Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HISBRUNG

Untuk memenuhi tugas praktik profesi stase keperawatan Gadar dam Kritis

Disusun Oleh :
Imam Aris Munandar
21217031

Pembimbing Akademik :
Sutrisno, S.Kep., Ns

Pembimbing Lahan :
Eko Maretno, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2018
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Ada beberapa pengertian mengenai Hisprung ( Mega Colon ), namun
pada intinya sama yaitu, penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis
yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada
evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan
ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak
adanya evakuasi usus spontan (Betz,Cecily&Sowden:2000) Penyakit
Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm
dengan berat lahir £3Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief
Mansjoeer,2000)

2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam
lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 %
terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5%
dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus. Diduga terjadi karena faktor
genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural
pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada
myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

3. Anatomi dan Fisiologi


Usus adalah bagian dari saluran pencernaan, yang berjalan antara perut
ke anus.Hal ini dibagi ke dalam usus kecil dan usus besar.Usus kecil
membentuk bagian utama dari usus manusia dengan panjang sekitar enam
meter.Hal ini dapat ditemukan di tengah rongga perut.Usus besar atau usus
yang besar dimulai pada titik, di mana usus kecil berakhir. Dibandingkan
dengan usus kecil, usus besar memiliki lebih lebar, tetapi hanya 1,5 meter
panjangnya, yaitu sekitar seperlima dari panjang saluran usus. Usus besar
terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens dan
kolon sigmoid.
Seperti disebutkan sebelumnya, usus besar dimulai dari titik, di mana
ujung usus kecil.Untuk lebih tepat, mulai dari daerah iliaka kanan panggul,
yang terletak di bagian pinggang kanan atau tepat di bawah ini.Dimulai
dengan sekum (dimana titik akhir dari usus kecil membuka ke usus besar)
dan perjalanan ke atas, dan kemudian berjalan di rongga perut, sekali lagi
ternyata turun sampai akhir dengan kanal sigmoid, yang diikuti oleh rektum,
anal kanal dan anus.Bagian dari usus besar yang datang setelah sekum dan
berjalan ke atas disebut kolon ascending dan bahwa perjalanan di perut
disebut kolon transversum.Yang usus descending mengikuti usus besar
melintang dan berubah menurun sampai berakhir pada kolon sigmoid, yang
diikuti oleh rektum.
Usus besar hampir seperti sebuah lengkungan yang mengelilingi
melingkari usus kecil dalam rongga perut. Ketika bagian utama dari proses
pencernaan dilakukan di usus kecil, usus besar diserahkan dengan fungsi
resapan air dan beberapa vitamin. Hal ini terutama bertanggung jawab untuk
menyimpan kotoran, pemadatan itu dengan menyerap air dan mengeluarkan
dengan bantuan kontraksi berirama (gerakan peristaltik) dari otot-otot usus.
 Sekum
Usus besar dimulai dengan sekum, yang seperti kantong dalam
struktur dan menghubungkan ileum (bagian terakhir dari usus kecil) ke
kolon asendens.Hal ini dipisahkan dari ileum oleh katup ileocecal atau katup
Bauhin dan dari kolon asendens oleh persimpangan cecocolic.Ini adalah
sekitar enam sentimeter panjang dan lampiran berbentuk ulat menggantung
dari sekum.
 Kolon Ascending
Usus Ascending muncul setelah sekum dan melintasi ke atas sampai
mencapai fleksura hepatik atau kanan kolik lentur, yang merupakan
pergantian usus dekat hati. Dengan kata lain, hati fleksura adalah tikungan
antara kolon asendens dan kolon transversum. Tikungan kolon melintang
untuk membentuk fleksura hati, yang diikuti oleh usus besar melintang, yang
perjalanan melintasi rongga perut.
 Kolon Transverse
Usus Yang melintang dimulai dari hepatik kanan dan fleksura
merupakan yang terpanjang dan bagian dapat bergerak dari usus besar. Hal
ini sedikit melengkung ke bawah dengan kenaikan tajam ke atas mendekati
akhir, di mana ia membungkuk ke bawah untuk membentuk fleksura kolik
kiri atau lentur lienalis, yang terletak di dekat limpa. Ini adalah dari ini
fleksura kolik kiri, usus descending dimulai.usus Transversus terhubung ke
perut oleh sekelompok jaringan, yang dikenal sebagai omentum yang lebih
besar. sisi usus besar melintang Posterior melekat ke dinding posterior
abdomen oleh peritoneum (selaput yang melapisi rongga perut) dan
keterikatan ini disebut mesokolon transverse.
 Kolon Descending dan Kolon Sigmoid
Usus descending Yang dimulai dari fleksura lienalis dan berakhir pada
awal kolon sigmoid.Hal ini ditempatkan lebih mendalam, dibandingkan
dengan usus ascending dan memiliki beberapa bagian dari usus kecil di
depannya.Hal ini berakhir dengan kolon sigmoid, yang merupakan bagian
terakhir dari usus besar, yang berakhir pada titik, di mana rektum
dimulai.Kolon sigmoid adalah struktur berbentuk S, yang berisi otot, bahwa
kontraksi untuk membuat tekanan dalam usus besar, untuk mengeluarkan
kotoran dan memindahkan kotoran ke rektum.

Fungsi utama usus besar adalah untuk menyerap air, menyimpan


limbah, penyerapan beberapa vitamin (seperti vitamin K), penebalan dan
pengeluaran dari tinja. Rumah usus yang besar sekitar 700 spesies bakteri,
yang membantu dalam fermentasi serat dalam bahan makanan.Bakteri ini
juga menghasilkan sejumlah besar vitamin, seperti vitamin K dan biotin
(vitamin B), yang diserap ke dalam darah.

4. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub
mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum
dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan
tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat
berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz,
Cecily & Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk
kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong
ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan
terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi
obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S &
Wilson ).
5. Pathway

Hisprung

Tidak adanya neuron meissner dan aubach di segmen

Rectoagemoid colon

Serabut saraf dan otot polos menebal

Tidak adanya peristaltic serta spingter rectum tidak mempunyai daya dorong

Daya propulsit tak ada, proses evakuasi feses dan udara terganggu
Muntah hijau
Passasse usus terganggu TRIAS Distensi abdomen

Keterlambatan evakuasi
mekonium feses

Obstruksi dan dilatasi bagian proksimal

Reflex inhibisi rektrospingter terganggu

Spingter ani interna tidak relaksasi

Feses lama dalam kolon rectum

MK : Konstipasi

Peregangan secara kronik saa defeksasi

Spingter ani inkompeten/inkontinensia fekal

Pelepasan isi rectum tanpa disadari

Pengeluaran feses terus menerus tanpa disadari


MK : Diare

MK : kekurangan MK : kerusakan integritas kulit


Volume cairan

Penekanan pada
Usus dan lambung
Intra abdomen

Kontraksi anuler pylorus distensi abdomen MK : Nyeri Akut

Ekspalasi isi lambung kontraksi otot-otot dinding


Ke esophagus Abdomen ke diafragma

Gerakan isi lambung relaksasi otot diafragma terganggu


Ke mulut
Ekspansi paru terganggu
Mual, muntah
MK : ketidakefektifan pola nafas
Intake kurang

MK : ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

6. Manifestasi klinis
1. Masa neonatal
a.Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b.Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d.Distensi abdomen
2. Masa bayi dan kanak-kanak
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita, berbau busuk
d. Distensi abdomen
e. Gagal tumbuh

7. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1. Rontgen perut (menunjukkan pelebaran usus besar yang terisi oleh gas
dan tinja)
2. Barium enema
3. Manometri anus (pengukuran tekanan sfingter anus dengan cara
mengembangkan balon di dalam rektum)
4. Biopsi rektum (menunjukkan tidak adanya ganglion sel-sel saraf)
2. Pemeriksaan Penunjang Penyakit Hirschprung
1. Radiologi
a. Pada foto polos abdomen memperlihatkan obstruksi pada bagian distal
dan dilatasi kolon proksimal.
b. Pada foto barium enema memberikan gambaran yang sama disertai
dengan adanya daerah transisi diantara segmen yang sempit pada bagian
distal dengan segmen yang dilatasi pada bagian yang proksimal. Jika tidak
terdapat daerah transisi, diagnosa penyakit hirschprung ditegakkan dengan
melihat perlambatan evakuasi barium karena gangguan peristaltik.
2. Laboratorium
Tidak ditemukan adanya sesuatu yang khas kecuali jika terjadi komplikasi,
misal : enterokolitis atau sepsis.
3. Biopsi
Biopsi rektum untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah
terdapat ganglion atau tidak. Pada penyakit hirschprung ganglion ini tidak
ditemukan.
4. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja
yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja,
kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan
akan terjadi pembusukan.
8. Penatalaksanaan medis
Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan
kolostomi loop atau double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang
dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal (memerlukan waktu 3-4 bulan),
lalu dilanjutkan dengan 1 dari 3 prosedur berikut :
1. Prosedur Duhamel : Penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik.
2. Prosedur Swenson : Dilakukan anastomosis end to end pada kolon
berganglion dengan saluran anal yang dibatasi.
3. Prosedur saave : Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh.
Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus.
4. Intervensi bedah
Ini terdiri dari pengangkatan ari segmen usus aganglionik yang mengalami
obstruksi. Pembedahan rekto-sigmoidektomi dilakukan teknik pull-through
dapat dicapai dengan prosedur tahap pertama, tahap kedua atau ketiga, rekto
sigmoidoskopi di dahului oleh suatu kolostomi. Kolostomi ditutup dalam
prosedur kedua.
1. Persiapan prabedah
1. Lavase kolon
2. Antibiotika
3. Infuse intravena
4. Tuba nasogastrik
5. Perawatan prabedah rutin
6. Pelaksanaan pasca bedah
1. Perawatan luka kolostomi
2. Perawatan kolostomi
3. Observasi distensi abdomen, fungsi kolostomi, peritonitis dan
peningkatan suhu.
4. Dukungan orangtua, bahkan kolostomi sementara sukar untuk
diterima. Orangtua harus belajar bagaimana menangani anak
dengan suatu kolostomi. Observasi apa yang perlu dilakukan
bagaimana membersihkan stoma dan bagaimana memakaikan
kantong kolostomi.(Betz, 2002 : 198)
9. Komplikasi
Menurut Betz, Cecily. L (2002) komplikasi hisprung yaitu :
 Gawat pernapasan (akut)
 Entero koloitis (akut)
 Striktura ani (pasca bedah)
 Inkontensitas (jangka panjang)

B. Konsep asuhan keperawatan


Nama : By. M
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal Lahir : 8 Mei 2008
Tanggal MRS : 2 juni 2008BB/PB : 2900 g/ 54cmDx
medis : hirsprung
Pengkajian : 9 Juni

Data Ibu
Nama : Ny. K
Pekerjaan : Tidak kerja
Pendidikan : SLTA
Alamat : Kedinding Tenagh SBY
Nama ayah : Tn T
Pekerjaan : PT PAL
Pendidikan : SLTA

a. Diagnosa Keperawatan pada Askep Hisprung Pre Operatif


1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan
tidak adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang inadekuat.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.

1. Gangguan eliminasi BAB


Tujuan : klien tidak mengalami
ganggguan eliminasi dengan kriteria
defekasi normal, tidak distensi
abdomen
Intervensi : Untuk mengencerkan feses sehingga feses
lakukan Wash out dapat keluar
Monitor cairan yang keluar dari Rasional : Mengetahui warna dan
kolostomi. konsistensi feses dan menentukan rencana
Pantau jumlah cairan kolostomi. selanjutnya
Pantau pengaruh diet terhadap pola Rasional : Jumlah cairan yang keluar
defekasi. dapatdipertimbangkan untuk penggantian
cairan
Rasional : Untuk mengetahui diet yang
mempengaruhi pola defekasi terganggu.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


yang inadekuat

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan


kriteria dapat mentoleransi diet sesuai
kebutuhan secara parenteal atau per oral.
Intervensi : Rasional : Memenuhi kebutuhan
Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan. nutrisi dan cairan
Pantau pemasukan makanan selama Rasional : Mengetahui
perawatan. keseimbangan nutrisi sesuai
Pantau atau timbang berat badan. mbang berat kebutuhan
badan. mentoleransi diet sesuai kebutuhan Rasional : Untuk mengetahui
secara parenteal atau per oral. perubahan

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.


Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi
dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak
mengalami gangguan pola tidur.
Intervensi : Rasional : Mengetahui tingkat
Kaji terhadap tanda nyeri. nyeri dan menentukan langkah
Berikan tindakan kenyamanan : menggendong, selanjutnya
suara halus, ketenangan. Rasional : Upaya dengan
Berikan obat analgesik sesuai program. distraksi dapat mengurangi rasa
nyeri
Rasional : Mengurangi persepsi
terhadap nyeri yamg kerjanya
pada sistem saraf pusat

Anda mungkin juga menyukai