Anda di halaman 1dari 25

ILMU PENYAKIT SYARAF (NEUROLOGI)

SEFALGIA

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Sefalgia


Sefalgia jenis kontraks otot sefalgia vaskuier tipe migren
Sefatgia post trauma kapitis, Neuraigia trigeminal,
glossofaringeal

2. Kriteria Diagnosis : Nyeri kepala rasa berat/rasa


diikat/dibebani/ditekan/pegal/panas dll. Lokasi biasanya diffus
bilateral.
Biasanya khronis. Biasanya bercampur migren. Nyeri kepala
berdenyut sinkron dengan nadi timbulnya episodik, sering
oleh suatu faktor presipitasi.
Bertambah berat bila melakukan aktivitas.
Biasanya unilateral/Hemikrania, dapat disertai nausea,
muntah, epifora sebelah.
Dapat didahului aura.
Khronis 1 sub khronis.
Nyeri vertigo setelah trauma kepala, terutama bila kepala
digerakkan.
Bisa menjadi khronis.
Neuralgia trigeminal, glossofaringeal.
Nyeri hebat, rasa mencucuk, memancar, dibor, panas, hilang
timbul beberapa detik, timbul didaerah persarafan nervus
yang terlibat.
Dapat dicetuskan dengan sentuhan pada daerah tertentu
(trigger point), berbicara, tertawa, mengunyah, sapu wajah,
minum air dli.

4. Diagnosis Diferensial : Sefalgia oleh karena penyakit lain : Misal : tumor otak,
arteritis, penyakit sinus, nyeri psikofogis dll.

5. Pemeriksaan Penunjang : - Laboratorium daerah rutin.


- Foto Ro: kranium, sinus, mastoid, servikal dll.
- EEG.
- CT scan otak.
Konsultasi: tergantung keadaan.

6. Perawatan Rumah Sakit : - Bila penyakit berat


- Bila perlu pemeriksaan intensif
- lndikasi sosial

7. Terapi : a. Sefalgia jenis kontraksi otat.


- analgetika, relaxan otot, antiansietas.
- suportif
- terapi penyakit yang mendasarinya mis: OA.
- dapat diberi fisioterapi.
b. Sefalgia vaskuler tipe migren
- hindari faktor pencetus.
- golongan ergotamin.

1
- aspirin.
- parasetamol.
- propilaksis.
- CA. entry blocker selektif mis: Flunarizine.
- Pizotifen.
- Sipro heptadin.
Terapi simtomatik.
Bila diketahui penyebab:
terapi kausal
- Karbamazepin.
- Fenitoin.
- Dapat ditambahkan analgetika, vitamin dosis tinggi
terutama vit. B12, penenang bila perlu.
- Bila tak ada respons, konsultasi bagian bedah saraf.

8. Standart Rumah Sakit : - Semua Rumah Sakit.


- Pada penyakit yang sulit sembuh, atau migren neurologik
dirawat dirumah sakit oteh diokter ahli.

9. Penyulit : Kesulitan menegakkan diagnosis. menyebabkan diagnosis


kurang teliti.

10. Informed Consent : Tak perlu.

11. Standart Tenaga : Dokter Umum.


Bila ada kesulitan diagnostik atau terapi, rujuk ke dokter
spesialis.

12. Lama Perawatan : - Berobat jalan.


- Dirawat apabila rasa sakitnya tidak tertahankan.

13. Masa Pemulihan : Tergantung keadaan.

14. Output : - Biasanya serangan dapat diatasi.


- Pada migren, bisa timbul defisit neurologis yang menetap.

15. P. A. : Tak perlu, kecuali pada arteritis.

16. Outopsia : Tak ada.

EPILEPSI

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Epilepsi

2. Kriteria Diagnosis : - Epilepsi adalah suatu sindroma gangguan fungsi otak yang
iritatif, timbul tiba-tiba, hilang tiba-tiba, dan berulang.
- Status kejang adalah serangan kejang yang sambung
menyambung, penderita tetap tidak sadar.

3. Diagnosis Diferensial : - Gangguan iritatif korteks serebri yang disebabkan oleh


penyakit lain misalnya TIA, metabolik, eklansi, radang
otak, tumor, dll.

2
- Kejang psikogenik.

4. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium:


Gula, ureum, kreatinin, elektrolitlastrup, LFT, dll.
EEG, Foto kepala, Head CT Scan, MRI, Angiografi, dll.
Analisa Likuor (atas indikasi).

5. Konsultasi : - Anastesi.
- Penyakit Dalam/Anak.
- dll, bila perlu.

6. Perawatan Rumah Sakit : - Rawat jalan.


- Rawat inap, hanya status kejang yang rawat ianap di IPI.

7. Terapi : Rawat jalan:


- Lurninal 3 - 5 mglKg/hari.
- Fenitoin 3 - 8 mg/Kg/hari.
- Karbamazepin 10 - 20 mg/Kglhari.
- Asam valporit 15 mg/Kglhari.
- Clonazepam:
Anak 0,1 - 0,2 mg/Kglhari.
Dewasa 1,5 - 20 mg/hari.
8. Rawat lnap (Kejang) : - Tindakan umum terhadap koma.
- Hentikan kejang dengan:
Diazepam 10 - 20 mg IV pelan-pelan yang dapat diulangi
setelah 15-30 menit, bila kejang belum berhenti, Diazepam
40 -100 mg dalam larutan Darrow dengan kecepatan 40 cc
/ jam drip, bila kejang belum teratasi,
Fenitoin 10 - 15 mg/Kg maksimal 250 IV pelan-pelan
(kecepatan 50 mglmenit) hati-hati depresi/blok jantung,
bila masih kejang, Pertimbangkan anastesi umum.
- Bila kejang telah berhenti, untuk mencegah timbulnya
kejang yang berulang, diberikan Fenitoin,
Fenobarbital atau anti kejang lainnya untuk rumatan.

9. Standar Rumah Sakit : Rawat jalan, semua rumah sakit.


Rawat inap, semua rumah sakit, diutamakan yang mempunyai
IP1.

10. Penyulit : Rawat jalan


- Jenis dari epilepsi.
- Berobat tidak teratur.
Rawat inap
- Karena penyakit, bila kejang tidak
- berhenti timbul gangguan pernafasan. edema serebri dll.
- Karena tindakan, alat kardiorespirator yang tidak siap
pakai atau terlambat bertindak.

11. lnformed Consent : Perlu.

12. Standart Tenaga : - Dokter Umum.


- Konsultasi Dokter Spesialis Saraf.

3
13. Lama Perawatan : Rawat jalan
Sampai 2 - 3 tahun bebas gejala.
Rawat lnap di lPI.
Sampai kejang teratasi dan kesadaran pulih, kemudian pindah
keruangan dan berobat jalan bila keadaan umum telah
memungkinkan.
Masa Pemulihan:
Rawat jalan: -
Rawat inap: lebih kurang satu minggu.

14. Output : Rawat inap:


Biasanya kejang dapat diatasi, tapi pasien harus tetap makan
obat anti kejang secara teratur untuk rumatan.
Rawat jalan:
Tergantung jenis epilepsi, biasanya dapat terkontrol dengan
obat anti kejang.

15. P. A. : - Jarang.
- Bila kausanya dioperasi (misalnya tumor).

16. Autopsi : Bila diperlukan

GANGGUAN PEREDARAN DARAH OTAK (CVD/STROKE)

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Gangguan Peredaran Darah Otak (CVD/STROKE)

2. Kriteria Diagnosis : Kelainan neurologi fokal yang timbul mendadak akibat


gangguan aliran darah lokal di otak.
Klinis dapat berupa hemiparesis, afasia, gangguan saraf
kranial dll, disertai gangguan kesadaran atau tidak.

Non-Hemoragik:
TIA/RIND.
Thrombosis serebri. Emboli serebri.
Hemoragik:
Perdarahan intraserebellar.
Perdarahan subarchoidal.
Perdarahan intraserebellar.

3. Diagnosis Diferensial : - Kontusio serebri.


- Meningitis/ensefalitis.
- SOL (tumor otak dll).
- Dll.

4. Pemeriksaan Penunjang : - LP, Head CT Scan, Arteriografi, MRI, Dopler dll


- Laboratorium: darah rutin, thrombosit, hematoktrit,
fibrinogen, agregasi thrombosit, urine rutin, gula darah N/
PP, cholestrol (total, HDULDL, trigliseride), asam urat,
ureum creatinin.
- X-Foto Thoraks dan ECG.

5. Konsultasi : - Kardiologi /ginjal hipertensilEndokrinologi dari Bagia

4
Penyakit dalam.
- Bedah Saraf (kasus stroke hemoragik yang selektif).

6. Perawatan Rumah Sakit : - Untuk penderita baru (kurang dari minggu ) dan penderita
yang penyakitnya progresif, segera dirawat.
- Untuk penderita yang sudah lama ata. ringan, dapat
berobat jalan atau tergantung keadaan.

7. Terapi : - Perawatan koma pada pasien dengar kesadaran yang


menurun.
- Memperbaiki aliran darah ke otak (CBF ) a.l.:
- Tekanan darah optimal:
TD > 200 mmHg sistol atau > 120 mmHg diastol mulai
diberi terapi Nifedipine atau captopril, dosis tergantung
TD.
TD < 100 mm Hg sistol,diberi dopanime dengan dosis
sesuai keadaan.
- Pemberian anti edema:
Glycerol 10 % kuur, 1 fl perhari selama 6-8 jam, 5 hari
berturut.
- Perawatan umum: keseimbangan cairan elektrolit,
mencegah infeksi sekunder dekubitus, deepvein
thrombosis dll termasuk fisioterapi sedini mungkin.
Pada perdarahan subarchnoidal, ditambah dengan anti
fibrinolitik seperti tranxenemicacid dan nimodipine untuk
mencegah vasospasma.
Pada stroke hemoragik yang lain juga diberi anti fibrinolitik
seperti tranxenemic acid atau coagulansia yang lain.
Pada stroke hemoragik dipertimbangkan tindakan operatif
secara selektif seperti perdarahan intra serebellar.
Pada stroke non hemorogik, setelah fase akut, dapat diberi
aspirin untuk rnencegah serangan ulang, disamping
mengontrol faktor resiko.

8. Standart Rumah Sakit : Semua RS, bila ada penyulit atau ada indikasi operasi, rujuk
ke RS yang lebih lengkap fasilitasnya.

9. Penyulit : 1. Karena penyakit


Infark atau perdarahan semakin Iuas (perburukan).
lnfark yang diikuti perdarahan (infark hemoragik).
Ada komplikasi penyakit lain (jantung, ginjal, DM, dll).
2. Karena tindakan: jarang.

10. lnformed Consent : Perlu (tertulis).

11. Standart Tenaga : Sedapat mungkin Dokter Spesialis.

12. Lama Perawatan : Non Hemoragik: 2 minggu.


Hemoragik: 3 – 4 minggu (bergantung keadaan).

13. Masa Pemulihan : 1-3 bulan, bervariasi, sebagian tidak dapat bekerja lagi.

14. Output : TIA dan RIND secara klinis sembuh total.

5
Yang lain umumnya dengan gejala sisa (sequele).
Karena biasanya disertai penyakit lain (faktor resiki),
komplikasi menjadi tumpang tindih.

15. P. A. : Bila dilakukan tindakan bedah (tidak begitu penting).

16. Autopsi : Bila perlu (atas permintaan polisi atau yang berwenang
lainnya, dengan izin keluarga).

TRAUMA SUSUNAN SARAF PUSAT KEPALA (TRAUMA KAPITIS).


TRAUMA KAPITIS: ICD 850 -854 Intracranial injury

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Trauma Susunan Saraf Pusat Kepara (Trauma Kapitis).


Trauma Kapitis: ICD 850 -854 lntracranial injury
1. Komosio serebri : ICD 850-854
2. Kontusio serebri : ICD 851
3. Edema serebri traumatika : ICD 854
4. Fraktur kranii tertutup : 1CD 800.1
5. Fraktur kranii terbuka : ICD 800.3
6. Impressi fraktur tanpa gejala neurofogik fokal (> 1 cm).
7. Impressi fraktur disertai gejala neurologik fokal (< 1 cm).
8. Fraktur basis kranii.
9. Perdarahan Epidurai : ICD 852
10.Perdarahan Subdural : ICD 852
11.Perdarahan intraserebral.
12.Perdarahan Subarakhnoid.

2. Kriteria Diagnosis : Anamnese/dilihat sendiri:


adanya benturan dikepala, riwayat pingsan, muntah, amnesia
retrograd, post traumatic amnesia.
Adanya lusid interval, pusing, pening, perdarahan telinga,
hidung, dll.
Pemeriksaan: gangguan tingkat kesadaran, kelumpuhan,
kejang, SKG.

3. Diagnosis Diferensial : CVD 1 Stroke, Epilepsi, Tumor Otak.

4. Pemeriksaan Penunjang : X foto tengkorak AP/Lat, CT Scan Otak/MRI,


Artereografi/EEG, LP.

5. Konsultasi : Bedah saraf/bedah (tergantung indikasi).

6. Terapi : lstirahat, observasi dan simptomatis.


Anti edema serebri: manitol dll.
Perawatan intensif jika kasus berat.
Operatif pada kasus-kasus tertentu.
Fisioterapi dan rehabilitasi.

7. Perawatan Rumah Sakit : Semua kasus trauma kapitis harus dirawat nginap di rumah
sakit minimal 3 hari untuk observasi/adanya suatu perdarahan
epidural/subdural yang mempunyai lusid interval (terutama
pada daerah RS yang tidak mempunyai alat CT

6
Scan/Arteriografi).

8. Standart Rumah Sakit : - Pada komosio serebri + kontusio ringan: semua RS.
- Pada kasus-kasus yang lebih berat : minimal RS kelas C.

9. Penyulit : - Perdarahan masif.


- Edema serebri yang tak terkontrol.
- Sindroma otak organik.
- Herniasi.

10.lnformed Consent : Terutama pada kasus yang berat.

11. Standart Tenaga : - Dokter Spesialis Saraf.


- Dokter Umum (pada daerah yang tidak ada ahli saraf).

12. Lama Perawatan : Minimal 3 hari.

13. Output : Post trauma kapitis sindroma gejala sisa/kelumpuhan, SOO.

14. Autopsi : Dilakukan jika klinis meragukan untuk kepentingan hukum.

TRAUMA MEDULLA SPINALIS

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Trauma Medulla Spinalis


Diagnosis Anatomis:
- Servical.
- Torakal.
- Lumbal.
- Sakral.
- Koksigis.
Diagnosis Etiologis:
- Perdarahan Epidural.
- Perdarahan Subdural.
- Spinal concussion.
- Spinal contusion.
- Spinal Avulsi.
- Spinal Whiplash lnjury
- Compressi Medulla Spinalis.

2. Kriteria Diagnosis : Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan:


Klinis:
Gangguan sensorik (dermatom).
Kelumpuhan.
Refleks-refleks.
Gangguan miksi.
Gangguan defaekasi.
Impotensi.
Laboratorium:
Foto Vertebra AP/LAT.
Myelografi.
Cat Scan Spinal Cord.

7
Elektro Neurografi.
Evoked potential.

3. Diagnosis Diferensial : - No 1 dan 2


- Kelainan intra kranial.
- Kelainan saraf tepi.

4. Pemeriksaan Penunjang : Lihat pemeriksaan Iaboratorium.

5. Konsultasi : Pada dugaan trauma medulla spinalis harus segera konsultasi


pada ahli saraf semua trauma medulla spinalis dan tulang
punggung harus dirawat.

7. Terapi : Tergantung etiologi dan lokalisasi lesi.


Akut: Di tempat, harus dapat dilakukan.
lmmobilisasi dengan:
- Spinal brace (sebelum penderita diangkat).
- Stift collar.
- Strapping pakai peregang atau backboard.
- Immobiiisasi dengan kantung pasir.
Di Rumah Sakit:
- Pada yang non kompressif diberi steroid.
- Tindakan bedah orthopedik dan traksi.
- Tindakan bedah saraf.

8. Prognosis : Tergantung pada lamanya dan luasnya gangguan fungsi


saraf.
Total paralysis: Prognosis jelek.

TRAUMA SUSUNAN SARAF PUSAT SPINALIS


TRAUMA MEDULLA SPINALIS
Komosio Medullae: ICD 907.2
Kontosio Medullae: ICD 907.2
Disertai luksasi/fraktur vertebrae: ICD 806.

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Trauma Susunan Saraf Pusat Spinalis


Trauma Medulla Spinalis
Komosio Medullae: ICD 907.2
Kontosio Medullae: ICD 907.2
Disertai luksasi/fraktur vertebrae: ICD 806.

2. Kriteria Diagnosis : Anamnese + fisik diagnostik:


Riwayat kecelakaan/jatuh.
Keluhan kelumpuhan anggota gerak, sensibilitas, miksi
defekasi.

3. Diagnosis Differensial : Tumor spinal, infeksi mielitis, sponsilitis, motor neuron


disease.

4. Pemeriksaan Penunjang : X-Foto veretebra, mielografi, MRI spinal.

5. Konsultasi : Bedah saraf/ortopedi (jika/tergantung indikasi).

8
6. Terapi : - lstirahat mutlak/immobilisasi/fiksasi.
- Anti oedema.
- Operatif.
- Rehabilitasi/fisioterapi.

7. Perawatan Rumah Sakit : Mutlak.

8. Standart Rumah sakit : Minimal Rumah Sakit tipe C.

9. Penyulit : Tromboemboli, dekubitus, gangguar miksi, defekasi,


kelemahan/atrofi otot infeksi sekunder.

10. Standart Tenaga : Dokter Spesialis.

11. Lama Perawatan : Minimal 2 minggu.

12. Informed Consent : Perlu.

13. P. A. : -

NEUROPATI (GANGGUAN NEUROGEN PERIFER)

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Neuropati (Gangguan Neurogen Perifer)

2. Kriteria Diagnosis : Gangguan saraf perifer motoris, sensoris dan autonom.


Dapat akut maupun kronik.

3. Diagnosis Differensial : Polio Mielitis yang simetris.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Pungsi Lumbal pemeriksaan likuor untuk : sel, protein,


glukosa, NaCL, Immunologis (bila perlu).
- Darah tepi rutin, glukosa, elektrolit. protein, enzim, lipid,
kholestrol, logarr berat, immunologid dan lain-lain.
- Bila ada tanda anemipernisiosa, perikss hematologis
lengkap.
- Urine lengkap.
- Pemeriksaan EMG.
- Pemeriksaan potensial cetusan (bila ada)
- EKG, biopsi: atas indikasi.

5. Konsultasi : - Penyakit Dalam (Endokrin, Imunologi, Toksikologi,


Hematologi dll). Tegantung dari kausanya.
- Bedah saraf (Bedah Umum).
- Kulit (bila kausanya lepra, herpes dan lain-lain).

6. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera pada Neuropati akut, bila timbul gangguan
pernafasan (pada sindroma Landry), memerlukan perawatan
intensif di ICU Neuropati.
Khronik: Tergantung keadaan.

7. Terapi : - Neurotonika (kombinasi B1, B6, B12, dll).

9
- Fisioterapi.
- Simptomatis (untuk nyeri karbamazepin, salisilat dll), bila
kausanya diketahui tanggulangi kausa.
- Vaskuler: perbaiki vaskularisasi (vasidilatansia,
pengawasan lemak dll).
- Trauma: (mekanik, tistrik, penyinaran}, hindari kausa,
operasi dipertimbangkan pada neuropati yang disebabkan
trauma mekanik.
- Defesiensi: Gizi dan fungsi penyerapan diperbaiki.
- Endokrin/metabolik: obati penyakit dasarnya (DM, Uremi,
Hypertiroid dll).
- lnfeksi: Herpes, Acyclovir, simptomatis.
- Lepra: Rifampicin 300-600 mg/hari, DDS 25-100 mg/hari.
- Dapsone, operasi pada kasus-kasus tertentu.
- Keracunan (intoksikasi) karena logam berat, bahan kimia
dan obat-obatan.
- Hindari penyebabnya.
- Antidotum untuk logam berat: EDTA, BAL (Chelating
Agent).
- Sindroma Guilain Barre/Landry dan varientnya (AIDP =
Acute lmflamatory Demyelinating Poliradiculoneuropathy
dan Chronic lmflamatory Demyelinating Polyraddicu
lopathy).
Pada yang akut:
- Kortikosteroid
- ACTH, kortison, prednison (masih banyak perbedaan
pendapat tentang hal ini).
- Obat-obat imunosupresif lain: Azathioprine.
- Plasma faresis.
- Anti viral: boleh dicoba.
- Anti Imflamasi: boleh dicoba.
- Fisioterapi.
Pada yang kronik:
Perawatan, fisioterapi, prednison.

8. Standart Rumah Sakit : Semua RS, bila dicurigai akan timbul gangguan pernafasan,
segera rujuk ke RS yang lebih lengkap (punya ICU).

9. Komplikasi : 1. Karena Penyakit.


- Terjadi karena progresifitas.
- Gangguan pernafasan (kelumpuhan otot-otot
pernafasan), infeksi traktus urinarius dll.
2. Karena Tindakan.
Perawatan dan fisioterapi yang kurang cermat, dapat
memudahkan terjadinya dekubitus/kontraktur.

10. lnformed Consent : Perlu, terutama bagi yang dicurigai beratt progresif.

11. Standart Tenaga : Dokter Umum, bila tak ada Dokter Spesialis.

12. Lama Perawatan : Rata-rata 2 minggu – 1 bulan.

13. Masa Pemulihan : Tergantung keadaan, ada yang tak dapat bekerja untuk

10
selamanya.

14. Output : Umumnya sembuh dengan gejala sisa, tapi ada juga yang
menetap.

15. P. A. : Kadang-kadang pada kasus tertentu dilakukan biopsi untuk


memastikan diagnosis (jarang).

16. Autopsi : Bila diperlukan (jarang).

MIASTENIA GRAVIS

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Miastenia Gravis

2. Kriteria Diagnosis : Kelemahan otot yang progresif sewaktu melakukan aktivitas


diikuti dengan perbaikan setelah masa istirahat.

3. Diagnosis Diferensial : Polimiositis, thyrotoksikosis, exopthalmic opthalmoplegia,


myasthenic syndrome, periodic paralysis dll.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Tensilon test/Prostigmin test.


- EMG (Jolly test 1 Harvey Masland test).
- Foto Rontgen Thoraks AP-L-Obl
- Pemeriksaan imunologis.
- CT Scan Thoraks.

5. Konsultasi : - Bagian Patologi Klinik untuk pemeriksaan hematology-


imunologi.
- Bagian Bedah (bedah thoraks).

6. Perawatan Rumah Sakit : Miastenia umum yang berat dan krisis miastenia harus
dirawat, kalau bisa diruang ICU.

7. Terapi : - Anti kholinesterase (pyridostigmin atau prostigmin).


- Kortikosteroid (methyl prednisolone atau dexamethason).
- lmmunosuppresive (Azothioprine atau siklofosfamid).
- Timektomi.
- Plasmaphoresis.

8. Standart Rumah Sakit : Sedapat mungkin RS yang mempunyai ICU dengan alat bantu
nafas.

9. Penyulit : - karena penyakit: krisis miastenia dan krisis kholinergik.


- karena tindakan: terlambat bertindak/peralatan respirator
yang tidak siap pakai.

10. lnformed Consent : Perlu.

11. Standart Tenaga : Dokter Spesialis.


12. Lama Perawatan : Tergantung keadaan.

13. Masa Pemulihan : 1 minggu atau tergantung keadaan.

11
14. Output : Paralisis pernafasan, infeksi (biasa pneumonia), sembuh
parsial.

15. P. A. : Bila timektomi.

16. Autopsi : Jarang.

MIOPATI

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Miopati


Distrofia muskulorum progessiva.
Polimiositis/miositis
Miotonia
Drug induced myopathy.
Periodic paralysis.

2. Kriteria Diagnosis : - Kelemahan otot, atrofi, biasanya proksimal, kadang-


kadang pseudo
hipertrofi (DMP).
- Didapat (infeksi, obat-obatan, defisiensi, trauma,
idiopatik).
- Herediter.

3. Diagnosis Diferensial : - Poliomielitis.


- Neuropati.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Enzim serum (CPK, LDH, SGOT, SGPT, Aldolase), bagi
yang herediter, semua saudaranya diperiksa).
- EMG.
- Biopsi otot.

5. Konsultasi : Bagian Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.

6. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila ada penyulit atau untuk menegakkan
diagnosis dan mencoba mencari kausanya.

7. Terapi : Herediter:
Suportif.
Rehabilitasi/fisioterapi
Pencegahan (marriage counseling).
Didapat: tergantung diagnosisnya.

8. Standart Rumah Sakit : Rumah sakit yang mempunyai fasilitas EMG, Patologi Klinik
dan Patologi Anatomi.

9. Penyu!it : 1. Karena Penyakit: Penyakitnya memburuk secara bertahap.


2. Karena tindakan: jarang.

10. lnformed Consent : Perlu.

11. Standart Tenaga : Dokter Spesialis.

12
12. Lama Perawatan : Setelah diagnosis pasti, penyulit atau kausa bagi yang
diketahui sudar ditanggulangi, penderita dapat berobal jalan
terutama untuk fisioterapi. Umumnya secara medis tidak
dapat berbuat banyaH untuk penyakit ini.

13. Masa Pemulihan : Tergantung keadaan dan diagnosis, penyakitnya cenderung


memburuk pelan-pelan.

14. Output : Dengan perawatan dan fisioterapi penderita merasa membaik


atau paling tidak sebagai usaha untuk dapat mobilisasi selama
mungkin.

15. P. A. : Untuk diagnostik biopsi.

16. Autopsi : Bila perlu, untuk mengetahui penyebab kematian.

POLIO MIELITIS ANTERIOR AKUTA

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Polio Mielitis Anterior Akuta


Yang diopname:
Bentuk non paralitik.
Bentuk paralitik.

2. Kriteria Diagnosis : 1. Bentuk Non Paralitik:


Panas, nyeri kepala, diare, kaku kuduk kering, Brud zinski I
dan II yang positif.
Lumbal pungsi akan memperlihatkan pleositosis, total
protein meningkat, glucosa normal.
2. Bentuk Paralitik:
Panas, nyeri kepala, diare, kaku kuduk, kering, Brud zinski
I dan II positif. Tampak kelumpuhan pada satu atau
beberapa anggota tubuh.

3. Diagnosis Diferensial : 1. Bentuk Non Paralitik:


Reaksi meninggal simpatik misalnya pada:
- mastoiditis.
- Sinusitis.
- Choriomeningitis limpotoria.
- Penyakit Weil.
2. Bentuk Paralistik:
- Mielitis transversa.
- Guillain Barre.
- Poliartritisrematika.
- Motor neuron disease. -dll.

4. Pemeriksaan Penunjang : 1. Laboratorium: darah, urine rutine.


2. LP
3 EMG.

5. Konsultasi : - Anestesi.
- Orthopaedi.

13
- Fisioterapi.

6. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap.

7. Terapi : 1. Istirahat total.


2. Pada bagian tubuh yang nyeri dapat diberi botol hangat.
3. Analgetika, Phenobarbital.
Sesudah 2 minggu dan keadaan likuor kembali normal
dilakukan fisioterapi.
Fase Rekon/valensi pertama (1 – 6) bulan:
Fisioterapi.
Tindakan orthopedik bila perlu.
Fase Rekon/valensi kedua (6 bulan – 3 tahun):
Latihan – latihan berkelompok.
Orthopedik bila perlu.

8. Standart Rumah sakit : Semua Rumah sakit bila ada ICU lebih baik.

9. Penyulit : Gsaluran pernafasan.


10. lnformed Consent : Perlu.

11. Standart Tenaga : Dokter Spesialis.

12. Lama Perawatan : Kira-kira 2 minggu.

13. Masa Pemulihan : Lebih kurang 1 bulan.

14. Output : 1. Non Paralitik diharapkan tanpa gejalasisa.


2. Paralitik dengan gejala sisa monoparese.

15. P. A. : Tidak dilakukan.

16. Autopsi : Bila diperlukan.

MOTOR NEURON DISEASE (AMYTROPIK LATERAL SCLEROSIS, DLL).

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Motor Neuron Disease (Amytropik Laters Sclerosis Dll)


Merupakan penyakit sistem saraf senra yang kionik
progressive yang diser.a degenerasi sel –sel motorik kortek
serebri batang otak dan medula spinalis.
Gejala: U. M. N. pareparese spastic tetra parese spastic
dengan paralise psendo bulber.
Gejala: L. M. N. paralisis dan atropi dan senar, hipotenar dan
m. interosi pada satu atau kedua tangan tanpa gangguan
sensibilitas.

2. Kriteria Diagnosis : Dijumpai kelumpuhan tipe UMN dan LMN secara bersamaan.

3. Diagnosis Diferensial : 1. Lues Spinalis.


2. Siringo mieli dan siringobulbi.
3. Tumor medulla spinalis (didaerah servikal).
Diskus hernia di daerah servikal.

14
Adkesi – adkesi pada arakhnoidea didaerah servikal.

4. Pemeriksaan Penunjang : 1. Kadar kreatin Josfatase.


2. Cairan otak / LP.
3. EMG.
4. EEG.

5. Konsultasi : - Bagian Anastesi (bila perlu).


- Fisioterapi.

6. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap untuk diagnostik atau taraf lanjut dengan
penyakit.

7. Terapi : 1. Suporsif.
2. Fisioterapi.

8. Standart Rumah Sakit : Semua Rumah sakit, bila ada ruangan ICU lebih baik.

9. Penyulit : - Karena penyakit: Gangguan pernafasan.


- Karena peralatan: Respirator yang tidak ada.

10. lnformed Consent : Perlu.

11. Standart Tenaga : Dokter Spesialis.

12. Lama Perawatan : - Bila untuk diagnostik 3 – 5 hari. Taraf lanjut tergantung
keadaan.

13. Masa Pemulihan : Tergantung keadaan penyakitnya cenderung memburuk


pelan-pelan.

14. Output : Dengan perawatan dan fisioterapi diharapkan penderita dapat


lebih lama aktif.

15. P. A. : Jika dilakukan biopsi.

16. Autopsi : Bisa diperlukan.

GANGGUAN EKSTRAPIRAMIDAl/MOVEMENT DISORDERS (GANGGUAN GERAK)

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Gangguan Ekstrapiramidal/


Movement Disorders (Gangguan Gerak)
Sindroma Parkinson (parkinson Disease, Drug induced dll).
Chorea.
Athetosis.
Dystonia.
Myoklonus.
Ballismus.
Myokymia.
Tic.
Spasmodic torticollis.
dll.

15
2. Kriteria Diagnosis : Adanya gerakan-gerakan involunter yang nyata.

3. Diagnosis Diferensial : Penyakit-penyakit dengan gejala gerakan-gerakan involunter.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Pemeriksaan Iaboratorium lengkap.


- Rontgen Foto (Servical, dll sesuai dengan kemungkinan
diagnosis).
- EEG.
- Head CT Scan.
- MR1.
- E M G.
- Test – test tertentu seperti test Neuropsikologis, aktivitas
fungsinal dll.
- LP jika ada indikasi.

5. Terapi : Sindroma Parkinson:


Levodopa.
Anticholinergic-drugs.
Antihistamine.
Bromocriptine.
Deprenyl dll.
Chorea:
lstirahat.
Chlorpromazine.
Kortikosteroid.
Haloperidol.
Penicillin (Prophylaxis).

7. Perawatan Rumah Sakit : Bila ada penyulit atau untuk melengkapi prosedur diagnostik.

8. Standart Rumah sakit : Rumah sakit yang mempunyai fasilitas untuk prosedur
diagnostik.

9. Penyulit : karena terlambatnya diagnosis dan berlanjutnya penyakit.

10. lnformed Consent : Perlu, terutama yang dicurigai berat.

11. Standart Tenaga : Dokter Spesialis.

12. Lama Perawatan : Untuk diagnostik, kira-kira 3 hari, untuk penyakit dengan
penyulit atau taraf lanjut tergantung keadan.
13. Masa Pemulihan : Tergantung diagnosis, dapat sembuh sempurna sampai
dengan memburuk pelan – pelan.

14 . Output : Tergantung diagnosis, dari sembuh total sampai dengan


defisit neurologik berat.

15. P. A. : Bila ada biopsi (jarang).

16. Autopsi : Bila diperlukan (jarang).

16
TUMOR OTAK

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Tumor Otak

2. Kriteria Diagnosis : Primer:


Jaringan otak.
Spinal kord.
Selaput otak.
Pembuluh darah.
Kelenjar pituitari & Pineal.
Metastase:
Paru-paru.
Saluran cerna.
Payudara.
Ginjal.

3. Diagnosis Diferensial : - Hematoma Subdural.


- Abses otak.
- Ensefalitis akuta.
- Meningitis Tuberculosa.
- Pseudo tumor serebri.

4. Pemeriksaan Penunjang : Foto tengkorak (schedula foto) dijumpai:


- Klasifikasi intrakanial.
- Tanda-tanda peninggian intrakanial.
- Pembentukan tulang baru.
- Destruksi tulang.
- Udara pada ventrikel.
Foto Toraks.
Computed Tomography.
EEG (Electro Ensefalography).
Punksi Lumbal.
Echo Encephalography.
Ventikulography.
Lain-lain.

5. Konsultasi : - Bagian Bedah.


- Bagian Paru.
- Bagian THT.
- Bagian Mata.

6. Perawatan Rumah sakit : Rawat inap & berobat jalan.

7. Terapi : Operasi tergantung pada jenis & lokasi Tumor, tidak dilakukan
pada tumor batang otak, noncapsule dan luas (lnfiltrating).
Radiasi dan Steroid.
Tumor primer ganas.
Tumor metastosis.
Kartikosteroid untuk mencegah edema serebri diberikan
methyl prednisolon 80 – 100 mg/hari.
Kemotherapi.
Pemberian intra vena (sistematik)
* methamicin.

17
* Vicristin sulfat.
* B. C. N. 0 .
Pemberian intra arterial:
* nitrogen mustard.
* metho threkasat.
* bremuridin.
* S. Fluonracil.
B.C.N.0 + Radio therapy efektif.

8. Standart Rumah sakit : Semua Rumah Sakit yang lengkap dengan fasilitas penunjang
dan therapi.

9. Penyulit : - Lokalisasi tumor yang sangat dalam dan dekat dengan


bagian vital otak spthpothalamus, batang otak.
- Karakteristik tumor sangat ganas. Saran peralatan operasi
yang lengkap.

10. lnformed Consent : Perlu.

11. Standart Tenaga : Dokter Umum.


Dokter Spesialis.

CEREBRAL PALSY

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Cerebral Palsy

2. Kriteria Diagnosis : Gangguan sikap, gerak dan tonus daripada anggota tubuh
akibat gangguan perkembangan otak ataupun penyakit-
penyakit yang mengenai otak dalam masa umur anak
dibawah 2 tahun (prenatal, natal dan postnatal).

3. Diagnosis Diferensial : Herediter anomali, Retardasi Mental.

4. Pemeriksaan Penunjang : - EEG.


- X foto tengkorak.
- Brain CT Scan/MRI.

5. Konsultasi : - T H T.
- Mata.
- Psikiatri.
- Psikologi.

6. Perawatan Rumah Sakit : Jika tergolong Scvere CP.

7. Terapi : - Medikamen: antikonvulsan, muscle relaxant, vitamin,


tranquilizzer k/p.
- Rehabilitasi.
- Operatif Ortopedi.

8. Penyulit : lnfeksi sekunder, kejang, gangguan penglihatan, gangguan


bahasa, gangguan mental.

18
9. lnformed Consent : Perlu jika akan dilakukan operatif.

10. Lama Perawatan : Tergantung indikasi.

11. Masa Pemulihan : Tergantung tingkatan derajat keparaltiar+ dan penyulit


penyerta.

12. Output : -

13. P. A. : -

NYERI PUNGGUNG

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Nyeri Punggung Nyeri tengkuk.


Nyeri punggung bawah.
Nyeri dada belakang.

2. Kriteria Diagnosis : 1. Nyeri tengkuk.


Nyeri yang berasal dari tengkuk, lokal, adakalanya
menjalar ke kepala belakang, atau lengan dan jari yang
tidak berasal dari organ viseral.
Misalnya: trauma,spondilosis,HNP,dll.
2. Nyeri punggung bawah.
Nyeri yang berasal dari punggung bawah, lokal,
adakalanya menjalar ketungkai, kaki, dan jari yang tidak
berasal dari organ viseral.
Misalnya: trauma, HNP, Osteoartropati, ankilosing,
spondilitis, neoplasma (ekstradural malignant tumors),
infeksi, dll.
3. Nyeri dada belakang.
Misalnya spondilitis tuberkulosis, dll.

3. Diagnosis Diferensial : - Nyeri Psikogenik.


- Nyeri pada tengkuk ataupun punggung bawah, tapi pada
pemeriksaan tidak dijumpai kelainan saraf.

4. Pemeriksaan Penunjang : 1. Darah rutin, Urine rutin, Likuor.


2. Foto tulang vertebra, Mielografi, CT Scan, MRI, dll
(tergantung indikasi).

5. Konsultasi : Bedah Saraf, Ortopedik, dll (tergantung kausa).

6. Perawatan Rumah sakit : 1. Rawat jalan.


2. Rawat inap.
Tergantung kausa, berat ringannya penyakit, penyulit dan
penyakit yang menyertainya.

7. Terapi : 1. Analgetik.
2. Relaksan Otot.
3. Tergantung kausa.

8. Standart Rumah Sakit : Semua Rumah sakit.

19
9. Penyulit : Karena penyakit: Bila kausa tidak bisa di tanggulangi,
misalnya malignansi, osteoporosis, dll.

10. Informed Consent : Bila perlu.

11. Standart Tenaga : Dokter Umum, bila tidak ada Dokter Spesialis.

12. Lama Perawatan : 1. Rawat jalan: Sampai rasa nyeri hilang, biasanya 6 — 8
minggu.
2. Rawat inap: tergantung kausa.

13. Masa Pemulihan : Rawat inap, tergantung kausa.

14. Output : Tergantung kausa.

15. P. A. : Bila perlu (misal tumor).

16. Autopsi : Bila perlu.


VERTIGO

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Vertigo

2. Kriteria Diagnosis : Disorientasi dalam ruangan.


Dirasakan bumi rasa berputar, tubuh rasa diayun, rasa
melayang dan sebagainya.

3. Diagnosis Diferensial : 1. Parese yang ringan (stroke).


2. Gangguan serebllum.
3. Epilepsi Penfield.

4. Pemeriksaan Penunjang : 1. Laboratorium darah rutin.


2. Rontgen foto tengkorak, sinus para nasal, mastoid,
vertebra servicalis.
3. E E G.
4. CT Scan (atas indikasi).

5. Konsultasi : Tergantung keadaan (THT, Mata, Psikiatri, Penyakit dalam).

6. Perawatan Rumah Sakit : Berobat jalan, bila keadaan berat rawat inap.

7. Terapi : 1. Terapi kausal.


2. Terapi medikamen:
- Betahistine (merislon).
- Betahistine dihidrochloride (Betaserc).
3. Sinarizin.
Flunarizin.
Fenotiazin.
Tietilperazin.
Sulperid.
Pirasetam.

8. Standart Rumah Sakit : Semua Rumah Sakit.

20
9. Penyulit : Jarang, kecuali diagnosis kurang teliti.

10. lnformed Consent : Tidak perlu.

11. Standart Tenaga : Dokter Umum, bila kurang berhasil, kirim kepada Dokter
Spesialis.

12. Lama Perawatan : Rawat jalan, tergantung keadaan.

13. Masa Pemulihan : Tergantung keadaan.

14. Output : Tergantung pada penanggulangan penyakit dasar tersebut.

15. P. A. : Tergantung pada penyakit dasar (mis. tumor).

16. Autopsi : Tergantung pada penyakit dasar (mis. tumor).

KOMA (PENURUNAN KESADARAN)

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Koma (Penurunan Kesadaran)


Koma metabolik.
Koma intrakranial primer.
- Koma intrakraniat primer.
- Koma intrakranial primer difus.

2. Kriteria Diagnosis : 1. Koma metabolik.


Tidak dijumpai tanda defisit neurologis.
2. Koma intrakranial primer fokal.
Tanda kelainan neurologi dimulai dengan gejala fokal.
3. Koma intrakranial primer difus.
Tanda kelainan neurologi sejak permulaan difus atau
simetris yang progresif tingkat demi tingkat.

3. Diagnosis Diferensial : 1. Koma Psikogenik.


Kelihatannya seperti koma tapi pada pemeriksaan tidak
dijumpai kelainan.
2. Locked-in syndrome.
Pasien bangun dan sanggup berkomuniksai hanya dengan
kedip/gerakan mata.
Persistent vegetative state.
Pasien bangun tapi tidak waspada.

4. Pemeriksaan Penunjang : 1. Pemeriksaan darah, urin, likuor, dll.


2. Foto kepala, Head CT Scan, Angiografi, MRI (atas indikasi).

5. Konsultasi : Kerjasama dengan bagian Anestesi, Penyakit Dalam, Anak, dll.

6. Perawatan Rumah Sakit : Ruang ICU.

7. Terapi : 1. Mempertahankan sistem pernafasan yang optimal.


2. Mempertahankan sistem kardiovaskuler yang optimal.

21
3. Mempertahankan perfusi otak yang optimal, termasuk
penanggulangan edema serebri dengan cara:
- Mannitol 20% dosis 1 gr/kg fV dihabiskan dalam waktu
10 – 30 menit, boleh diulang 12 jam, pemberian lebih
dua kali tidak efektif.
- Furosemide.
- Steroid, Nonglucocorticoid, Lazeroid untuk cedera
kepala.
Perawatan bowel.
Perawatan bladder.
dll.

8. Standart Rumah Sakit : Semua Rumah Sakit bila ada ICU

9. Penyulit : 1. Kausa, beratnya kausa, penyakit lain yang menyertainya


dan edema serebri.
2. Karena tindakan, alat yang tidak siap pakai atau terlambat
bertindak.

10. lnformed Consent : Perlu.

11. Standart Tenaga : Neurolog,Anestesiolog, Internist/ Anak, dfl (bila perlu).

12. Lama Perawatan : Sampai kesadaran pulih.

13. Masa Pemulihan : Tergantung kepada:


Cepat dan tepatnya tindakan.
Lamanya koma.
Kausa, penyakit lain dan penyulit.

14. Output : Tergantung ad. 13.

15. P. A. : Jarang.

16. Autopsi : Bila perlu.

DEMENSIA

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Demensia


Senile Dementia Alzheimer Type (S. D. A. T).
Multi lnfarct Dementia (M.I.D).
Parkinson's Disease Dementia (P.D.D).

2. Kriteria Diagnosis : 1. Demensia yang timbul perlahan-lahan, progressif, unifoem


dan bukan oleh kausa lain setelah pemeriksaan anamnese,
pemeriksaan fisik, laboratorium, psikometrik dan lain-lain.
2. Demensia yang timbul pada stroke dengan gejala
neurologik yang multipel dan perubahan mental yang
berfluktuasi

22
3. Demensia yang timbul pada penderita penyakit parkinson.

3. Diagnosis Diferensial : 1. Demensia karena penyakit seperti oleh trauma (demensia


pugilistika), infeksi, gangguan metabolisme, obat-obatan,
toksin, gangguan sirkulasi darah, tumor dll.
2. Pseudodemensia.

4. Pemeriksaan Penunjang : 1. Laboratorium darah.


2. Foto tengkorak.
3. CT Scan.

5. Konsultasi : Tergantung keadaan (gangguan endoknr psikiatri dll).

6. Perawatan Rumah Sakit : Berobat jalan, apabila berat, baru perlu rawat inap.

7. Terapi : 1. Terapi medikamen kausal tidak ada.


Terapi simtomatis bergantung keadaan.
2. Terapi stroke.
Dapat ditambah dengan Nootropics.
3. Terapi Penyakit Parkinson.

8. Standart Rumah Sakit : Semua Rumah sakit.


Bila perlu konsultasi dengan spesialis.

9. Penyulit : Sukar menegakkan diagnosa pasti.


Pada orang tua, gejala penyakit dan respns terhadap obat
berbeda.

10. Informed Consent : Tidak perlu.

11. Standart Tenaga : Dokter Umum, bila perlu rujuk ke Dokter Spesialis.

12. Lama Perawatan : Berobat jalan saja, tergantung keadaan.

13. Masa Pemulihan : Tergantung keadaan.

14. Output : 1. SDAT.


Belum ada penyembuhan.
2. Reversibel dementia.
Bergantung keadaan.

15. P. A. : Sangat perlu post mortem.

16. Autopsi : Sangat perlu.

NEUROGENfC BLADDER

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Nuerogenic Bladder

2. Kriteria Diagnosis : Gangguan fungsi kandung kemih akibat gangguan sistem


saraf.

23
3. Diagnosa Banding : Gangguan funsi KK akibat batu, infeksi, prostat hipertrofi,
malignansi, dll.

4. Pemeriksaan Penunjang : BNO, IVP/Sistouretrografi, faal ginjal.

5. Konsultasi : Bila perlu dokter ahli fisioterapi.

6. Perawatan Rumah sakit : - Kalau masih akut dirawat inap.


- Kalau lama tergantung keadaan.

7. Terapi : 1. Tahap Akut.


Kateterisasi intermiten.
Metode ini dengan tehnik "non touched". Ritriksi
pemberian cairan. Bila penderita dirawat di ruang ber AC,
maka jumtah cairan total yang diberikan 1500 cclhari,
dibagi rata tiap 2 jam. Katerisasi tiap 6 jam. Urine yang
diperoleh tidak lebih dari 500 cc.
2. Tahap Rehabilitasi.
Pada tahap ini KK telah terbagi dua, KK UMN dan KK LMN.
1. KK Umum.
Dua hari kemudian dilakukan pemeriksaan refleks anal
superfisial, refleks bulbokapernosus dan tes air dingin.
Bila belum memberikan
respons, evaluasi diulangi tiap 72 jam.
Bila percobaan – percobaan tersebut memberikan hasil
yang positif, maka latihan KK (Bladder training) dimulai.
Katerisasi dapat dihentikan, bila jumlah urin yang
keluar spontan sama dengan jumlah yang diperoleh via
kateter.
Kadang-kadang bladder training tidak memberikan hasil
yang memuaskan, untuk itu pemberian obat-obatan
dapat dipertimbangkan misalnya:
Untuk otot detrusor kurang efisien, obat kolinergik,
misalnya:
- Karbakol 0,25 mg IM tiap 6 jam.
- Betanekol kloridal0 mg SK tiap6 jam.
- Tab. Betanekol 4 x 50 mg.
Terkadang otot detrusor terlalu Wuac kontraksi, untuk
mengatasinya, ob®t anti kolinergik misalnya, oral:
Bantin 4 x 50 - 100 mg, probantin 4 x 15 mg.
Obat yang mengurangi spastic berlebihan sfingter:
- Diazepam 4 x 10 - 20 mg.
- Baklofen 3 x 5 - 30 mg.
Bila dengan bantuan obat Bladder training belum juga
membaik:
Anestesi mukosa KK.
Blok N, Pudendus, untuk sfingter uretra yang terlalu
spastik.
Bila gagal lagi:
Pada wanita, mungkin implantasi sfingter uretra
artifisial.
2. KK LMN.
Manual compression.

24
8. Standart Rumah Sakit : Semua Rumah Sakit.

9. Penyulit : lnfeksi.

10.lnformed Consent : Perlu.

11.Standart Tenaga : Dokter Umum.

12.Lama Perawatan : Tergantung keadaan.

13.Masa Pemulihan : Tergantung keadaan.

14.Output : Tergantung keadaan.


15.P. A. : -

16.Autopsi : -

INFEKSI SUSUNAN SARAF PUSAT

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Infeksi Susunan Saraf Pusat


a. Ensefalitis.
b. Meningitis.
c. Myelitis.

2. Kriteria Diagnosis : Klinis.


Penurunan kesadaran, demam, kejang, sakit kepala sangat,
kelumpuhan, refleks-refleks patologis, kaku kuduk, gangguan
sensibilitas.

3. Diagnosis Diferensial : Ensefalopatia, stroke, epilepsi.

4. Pemeriksaan Penunjang : Lumbal pungsi, Brain CT Scan, MRI, Laboratorium darah, BTA
Sputum, Kumbah lambung, EEG, X foto thoraks, vertebrae.

5. Konsultasi : Bagian paru-paru (berdasarkan indikasi).

6. Terapi : lstirahat, perawatan koma, anti edema otak,


antibiotika/antiviral, fisioterapi/rehabilitasi.

7. Perawatan Rumah Sakit : Semua kasus harus dirawat di rumah sakit.

8. Standart Rumah Sakit : Semua type Rumah sakit.

9. Penyulit : lnfeksi sekunder, edema tak terkontrol, kelumpuhan.

25

Anda mungkin juga menyukai