Typical Antipsychotic, Carbamazepine in Pocket Handbook of Psychiatric Drug
Treatment Fourth Edition, Lippincot Williams &Wilkins, Philadelphia, USA, 2006.
9. Maslim R. Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Jakarta : PT Nuh Jaya.
1996.
10. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb, Gangguan Mood dan Suasana Perasaan dalam Buku
Ajar Psikiatri Klinis, Edisi 2, EGC, Jakarta, 2014.
23
Pengobatan : September 2017 dibawa ke RSWS dan mendapatkan
obat Olanzapine, Depakote dan Lorazepam. Oktober 2017 kembali
rawat inap di RSWS dan mendapatkan terapi Quetiapine, Depakote
dan lorazepam.
Respon pengobatan : Halusinasi dan waham berkurang.
28
Seorang perempuan, wajah tampak sesuai dengan umurnya 20-an tahun, memakai baju ungu,
celana hitam, perawakan tubuh gemuk, kulit sawo matang, perawatan diri kesan cukup.
D : Assalamualaikum N?
P : Waalaikumsalam dokter.
D : Bagaimana kabarnya N
P : Baik dokter
D : Bagaimana tidurnya?
P : Bagus ji dokter
D : Tidak pernah lagi bangun tengah malam, atau susah untuk memulai tidur?
P : Tidak ji dokter
D : N sudah berapa lama keluar dari RSWS ya
P : Tanggal 16 saya keluar, 2 minggu dirawat. Pernah ka diikat waktu dirawat
D : Kenapa sampai bisa diikat
P : Karena marah-marah ki dokter
D : Bisa N ceritakan kembali kenapa sampai N dibawa ke RSWS?
P : Saya ingat dokter, saya mengamuk waktu itu kupukul mamaku, dibawa ke tanteku
disungguminasa disana saya lari ke kebun belakang rumah tanteku. Dikejar, dibawa
ke RSWS itu hitam kakiku semua dok.
D : Waktu itu apa yang N rasakan?
P : Saya sadar dok, tidak kutau juga dok. Itu tanteku mau guna-gunai dok, mau dijahati
makannya saya begitu, itu yang suara yang bilang mati.
D : Apa N masih sering dengar suara-suara yang sering mengganggu N?
P : Tidak mi dokter, saya kan sholat, mengaji jadi tidak ada lagi yang kuderngar itu….
D : Kalau sekarang apa masih ada yang ingin jahati N?
P : Tidak ada mi dokter,
D : Tante ta yang N bilang bagaimana?
P : Sudah tidak bisa dijahati saya dokter, karena bagus sholatku, mengajiku, jadi tidak
bisa di masuki lagi.
D : Berarti masih ada yang mau jahati N?
P : Tidak mi dokter, tidak ada mi bae mi dokter, saya tau itu dokter kalau ada yang mau
jahati ka, ada tandanya
D : Bagaimana tandanya itu? Bisa N ceritakan
P :Saya ji yang tau dokter.
D : Jadi cuma N yang tau bagaimana caranya ya
29
P : Sekarang tidak bisa mi dia ganggu dokter karena ada 3 orang yang jagai ka.
D : N lihat siapa yang jagai N?
P : Tidak, ada tanteku yang juga bisa rasakan begitu, dia bilang saya dijagai ka, karena
itu tidak ada mi lagi yang ganggu. Sudah mi tanya-tanya yang begitu dokter.
D : Sekarang obatnya tetap diminum N?
P : Ia dokter tetap diminum
D : N saya permisi dulu ya, terima kasih ya atas waktunya.
P : Sama-sama dokter
D : Assalamualaikum
P : Waalaimunsalam
1. Elevated Mood 3 2 2
Increased Motor Activity –
2. Energy 3 2 2
3. Sexual Interest 2 1 1
4. Sleep 2 1 1
5. Irritability 4 4 2
8. Content 6 6 6
10. Appearance 1 1 1
11. Insight 4 4 4
Jumlah 35 29 25
30