lingkunganpemerintah pusat dan pemerintah daerah. (PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 2)
Perbedaan Waskat dan SPIP :
5 Unsur SPIP :
Lingkungan Pengendalian
Penilaian Risiko
Kegiatan Pengendalian
Informasi & Komunikasi
Pemantauan Pengendalian Intern
SPIP untuk meraih harapan :
Efektivitas & Efisiensi Pelaksanaan Tugas
Keandalan Laporan Keuangan
Pengamanan Aset Negara
Ketaatan Peraturan Per-UUan
PERAN APIP Dalam Penyelenggaraan SPIP :
Mengintensifkan Peran APIP Atas:
Terselenggaranya SPIP
Memberikan Peringatan Dini
Meningkatkan Efektivitas Manajemen Risiko
Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Instansi Pemerintah
RENCANA UMUM PENGADAAN
Selasa, 19 April 2011 18:21 agus sulistiyono
khalid mustafa siapa ya...:?,...sementara dari fatwa lkkp demikian,..tetap harus diumumkan dulu oleh KPa..
Quote
-1#3 agus 2011-05-11 14:22
Pengumuman rencana umum pengadaan bersifat Mutlak dan Wajib dilaksanakan, bahkan pada laman konsultasi LKPP
yang bisa dibaca di http://www.lkpp.go.id/v2/konsultasi/index.php?mod=browseP&pid=4#q_7, Paket yang belum
diumumkan pada Rencana Umum Pengadaan tidak dapat diumumkan oleh ULP.
Jadi kalau tidak diumumkan, maka dapat ditegaskan bahwa sudah terjadi kesalahan prosedur dan bisa saja pengumuman
pelelangan dianggap gugur/batal
Quote
PENDAHULUAN
Sudah hampir dua tahun Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terbit. Perancangan PP tersebut diprakarsai oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai pelaksanaan dari pasal 58 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. SPIP bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam
pencapaian tujuan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dengan adanya
PP-SPIP maka setiap menteri/pimpinan lembaga, gubernur, bupati/walikota wajib melakukan
pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP
sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 ayat (1), dan sekaligus bertanggung jawab atas
efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern di lingkungan masing-masing. Ketua
BPK ketika itu, Anwar Nasution, menanggapi positif terbitnya PP-SPIP dengan mengatakan
bahwa PP tersebut telah lama ditunggu-tunggu BPK. Salah satu alasan mengapa BPK berkali-
kali memberikan opini disclaimer atau tidak memberikan opini terhadap laporan keuangan
pemerintah pusat (LKPP) antara lain karena belum memadainya SPIP serta belum adanya SPIP
yang melembaga.
Setelah dua tahun terbit, bagaimanakah progress implementasi dari PP-SPIP tersebut?.
UNSUR-UNSUR SPIP
Keberadaan SPIP merupakan suatu langkah maju mengingat selama ini belum ada panduan
minimal bagi instansi pemerintah pada saat akan merancang pengendalian intern. Sistem
pengendalian intern (SPI) dalam PP-SPIP diartikan sebagai proses yang integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan mamadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui empat pilar yaitu:
1. efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan;
2. keandalan pelaporan keuangan;
3. pengamanan aset negara; dan
4. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sedangkan SPIP adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di
lingkungan pemerintah pusat dan daerah. Unsur Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam PP-
SPIP mengacu pada unsur SPI yang telah dipraktikkan di lingkungan pemerintahan di berbagai
negara, yaitu meliputi 5 unsur:
1. lingkungan pengendalian (8 sub unsur);
2. penilaian risiko (2 sub unsur);
3. kegiatan pengendalian (11 sub unsur);
4. informasi dan komunikasi (2 sub unsur); dan
5. pemantauan pengendalian intern (3 sub unsur).
Untuk terwujudnya SPIP yang kuat dan efektif, maka kelima unsur SPIP tersebut harus
diterapkan secara terintegrasi dan menjadi bagian integral dari kegiatan instansi pemerintah.
Penerapan secara terintegrasi dimaksudkan agar seluruh unsur tersebut diterapkan, dimulai dari
pengembangan unsur lingkungan pengendalian (8 sub unsur), sampai pada unsur pemantauan
pengendalian intern (3 sub unsur).
PP-SPIP menegaskan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan SPI
dalam lingkungan kerjanya (pasal 4), melakukan penilaian resiko (pasal 13), menyelenggarakan
kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi
instansi pemerintah yang bersangkutan (pasal 18), mengidenditifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat (pasal 41), dan melakukan
pemantauan terhadap penerapan SPI (pasal 43). Menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian merupakan unsur yang paling penting dalam penerapan SPIP dan menjadi dasar
untuk terselenggaranya unsur-unsur SPI lainnya. Lingkungan pengendalian yang baik dapat
diciptakan oleh adanya kepemimpinan yang kondusif, yaitu pemimpin yang mengambil
keputusan berdasarkan pada data hasil penilaian resiko.
Lingkungan pengendalian ini terdiri dari 8 sub unsur meliputi:
1. penegakan integritas dan nilai etika;
2. komitmen terhadap kompetensi;
3. kepemimpinan yang kondusif;
4. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
5. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
6. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM;
7. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan
8. hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
Penjelasan terinci dari 26 sub unsur SPI dapat dilihat selengkapnya pada PP-SPIP.