BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan
tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan
(jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari
penyakit, cacat, dan kelemahan. Dan dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun
tidak memiliki ilmu dan tidak mandiri. Mungkin karena tingkat pendidikan
seorang perawat yang kebanyakan hanya sampai akademi atau dengan kata
lain hanya sampai D III saja. Dengan begitu ilmu mereka kurang dan derajat
mereka dengan rekan kerja pun lebih rendah.Maka dari itu profesi seorang
perawat pun disepelekan.Anggapan ini masih belum bisa di hapus dari benak
1
2
baik oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa
pasien dari pertama kali datang, sampai pasien meninggalkan rumah sakit.
dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang
perawat yang berupa tim yang terdiri dari kepala ruang, tim 1 dan 2 dan
anggota tim yang nanti akan mengelola sekelompok pasien, dan melakukan
pada pasien.
perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
C. Waktu Pelaksanaan
Palembang ini selama 4 hari yaitu dari tanggal 7-11 Oktober 2014.
5
Ruang edelwais berbatasan dengan ruang dahlia pada sebelah kiri dan ruang
Flamboyan pada sebelah kanan dan ruang ITI pada bagian depan, bagian
belakang berbatasan dengan ruang dahlia pada sebelah kiri dan ruang
flamboyan pada sebelah kanan dan ruang ITI pada bagian depan, bagian
Edelwais adalah 13 orang yang terdiri atas tenaga medis dan non medis
dengan rincian sebagai berikut : 1 orang kepala ruangan, 2 orang kepala tim, 1
yang terdiri dari kelas 1 sebanyak 8 tempat tidur dengan masing-masing kamar
terdiri dari 2 tempat tidur dan kamar mandi di setiap kamar dan kipas angin,
tempat tidur, kelas 3 terdiri dari 10 tempat tidur dan 7 kamar mandi sebagai
fasilitas kelas 2 dan kelas 3, ruang isolasi tersedia 1 kamar dengan 1 tempat
BAB II
TINJAUAN TEORI
kaku. Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan
malam. Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada jumlah dan kebutuhan
serta jumlah dan kualitas tenaga keperawatan. Umumnya satu tim terdiri dari
1992 dalam Budi, 2008) menunjukkan bahwa model tim bila dilakukan
bahwa model tim dilaksanakan dengan tepat pada kondisi dimana kemampuan
ini juga di dasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh
6
7
pelayanan terbaik. selain itu, setiap staf berhak menerima bantuan dalam
menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat
asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di bawah
tanggung jawabnya. disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk
(Kuntoro, 2010).
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim, yakni
apakah berorientasi pada tugas atau pada Pasien. Ketua tim merupakan
sehingga pasien merasa puas. selain itu, metode tim dapat meningkatkan kerja
tim keperawatan terdiri dari dua orang perawat atau lebih yang bekerja sama
keperawatan dan di tunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse unit manager).
perawat kepala ruang bersama sama denga anggota tim. tugas dan tanggung
jawab ketua tim menjadi hal yang harus di perhatikan secara cermat. tugas dan
Tugas dan tanggung jawab lain yang harus di prhatikan oleh anggota tim
yang gterjadi pada pasien terutama yang tidak di inginkan, melakukan revisi
pada perawat kepala ruang serta kesulitan yang dihadapi apabila ada. selain
itu, tugas dan tanggung jawab ketua tim, yaitu memimpin pertemuan tim
pasien, keluarga pasien dan anggota tim serta melengkapi catatan yang di buat
memecahkan masalah. ketua tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan
keperawatan yang dianggap sesuai dengan kondisi pasien dan minat pemberi
asuhan. oleh karena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab
ada pada tingkat pelaksana. hal ini akan mendukung pencapaian dan
pemberian tugas dalam tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat
profesional, jumlah tenaga yang ada, dan jumlah pasien. pembagian tugas
dalam tim keperawatan dapat di dasarkan pada tempat atau kamar pasien,
10
tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien, dan jumlah pasien yang di
rawat.
Berdasarkan hal hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan
sebagai berikut:
pasien.
Bila kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim, akan berdampak
tim. tugas perawat menjadi lebih kompleks, anggota tim lebih terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. apabila kerja dan tim berhasil dan
wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota tim dan tingkat yang
rendah.
C. Uraian Tugas
keperawatan.
e. Mengadakan serah terima tugas kepada perawat yang jaga sore dan
BAB III
PERENCANAAN
dan akhir tugas dilakukan setelah selesai operan tugas jaga malam.
asuhan pasien.
jawabnya.
11 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan yang ada
keperawatan.
laporan akhir tugas jaga dari perawat pelaksana untuk persiapan operan
baru.
libur.
bertugas.
B. Struktur Organisasi
Rina T, S.Kep
D. Rencana Kegiatan
permasalahan pasien.
pelaksana.
1. Pasien Ny”N”
a. Data Demograi :
Diagnosa Medis :
b. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri di bagian operasi, skala nyeri 6, nyeri yang dirasakan sekitar 10 menit,
Pasien masuk kerumah sakit dengan keluhan nyeri di bagian luka di kaki kiri, pasien
mengatakan 3 bulan yang lalu pasien mengeluh ada luka tapi luka kecil setelah lama lukanya
Skala Penilaian:
1. Tidak pernah ditunjukan
20
2. Jarang ditunjukan
3. Kadang-kadang ditunjukan
4. Sering ditunjukan
5. Selalu ditunjukan
Skala Penilaian:
1. Tidak pernah ditunjukan
2. Jarang ditunjukan
3. Kadang-kadang ditunjuka
4. Sering ditunjukan
21
5. Selalu ditunjukan
e. Implementasi
1. Nyeri Akut b/d Agen cidera biologis 1. Melakukan pengkajian nyeri S: Pasien mengatakan Nyerinya masih terasa
ditandai dengan : R/Pasien mengeluh myeri di bagian jari kaki, skala O:
DS : nyeri 6, nyeri yang dirasakan sekitar 10 menit. - Pasien terlihat nyeri dengan ekspresi
- Pasien mengatakan nyeri di bagian
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dan wajah sedikit meringis
lukanya
- Pasien mengatakan skala nyeri 6. ketidaknyamanan - Nyeri skala 5
DO: R/ pasien terlihat gelisa
- Pasien terlihat kesakitan dengan 3. Mengontrol lingkungan yang dapat mepengaruhi A: Masalah teratasi sebagian
ditunjukan ekspresi wajah nyeri No Kriteria Awal Tujuan Hasil
kesakitan R/ pasien tidak terganggu dengan lingkungan seperti 1. Mampu
- Skala nyeri 7 pencahayaan,suhu ruangan. mengontrol 1 5 3
- TTV : nyeri (tahu
22
P:Intervensi diteruskan
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi.
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
23
napas dalam
- kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat analgetik untuk mengurangi
nyeri: Injeksi Ketorolak
P : Intervensi diteruskan
- Batasi pengunjung
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
- ajarkan keluarga dan pengunjung untuk
mencuci tangan
- Tingkatkan intake nutrisi
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam
pemberian obat antibiotik
- Monitor luka pasien
- Dorong pasien untuk istirahat
2. Pasien Ny “ “
a. Data Demograi :
b. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh sakit di bagian mata kanan sesudah operasi, nyeri dengan skala 7, nyerinya
dirasakan timbul sekitar 15 menit, nyeri yang dirasakan timbul saat pasien istirahat.
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh pusing, penglihatan kabur mata sebelah kanan,
- Skala nyeri 7 2. Melaporkan bahwa nyeri 4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
- TTV : berkurang dengan menggunakan 1 5 napas dalam
- TD : 150/100 mmHg manajemen nyeri 5. kolaborasi dengan tim medis dalam
- T : 37,6ºC pemberian obat analgetik untuk
- N:100x/m 3. Mampu mengenali nyeri (skala, mengurangi nyeri.
- RR: 18x/m intensitas, frekuensi dan tanda 1 5
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang 1 5
5. Tanda vital dalam rentang
1 5
normal
Skala Penilaian:
1. Tidak pernah ditunjukan
2. Jarang ditunjukan
3. adang-kadang ditunjukan
4. Sering ditunjukan
5. Selalu ditunjukan
Skala Penilaian:
1. Tidak pernah ditunjukan
2. Jarang ditunjukan
3. Kadang-kadang ditunjuka
4. Sering ditunjukan
5. Selalu ditunjukan
e. Implementasi
P : Intervensi diteruskan
- Batasi pengunjung
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
- Tingkatkan intake nutrisi
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian
obat antibiotik
- Dorong pasien untuk istirahat
30
3. Pasien An “F “
a. Data Demograi :
Diagnosa Medis :
b. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh sakit di bagian tangan kiri, nyeri yang dirasakan sekitar 20 menit, nyeri timbul
saat pasiennengangakat atau menggerakan tangan. Skalan nyeri tidak terkaji karena pasien anak-
Sebelum masuk rumah sakit ibu pasien mengatakan pasien terus menangis kesakitan, diakibatkan
tangan pasien patah setelah berain dengan temannya, ibu pasien mengatakan pasien panas tinggi
Skala Penilaian:
32
NOC
2. Hipertermi b/d penyakit atau trauma Thermoregulasi Kontrol Termogulasi
ditandai dengan: 1. Monitor suhu sesering mungkin
DS: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 2. Monitor RR & N
pasien menunjukkan Suhu tubuh dalam batas normal
- Ibu pasien mengeluh badan 3. Berikan cairan Intravena
dengan kreiteria hasil:
anaknya panas Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, 4. Kompres pasien pada daerah yag terdpat
- Ibu pasien mengatakan pasien terus merasa nyaman nadi besar
menangis No Kriteria Awal Tujuan 5. tingkatkan intake dan nutrisi
DO: 1. Suhu 36,5 – 37,5 ºC 6. kolaborasi dengan tim medis dalam
- Pasien terlihat tidak nyaan, galisah. 1 5 pemberian obat analgesik
- T: 38ºC
- RR : 23x/m 2. Nadi dan RR dalam
- N: 89x/m rentang normal 1 5
3. merasa nyaman
1 5
e. Implementasi
No Diagnosa Impleentasi Evaluasi
1. Nyeri Akut b/d Agen cidera 1. Melakukan pengkajian nyeri S:
biologis ditandai dengan : R/pasien terus menangis kesakitan - Ibu pasien mengatakan anaknya masih
DS : 2. Mengobsevasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan menangis kesakitan
- Ibu pasien mengatakan R/ pasien terlihat gelisa. O:
pasien menangis 3. Mengontrol lingkungan yang dapat mepengaruhi nyeri - Pasien menangis kesakitan
kesakitan R/ - - Pasien terus menangis kesakitan
DO: 4. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian - TTV :
- Pasien terlihat obat analgetik : Asam mefenamat 500 mg - T : 37,8ºC
kesakitan dengan R/ - pasien meminum obat Asam mefenamic syirup - N:90x/m
ditunjukan ekspresi - RR: 24x/m
wajah kesakitan
- Pasien terus A: Masalah teratasi sebagian
menangis kesakitan No Kriteria Awal Tujuan Akhir
- TTV : 1. Suhu 36,5 – 37,5
- T : 38ºC ºC 1 5 3
- N:89x/m
- RR: 23x/m 2. Nadi dan RR
dalam rentang 1 5 3
normal
3. merasa nyaman
1 5 2
4. Tidak ada
perubahan warna 1 5 4
P: Intervensi diteruskan
34
Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi.
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dalam
- Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat analgetik untuk mengurangi
nyeri.
4. Tidak ada
perubahan 1 5 4
warna
36
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
A. Implementasi
B. Evauasi
yang direncanakan, tetapi masih ada beberapa alat yang kondisinya tidak
baik, sehingga perlu di ganti dengan yang baru, agar proses tindakan
36
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada pelaksanaan menjadi Ketua Tim, semua kegiatan berjalan dengan lancar
mulai dari membuat uraian tugas ketua tim, membuat perencanaan kebutuhan
37
38
B. Saran
1. Mahasiswa
2. Institusi
3. Ruang Edelwais
dan sesuai dengan teori dan aplikasi mahaiswa praktik klinik keperawatan
manajemen.