Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KOMITE KEPERAWATAN
I. Pendahuluan
II. Pengertian
X. Efektifitas Komite
XI. keanggotaan :
Keanggotaan komite Keperawatan terdiri dari kelompok tenaga
keperawatan yang kompeten didalam bidangnya dan yang terlih.
Adapun susunan keanggotaan adalah sebagai berikut :
1) ketua merangkap anggota
2) Wakil merangkap anggota
3) Sekretaris merangkap anggota
4) Anggota yang terdiri dari 5 orang.
Sub Komite :
Untuk mengorganisir pekerjaan dan mempermudah menjalankan
fungsai dan tugasnya, ketua Komite dibantu oleh subkomite.
Pengorganisasian sama dengan Komite.
Subkomite terdiri dari :
1) Subkomite mutu pelayanan keperawatan.
2) Subkomite etik keperawatan
3) Subkomite pengembangan profesi kep.
XII. Tugas,dan wewenang komite :
1) Tugas Komite Keperawatan :
a. membantu bidang keperawatan menyusun standar pelayanan
keperawatan dan memantau pelaksanaannya.
b. Memantau kegiatan pelaksanaan tugas-tugas praktisi
keperawatan
c. Mengembangkan program peningkatan keprofesionalisasian
pelayanan keperawatan dan riset keperawatan.
XIII. Penutup
LANDASAN HUKUM
KLINIS :
- Sistem dokumentasi
- Sistem pelaporan
MUTU :
- Kedensial
PENGEMBANGAN PROFESIONAL
LIASON :
- Nosokomial infeksi
- Kemitraan dokter-perawat
- Rekam medic
- Penggalakan ASI
- GSL, dll.
KETENAGAAN :
- Pola ketenagaan
URAIAN TUGAS:
SEKRETARIS
BENDAHARA
Mengelola keuangan dan mempertanggung jawabkan keluar masuk kas setiap rapat akhir tahun
2.Menyerap aspirasi staf dan menyalurkan aspirasi kepada atasan dan pihak terkait.
- Menyusun standar asuhan keperawatan , standar asuhan kebidanan, standar kebutuhan tenaga,
kebutuhan sarana / fasilitas pelayanan, prosedur tetap, dan standar lainnya dalam lingkup
pelayanan keperawatan & kebidanan.
- Membuat konsep pengembangan profesionalisme perawat dan bidan baik melalui jenjang
pendidikan, pelatihan, dan promosi jabatan.
- Melakukan pembinaan kepada perawat dan bidan yang melanggar etika profesi.
- Melakukan penilaian terhadap penerapan standar asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
16 12 2013
Istilah Etik Kredensial sering disalah artikan oleh kita, seolah-olah kredensial adalah
menyelesaikan masalah etik. Padahal etik dan kredensial adalah hal sangat berbeda.
Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis. Sedangkan re-kredensial adalah proses re-evaluasi terhadap
tenaga keperawatan yang telah memiliki kewenangan klinis untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis tersebut.
Dengan begitu, kredensial berbicara tentang lingkup kewenangan/kompetensi yang dimiliki oleh
seorang tenaga perawat. Hasil akhir dari proses kredensial adalah seorang perawat kompeten
atau tidak kompeten terhadap kewenangan klinis sesuai dengan jenjangnya.
Salah satu tugas Komite Keperawatan melalui Subkomite Kredensial adalah melakukan
kredensial terhadap seluruh tenaga keperawatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang harus ada
sebelum melakukan kredensial :
1. Ada team yang selanjutnya disebut sebagai panitia ad hoc yang dibentuk oleh Komite
Keperawatan untuk melakukan kredensial. Panitia adhoc ini terdiri dari tenaga perawat
rumah sakit dan mitra bestari. Mitra bestari bisa berasal dari institusi pendidikan jejaring
rumah sakit, organisasi profesi, kolegium atau perawat di rumah sakit lain.
2. Ada buku putih (white book) yang dijadikan dasar panduan dalam melakukan kredensial
dan rekredensial. Buku putih ini berisi tentang ketentuan dokumen persyaratan terkait
kompetensi seperti ijazah, STR, sertifikat kompetensi, logbook, surat orientasi di rumah
sakit, surat keterangan sehat dll yang diperlukan.
3. Ada daftar kewenangan klinis yang telah disusun oleh panitia adhoc dan disahkan oleh
direktur rumah sakit.
Metode yang digunakan dalam kredensial ditentukan oleh masing-masing instutusi, dan
dituangkan dalam Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staf Bylaws). Beberapa metode
yang dapat digunakan dalam proses kredensial diantaranya adalah metode portofolio dan
assesment kompetensi.
Prosedur Kredensial
Bagi tenaga keperawatan yang sudah lama bekerja, maka tugas subkomite kredensial adalah
melakukan re-kredensial. Re-kredensial dilakukan secara periodik sesuai kebijakan masing-
masing institusi apakah 3 tahun sekali atau 5 tahun sekali. Karena PMK Komite Keperawatan
baru diundangkan pada Agustus 2013, maka semestinya Subkomite Kredensial Komite
Keperawatan di semua rumah sakit harus sudah bersiap diri melakukan proses kredensial yang
pertama kepada seluruh perawat yang ada di rumah sakit masing-masing. Karena amanah PMK
Komite Keperawatan mengharuskan seluruh tenaga perawat/bidan harus memiliki Surat
Penugasan Klinis yang dikeluarkan oleh Direktur Rumah Sakit.
GAMBARAN UMUM
Setiap pasien adalah unik, dengan kebutuhan, kekuatan, nilai-nilai dan kepercayaan masing-
masing. Rumah sakit membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan pasien untuk
memahami dan melindungi nilai budaya, psikososial serta nilai spiritual setiap pasien.
Hasil pelayanan pasien akan bertambah baik bila pasien dan keluarga yang tepat atau mereka
yang berhak mengambil keputusan diikut sertakan dalam keputusan pelayanan dan proses yang
sesuai harapan budaya.
Untuk meningkatkan hak pasien di rumah sakit, harus dimulai dengan mendefinisikan hak
tersebut, kemudian mendidik pasien dan staf tentang hak tersebut. Pasien diberitahu hak mereka
dan bagaimana harus bersikap. Staf dididik untuk mengerti dan menghormati kepercayaan dan
nilai-nilai pasien dan memberikan pelayanan dengan penuh perhatian dan hormat guna menjaga
martabat pasien.
Bagaimana proses tersebut dilaksanakan di rumah sakit tergantung pada undang-undang dan
peraturan yang berlaku serta konvensi international, perjanjian atau persetujuan tentang hak asasi
manusia yang disahkan oleh negara.
Proses ini berkaitan dengan bagaimana rumah sakit menyediakan pelayanan kesehatan dengan
cara yang wajar, sesuai kerangka pelayanan kesehatan dan mekanisme pembiayaan pelayanan
kesehatan yang berlaku. Bab ini juga berisi hak pasien dan keluarganya berkaitan dengan
penelitian dan donasi juga transplantasi organ serta jaringan tubuh.
Standar HPK.1.
Rumah sakit bertanggung jawab untuk memberikan proses yang mendukung hak pasien dan
keluarganya selama dalam pelayanan.
Standar HPK.1.1.
Pelayanan dilaksanakan dengan penuh perhatian dan menghormati nilai-nilai pribadi dan
kepercayaan pasien.
Standar HPK.1.1.1.
Rumah sakit mempunyai proses untuk berespon terhadap permintaan pasien dan keluarganya
untuk pelayanan rohani atau sejenisnya berkenaan dengan agama dan kepercayaan pasien.
Bila pasien atau keluarganya ingin bicara dengan seseorang berkenaan dengan kebutuhan
keagamaan atau spiritualnya, rumah sakit memiliki prosedur untuk melayani hal permintaan
tersebut. Proses tersebut dapat dilaksanakan melalui staf bidang kerohanian, dari sumber lokal
atau sumber rujukan keluarga. Proses merespon dapat lebih rumit, misalnya, rumah sakit atau
negara tidak mengakui sumber agama atau kepercayaan tertentu yang justru diminta.
Standar HPK.1.2.
Pelayanan menghormati kebutuhan privasi pasien.
Standar HPK.1.3.
Rumah sakit mengambil langkah untuk melindungi barang milik pasien dari pencurian atau
kehilangan.
Standar HPK.1.4.
Pasien dilindungi dari kekerasan fisik.
Standar HPK.1.5.
Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang berisiko mendapatkan
perlindungan yang layak.
Standar HPK.1.6.
lnformasi tentang pasien adalah rahasia
Rumah sakit mempunyai kebijakan tentang akses pasien terhadap informasi kesehatannya dan
proses mendapatkan akses bila diizinkan (lihat juga MKI.10, EP 2 dan MKI.16, Maksud dan
Tujuan).
Standar HPK.2.
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam proses pelayanan.
Standar HPK.2.1.
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarga, dengan cara dan bahasa yang dapat dimengerti
tentang proses bagaimana mereka akan diberitahu tentang kondisi medis dan setiap diagnosis
pasti, bagaimana mereka ingin dijelaskan tentang rencana pelayanan dan pengobatan, serta
bagaimana mereka dapat berpartisipasi dalam keputusan pelayanan, bila mereka memintanya.
Standar HPK.2.1.1.
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana mereka akan dijelaskan
tentang hasil pelayanan dan pengobatan, termasuk hasil yang tidak diharapkan dan siapa yang
akan memberitahukan.
Standar HPK.2.2.
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang hak dan tanggung jawab mereka yang
berhubungan dengan penolakan atau tidak melanjutkan pengobatan.
Maksud dan Tujuan HPK.2.2.
Pasien atau mereka yang membuat keputusan atas nama pasien, dapat memutuskan untuk tidak
melanjutkan pelayanan atau pengobatan yang direncanakan atau meneruskan pelayanan atau
pengobatan setelah kegiatan dimulai. Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya
tentang hak mereka untuk membuat keputusan, potensi hasil dari keputusan tersebut dan
tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut. Pasien dan keluarganya
diberitahu tentang alternatif pelayanan dan pengobatan (lihat juga APK.3.5, EP 1).
Standar HPK.2.3.
Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau
menolak membatalkan atau memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar.
Standar HPK.2.4.
Rumah sakit mendukung hak pasien terhadap asesmen dan manajemen nyeri yang tepat.
Standar HPK.2.5.
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan
penuh kasih sayang pada akhir kehidupannya.
Standar HPK.3.
Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keuarganya mengenai proses untuk
menerima dan bertindak terhadap keluhan, konflik dan perbedaan pendapat tentang pelayanan
pasien serta hak pasien untuk berpartisipasi dalam proses ini.
Rumah sakit telah menetapkan cara-cara mencari solusi terhadap dilema dan keluhan tersebut.
Rumah sakit mengidentifikasi dalam kebijakan dan prosedur, siapa yang perlu dilibatkan dalam
proses dan bagaimana pasien dan keluarganya berpartisipasi.
Standar HPK.4.
Staf rumah sakit dididik tentang peran mereka dalam mengidentifikasi nilai-nilai dan
kepercayaan pasien dan serta melindungi hak pasien.
Standar HPK.5.
Setiap pasien dijelaskan mengenai hak-hak dan tanggung jawab mereka dengan cara dan bahasa
yang dapat mereka pahami.
Pemyataan ini disesuaikan dengan umur, pemahaman, dan bahasa pasien. Bila komunikasi
tertulis tidak efektif atau tidak sesuai, pasien dan keluarganya diberi penjelasan tentang hak dan
tanggung jawab mereka dengan bahasa dan cara yang dapat mereka pahami (lihat juga MKI.3,
EP 1 dan 2).
INFORMED CONSENT
Standar HPK.6.
Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui suatu proses yang
ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih, dalam bahasa yang dipahami
pasien.
Maksud dan Tujuan HPK.6.
Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan yang
diterimanya adalah dengan cara memberikan informed consent. Untuk menyetujui, pasien harus
diberi penjelasan tentang hal yang berhubungan dengan pelayanan yang direncanakan, karena
diperlukan untuk suatu keputusan persetujuan. lnformed consent dapat diperoleh pada berbagai
titik waktu. dalam proses pelayanan. Misalnya, informed consent diperoleh ketika pasien masuk
rawat inap dan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang berisiko tinggi. Proses
persetujuan ditetapkan dengan jelas oleh rumah sakit dalam kebijakan dan prosedur, yang
mengacu kepada undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes, prosedur / tindakan, dan pengobatan mana yang
memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan (misalnya,
diberikan secara lisan, dengan menandatangani formulir persetujuan, atau dengan cara lain).
Pasien dan keluarga memahami siapa yang dapat, memberikan persetujuan selain pasien. Staf
yang ditugaskan telah dilatih untuk memberikan penjelasan kepada pasien dan
mendokumentasikan persetujuan tersebut (lihat juga HPK.8, Maksud dan Tujuan).
Standar HPK.6.1.
Pasien dan keluarganya menerima penjelasan yang memadai tentang penyakit, saran pengobatan,
dan para pemberi pelayanan, sehingga mereka dapat membuat keputusan tentang pelayanan.
Standar HPK.6.2.
Rumah sakit menetapkan suatu proses, dalam konteks undang-undang dan budaya yang ada,
tentang orang lain yang dapat memberikan persetujuan.
Standar HPK.6.3.
Persetujuan umum untuk pengobatan, bila didapat pada waktu pasien masuk sebagai pasien
rawat inap atau didaftar pertama kali sebagai pasien rawat jalan, harus jelas dalam cakupan dan
batas- batasnya.
Standar HPK.6.4.
Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah atau produk darah dan
tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi.
Standar HPK.6.4.1.
Rumah sakit membuat daftar semua kategori dan atau jenis pengobatan dan prosedur yang
memerlukan informed consent yang khusus.
PENELITIAN
Standar HPK.7.
Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang bagaimana cara
mendapatkan akses ke penelitian klinis, pemeriksaan/investigasi klinis atau clinical trial yang
melibatkan manusia sebagai subjek.
Pasien diberikan penjelasan bahwa mereka dapat menolak untuk berpartisipasi atau
mengundurkan diri dan dimana penolakan atau pengunduran diri tersebut tidak akan menutup
akses mereka terhadap pelayanan rumah sakit.
Rumah sakit mempunyai kebijakan dan prosedur untuk memberikan informasi tentang hal ini
kepada pasien dan keluarganya.
Standar HPK.7.1.
Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang bagaimana pasien
yang berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis atau percobaan klinis
mendapatkan perlindungan.
Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya sebelumnya mengenai
proses yang baku untuk :
- Menelaah protokol penelitian
- Menimbang risiko dan manfaat yang relatif bagi para peserta
- Mendapatkan surat persetujuan dari para peserta
- Mengundurkan diri dari keikutsertaan
lnformasi ini dikomunikasikan ke pasien dan keluarga untuk membantu pengambilan keputusan
terkait partisipasi.
Elemen Penilaian HPK.7.1.
1. Pasien dan keluarganya diberikan penjelasan tentang prosedur rumah sakit untuk menelaah
protokol penelitian.
2. Pasien dan keluarganya diberikan penjelasan tentang prosedur rumah sakit untuk menimbang
manfaat dan risiko bagi peserta.
3. Pasien dan keluarganya diberikan penjelasan tentang prosedur rumah sakit untuk mendapatkan
persetujuan.
4. Pasien dan keluarganya diberikan penjelasan tentang prosedur rumah sakit untuk
mengundurkan diri dari keikutsertaan.
Standar HPK.8.
Informed Consent diperoleh sebelum pasien berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan /
investigasi klinis, dan percobaan klinis.
Standar HPK.9.
Rumah sakit mempunyai sebuah komite atau mekanisme lain untuk melakukan pengawasan atas
semua penelitian di rumah sakit tersebut yang melibatkan manusia sebagai subjeknya.
DONASI ORGAN
Standar HPK.10.
Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang bagaimana memilih
untuk menyumbangkan organ dan jaringan tubuh lainnya.
Standar HPK.11.
Rumah sakit menyediakan pengawasan terhadap pengambilan dan transplatasi organ dan
jaringan.
16 04 2013
Standar Hak Pasien dan Keluarga (HPK 1.1) Akreditasi KARS versi 2012 mempersyaratkan
bahwa:
“Pelayanan kepada pasien dilaksanakan dengan penuh perhatian dan menghormati nilai-nilai
pribadi dan kepercayaan pasien. Rumah sakit mempunyai proses untuk berespon terhadap
permintaan pasien dan keluarganya untuk pelayanan rohaniwan atau sejenisnya berkenaan
dengan agama dan kepercayaan pasien.”
Memenuhi standar ini, rumah sakit perlu memiliki kebijakan tentang pelayanan kerohanian,
pedoman dan SPO berkaitan dengan pelayanan kerohanian. Sedangkan bukti fisik tentang
pelayanan kerohanian telah dilakukan, bisa dibuktikan dengan:
Sedangkan garis-garis besar Kebijakan Pelayanan Kerohanian dapat disusun sebagai berikut :
1. Petugas Rumah Sakit harus terbuka terhadap ekspresi kesepian dan ketidakberdayaan
pasien.
2. Rumah Sakit menganjurkan untuk penggunaan sumber-sumber spiritual yang ada
3. Rumah sakit memfasilitasi pasien dengan artikel-artikel spiritual sesuai dengan pilihan
mereka
4. Mengkonsultasikan pasien ke penasihat spiritual pilihan pasien. Jika pasien tidak
memiliki pilihan, maka rumah sakit memfasilitasi penasehat spiritual (rohaniawan).
5. Petugas menggunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu mengklarifikasi nilai dan
kepercayaan
6. Petugas menyediakan waktu untuk mendengarkan ungkapan perasaan pasien
7. Petugas rumah sakit harus bersikap empati pada perasaan pasien
8. Rumah sakit memfasilitasi pasien untuk melakukan kegiatan ritual seperti meditasi,
beribadah, dan aktivitas ritual keagamaan yang lain
9. Petugas rumah sakit mendengarkan baik-baik komunikasi pasien dan membangun sense
of timing untuk beribadah
10. Meyakinkan kepada pasien bahwa petugas rumah sakit akan bersedia membantu pasien
pada waktu sakit/menderita
11. Petugas rumah sakit terbuka pada perasaan pasien tentang sakit dan mati.
12. Petugas membantu pasien untuk mengekspresikan dan mengurangi rasa marah dengan
jalan yang tepat dan benar
Kebijakan masing-masng rumah sakit tentu berbeda-beda, prinsipnya adalah dengan akreditasi
telah memberikan jaminan bahwa petugas rumah sakit telah memberikan perhatian penuh dan
menghormati nilai-nilai pribadi dan kepercayaan pasien.