Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan

bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan

sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.

Sejalan dengan WHO pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9

tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan

(jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari

penyakit, cacat, dan kelemahan. Dan dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun

1992, dimensi kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental

(jiwa), sosial, dan ekonomi (Kemenkes, 2013).

Khususnya di Indonesia pandangan terhadap profesi perawat masih belum

mendapat anggapan positif, anggapan masyarakat masih keliru tentang profesi

seorang perawat.Di mata sebagian masyarakat perawat masih sering dinilai

tidak memiliki ilmu dan tidak mandiri. Mungkin karena tingkat pendidikan

seorang perawat yang kebanyakan hanya sampai akademi atau dengan kata

lain hanya sampai D III saja. Dengan begitu ilmu mereka kurang dan derajat

mereka dengan rekan kerja pun lebih rendah.Maka dari itu profesi seorang

perawat pun disepelekan.Anggapan ini masih belum bisa di hapus dari benak

masyarakat ketika melihat pelayanan perawat di rumah sakit.

Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Pelayanan adalah

semua upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan

1
2

pelanggannya dengan jasa yang akan diberikan. Suatu pelayanan dikatakan

baik oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa

memenuhi kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi pasien tentang

pelayanan yang diterima (memuaskan atau mengecewakan, juga termasuk

lamanya waktu pelayanan). Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap

pasien dari pertama kali datang, sampai pasien meninggalkan rumah sakit.

Pelayanan dibentuk berdasarkan 4 prinsip Service Quality yaitu kecepatan,

ketepatan, keramahan dan kenyamanan layanan.

Manajemen menurut Nursalam (2007) merupakan suatu pendekatan yang

dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi, di

dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing,

Actuating, Controlling) terhadap staff, sarana dan prasarana dalam mencapai

tujuan organisasi. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan

memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia,

konseptual yang mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna

dan berhasil guna bagi masyarakat.

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya

orang lain, Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan

keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan

masyarakat Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan

Rika Widya Sukmana (1996) dalam Nursalam (2010).


3

Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional

dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi

manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian.

Keempat unsur tersebut saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-

ketrampilan teknis, hubungan antar manusia, dan konseptual yang mendukung

tercapainya suatu tujuan.Seluruh aktivitas manajemen baik kognitif, afektif

dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang

bergerak secara simultan (Swanburg, 2006).

Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus

dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada,

baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan

keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

Metode tim adalah sebuah metode penugasan untuk emmpermudah kerja

perawat yang berupa tim yang terdiri dari kepala ruang, tim 1 dan 2 dan

anggota tim yang nanti akan mengelola sekelompok pasien, dan melakukan

tugas dan fungsinya masing-masing. Ketua tim merupakan seorang petugas

yang membawahi anggota tim untuk membuat pengkajian sampai perencanaan

pada pasien.

RSUD Banyumas sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan,

pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan, bertujuan

untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada

kepentingan masyarakat. Agar tujuan tersebut dapat terlaksana, rumah sakit


4

perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang

baik dengan berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.Perawat

sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki

kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang diberikan

mampu memuaskan kebutuhan Pasien.

Dari uraian diatas kami mahasiswa STIKes muhammadiyah palembang

melaksanakan praktek management diruang edelwais selama 3 minggu dan

melakukan role play selama 4 hari.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu memahami management keperawatan sebagai katim

2. Tujuan khusus

 Mampu melakukan asuhan keperawatan di ruang edelwais

 Mampu mengkoordinir kepada perawat pelaksana di ruang edelwais

 Mampu menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan

keperawatan di ruang edelwais

C. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan role play kelompok I STIKes Muhammadiyah

Palembang ini selama 4 hari yaitu dari tanggal 7-11 Oktober 2014.
5

D. Profil Ruangan Edelwais

Ruang edelwais merupakan satu ruangan perawatan di RSUD Banyumas

yang memberikan perawatan pasien dengan kasus bedah, terkhusus pada

pasien perempuan namun tidak menutup kemungkinan adanya pasien laki-laki

dikarenakan keterbatasannya tempat di bangsal atau ruang bedah laki-laki.

Ruang edelwais berbatasan dengan ruang dahlia pada sebelah kiri dan ruang

Flamboyan pada sebelah kanan dan ruang ITI pada bagian depan, bagian

belakang berbatasan dengan ruang dahlia pada sebelah kiri dan ruang

flamboyan pada sebelah kanan dan ruang ITI pada bagian depan, bagian

belakang berbatasan dengan ruang Wijaya Kusuma 2. Jumlah SDM di ruang

Edelwais adalah 13 orang yang terdiri atas tenaga medis dan non medis

dengan rincian sebagai berikut : 1 orang kepala ruangan, 2 orang kepala tim, 1

perawat siaga dan 8 orang perawat pelaksana dan 1 orang petugas

administrasi. Ruang edelwais mempunyai kapasitas sebanyak 25 tempat tidur

yang terdiri dari kelas 1 sebanyak 8 tempat tidur dengan masing-masing kamar

terdiri dari 2 tempat tidur dan kamar mandi di setiap kamar dan kipas angin,

kelas 2 sebanyak 6 tempat tidur dengan masing-masing kamar terdiri dari 2

tempat tidur, kelas 3 terdiri dari 10 tempat tidur dan 7 kamar mandi sebagai

fasilitas kelas 2 dan kelas 3, ruang isolasi tersedia 1 kamar dengan 1 tempat

tidur dan diisi dengan 1 pasien dengan 1 kamar mandi dalam.


6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Ketua TIM

Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu

seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok Pasien melalui

upaya kooperatif dan kolaboratif. (Douglas, 1992 dalam Budi, 2008).

Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang

kaku. Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan

malam. Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada jumlah dan kebutuhan

serta jumlah dan kualitas tenaga keperawatan. Umumnya satu tim terdiri dari

3-5 orang tenaga keperawatan untuk 10-20 pasien.

Berdasarkan hasil penelitian Lambertsonseperti dikutip oleh Douglas,

1992 dalam Budi, 2008) menunjukkan bahwa model tim bila dilakukan

dengan benar merupakan model asuhan kperawatan yang tepat dalam

meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi

kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini berarti

bahwa model tim dilaksanakan dengan tepat pada kondisi dimana kemampuan

tenaga keperawatan bervariasi.

pengembangan metode ini di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan

dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. metode

ini juga di dasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh

6
7

pelayanan terbaik. selain itu, setiap staf berhak menerima bantuan dalam

melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang etrbaik sesuai

kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim diterapakan dengan

menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat

profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan

keperawatan kepada sekelompok pasien. ketua tim (perawat profesional)

memiliki tangguang jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan

asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di bawah

tanggung jawabnya. disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk

melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan

tindakan keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan.

(Kuntoro, 2010).

Ketua Tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan

berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan

tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.

Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim, yakni

apakah berorientasi pada tugas atau pada Pasien. Ketua tim merupakan

seorang petugas yang membawahi anggota tim untuk membuat pengkajian

sampai perencanaan pada pasien (Maequis, 2010).

B. Tugas dan Tangguang Jawab (Maequis, 2010).

Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien


8

sehingga pasien merasa puas. selain itu, metode tim dapat meningkatkan kerja

sama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan

adanya transfer of knowladge dan transfer of experiences diantara perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan dan meningkaykan pengetahuan serta

keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

Sesuai dengan tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab

keperawatan harus benar benar di arahkan dan di rencanakan secara matang

untuk keberhasilan asuhan keperawatan. sebagaimana di ketahui bahwa satu

tim keperawatan terdiri dari dua orang perawat atau lebih yang bekerja sama

dalam pemberian asuhan keperawatan. ketua tim seharusnya perawat

profesional yang sudah berpenngalaman dalam memberikan asuhan

keperawatan dan di tunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse unit manager).

selanjutnya, ketua tim akan melaksanakan tugas yang di delegasikan oleh

perawat kepala ruang bersama sama denga anggota tim. tugas dan tanggung

jawab ketua tim menjadi hal yang harus di perhatikan secara cermat. tugas dan

tanggung jawab tersebut diarahkan untuk melakukan pengkajian dan

penyusunan rencana keperawatan untuk setiap pasien yang berada di bawah

tanggung jawabnya, membagi tugas kepada semua anggota tim dengan

mempertimbangkan kemampuan yang di miliki anggota tim dan kebutuhan

pasien yang harus dipenuhi, mengontrol dan memberikan bimbingan kepada

anggota tim dalam melaksanakan tugasnya apabila diperlukan, melakukan

evaluasi terhadap hasil kerja anggota tim, menerima laporan tentang

perkembangan kondisi pasien dan anggota tim.


9

Tugas dan tanggung jawab lain yang harus di prhatikan oleh anggota tim

adalah mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat hal hal

yang gterjadi pada pasien terutama yang tidak di inginkan, melakukan revisi

rencana keperawatn apabila di perlukan, melaporkan perkembangan pasien

pada perawat kepala ruang serta kesulitan yang dihadapi apabila ada. selain

itu, tugas dan tanggung jawab ketua tim, yaitu memimpin pertemuan tim

untuk menerima laporan, memberi pengarahan serta membahas masalah yang

di hadapi, menjaga komunikasi yang efektif , melakukan pengajaran kepada

pasien, keluarga pasien dan anggota tim serta melengkapi catatan yang di buat

anggota tim apabila diperlukan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim

harus memiliki kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam

memecahkan masalah. ketua tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan

keperawatan yang dianggap sesuai dengan kondisi pasien dan minat pemberi

asuhan. oleh karena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab

ada pada tingkat pelaksana. hal ini akan mendukung pencapaian dan

pengetahuan keterampilan profesional.

Dalam ruang perawatan mungkin diperlukan beberapa tim keperawatan.

pemberian tugas dalam tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat

kepala ruang akna menentukan jumlah tim yang di perlukan berdasarkan

beberapa faktor, antara lain memperhitungkan jumlah tenaga perawat perawat

profesional, jumlah tenaga yang ada, dan jumlah pasien. pembagian tugas

dalam tim keperawatan dapat di dasarkan pada tempat atau kamar pasien,
10

tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien, dan jumlah pasien yang di

rawat.

Berdasarkan hal hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim

2. Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan

3. Melakukan peran sebagai model peran

4. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien

5. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien.

6. Merevisi dan menyesuaikan rencan keperawatan sesuai kebutuhan

pasien.

7. Melaksanakan observasi baik terhadapa perkembangan pasien maupun

kerja dari anggota tim.

8. Menjadi guru pengajar

9. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif

Bila kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim, akan berdampak

secara positif dalam pemberian asuhan keperawatan. dengan demikian,

masalah dalam asuhan keperawatan cepat teratasi; mutu asuhan keperawatan

terpelihara; perawat terbiasa bekerja secara terorganisasi, terarah, dan

memahami tujuan; kerjasama antar perawat meningkat; kepuasan kerja

miningkat pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman semua perawat

meningkat; serta kaderisasi kepemimpinan terjadi.


11

Dibanding dengan metode fungsional, metode tim lebih banyak

memberikan tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota

tim. tugas perawat menjadi lebih kompleks, anggota tim lebih terlibat dalam

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. apabila kerja dan tim berhasil dan

memuaskan, pola ini memberi pengkayaan pengalaman dan perluasan

wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota tim dan tingkat yang

rendah.

C. Uraian Tugas

a. Melakukan pengkajian lengkap dan mencatatnya pada formulir rekam

keperawatan untuk digunakan sebagai dasar perencanaan asuhan

keperawatan.

b. Membuat rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan

dan rencana terapi yang ditetapkan oleh dokter.

c. Melakukan asuhan keperawatan sesuai rencana perawatan serta membuat

rencana pulang (resume).

d. Membagi tugas kepada semua anggota tim.

e. Mengadakan serah terima tugas kepada perawat yang jaga sore dan

menerima laporan tugas dari perawat yang jaga malam.

f. Memberikan bimbingan dan mengevaluasi hasil kerja perawat

yang menjadi anggota timnya.


12

g. Memberikan bimbingan kepada siswa / mahasiswa.

h. Mengadakan konferensi keperawatan dengan anggota tim.

i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka

memperlancar pelaksanaan kegiatan.


13

BAB III
PERENCANAAN

A. Rencana Uraian Tugas

1 Bertugas pada pagi hari

2 Bersama Perawat Pelaksana menerima operan tugas jaga dari yang

Perawat Pelaksana tugas malam.

3 Bersama Perawat Pelaksana melakukan konfirmasi/supervise tentang

kondisi pasien segera setelah selesai operan tugas jaga malam.

4 Bersama Perawat Pelaksana melakukan do’a bersama sebagai awal

dan akhir tugas dilakukan setelah selesai operan tugas jaga malam.

5 Melakukan pre conference dengan semua Perawat Pelaksana yang ada

dalam grupnya setiap awal dinas pagi.

6 Membagi tugas atau pasien kepada Perawat Pelaksana sesuai

kemapuan dan beban kerja.

7 Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau diagnose dan

perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang menjadi tanggung

jawab ada bukti di rekam keperawatan.

8 Memonitor dan membimbing tugas Perawat Pelaksana.

9 Membantu tugas Perawat Pelaksana untuk kelancaran pelaksanaan

asuhan pasien.

10 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan asuhan keperawatan

yang dilakukan oleh Perawat Pelaksana yang ada di bawah tanggung


14

jawabnya.

11 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan yang ada

dalam perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalam rekam

keperawatan.

12 Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan menerima

laporan akhir tugas jaga dari perawat pelaksana untuk persiapan operan

tugas jaga berikutnya.

13 Mendampingi perawat pelaksana dalam operan tugas jaga kepada

anggota tim yang tugas jaga berikutnya.

14 Memperkenalkan perawat pelaksana yang ada dalam satu grup atau

yang akan merawat selama pasien dirawat atau kepada pasien/keluarga

baru.

15 Mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana pada sore malam

libur.

16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila pagi hari tidak

bertugas.

17 Menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan dalam rutin

keperawatan di ruangan minimal sebulan sekali.

18 Melakukan bimbingan klinik keperawatan kepada Perawat Pelaksana

minimal seminggu sekali (ronde keperawatan/bed side teacsing).


15

B. Struktur Organisasi

Rina T, S.Kep

Tri handayani S.Kep Intan.I..S.kep Sutrisno, S.Kep

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana


Prasetyo, AMK Windia, AMK  M. Dailami, S.Kep

Tim 1 Tim 2 Tim 3


 A1.  C3.  B1.
 A3.  C4.  B4.
 A4.  C5  B6.
 A5.  C6.
 A6.  C7.
 A7.  C8.
 A8.  C9.
 C1.  C10.
 C2.  C11.

16

C. Rencana Kebutuhan Alat

No Jenis Alat Jumlah yang diperlukan


1 Korentang 1 Buah
2 Bak Instrumen 3 Buah
3 Bengkok 6 Buah
4 Pinset anatomis 8 Buah
5 Kom kecil 8 Buah
6 Gunting 4Buah
7 Pispot stainlis 6 Buah
8 Stetoskep linen 1 Buah
9 Stetoskop anak limen 1 Buah
10 Stetoskep riter 1 Buah
11 Suction pump 1 Buah
12 Standar infus 10 Buah
13 Tensi meter 4 Buah
14 Termometer air raksa 10 Buah
15 Termometer digital 5 Buah
16 Timbang berat badan 1 Buah
17 Tongue spatel 3 Buah
18 Tromol kasa besar 2 Buah
17

D. Rencana Kegiatan

No Waktu Kegiatan Keterangan

1. 07.15 Mengikuti Apel Pagi

2. 07.30 Mengikuti Meeting Morning

3. 08.00 Memimpin Pre conference

Membahas tentang kejadian yang perlu didiskusikan dan

merumuskan masalah keperawatan.

Mengikuti hand over dari jaga malam

4. 07.45 Mengidentifikasi atau kunjungan ke pasien untuk validasi

permasalahan pasien.

5. 08.35 Melaksanakan asuhan keperawatan bersama perawat

pelaksana.

6. 09.00 Melakukan pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan

masing-masing pasien dan menulis di buku laporan shift

7. 11.00 Memberikan laporan kepada kepala ruang tentang

evaluasi pemberian asuhan keperawatan.

8. 12.00 Memimpin Post conference.

9. 13.30 Metting Afternoon

14.00 Hand Over


18

E. Rencana Auhan Keperawatan

1. Pasien Ny”N”

a. Data Demograi :

Nama :Ny”N” No. RM : 646523

JK : Perempuan Status : Menikah

Alamat : Banyumas Tanggl pengkajian :10-10-2014

Diagnosa Medis :

Post Op Ulkus pedis DM

b. Keluhan Utama :

Pasien mengeluh nyeri di bagian operasi, skala nyeri 6, nyeri yang dirasakan sekitar 10 menit,

nyeri timbul saat pasien ingin beraktivitas ringan seperti ke toilet.

c. Riwayat Penyakit Sekarang :


19

Pasien masuk kerumah sakit dengan keluhan nyeri di bagian luka di kaki kiri, pasien

mengatakan 3 bulan yang lalu pasien mengeluh ada luka tapi luka kecil setelah lama lukanya

semakin besar dan tak sembuh.

d. Nursing Care Planning

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri Akut b/d Agen cidera biologis NOC: NIC :


ditandai dengan : - Pain Level Manajemen Nyeri
DS : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
- Pasien mengatakan nyeri di Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
bagian lukanya Nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi.
- Pasien mengatakan skala nyeri No Kriteria Awal Tujuan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
6. 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan
DO: 1 5 3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyebab nyeri,
- Pasien terlihat kesakitan 2. Melaporkan bahwa nyeri nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
dengan ditunjukan ekspresi berkurang dengan 1 5 kebisingan
wajah kesakitan menggunakan manajemen nyeri 4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
- Skala nyeri 7 dalam
- TTV : 3. Mampu mengenali nyeri (skala, 5. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
- TD : 150/100 mmHg intensitas, frekuensi dan tanda 1 5 obat analgetik untuk mengurangi nyeri: Injeksi
- T : 37,6ºC nyeri) Ketorolak
- N:100x/m 4. Menyatakan rasa nyaman
1 5
- RR: 18x/m setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang
4 5
normal

Skala Penilaian:
1. Tidak pernah ditunjukan
20

2. Jarang ditunjukan
3. Kadang-kadang ditunjukan
4. Sering ditunjukan
5. Selalu ditunjukan

2. Resiko Infeksi b/d prosedur invasive NOC : NIC


DS: Kontrol Infeksi
- Infection control
1. Batasi pengunjung
- Pasien mengatakan tempat Setelah dilakukan tindaakan keperawatan selama 3x24 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
tidurnya kotor 3. ajarkan keluarga dan pengunjung untuk
jam, tidak terjadinya infeksi dengan kriteria hasil:
- mencuci tangan
4. Tingkatkan intake nutrisi
DO:
5. Kolaborasi dengan tenaga medis dalam
No Kriteria Awal Tujuan
pemberian obat antibiotik
- Pasien post operasi 1. Pasien bebas dari tanda dan
1 5 6. Monitor luka pasien
- Terpasang IV Line gejala infeksi. 7. Dorong pasien untuk istirahat
- Banyaknya pengunjung yang 2. Menunjukkan kemampuan
tidak mencuci tangan. untuk mencegah timbulnya 1 5
- Kamar pasien terlihat kotor infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas
banyak barang pengunjung. 1 5
normal
4. Menunjukkan perilaku hidup
5
sehat

Skala Penilaian:
1. Tidak pernah ditunjukan
2. Jarang ditunjukan
3. Kadang-kadang ditunjuka
4. Sering ditunjukan
21

5. Selalu ditunjukan

e. Implementasi

No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi

1. Nyeri Akut b/d Agen cidera biologis 1. Melakukan pengkajian nyeri S: Pasien mengatakan Nyerinya masih terasa
ditandai dengan : R/Pasien mengeluh myeri di bagian jari kaki, skala O:
DS : nyeri 6, nyeri yang dirasakan sekitar 10 menit. - Pasien terlihat nyeri dengan ekspresi
- Pasien mengatakan nyeri di bagian
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dan wajah sedikit meringis
lukanya
- Pasien mengatakan skala nyeri 6. ketidaknyamanan - Nyeri skala 5
DO: R/ pasien terlihat gelisa
- Pasien terlihat kesakitan dengan 3. Mengontrol lingkungan yang dapat mepengaruhi A: Masalah teratasi sebagian
ditunjukan ekspresi wajah nyeri No Kriteria Awal Tujuan Hasil
kesakitan R/ pasien tidak terganggu dengan lingkungan seperti 1. Mampu
- Skala nyeri 7 pencahayaan,suhu ruangan. mengontrol 1 5 3
- TTV : nyeri (tahu
22

- TD : 150/100 mmHg 4. Mengajarkan tehnik Nafas dalam. penyebab


- T : 37,6ºC R/pasien mempraktikan naas dalam nyeri,
- N:100x/m 5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian 2. Melaporkan
- RR: 18x/m bahwa nyeri
obat analgetik : Injeksi ketorolac
berkurang
dengan 1 5 4
menggunakan
manajemen
nyeri
3. Mampu
mengenali
nyeri (skala,
1 5 4
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
4. Menyatakan
rasa nyaman
1 5 5
setelah nyeri
berkurang
5. Tanda vital
dalam rentang 1 5 4
normal

P:Intervensi diteruskan
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi.
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
23

napas dalam
- kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat analgetik untuk mengurangi
nyeri: Injeksi Ketorolak

2 Resiko Infeksi b/d prosedur invasive


DS: 1. Membatasi pengunjung S: Pasien mengatakan hari ke dua Pos Operasi
R/ pengunjung berkurang O:
- Pasien mengatakan tempat tidurnya 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
kotor R/ - - Pasien post operasi
- - Terpasang IV Line
3. Mengajarkan keluarga dan pengunjung untuk
- Kamar pasien terlihat kotor banyak
DO: mencuci tangan barang pengunjung.
R/ keluarga mencuci tangan
- Pasien post operasi
4. Meningkatkan intake nutrisi A: Masalah Teratasi sebagian
- Terpasang IV Line
R/ Pasien makan tinggi kalori tinggi protein No Kriteria Awal Tujuan Hasil
- Banyaknya pengunjung yang tidak
5. berkolaborasi dengan tenaga medis dalam 1. Pasien bebas
mencuci tangan. pemberian terapi antibiotik: Cefadroxin dari tanda dan 1 5 4
- Kamar pasien terlihat kotor banyak R/ pasien gejala infeksi.
barang pengunjung. 6. Memonitor luka pedis dexta 2. Menunjukkan
R/ keadaan luka bersih kemampuan
7. Mendongong pasien untuk istirahat untuk
1 5 4
R/Pasien istirahat mencegah
timbulnya
infeksi
3. Jumlah
leukosit
1 5 3
dalam batas
normal
4. Menunjukkan
perilaku hidup 1 5 3
sehat
24

P : Intervensi diteruskan
- Batasi pengunjung
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
- ajarkan keluarga dan pengunjung untuk
mencuci tangan
- Tingkatkan intake nutrisi
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam
pemberian obat antibiotik
- Monitor luka pasien
- Dorong pasien untuk istirahat

2. Pasien Ny “ “

a. Data Demograi :

Nama :Ny”R” No. RM : 646523

JK : Perempuan Status : Menikah

Alamat : Cilacap Tanggl pengkajian :10-10-2014


25

Diagnosa Medis : Post Op Karatarak Sinilis Matur.

b. Keluhan Utama :

Pasien mengeluh sakit di bagian mata kanan sesudah operasi, nyeri dengan skala 7, nyerinya

dirasakan timbul sekitar 15 menit, nyeri yang dirasakan timbul saat pasien istirahat.

c. Riwayat Penyakit Sekarang:

Sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh pusing, penglihatan kabur mata sebelah kanan,

pasien mengeluh sulit untuk tertidur.

d. Nursing Care Planning

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan keriteria hasil Intervensi

1. Nyeri Akut b/d Agen cidera biologis NOC: NIC :


ditandai dengan : - Pain Level Manajemen Nyeri
DS : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
- Pasien mengatakan nyeri di bagian Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, komprehensif termasuk lokasi,
mata bagian kanan. Nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, frekuensi.
- Pasien mengatakan skala nyeri 7. No Kriteria Awal Tujuan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
DO: 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan
- Pasien terlihat kesakitan 1 5 3. Kontrol lingkungan yang dapat
penyebab nyeri,
dengan ditunjukan ekspresi mempengaruhi nyeri seperti suhu
wajah kesakitan ruangan, pencahayaan dan kebisingan
26

- Skala nyeri 7 2. Melaporkan bahwa nyeri 4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
- TTV : berkurang dengan menggunakan 1 5 napas dalam
- TD : 150/100 mmHg manajemen nyeri 5. kolaborasi dengan tim medis dalam
- T : 37,6ºC pemberian obat analgetik untuk
- N:100x/m 3. Mampu mengenali nyeri (skala, mengurangi nyeri.
- RR: 18x/m intensitas, frekuensi dan tanda 1 5
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang 1 5
5. Tanda vital dalam rentang
1 5
normal

Skala Penilaian:
1. Tidak pernah ditunjukan
2. Jarang ditunjukan
3. adang-kadang ditunjukan
4. Sering ditunjukan
5. Selalu ditunjukan

2. Resiko Infeksi b/d prosedur invasive


DS: Kontrol Infeksi
NOC : 1. Batasi pengunjung
- Pasien mengatakan tempat tidurnya - Infection control 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kotor Setelah dilakukan tindaakan keperawatan selama 3x24 jam, tindakan
tidak terjadinya infeksi dengan kriteria hasil: 3. Tingkatkan intake nutrisi
4. Kolaborasi dengan tenaga medis dalam
DO:
No Kriteria Awal Tujuan pemberian obat antibiotik
1. Pasien bebas dari tanda dan 5. Dorong pasien untuk istirahat
- Pasien post operasi 1 5
- Terpasang IV line gejala infeksi.
2. Menunjukkan kemampuan untuk
- Banyaknya pengunjung yang tidak 1 5
mencegah timbulnya infeksi
mencuci tangan.
- Kamar pasien terlihat kotor banyak 3. Jumlah leukosit dalam batas
1 5
normal
barang pengunjung.
27

4. Menunjukkan perilaku hidup


5
sehat

Skala Penilaian:
1. Tidak pernah ditunjukan
2. Jarang ditunjukan
3. Kadang-kadang ditunjuka
4. Sering ditunjukan
5. Selalu ditunjukan

e. Implementasi

No DiagnosaKeperawatan Implementasi Evaluasi

1. Nyeri Akut b/d Agen cidera biologis 1. Melakukan pengkajian nyeri S:


ditandai dengan : R/Pasien mengeluh myeri di bagian mata kanan, - Pasien mengatakan masih nyeri di bagian mata
DS : skala nyeri 7, nyeri yang dirasakan sekitar 15 kanannya
- Pasien mengatakan nyeri di menit.
bagian mata bagian kanan. 2. Mengobservasi reaksi nonverbal dan
O:
- Pasien mengatakan skala nyeri ketidaknyamanan
- Ekspresi wajah meringis kesakitan
7. R/ pasien terlihat gelisa
- Skala nyeri 7
DO: 3. Mengontrol lingkungan yang dapat mepengaruhi
28

- Pasien terlihat kesakitan nyeri - TTV :


dengan ditunjukan ekspresi R/ pasien tidak terganggu dengan lingkungan - TD : 140/190 mmHg
wajah kesakitan seperti pencahayaan,suhu ruangan. - T : 37ºC
- Skala nyeri 7 4. Mengajarkan tehnik Nafas dalam. - N:86x/m
- TTV : R/pasien mempraktikan naas dalam - RR: 19x/m
- TD : 150/100 mmHg 5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
- T : 37,6ºC obat analgetik : A: Masalah teratasi sebagian
- N:100x/m Asam mefenamat 500 mg No Kriteria Awal Tujuan Akhir
- RR: 18x/m R/ - 1. Mampu mengontrol
nyeri (tahu 1 5 3
penyebab nyeri,
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan 1 5 3
menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali
nyeri (skala,
1 5 3
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah 1 5 3
nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam
1 5 4
rentang normal

Resiko Infeksi b/d prosedur invasive 1. Membatasi pengunjung A: Intervensi diteruskan


2 DS: R/ pengunjung berkurang - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi.
- Pasien mengatakan tempat R/ - - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
tidurnya kotor 3. Meningkatkan intake nutrisi - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
R/ Pasien makan tinggi kalori tinggi protein nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
29

4. berkolaborasi dengan tenaga medis dalam kebisingan


DO: pemberian terapi antibiotik: Cefadroxil 500 mg - Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
R/ - dalam
- Pasien post operasi 5. Mendongong pasien untuk istirahat - kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
- Terpasang IV line R/Pasien istirahat obat analgetik untuk mengurangi nyeri.
- Banyaknya pengunjung yang
S: Pasien menagatakn hari pertama post operasi
tidak mencuci tangan. O:
- Kamar pasien terlihat kotor - Pasien terlihat lemas
banyak barang pengunjung. - Pasien post operasi
- Terpasanga IV RL Gtt 22x/m

A: Masalah teratasi sebagian


No Kriteria Awal Tujuan Ak
hir
1. Pasien bebas dari
tanda dan gejala 1 5 3
infeksi.
2. Menunjukkan
kemampuan untuk
1 5 3
mencegah timbulnya
infeksi
3. Jumlah leukosit
1 5 3
dalam batas normal
4. Menunjukkan
1 5 3
perilaku hidup sehat

P : Intervensi diteruskan
- Batasi pengunjung
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
- Tingkatkan intake nutrisi
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian
obat antibiotik
- Dorong pasien untuk istirahat
30

3. Pasien An “F “

a. Data Demograi :

Nama :Ny”S” No. RM : 7190791

Umur : 4 tahun Alamat : Kemawi

Tanggl pengkajian :10-10-2014

Diagnosa Medis :

Fraktur supra condya humerus sinistra

b. Keluhan Utama :

Pasien mengeluh sakit di bagian tangan kiri, nyeri yang dirasakan sekitar 20 menit, nyeri timbul

saat pasiennengangakat atau menggerakan tangan. Skalan nyeri tidak terkaji karena pasien anak-

anak tidak bias menilai.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


31

Sebelum masuk rumah sakit ibu pasien mengatakan pasien terus menangis kesakitan, diakibatkan

tangan pasien patah setelah berain dengan temannya, ibu pasien mengatakan pasien panas tinggi

lebih kurang 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

d. Nursing Care Planning

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri Akut b/d Agen cidera biologis NOC: NIC :
ditandai dengan : - Pain Level Manajemen Nyeri
DS : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
- Ibu pasien mengatakan pasien komprehensif termasuk lokasi,
Nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil :
menangis kesakitan No Kriteria Awal Tujuan karakteristik, durasi, frekuensi.
DO: 1. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal dari
- Pasien terlihat kesakitan nyeri (tahu penyebab 1 5 ketidaknyamanan
dengan ditunjukan ekspresi nyeri, 3. Kontrol lingkungan yang dapat
wajah kesakitan 2. Melaporkan bahwa mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Pasien terus menangis nyeri berkurang ruangan, pencahayaan dan kebisingan
1 5
dengan menggunakan
kesakitan manajemen nyeri
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
- TTV : 3. Mampu mengenali napas dalam
- T : 38ºC nyeri (skala, intensitas,
1 5
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
- N:89x/m frekuensi dan tanda pemberian obat analgetik untuk
nyeri)
- RR: 23x/m 4. Menyatakan rasa
mengurangi nyeri.
nyaman setelah nyeri 1 5
berkurang
5. Tanda vital dalam
rentang normal 2 5

Skala Penilaian:
32

1. Tidak pernah ditunjukan


2. Jarang ditunjuka
3. kadang-kadang ditunjukan
4. Sering ditunjukan
5. Selalu ditunjukan

NOC
2. Hipertermi b/d penyakit atau trauma Thermoregulasi Kontrol Termogulasi
ditandai dengan: 1. Monitor suhu sesering mungkin
DS: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 2. Monitor RR & N
pasien menunjukkan Suhu tubuh dalam batas normal
- Ibu pasien mengeluh badan 3. Berikan cairan Intravena
dengan kreiteria hasil:
anaknya panas Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, 4. Kompres pasien pada daerah yag terdpat
- Ibu pasien mengatakan pasien terus merasa nyaman nadi besar
menangis No Kriteria Awal Tujuan 5. tingkatkan intake dan nutrisi
DO: 1. Suhu 36,5 – 37,5 ºC 6. kolaborasi dengan tim medis dalam
- Pasien terlihat tidak nyaan, galisah. 1 5 pemberian obat analgesik
- T: 38ºC
- RR : 23x/m 2. Nadi dan RR dalam
- N: 89x/m rentang normal 1 5

3. merasa nyaman
1 5

4. Tidak ada perubahan


warna 1 5
33

e. Implementasi
No Diagnosa Impleentasi Evaluasi
1. Nyeri Akut b/d Agen cidera 1. Melakukan pengkajian nyeri S:
biologis ditandai dengan : R/pasien terus menangis kesakitan - Ibu pasien mengatakan anaknya masih
DS : 2. Mengobsevasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan menangis kesakitan
- Ibu pasien mengatakan R/ pasien terlihat gelisa. O:
pasien menangis 3. Mengontrol lingkungan yang dapat mepengaruhi nyeri - Pasien menangis kesakitan
kesakitan R/ - - Pasien terus menangis kesakitan
DO: 4. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian - TTV :
- Pasien terlihat obat analgetik : Asam mefenamat 500 mg - T : 37,8ºC
kesakitan dengan R/ - pasien meminum obat Asam mefenamic syirup - N:90x/m
ditunjukan ekspresi - RR: 24x/m
wajah kesakitan
- Pasien terus A: Masalah teratasi sebagian
menangis kesakitan No Kriteria Awal Tujuan Akhir
- TTV : 1. Suhu 36,5 – 37,5
- T : 38ºC ºC 1 5 3
- N:89x/m
- RR: 23x/m 2. Nadi dan RR
dalam rentang 1 5 3
normal
3. merasa nyaman
1 5 2

4. Tidak ada
perubahan warna 1 5 4

P: Intervensi diteruskan
34

Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi.
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dalam
- Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat analgetik untuk mengurangi
nyeri.

S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas


2. Hipertermi b/d penyakit 1. Memonitor suhu O:
atau trauma ditandai R/ 37,6ºC - Pasien terlihat tidak nyaman
dengan: 2. Memonitor RR dan N - Pasien terus menangis
DS: R/ RR : 24/m, N: 90x/m - T: 37,8ºC
- Ibu pasien mengeluh 3. Memberikan cairan intravena - RR : 24x/m
badan anaknya panas R/ Pasien terapi NaCl 500 cc - N: 90x/m
- Ibu pasien mengatakan 4. Mengkompres daerah nadi besar
pasien terus menangis R/ Ibu Pasien memberikan kompres A: Masalah belum teratasi
DO: 5. Mengingkatkan intake dan nutrisi No Kriteria Awal Tujuan Akhir
- Pasien terlihat tidak R/ Pasien menghabiskan ½ porsi yang diberikan 1. Suhu 3,5 – 37,5
ºC 1 5 2
nyaman, galisah. 6. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
- T: 38ºC analgesic : Paracetamol syirup 500 mg.
35

- RR : 23x/m R/pasien meminum obat yang diberikan. 2. Nadi dan RR


- N: 89x/m dalam rentang 1 5 4
normal
3. merasa nyaman
1 5 2

4. Tidak ada
perubahan 1 5 4
warna
36

BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. Implementasi

Pada saat bertuga Katim melakukan implementasi:

1. Meminpin pre conference dan post conference

2. Membuat atau menyusun uraian tugas ketua tim.

3. Membuat dan menyusun perencanaan alat meids yang digunakan untuk

tindakan keperawatan pada pasien kelolahan di ruangan

4. Menyususn rencana kegiatan kepala tim


5. Membagi tugas kepada perawat pelaksana
6. Menyusun tindkaan asuhan keperawatan

B. Evauasi

1. Uraian tugas ketua tim sesuai dengan perencanaan yaitu (93%).

2. Sudah melakukan implementasi sebagai ketua tim.

3. Peralatan yang telah di rencanakan semua ada di ruangan sesuai dengan

yang direncanakan, tetapi masih ada beberapa alat yang kondisinya tidak

baik, sehingga perlu di ganti dengan yang baru, agar proses tindakan

keperawatan berjalan dengan lancer sesuai prosedur.

4. Perencanaan kegiatan yang telah di susun telah laksanakan dengan baik.

36
37

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu

seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok Pasien melalui

upaya kooperatif dan kolaboratif.

Pada pelaksanaan menjadi Ketua Tim, semua kegiatan berjalan dengan lancar

mulai dari membuat uraian tugas ketua tim, membuat perencanaan kebutuhan

alat dan membuat perencanaan kegiatan, mengkoordirinir perawat pelaksana,

menyusun Asuhan keperawatan, membagi tugas dengan tim, merumuskan

diagnosa keperawatan, merencakanan, melakukan impleentasi, evaluasi dan

dokumentasi, semua kegiatan telah diaplikasikan atau dilaksanakan dengan

biak, akan tetapi masih banyak terdapat kekurangan diantaranya

merencakanan kebutuhan alat, sehingga perlu di lakukan bimbingann khusus

bagaimana menjadi ketua tim yang baik.

37
38

B. Saran

1. Mahasiswa

Dapat mengaplikasikan tugas sebagai kepala ruangan sesuai dengan

teori dan praktek.

2. Institusi

Dapat memberikan materi tentang manajemen keperawatan khususnya

uraian tugas sebagai ketua tim.

3. Ruang Edelwais

Semoga dapat terus membimbing dan memberikan cotoh yang baik

dan sesuai dengan teori dan aplikasi mahaiswa praktik klinik keperawatan

manajemen.

Anda mungkin juga menyukai