Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN INTRAPERSONAL DENGAN

MOTIVASI INTRINSIK PADA MAHASISWA FBS UNY YOGYAKARTA

Rizwan Syah Putra

Sekolah Tinggi Psikologi Yogyakarta


Email: nawadasa@mail.com

Abstract
This study aims to determine the relationship between intrapersonal intelligence and
intrinsic motivation in students . The hypothesis is the existence of a positive relationship
between intrapersonal intelligence and intrinsic motivation in students . The higher the
intrapersonal intelligence , the higher the intrinsic motivation . The subjects used in this
study were 50 students of Department of Literature & Indonesian UNY FBS . Data
collection techniques using Intrinsic Motivation Scale ( validity aitem 0.410 s / d 0.786 ;
reliability of 0.925 ) and Intrapersonal Intelligence Scale ( validity aitem 0.230 s / d
0.708 ; reliability of 0.915 ) . The hypothesis was tested using correlation analysis of
Pearson Product Moment . Based on the results of the data analysis , the correlation
coefficient ( rxy ) of 0.359 with a significance of 0.1 ( p > 0.05 ) . The results showed that
there was no significant relationship between Intrapersonal intelligence with Intrinsic
Motivation . Both variables correlated but not significant . Intrapersonal intelligence to
contribute effectively to the intrinsic motivation of 12.9 % .

Keywords: Intrinsic Motivation , Intrapersonal Intelligence

Remaja yang berkualitas adalah yang penting untuk dicapai demi kelancaran
seorang remaja yang tangguh, selalu ingin perkembangan dan masa depannya. Tugas-
meningkatkan prestasi menjadi lebih baik, tugas perkembangan itu meliputi dimensi
mempunyai daya tahan mental untuk psikis, kognitif, psikoseksual, emosional,
mengatasi persoalan yang timbul dan dan sosial (Hurlock, 2005).
mampu mencari jalan keluar yang positif Tugas perkembangan dimensi
bagi semua persoalan hidupnya. kognitif ini salah satunya terkait dengan
Terbentuknya remaja yang berkualitas salah kesuksesan pendidikan/kemampuan belajar
satunya dapat dicapai melalui banyaknya yang perlu dicapai. Dalam pendidikan
proses belajar yang dijalani, serta didukung formal, fase remaja ini umumny sedang
dengan pola asuh orangtua yang diperoleh melalui pendidikan di jenjang SLTA atau di
selama proses perkembangan. (Faturohman jenjang perguruan tinggi/kuliah.
dalam Patriana, 2007), Sebagaimana menurut Monks, dkk (2004)
Remaja berasal dari kata latin Sebagian mahasiswa termasuk ke dalam
adolescence yang berarti tumbuh atau kategori remaja akhir (18-21 tahun), namun
tumbuh menjadi dewasa. Istilah sebagian pula terkategori sebagai dewasa
adolessence mempunyai arti yang lebih luas awal pada periode pertama (22-28 tahun).
lagi yang mencakup kematangan mental, Kategori remaja akhir umumnya berada di
emosional sosial dan fisik (Hurlock, 2005). jenjang SLTA sebagai pelajar, sedang
Psikologi Perkembangan memaknai remaja remaja dewasa awal berada di jenjang
sebagai tahap perkembangan manusia yang perguruan tinggi/kuliah sebagai mahasiswa.
penting artinya karena merupakan fase Salah satu tugas primer mahasiswa
peralihan dari fase anak-anak menuju fase adalah belajar menimba ilmu dan
dewasa. Di fase ini remaja juga mematangkan diri. Meminjam istilah Arief
mendapatkan tugas-tugas perkembangan Budiman bahwa “mahasiswa adalah orang

Jurnal Psikologi Mandiri 67


Rizwan Syah Putra

yang belajar di sekolah tingkat Perguruan yang memiliki jutaan akses informasi
Tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi menuju sumber-sumber pengetahuan &
suatu keahlian tingkat sarjana”. Itulah yang keterampilan di berbagai bidang.
pertama dan utama tugas bagi para 2. Era kesetaraan belajar dan self center
mahasiswa.(Ziaulhaq, 2011) learning. (pembelajaran yang berpusat pada
Belajar di Perguruan Tinggi tentu individu siswa). Di sini siswa/pembelajar
berbeda dengan belajar di Sekolah memegang peranan penting bagi kemajuan
M e n e n g a h . D i P e rg u r u a n Ti n g g i , dan kesuksesan belajar mereka sendiri.
mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri dan Belajar tidak lagi bergantung pada figur
proaktif dalam belajar. Di sini mahasiswa Guru/Pengajar. Siswa tidak lagi menjadi
diberi keleluasan lebih dalam mengatur objek belajar, akan tetapi sebagai subyek
jadwal belajar menurut kadar belajar yang utama.
kemampuannya. Dia berhak mengatur 3. Era pembelajar mandiri. Hal ini karena
jadwal kuliah dan menentukan sendiri target adanya keterbukaan informasi dan
belajar dan kelulusannya. Tentu selain pengetahuan yang begitu melimpah. Agar
kebebasan yang lebih luas, juga diiringi bisa terus berkembang dan mengikuti
dengan tanggung jawab yang lebih besar perubahan zaman, setiap individu dituntut
daripada belajar di SMA/SMK. untuk mampu terus memperbaharui
Pola belajar yang lebih menuntut pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
kemandirian ini tentu tidak akan berjalan yang dimilikinya.
efektif bila seorang mahasiswa masih Revolusi di bidang teknologi
bergantung pada Guru/Dosen saja. Dia jelas informasi ternyata juga mempengaruhi
akan kesulitan untuk mengikuti sistem dunia Pendidikan untuk mengubah
perkuliahan dan sukar mengembangkan pendekatan dan paradigma belajar yang
diri. Mahasiswa perlu memotivasi dirinya lama dengan paradigma belajar yang baru.
untuk terus semangat dan konsisten Inilah yang dinamakan Revolusi Belajar.
mengikuti perkuliahan dan kegiatan lain (Dryden & Vos, 2000). Dalam arus
yang menunjang pembelajaran. perubahan belajar di era modern ini, ada
Apalagi dalam dunia kita dewasa ini beberapa tokoh yang mengenalkan teori-
yang berkembang dengan begitu cepat. Di teori dan konsep-konsep baru dalam dunia
abad teknologi informasi ini dunia kita tidak pendidikan dan pengembangan diri.
hanya berubah dalam hitungan jam ataupun Diantaranya adalah sebagai berikut :
menit, akan tetapi juga dalam hitungan a. B o b b y D e P o r t e r , d k k y a n g
detik. (Dryden & Vos, 2002). Mahasiswa mengenalkan konsep Quantum
harus terus adaptif dalam mengikuti Learning & Quantum Teaching (Sistem
perubahan zaman dan pola belajar yang Belajar & Mengajar secara Quantum).
fleksibel dan independen. b. Stephen Covey, yang memperkenalkan
Dinamika perubahan itu ternyata turut metode 7 Habits of Effective People (7
berpengaruh pada dunia pendidikan kebiasaan baik untuk hidup yang lebih
modern, utamanya yang berhubungan efektif).
dengan bidang kajian Psikologi Pendidikan. c. Gordon Dryden & Jeanette Vos, yang
Beberapa perubahan mendasar itu mengenalkan The Learning Revolution
diantaranya sebagai berikut (Dryden & Vos, on 21st Century (Revolusi Belajar di
2000 ; Santosa, 2007). Abad 21).
1. Era pembelajaran tanpa batas, dan d. Howard Gardner, yang mengenalkan
dimulainya era belajar seumur hidup (life konsep Multiple Intelligence
long learning). Saat ini tersedia materi (Kecerdasan Majemuk).
belajar yang melimpah dan terbukanya e. Barbara Given, yang mengenalkan
kesempatan belajar untuk seluruh kalangan Brain Based Teaching (Pendidikan
dan usia. Hal ini karena pengaruh internet berbasis cara kerja otak manusia).

68 Jurnal Psikologi Mandiri


HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN INTRAPERSONAL DENGAN MOTIVASI INTRINSIK PADA MAHASISWA FBS UNY YOGYAKARTA

Meskipun masing-masing tokoh itu berbagai kelebihan itu, tidak heran bila
mengenalkan metode dan konsep mereka lebih terlihat menonjol dari siswa
belajarnya masing-masing, akan tetapi yang lain. Mereka dapat menjadi teladan
ternyata memiliki beberapa kesamaan dan berpeluang besar menjadi pemimpin di
mendasar dalam hal ide dan gagasan pokok, masa depan. (Dryden & Vos, 2000).
diantaranya yaitu ; Para pembelajar yang mandiri juga
1. Penumbuhan Motivasi Belajar memiliki pola dan kualitas belajar yang
Internal. lebih baik dari siswa yang pasif dan
Salah satu isu penting dalam memiliki ketergantungan dalam belajar.
revolusi belajar adalah bagaimana Dalam prakteknya, keberadaan para siswa
menumbuhkan motivasi belajar yang kuat yang mandiri tentunya akan semakin
dalam diri siswa. Dryden & Vos (2000) memudahkan kerja Guru/Pengajar.
menegaskan bahwa siswa harus (DePorter dkk, 2006).
menemukan kondisi ideal yang 3. Optimalisasi Potensi Otak &
memungkinkan mereka dapat belajar secara Karakter Manusia.
maksimal. Kondisi itu didefinisikan sebagai Alat belajar utama bagi manusia
keadaan belajar yang menyenangkan, adalah otaknya, karena itu penting untuk
menggembirakan atau menggairahkan mengadaptasikan proses belajar dengan
(Fun) serta terbebas dari tekanan, beban & karakteristik unik & potensi otak manusia.
ketegangan. Dengan itu siswa menjadi Hal itu tentunya bertujuan agar
termotivasi secara personal dan memiliki pembelajaran bisa berlangsung optimal &
peran aktif dalam belajar. siswa bisa meraih hasil/prestasi yang
Senada dengan itu dalam Quantum maksimal. (Given, 2007). Bila di era
Learning & Quantum Teaching (DePorter sebelumnya manusia yang harus mengikuti
dkk, 2010) ditekankan pentingnya metode belajar, maka di era modern ini
memunculkan hasrat & minat belajar siswa proses/metode belajarlah yang harus
sebelum memulai proses belajar. Hal itu mengikuti karakter & sifat otak manusia.
dikenal dengan metode AMBAK (Apa Inilah yang dikenal sebagai konsep Brain
Manfaatnya Bagiku). Motivasi dalam diri Based Teaching yang diperkenalkan oleh
siswa yang tumbuh sejak awal belajar akan Barbara Given (2007).
mengakselerasi kemampuan belajar siswa Given (2007) mengenalkan metode belajar
dan meningkatkan daya tangkapnya mengajar yang memberdayakan lima sistem
terhadap materi belajar. Quantum Learning alamiah otak manusia yang terdiri dari (a)
juga menekankan pentingnya keterlibatan Otak emosional yang membangkitkan
penuh siswa dalam suasana belajar yang hasrat untuk belajar. ; (b) Otak sosial yang
kondusif & supportif. (DePorter, 2010). menumbuhkan visi dan melihat
2. Pembentukan Karakter Pembelajar kemungkinan yang ada. ; (c) Otak kognitif
Yang Mandiri. yang menumbuhkan niat untuk belajar. ; (d)
Dalam Revolusi Belajar (Dryden & Otak kinestetik yang mendorong tindakan
Vos 2000), adalah penting untuk mendorong untuk mengubah mimpi menjadi kenyataan.
siswa untuk menjadi lebih mandiri, proaktif ; (e) Otak reflektif yang melahirkan
dan memiliki inisiatif tinggi dalam belajar. kebijakan dan kearifan.
Para Guru/Pengajar berfokus untuk Selain itu, Quantum Learning & Quantum
memotivasi para siswa agar lebih aktif dan Teaching (DePorter dkk, 1999 ; 2006) juga
kreatif dalam proses belajar. Para siswa mendasarkan konsep metode belajar
yang mandiri dalam belajar cenderung uniknya berdasarkan berbagai penelitian
berfikiran terbuka, fleksibel dan adaptif mendasar mengenai otak manusia.
terhadap perubahan, mereka berani Diantaranya adalah teori tentang belahan
mengambil resiko dan pantang mundur otak kanan dan kiri manusia, serta teori otak
dalam menghadapi kesulitan. Dengan triune (3 in 1) yang terdiri dari batang otak,

Jurnal Psikologi Mandiri 69


Rizwan Syah Putra

sistim limbik dan neokorteks. untuk memiliki kepekaan terhadap


Itulah tiga gagasan pokok dalam perasaan, keinginan dan ketakutannya
Revolusi Belajar (Dryden & Vos, 2002) sendiri. Mereka juga mampu
yang saat ini menjadi arus utama dalam era mengekspresikan perasaannya dengan
pendidikan modern yaitu : (1) Penumbuhan wajar, bertindak asertif serta mampu
motivasi belajar internal ; (2). Pembentukan memotivasi diri. Kecerdasan intrapersonal
karakter pembelajar yang mandiri ; (3) juga dinyatakan sebagai bagian dari
Optimalisasi potensi otak & karakter kecerdasan emosional. (Stain & Book,
manusia. 2004).
Berbicara tentang motivasi/dorongan Sehubungan dengan sistem belajar di
untuk melakukan sesuatu, dalam kajian- Perguruan Tinggi, Revolusi Belajar yang
kajian Psikologi dan pengembangan diri, digagas oleh Dryden & Vos (2000) itu
para ahli biasanya membagi dua jenis menemukan relevansinya. Mahasiswa
motivasi yaitu motivasi internal/intrinsik dalam tugas belajar dan pengembangan
yang lahir dari dalam diri serta motivasi dirinya perlu memiliki tiga kemampuan
eksternal/intrinsik yang muncul dari yang menjadi ide pokok Revolusi Belajar.
dorongan faktor luar seperti lingkungan atau Yaitu (1) Mampu menumbuhkan motivasi
karena adanya reward & punishment. (Ryan internal dalam diri untuk terus bersemangat
& Deci, 2000). dalam belajar dan mengikuti perkuliahan. ;
Motivasi belajar internal atau (2) Mampu membentuk diri menjadi
motivasi belajar intrinsik adalah model pembelajar yang mandiri. ; (3) Mampu
motivasi dalam diri seseorang yang timbul mengoptimalisasi potensi otak & karakter
karena minat dan hasrat individu yang unik unggulnya, baik sebagai insan pembelajar,
dan otentik. Motivasi ini muncul karena maupun insan sosial. Idealnya seperti itu.
dedikasi individu untuk mencapai Dalam kenyataannya, ternyata
kepuasan/kegembiraan diri sendiri, dan masih ada beberapa mahasiswa yang belum
bukan untuk tujuan yang lain. (Santrock, mampu menginternalisasi ketiga hal pokok
2008 ; Elliot dkk, 2000 ; Corpus dkk, 2005). tersebut dengan baik. Terjadi kesenjangan
Bila ditelaah lebih lanjut, ternyata antara hal yang ideal (das solen) dengan
motivasi intrinsik memiliki beberapa aspek faktual (das sein). Pada kenyataannya
yaitu : (1) Kegemaran mencari tantangan ; peneliti mendapatkan fakta di lapangan,
(2) Rasa ingin tahu dan keterlibatan diri, dan masih ada beberapa mahasiswa yang
(3) Tingkat kemandirian diri. (Harter dalam kesulitan dalam memotivasi dirinya untuk
Corpus dkk, 2005). bersemangat dalam belajar dan mengikuti
Selain ketiga aspek itu, ada juga perkuliahan, belum mandiri dalam belajar,
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi serta belum mampu mengoptimalkan
intrinsik seseorang, salah satunya adalah potensi otaknya yang luar biasa.
pengenalan diri yang baik. DePorter dkk Dalam sebuah seminar pendidikan,
(2006) menyebutkan bahwa seseorang yang diungkap salah satu masalah akademik
memiliki pemahaman dan pengenalan diri mahasiswa yang terjadi dan sangat
yang baik akan mampu mengetahui cara- merisaukan dosen adalah rendahnya
cara untuk bagaimana membangkitkan partisipasi mahasiswa dalam proses
motivasi dalam dirinya. kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam
K e m a m p u a n u n t u k perkuliahan yang berlangsung selama ini,
mengenali/memahami diri sendiri dalam para mahasiswa cenderung hanya duduk,
Psikologi dikenal dengan istilah diam, dan sekedar mendengarkan tanpa
intrapersonal skill (kemampuan memberikan respon yang relevan dengan
intrapersonal). Gardner (2000) materi kuliah. (Saliman, 2006).
mengemukakan bahwa kecerdasan Dalam penelitiannya itu, Saliman
intrapersonal adalah kemampuan seseorang (2006), menyampaikan bahwa hal itu

70 Jurnal Psikologi Mandiri


HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN INTRAPERSONAL DENGAN MOTIVASI INTRINSIK PADA MAHASISWA FBS UNY YOGYAKARTA

tampak pada Hal ini tampak pada rendahnya mahasiswa, yang bisa dinilai dari berbagai
beberapa poin strategis berikut : aspek dan poin seperti yang telah dijelaskan
1. Rendahnya keaktifan partisipasi diatas. Selain itu minimnya minat belajar
mahasiswa dalam kuliah. Yang ditandai mahasiswa kita juga bisa dilihat dari
dengan rendahnya keaktifan bertanya rendahnya minat belajar dan menulis di
dan rendahnya keaktifan berpendapat. kalangan mahasiswa.
2 Rendahnya keaktifan mengerjakan Dalam sebuah wawancara dengan
tugas, yang ditandai dengan rendahnya sebuah media online, Kepala Balai Bahasa
ketepatan waktu mengumpulkan tugas, Bandung Abdul Khak mengatakan bahwa
rendahnya kesungguhan mengerjakan tradisi menulis di Indonesia jauh lebih
tugas serta minimnya kelengkapan rendah dibandingkan dengan tradisi
tugas tatkala dikumpulkan. membaca, terlebih lagi di kalangan generasi
3 Rendahnya rata-rata kehadiran/absesnsi muda. Rendahnya tradisi menulis, menurut
mahasiswa dalam pertemuan kuliah Abdul, akibat rendahnya minat membaca.
baik teori maupun praktik. Membaca adalah tindakan pasif, berbeda
Solihin Mahmudah (2009), salah dengan menulis dimana kita lebih aktif
seorang Dosen Sastra & Bahasa Indonesia berfikir dan bergerak. Bila yang pasif saja
juga mengatakan dalam sebuah artikelnya kita masih rendah apalagi yang aktif.
bahwa, perkembangan mahasiswa dilihat Bagaimanapun membaca dan menulis
dari segi kognitifnya ternyata setiap tahun adalah kegiatan yang saling menunjang &
justru semakin menurun, Hal itu jelas akan berkaitan, ujarnya (Kompas.com, 2011)
berpengaruh pada motivasi belajarnya Saat ini, lanjut Abdul, banyak dosen-
otomatis yang juga akan ikut menurun dan dosen di sejumlah perguruan tinggi, baik
secara tidak langsung perkembangan swasta maupun negeri yang mengeluhkan
kognitifnya juga ikut menurun. Hal itu kualitas tulisan mahasiswanya. "Kualitas
terjadi saling kait mengait dan dan kemampuan menulis mahasiswa saat ini
mempengaruhi satu sama lain. cenderung rendah. Ini juga membuktikan
Dijelaskan pula oleh Eduard Krisanto bahwa, minat membaca mahasiswa juga
(2011), seorang pemerhati edukasi, bahwa masih rendah," ujar Abdul. (Kompas.com)
keengganan mahasiswa untuk membaca Selain dengan menggali fakta dari
dan menulis bukan tanpa sebab atau latar berita, seminar dan penelitian terdahulu,
belakang. Faktor intrinsik menjadi bagian peneliti juga mencoba mendapatkan fakta
pembentuk sikap enggan mahasiswa dari relita di lapangan dengan menggunakan
sehingga tidak termotivasi untuk membaca metode observasi dan wawancara. Observsi
dan menulis karena memang tidak ada dan wawancara ini difokuskan pada
keinginan dalam dirinya untuk menambah mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
pengetahuan dan membuka wawasan. Universitas Negeri Yogyakarta sebagai
Ketiadaan keinginan kemungkinan objek penelitian kali ini.
terjadi karena beberapa hal yaitu : (1) Dari observasi dan wawancara yang
berkaitan dengan motivasi kuliah ; (2) tidak dilakukan diperoleh fakta beberapa
menganggap penting mempunyai mahasiswa yang suka membolos kuliah,
pengetahuan atau melengkapi pengetahuan mangkir dari pertemuan belajar, jarang
diluar buku teks, handout atau informasi mengumpulkan tugas serta suka menunda
yang disampaikan di dalam kelas ; (3) tiada nunda mengumpulkan tugas atau pekerjaan
daya kritis untuk menchalenge informasi belajar. Sebagian lagi sering merasa malas
yang diterima diruang kelas. (Krisanto, untuk belajar/kuliah.
2011) Bila ditanyakan alasannya mengapa
Dari berbagai tulisan dan sumber mereka tidak hadir dalam beberapa
diatas dapat kita lihat bagaimana rendahnya pertemuan kuliah, beberapa mahasiswa
kualitas minat & motivasi belajar/akademik menjawab bahwa mereka tidak tertarik

Jurnal Psikologi Mandiri 71


Rizwan Syah Putra

dengan materi kuliah, ada juga mengatakan Purposive Non Random Sampling yaitu
suka dengan materi kuliah tapi tidak suka pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri
dengan sifat dosennya, ada pula yang atau sifat yang sama pada populasi untuk
mengeluhkan cara mengajar dosen yang menjadi sampel, sehingga hanya diberikan
dianggap membosankan. Secara umum kepada mereka yang memiliki ciri-ciri atau
mereka mengatakan tidak terlalu berminat sifat seperti yang telah ditentukan oleh
dengan materi dan bidang yang diajarkan, peneliti.
sebab bila mereka suka tentu mereka akan Metode pengumpulan data yang
hadir belajar dan mengerjakan tugas. digunakan dalam penelitian ini adalah
Dari uraian berbagai fakta dan realita metode triangulasi yaitu metode dengan
yang ditemukan peneliti diatas, dapat usaha penggabungan kedua pendekatan
disimpulkan bahwa saat ini terjadi kuantitatif dan kualitatif, atau disebut juga
penurunan/rendahnya minat dan motivasi sebagai strategi penelitian ganda (multiple
belajar mahasiswa, utamanya dilihat dari research strategies) (Alsa, 2007).
faktor internal/intrinsik mahasiswa itu Menurut Brannen(Alsa 2007)
sendiri yang memang kurang tertarik untuk Ed(Alsa 2007), dan Suryabrata
belajar dan berkuliah. (Alsa, 2007) pemakaian metode triangulasi
Berbagai kendala dan masalah belajar umumnya mengkombinasikan kedua
yang dihadapi mahasiswa, serta adanya gap pendekatan (kuantitatif dan kualitatif)
antara harapan dengan kenyataan yang ada dalam tiga cara, yaitu: (1) Pendekatan
mendasari keinginan peneliti untuk kuantitatif sebagai pendekatan utama,
melakukan penelitian ini. Yaitu ingin pendekatan kualitatif sebagai fasilitator, (2)
membuktikan apakah ada hubungannya Pendekatan kualitatif sebagai pendekatan
antara kecerdasan intrapersonal dengan utama, pendekatan kuantitatif sebagai
motivasi intrinsik pada mahasiswa. fasilitator, (3) Kedua pendekatan diberi
Hipotesis yang diajukan dalam tekanan yang sama. Dalam penelitian ini
penelitian ini adalah ada hubungan positif peneliti menggunakan pendekatan
antara kecerdasan intrapersonal dengan kuantitatif sebagai pendekatan utama, dan
motivasi intrinsik pada mahasiswa. Hal itu pendekatan kualitatif sebagai fasilitator.
berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan Dalam penelitian ini, peneliti
intrapersonalnya maka akan semakin tinggi mengumpulkan data dengan menggunakan
pula motivasi intrinsiknya. Begitu juga skala yang mengikuti metode Likert,
sebaliknya. dengan empat alternatif jawaban yaitu:
Sangat Sesuai (SS); Sesuai (S); Tidak Sesuai
METODE PENELITIAN (TS); Sangat Tidak Sesuai (STS). Dalam
Variabel - variabel yang digunakan skala kecerdasan intrapersonal dan motivasi
dalam penelitian ini adalah motivasi intrinsik ini disusun dalam dua jenis yaitu
intrinsik sebagai variabel tergantung dan favorable (mendukung atau memihak pada
kecerdasan intrapersonal sebagai variabel objek sikap dan pernyataan unfavorable
bebas. Populasi dalam penelitian ini adalah (tidak mendukung objek sikap) (Azwar,
mahasiswa-mahasiswi Fakultas Bahasa & 2007). Nilai favorable bergerak dari 4 s/d 1.
Sastra Universitas Negeri Yogyakarta yang Sedangkan unfavorable bergerak dari 1 s/d
berjumlah sekitar 600-650 orang. 4.
Subjek/sampel yang digunakan berjumlah Te k n i k a n a l i s i s d a t a y a n g
50 orang yang terdiri atas 28 orang digunakan untuk mengetahui hubungan
mahasiswi dan 22 orang mahasiswa. antara variabel bebas yaitu kecerdasan
Teknik pengambilan sampling intrapersonal dengan kebermaknaan hidup
dalam penelitian ini dilakukan dengan sebagai variabel tergantung yaitu dengan
teknik random secara Pengambilan sampel menggunakan teknik analisis korelasi
dilakukan dengan menggunakan teknik Product Moment dari Pearson.

72 Jurnal Psikologi Mandiri


HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN INTRAPERSONAL DENGAN MOTIVASI INTRINSIK PADA MAHASISWA FBS UNY YOGYAKARTA

HASIL PENELITIAN akan pergaulan (Need of Relatedness).


Dua faktor pertama memang
Berdasarkan hasil analisis berkaitan dengan kemampuan diri/aspek
korelasional statistik yang telah dilakukan, internal yang berhubungan dengan
maka didapatkan hasil yang tidak searah kecerdasan intrapersonal (Stein & Book,
dengan hipotesis penelitian. Artinya 2004), namun faktor terakhir justru terkait
hipotesis penelitian yang menyatakan dengan faktor eksternal diri/lingkungan.
adanya hubungan positif antara kecerdasan Jadi dapat disimpulkan bahwa selain faktor
intrapersonal dengan motivasi intrinsik internal yang saat ini diteliti, faktor
pada mahasiswa FBS UNY adalah tidak eksternal/lingkungan juga mengambil peran
terbukti. yang sangat mempengaruhi tingkat
Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai motivasi intrinsik seseorang.
koefisien korelasi (r ) = 0,359 dan taraf Hal tersebut sejalan dengan apa
signifikansinya 0,1 (p>0,05) atau tingkat yang didapatkan oleh Nafiudin (2009)
kepercayaan (á) sebesar 90%. Korelasi dalam penelitiannya tentang hubungan
kedua variabel itu ditunjukkan oleh Rsquare antara dukungan sosial dengan academic
sebesar 12,9 %. Artinya kecerdasan amotivational / ketiadaan motivasi
intrapersonal hanya memberikan akademis pada pelajar. Penelitian itu
sumbangan efektif sebesar 12,9 % saja mendapatkan hasil bahwa dukungan
terhadap motivasi intrinsik, sedang sosial/faktor lingkungan terbukti memiliki
sebagian besar lainnya (87,1%) justru hubungan negatif yang signifikan terhadap
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang academic amotivational para pelajar. Atau
tidak diteliti. Data tersebut menunjukkan dengan kata lain tingginya dukungan sosial
kedua variabel tersebut tidak memiliki akan menurunkan tingkat academic
hubungan yang signifikan. Karena korelasi motivational pada pelajar. Hal itu bermakna
yang begitu kecil, maka ecerdasan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang
intrapersonal tidak cukup untuk untuk diberikan lingkungan si pelajar, maka akan
dijadikan salah satu faktor yang secara semakin rendahlah ketiadaan motivasi
meyakinkan dapat mempengaruhi motivasi belajarnya. Dengan semakin rendah
intrinsik. ketiadaan motivasi belajarnya, tentu saja
Berdasarkan hasil penelitian yang berarti akan semakin membaiklah tingkat
menunjukkan bahwa sumbangan faktor motivasi belajarnya.
kecerdasan intrapersonal terhadap motivasi Kesimpulannya dukungan sosial
intrinsik sebesar 12,9%, maka terbukti berperan baik/bagus dalam
dimungkinkan masih ada faktor-faktor lain membangkitkan/meningkatkan motivasi
sebesar 87,1% yang juga berpengaruh akademis para pelajar. Dalam penelitian itu,
terhadap motivasi intrinsik. Hal itu akan dukungan sosial itu sendiri dapat dijabarkan
dijelaskan dalam paragraf berikut. menjadi tiga bagian berdasarkan sumbernya
Nilai sumbangan efektif yang yaitu dukungan sosial dari orang tua &
cukup rendah ini dapat dipahami bahwa keluarga, dukungan sosial dari guru &
ternyata masih ada beberapa faktor lainnya sekolah serta dukungan sosial dari teman-
yang lebih berpengaruh pada tingkat teman. (Nafiuddi, 2009).
motivasi intrinsik, dibanding kecerdasan Secara keseluruhan, dalam
intrapersonal. Hal itu berkesesuaian dengan penelitian itu didapatkan bahwa variabel
teori SDT yang dikemukakan oleh Ryan dan dukungan sosial mempunyai kontribusi
Deci (2000) bahwa ada tiga faktor yang sebesar 47% terhadap penurunan tingkat
mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu : (1) academic amotivation. Sedangkan sisanya
Kebutuhan akan kemandirian diri (Need of sebesar 53% disumbang oleh faktor
Autonomy) ; (2) Kebutuhan akan kecakapan intrinsik pelajar itu sendiri. (Nafiudin,
diri (Need of Competence) ; (3) Kebutuhan 2009).

Jurnal Psikologi Mandiri 73


Rizwan Syah Putra

berpengaruh yaitu adanya perbedaan faktor dari Teori Kecerdasan Majemuk (multipple
budaya antara masyarakat barat dan intelligence) yang dikembangkan oleh
masyarakat Indonesia. Teori yang peneliti Howard Gardner (1993), dan Teori
gunakan kali ini berasal dari penelitian di Kecerdasan Emosional (emotional
barat/AS yang tentu saja sedikit berbeda intelligence) yang digagas oleh Daniel
dengan kondisi di Indonesia baik secara Goleman (1995).
lingkungan budaya maupun secara tata Penyebab lainnya juga diajukan oleh
etika/nilai kemasyarakatan. Masyarakat Hadi (dalam Chulsum, 2006) yang
Indonesia yang termasuk bangsa timur/asia, berpendapat bahwa faktor-faktor yang
dinilai lebih memiliki ikatan sosial lebih menyebabkan hipotesis ditolak adalah 1).
kuat dari bangsa barat/eropa & AS yang Kurang cermatnya alat pengukuran (skala
lebih individualis. penelitian), 2). Terlalu tinggi atau
Pengaruh kecerdasan intrapersonal rendahnya taraf signifikansi yang
diduga lebih tampak pengaruhnya dalam digunakan untuk menguji hipotesis, 3).
pergaulan masyarakat barat yang lebih Hipotesis terletak didaerah penolakan, 4).
individualis/personal, daripada bangsa Kesalahan sampel dan 5). Kesalahan
timur yang lebih komunal/sosial. Perbedaan perhitungan. Kemungkinan lain yang
budaya inilah yang mengakibatkan menjadi penyebab ditolaknya hipotesis
kecerdasan intrapersonal memberikan karena teori yang sudah usang, sampel tidak
sumbangsih yang relatif rendah pada tingkat representatif, dan tidak mengontrol variabel
motivasi intrinsik subyek yang diteliti. ekstra.
Dalam masyarakat timur, faktor- Faktor-faktor lain yang diduga
faktor lingkungan sosial yang meliputi menjadi penyebab hipotesis ditolak adalah
individu seperti pengaruh teman, guru, karena kesalahan sampel yang tidak
orang tua & keluarga dirasakan lebih besar representatif. Pelaksanaan penelitian yang
pengaruhnya terhadap tingkat motivasi berbenturan dengan kegiatan-kegiatan
intrinsik daripada pengaruh internal mahasiswa/i FBS UNY yang beraneka
individu subjek sendiri. Artinya lingkungan ragam seperti adanya ujian tengah semester
dapat berperan penting dalam (UTS), tugas-tugas kuliah menjelang ujian,
menumbuhkan motivasi intrinsik individu. acara pementasan seni, liburan pasca ujian
Peneliti menduga, bentuk dll. Aktifitas mahasiswa yang begitu
kecerdasan lain yang merupakan pasangan beragam dan kesibukan mereka yang
dari kecerdasan intrapersonal (inter berbeda-beda, menyulitkan peneliti dalam
pribadi), yaitu kecerdasan interpersonal mendapatkan sampel yang diinginkan dan
(antar pribadi) lebih memiliki peran penting melakukan penelitian.
dalam penumbuhan motivasi intrinsik Hal itu pula menyebabkan sampel
seseorang. Hal ini dapat dipahami karena yang diambil tidak representatif karena
kecerdasan intrapersonal lebih merupakan tidak bisa mewakili keseluruhan dari
kecerdasan dalam memahami diri sendiri, populasi ada. Sifat dan karakteristik
sedangkan kecerdasan interpersonal lebih individu dari sampel yang diambil serta
menitik beratkan pada kemampuan individu situasi dan kondisi yang kurang mendukung
dalam membangun dan memaknai pada saat pelaksanaan penelitian turut
hubungan sosial dan interaksi antar menjadi faktor penyebab ditolaknya
individu. Secara umum dalam masyarakat hipotesis yang diajukan peneliti.
timur pengaruh lingkungan sosial dirasakan Pembahasan selanjutnya adalah
lebih besar daripada pengaruh individu itu tentang kategorisasi subjek yang terbagi
sendiri. atas tiga tingkat kategori yaitu rendah,
Secara bersamaan kedua-duanya sedang dan tinggi. Berdasarkan data
(kecerdasan intrapersonal dan sebelumnya didapatkan bahwa motivasi
interpersonal) merupakan bagian penting intrinsik subjek yang diteliti mayoritas

74 Jurnal Psikologi Mandiri


HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN INTRAPERSONAL DENGAN MOTIVASI INTRINSIK PADA MAHASISWA FBS UNY YOGYAKARTA

termasuk kategori sedang (80% atau kedua variabel itu, dimana kecerdasan
sebanyak 40 dari total 50 orang). Ini berarti intrapersonal memberikan sumbangan
bahwa rata-rata subjek memiliki tingkat efektif terhadap motivasi intrinsik sebesar
motivasi intrinsik yang cukup baik. 12,9 %., sedangkan sebagian besarnya yang
Sedangkan pada kategorisasi berjumlah 87,1% justru dipengaruhi oleh
kecerdasan intrapersonal dari tabel di atas faktor - faktor lain yang tidak diteliti dalam
dapat diketahui bahwa 58% atau 29 dari 50 penelitian kali ini.
subjek memiliki tingkat kecerdasan Faktor-faktor itu diduga berasal
intrapersonal yang sedang, 21 dari 50 subjek dari variabel eksternal subjek seperti faktor
memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal lingkungan sosial seperti keluarga, orang
yang tinggi, yaitu dengan persentase 42% tua, teman-teman dan dosen. Dugaan itu
dan tidak ada subjek yang rendah tingkat didasarkan pada teori SDT yang dicetuskan
kecerdasan intrapersonalnya (0%). Dari hal oleh Ryan & Deci (2000) dimana dikatakan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahwa ada tiga faktor yang bisa
sebagian besar subjek penelitian memiliki mempengaruhi perkembangan motivasi
tingkat kecerdasan intrapersonal yang intrinsik, dimana salah satunya adalah
cukup baik. Ini menjelaskan bahwa rata-rata faktor lingkungan/eksternal
mahasiswa yang diteliti mampu mengenali .
potensi diri dan emosinya dengan cukup Saran
baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh
Dilihat dari analisa korelasi dan dengan adanya beberapa kelemahan
kategorisasi diatas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, penulis mencoba
rata-rata subjek memiliki motivasi intrinsik merekomendasikan beberapa saran sebagai
yang tinggi, ternyata juga mempunyai berikut:
tingkat kecerdasan intrapersonal dengan 1. Saran Kepada Mahasiswa.
tingkat yang cukup baik juga. Tingkat Menjadi seorang mahasiswa
kecerdasan intrapersonal yang baik merupakan berkah yang harus
dibarengi juga dengan motivasi intrinsik disyukuri, karena tidak semua keluarga
yang baik pula. Hal tersebut menandakan di Indonesia mampu menguliahkan
adanya hubungan positif antara kedua anak-anaknya. Selain sebagai berkah,
variabel yang diteliti, meskipun lewat oleh menjadi seorang mahasiswa
data statistik nilainya tidak signifikan. merupakan sebuah tanggung jawab
Keterkaitan itu memang sudah yang besar, dimana kita tidak hanya
diisyaratkan sebelumnya dengan adanya dituntut untuk sukses secara akademis,
kesamaan aspek yang dimiliki oleh kedua akan tetapi juga mampu berperan aktif
variabel itu, yaitu kemandirian. Keduanya dalam kegiatan non akademis dan
juga sama-sama merupakan bentuk tipikal memberikan sumbangsih positif bagi
konstruk psikologi yang lebih menitik masyarakat.
beratkan pada pembahasan kekuatan Menjalani perkuliahan dan
internal/potensi dalam diri seseorang. (Stein belajar di Perguruan Tinggi tentu
& Book, 2004 ; Lepper, dkk, 2005). berbeda dengan belajar di SMA/SMK.
Disini mahasiswa dituntut untuk lebih
SIMPULAN DAN SARAN mandiri dan proaktif dalam belajar. Hal
Simpulan itu disebabkan pola pembelajaran yang
Berdasarkan hasil penelitian dan lebih bebas, mandiri, fleksibel dan
pembahasan analisis data, diperoleh berpusat pada mahasiswa. Di sinilah
kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang motivasi intrinsik sangat berperan
signifikan antara kecerdasan intrapersonal penting.
dengan motivasi intrinsik. Meskipun Adalah penting bagi seorang
demikian tetap ada korelasi positif antara mahasiswa untuk terus bisa memotivasi

Jurnal Psikologi Mandiri 75


Rizwan Syah Putra

dirinya agar terlibat aktif dalam proses lingkungan kampus. Pihak kampus bisa
belajar mengajar. Dengan memiliki memenuhinya dengan memberikan
motivasi intrinsik yang kuat dan fasilitas belajar yang lengkap,
otentik, maka mahasiswa sebenarnya memberikan support dan
memiliki sumber semangat yang tidak pendampingan yang baik, memberikan
pernah padam. Senantiasa menyulut peluang beasiswa yang banyak,
dan mendorong dirinya untuk terus menciptakan suasana dan kondisi
mencemerlangkan potensinya dan belajar yang mendukung serta
meraih prestasi optimal. menstimulasi semangat belajar siswa
2. Saran Kepada Keluarga/Orang Tua. dengan memberikan acara-acara dan
Dari hasil penelitian di atas lomba-lomba kreatif.
diketahui bahwa tumbuhnya motivasi Para dosen juga penting dalam
intrinsik tidak hanya diakselerasi oleh menjalin kedekatan dengan para
kemampuan internal diri mahasiswa mahasiswanya secara personal. Dengan
saja, akan tetapi juga faktor eksternal adanya hal itu maka dosen akan lebih
juga berpengaruh. Salah satunya adalah leluasa untuk mengetahui
faktor lingkungan keluarga & perkembangan belajar mahasiswa serta
dukungan orang tua. juga akan memudahkan dosen untuk
Dengan support yang baik dari memberi nasehat-nasehat, memotivasi,
pihak keluarga dan orang tua, atau dalam menanamkan nilai-nilai
mahasiswa akan merasa nyaman dan pada diri anak didiknya.
bersemangat dalam belajar. Dia akan 4. Saran Kepada Peneliti Selanjutnya
terdorong untuk memberikan Bagi para peneliti selanjutnya
kemampuan terbaik demi yang hendak meneliti dengan variabel
membahagiakan orang tuanya. Kasih sama dalam penelitian ini, adalah
sayang, perhatian dan keteladanan hendaknya mengembangkan teori-teori
orang tua adalah bahan bakar terbaik yang dipakai dalam penelitian ini, baik
bagi semangat belajar anak. Tidak teori dalam variabel motivasi intrinsik
diragukan lagi dukungan dari orang maupun kecerdasan intrapersonal
tua/keluarga baik dukungan moril Peneliti lain perlu lebih mengeksplorasi
maupun materiil sangat diperlukan faktor-faktor eksternal yang
sang anak/mahasiswa demi mencapai mempengaruhi tumbuh kembang
aktualisasi diri yang baik dan meraih kualitas motivasi intrinsik. Beberapa
prestasi belajar yang gemilang. variabel itu diantaranya adalah
3. S a r a n K e p a d a P i h a k kecerdasan interpersonal/antar pribadi
Pengajar/Dosen dan Pihak Kampus. dan dukungan sosial.
Faktor lingkungan selanjutnya Topik ini perlu dikaji lebih
yang punya peranan besar juga dalam mendalam mengingat peran penting
peningkatan motivasi intrinsik motivasi intrinsik dalam
mahasiswa adalah pihak mengakselerasi prestasi belajar
pengajar/dosen dan pihak mahasiswa, mendukung proses belajar-
penyelenggara/kampus. Bahkan boleh mengajar di kampus/sekolah pada
dibilang pihak yang memiliki peran khususnya, serta meningkatkan
serta otoritas paling besar bagi kualitas pendidikan di Indonesia pada
mahasiswa adalah dua pihak ini ( umumnya.
pengajar & akademis kampus).
Hal ini tidaklah mengherankan,
karena dalam kesehariannya
mahasiswa banyak melakukan aktifitas
belajar dan berinteraksi akademik di

76 Jurnal Psikologi Mandiri


HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN INTRAPERSONAL DENGAN MOTIVASI INTRINSIK PADA MAHASISWA FBS UNY YOGYAKARTA

DAFTAR PUSTAKA Desmita.2005. Psikologi Perkembangan.


Bandung : Remaja Rosda Karya.
Ali, M,. Asrori, M (2006). Psikologi Remaja
: Perkembangan Peserta Didik. Dryden, G, & Vos, J, (2001). Revolusi Cara
Jakarta : Bumi Aksara. belajar The Learning Revolution :
Bagian 1 Keajaiban Pikiran.
Armstrong, Thomas. (2002). 7 Kinds Of Bandung : Mizan.
Smart: Menemukan dan
Meningkatkan Kecerdasan Anda Dryden, G, & Vos, J, (2004). Revolusi Cara
Berdasarkan Teori Multiple belajar The Learning Revolution :
Intelligence. Jakarta : Gramedia Bagian 2 Sekolah Masa Depan.
Pustaka Utama. Bandung : Mizan.

Azwar, Saifuddin. (2004). Penyusunan Elliott, S. N., Kratochwill, T. L., Littlefield,


Skala Psikologi. Yogyakarta: J., & Travers, J. F. (2000).
Pustaka Pelajar. Educational Psychology: Effective
Teaching, Effective Learning. 2nd
Azwar, Saifuddin. (2007). Validitas dan Edition. Singapore : McGraw-Hill
Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Book Co.
Pelajar.
Gardner, Howard. (1993). Mulltiple
Baard, P. P, Ryan, R. M., & Deci, L. E. I n t e l l i g e n c e : K e c e rd a s a n
(2004). Intrinsic Need Satisfaction: Majemuk. Jakarta : Gramedia
A Motivational Basis of Pustaka Utama.
Performance and Well-Being in
Two Work Setting. Journal of Given, Barbara, K. (2007). Brain Based
Applied Social Psychology. Hal, Teaching : Merancang Kegiatan
2046. Belajar-Mengajar Yang Melibatkan
Otak Emosional, Sosial, Kognitif,
Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Kinestetis, dan Reflektif. Bandung :
Psikologi. Jakarta: PT. Raja Penerbit Kaifa Mizan Pustaka.
Grafindo Persada.
Goleman, Daniel. (1995). Emotional
Chulsum, Umi. (2006). Hubungan Antara Intelligence: Kecerdasan
Kecerdasan Emosi Dengan Tingkat Emosional. Jakarta: Gramedia
Agresivitas Remaja Pada Siswa Pustaka Utama.
SMK Yudya Karya Magelang.
Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Gunawan, Adi. (2005). Born To Be Genius.
Psikologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

DePorter, Bobby, & Hernacki, Mike. Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi


(2001). Quantum Learning: Research jilid 1. Yogyakarta: Andi
Membiasakan Belajar Nyaman dan Offset.
Menyenangkan. Bandung : Penerbit
Kaifa. Hadi, Sutrisno. 2005. Metodologi Research
jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.
De Porter, Bobby, Reardon, Mark, & Singer,
Sarah. (2009). Quantum Teaching : Hurlock, Elizabeth, B. (2005). Psikologi
Mengubah Cara Anda Mengajar. Perkembangan : Suatu Pendekatan
Bandung : Penerbit Kaifa Mizan. Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

Jurnal Psikologi Mandiri 77


Rizwan Syah Putra

Ifriani, Nur Ida. (2010). Motivasi Intrinsik, Motivasi Bekerja Sebagai Pengajar
Motivasi Ekstrinsik dan Disiplin Les Privat Pada Mahasiswa Di
Kerja Pengaruhnya Terhadap S e m a r a n g . S k r i p s i ( Ti d a k
Kinerja Pegawai Pada Kantor Dinas Diterbitkan). Semarang : Fakultas
Pendidikan Kabupaten Sumba. Psikologi Universitas Diponegoro.
Jurnal Aplikasi Manajeman, Vol 8
no 2. Pink, Daniel H. (2009). Misteri Otak Kanan
Manusia. Yogyakarta : Diva Press.
Kartono, Kartini. (1996). Psikologi Umum.
Bandung: Mandar maju. Ryan, Richard M., & Deci, Edward L.
(2000). Self-Determination Theory
Krestiaji, Irene, S.N. (2012). Hubungan and the Facilitation of Intrinsic
Antara Kecerdasan Intrapersonal Motivation, Social Development,
Dengan Kebermaknaan Hidup Pada and Well-Being. Journal of
Pegawai Negeri Sipil Dinas American Psychologist, hal 68-73.
Kimpraswil Kota Yogyakarta.
Skripsi (Tidak Diterbitkan). Ryan, Richard M., & Deci, Edward L.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi (1985). Intrinsic Motivation And
Psikologi. Self Determination In Human
Behavior. New York : Plenum Press.
Legault, L., Pelletier, L., & Green-Demers,
I.. (2006). Why Do High School Santosa, Ippho. (2008). 13 Wasiat
Students Lack Motivation in the Terlarang. Jakarta : Elex Media
C l a s s r o o m ? To w a r d a n Komputindo.
Understanding of Academic
Amotivation and the Role of Social Santrock, John.W. (2006). Educational
Support. Journal of Educational Psychology; Third Edition. New
Psychology, hal 567-569, 576-578. York: Mc Graw Hill Companies, inc.

Lepper, Mark , Corpus, Jennifer, & Iyengar, Santrock, John, W. (2002). Life-Span
Sheena.(2005). Intrinsic and Development Perkembangan Masa
Ekstrinsic Motivational Orientation Hidup Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
in the Classroom : Age Differences
and Academic Correlates. Journal Sardiman, Ahmad, M. 2005. Interaksi &
of Educational Psychology, Vol:97 Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta
No 2, Hal 184-196. : Rajawali Press.

Monks, F. J. , Knoers, A. M. P. , & Haditono, Sarwono, Sarlito W.(2008). Psikologi


S. R. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Perkembangan: Pengantar Dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar.
Gadjah Mada University Press. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Nafiuddin, Muhammad, (2009). Hubungan Stein, Steven, & Book, Howard. (2004).
Antara Dukungan Sosial Dengan Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar
Academic Amotivational Pada Kecerdasan Emosional Meraih
Pelajar SMP. Skripsi (Tidak Sukses. Bandung : Kaifa Mizan.
Diterbitkan). Yogyakarta : Sekolah
Tinggi Psikologi. Tahar, Syaiful. Hubungan Antara
Kemandirian Belajar Dengan Hasil
Patriana, Pradnya. (2007). Hubungan Belajar Pada Mahasiswa. Skripsi
Antara Kemandirian Dengan (Tidak Diterbitkan). Semarang :

78 Jurnal Psikologi Mandiri

Anda mungkin juga menyukai