Anda di halaman 1dari 10

1).

PANCASILA ERA REFORMASI

3. Era Reformasi
Eksistensi pancasila masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang substansinya
belum mampu diwujudkan secara riil. Reformasi belum berlangsung dengan baik karena
Pancasila belum difungsikan secara maksimal sebagaimana mestinya. Banyak masyarakat
yang hafal butir-butir Pancasila tetapi belum memahami makna sesungguhnya.
Pada masa reformasi, Pancasila sebagai re-interprestasi.Yaitu Pancasila harus selalu
di interprestasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman, berarti dalam
menginterprestasikannya harus relevan dan kontekstual dan harus sinkron atau sesuai
dengan kenyataan pada zaman saat itu.
.Berbagai perubahan dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara di bawah payung ideologi Pancasila. Namun, faktanya masih banyak masalah
sosial-ekonomi yang belum terjawab. Eksistensi dan peranan Pancasila dalam reformasi pun
dipertanyakan. Pancasila di masa reformasi tidak jauh berbeda dengan Pancasila di masa
orde lama dan orde baru. Karena saat ini debat tentang masih relevan atau tidaknya
Pancasila dijadikan ideologi masih kerap terjadi. Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa
lalu.Pancasila banyak diselewengkan dianggap sebagai bagian dari pengalaman buruk di
masa lalu dan bahkan ikut disalahkan dan menjadi sebab kehancuran.
Pancasila pada masa reformasi tidaklah jauh berbeda dengan Pancasila pada masa
orde baru dan orde lama, yaitu tetap ada tantangan yang harus di hadapi. Tantangan itu
adalah KKN yang merupakan masalah yang sangat besar dan sulit untuk di tuntaskan. Pada
masa ini korupsi benar-benar merajalela. Para pejabat negara yang melakukan korupsi
sudah tidak malu lagi. Mereka justru merasa bangga, ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari
gedung KPK dengan melambaikan tangan serta tersenyum seperti artis yang baru terkenal.
Selain KKN, globalisasi menjadi racun bagi bangsa Indonesia Karen semakin lama ideologI
Pancasila tergerus oleh ideologI liberal dan kapitalis. Apalagi tantangan pada masa ini
bersifat terbuka, lebih bebas, dan nyata.

III. Masa Era Reformasi

· Menjadikan Pancasila sebagai ideologi tanpa memperhatikan kerelevannya.


· Para elite politik cenderung hanya memanfaatkan gelombang reformasi ini guna meraih
kekuasaan sehingga tidak mengherankan apabila banyak terjadi perbenturan kepentingan
politik.
· Pemerintah kurang konsisten dalam menegakkan hukum.
· Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan yang ditandai dengan adanya konflik di
beberapa daerah.
· Pergantian presiden secara singkat di era reformasi.
2). Macam-macam IDEOLOGI dan Pengertiannya
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan
oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang ide“.
Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala
sesuatu. Secara umum bisa diartikan sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang
dominan pada seluruh anggota masyarakat.
Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses
pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar
pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini
menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi
walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang
eksplisit.(definisi ideologi Marxisme).

Macam-macam Ideologi di Dunia dan Negara Penganutnya:


1 . Komunisme
Komunisme adalah paham yang mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi dan golongan, paham komunis juga menyatakan semua hal dan sesuatu yang ada di
suatu negara dikuasai secara mutlak oleh negara tersebutPenganut faham ini berasal dari
Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah
manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai
komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan
ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling
berpengaruh dalam dunia politik.
Negara yang masih menganut komunisme adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan
Laos.

2. Liberalisme
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran
gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise)
yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya
pembatasan terhadap pemilikan individu
Negara penganut Liberalisme yaitu:
Amerika Serikat, Argentina, YUnani, Rusia, Zimbawe, Australia, Jerman, Spanyol, Swedia dll.

3. Kapitalisme
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa
melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Kapitalisme memiliki
sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh
pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme.
Adam Smith adalah tokoh ekonomi kapitalis klasik yang menyerang merkantilisme yang
dianggapnya kurang mendukung ekonomi masyarakat. Ia menyerang para psiokrat yang
menganggap tanah adalah sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan
produksi haruslah bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-
komoditas-uang), yang menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih
menjadi modal lagi dan akan berputar lagi bila diinvestasikan. Adam Smith memandang
bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka
pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah
hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.
Negara yang menganut paham kapitalisme adalah Inggris, Belada, Spanyol, Australia,
Portugis, dan Perancis.

4. Fasisme
Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa
demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat
kentara.
Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa Latin, fascis, yang
berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu tengahnya ada kapaknya dan pada
zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol
daripada kekuasaan pejabat pemerintah.
Negara yang menganut paham faiisme adalah Italia, Jerman .
.

5. Sosialisme
Sosialisme atau sosialis adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran
dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan. Sosialisme dapat
mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi,
sistem ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam
bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen
pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon
pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie
Nouvelle[1]. Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang
berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini
berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal
abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian
yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada
hanya segelintir elite. Negara yang menganut paham sosialisme adalah Kuba dan Venezuela.

6. Anarkisme
Anarkisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara,
pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuhsuburkan
penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta
perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.
Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan
pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang
superior dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun
privat).

7. Konservatisme

Hal atau unsure yang terkandung di dalamnya, antara lain:


1. inti pemikiran : memelihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan, baik berupa
kestabilan yang dinamis maupun kestabilan yang statis. Tidak jarang pula bahwa pola
pemikiran ini dilandasi oleh kenangan manis mengenai kondisi kini dan masa lampau
2. filsafatnya adalah bahwa perubahan tidak selalu berarti kemajuan. Oleh karena itu,
sebaiknya perubahan berlangsung tahap demi tahap, tanpa menggoncang struktur social
politik dalam negara atau masyarakat yang bersangkutan.
3. landasan pemikirannya adalah bahwa pada dasarnya manusia lemah dan terdapat “evil
instinct and desires” dalam dirinya. oleh karena itu perlu pola-pola pengendalian melalui
peraturan yang ketat
4. system pemerintahan (boleh): demokrasi, otoriter.

8. Pancasila
Pancasila terdiri dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip
atau asas. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia berisi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pancasila adalah IDEOLOGI Negara Indonesia.

9. Demokrasi
Demokrasi artinya hukum untuk rakyat oleh rakyat. kata ini merupakan himpunan dari dua
kata : demos yang berarti rakyat, dan kratos berarti kekuasaan. Jadi artinya kekuasaan
ditangan rakyat.Sebenarnya pemikiran untuk melibatkan rakyat dalam kekuasaan sudah
muncul sejak zaman dahulu. Di beberapa kota Yunani didapatkan bukti nyata yang
menguatkan hal ini, seperti di Athena dan Sparta. Hal ini pernah diungkapkan Plato, bahwa
sumber kepemimpinan ialah kehendak yang bersatu milik rakyat. dalam suatu kesempatan
Aristoteles menjelaskan macam-macam pemerintahan, dengan berkata,“ada tiga mcam
pemerintahan: kerajaan, aristokrasi, republik, atau rakyat memagang sendiri kendali
urusannya.”
1. inti pemikiran: kedaulatan ditangan rakyat
2. filsafat : menurut Dr. M. Kamil Lailah menetapkan tiga macam justifikasi ilmiah dari
prinsip demokrasi, yaitu: a. ditilik dari pangkal tolak dan perimabngan yang benar, bahwa
system ini dimaksudkan untuk kepentingan social dan bukan untuk kepentingan individu, b.
unjustifikasi berbagai macam teori yang bersebrangan dengan prinsip demokrasi, c. opini
umum dan pengaruhnya
3. landasan pemikiran. Rakyat membuat ketetapan hukum bagi dirinya sendiri lewat dewan
perwakilan, yang kemudian dilaksanakan oleh pihak pemerintah atau eksekutif.
4. system pemerintahan (harus) : domokrasi. Negara Penganutnya adalah Inggris, Norwegia,
Denmark, Swedia, Belanda, Belgia, Australia, Selandia Baru, Israel, dan Venezuela.

10. Marxisme
Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi
Prancis dan revolusi Proletar Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu
ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni
Soviet maupun di bagian dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu
kerangka histories Marxisme itu sendiri.
Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl
Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai
mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari
kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas
dalam mengembangkan pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjdai pusat ekonomi
dunia, dan adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model
perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.Tiga hal yang merupakan komponen dasar
dari Marxisme adalah :
1. filsafat dialectical and historical materialism
2. sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja dari
David Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)
3. menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep
perjuangan kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat ke arah komunitas
kelas.
Dalam teori yang dikembangkannya, Marx memang meminjam metode dialektika Hegel.
Menurut metode tersebut, perubahan-perubahan dalam pemikiran, sifat dan bahkan
perubahan masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation),
antitesis (negation), dan sintesisI (unification). Dalam hubungan ini Marx cendrung
mendasarkan pemikiran kepada argumentasi Hegel yang menandaskan bahwa kontradiksi
dan konflik dari berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain sebenarnya bisa
membawa pergeseran kehidupan social-politik dari tingkat yang sebelumnya ke tingkat yang
lebih tinggi. Selain dari itu, suatu tingkat kemajuan akan bisa dicapai dengan jalan
menghancurkan hal-hal yang lama dan sekaligus memunculkan hal-hal yang baru.

3). Pengamalan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari


Pancasila tidak akan memiliki makna tanpa pengamalan. Pancasila bukan sekedar
simbol persatuan dan kebanggaan bangsa. Tetapi, Pancasila adalah acuan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, kita wajib mengamalkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tingkah laku sehari-hari kita harus
mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila. Untuk mengamalkan Pancasila kita tidak harus
menjadi aparat negara. Kita juga tidak harus menjadi tentara dan mengangkat senjata. Kita
dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Kita dapat memulai dari hal-hal kecil dalam keluarga. Misalnya melakukan musyawarah
keluarga. Setiap keluarga pasti mempunyai masalah. Nah, masalah dalam keluarga akan
terselesaikan dengan baik melalui musyawarah. Kalian dapat belajar menyatukan pendapat
dan menghargai perbedaan dalam keluarga. Biasakanlah melakukannya dalam keluarga.
Dalam lingkungan sekolah pun kita harus membiasakan bermusyawarah. Hal ini
penting karena teman-teman kita berbeda-beda. Berbagai perbedaan akan lebih mudah
disatukan bermusyawarah. Permasalahan yang berat pun akan terasa ringan. Keputusan
yang diambil pun menjadi keputusan bersama. Hal itu akan mempererat semangat
kebersamaan di sekolah. Tanpa musyawarah, perbedaan bukannya saling melengkapi.
Tetapi, justru akan saling bertentangan. Oleh karena itu, kita harus terbiasa bermusyawarah
di sekolah. Kerukunan hidup di lingkungan sekolah akan terjaga. Dengan demikian, kalian
tidak akan kesulitan menghadapi dalam lingkungan yang lebih luas. Berawal dari keluarga
kemudian meningkat dalam sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara.
1. Pengamalan Pancasila dalam Rangka Menghargai Perbedaan
Pancasila dirumuskan dalam semangat kebersamaan. Salah satunya terwujud dalam sikap
menghargai perbedaan. Perbedaan pendapat tidak menjadi hambatan untuk menghasilkan
sesuatu yang lebih baik. Hal itu merupakan sikap yang harus kita tiru. Pada waktu itu bangsa
Indonesia belum memiliki dasar negara. Tetapi, sikap para tokoh telah mencerminkan
semangat kebersamaan dan jiwa ksatria. Mereka bersedia menerima perbedaaan apa pun
ketika proses perumusan dasar negara berlangsung. Nah, sekarang kita telah memiliki
Pancasila sebagai dasar negara yang kuat. Kekuatan Pancasila telah terbukti selama
berdirinya negara Indonesia. Pancasila mampu menyatukan seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila juga mampu bertahan menghadapi rongrongan pemberontak. Oleh karena itu,
kita harus bangga memiliki dasar negara yang kuat. Kita harus dapat mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah menghargai perbedaan. Kita
harus memiliki sikap menghargai perbedaan seperti dalam perumusan Pancasila. Kita harus
menyadari bahwa negara kita terdiri atas beragam suku bangsa. Setiap suku Bangsa
memiliki ragam budaya yang berbeda. Perbedaan suku bangsa dan budaya bukan menjadi
penghalang untuk bersatu. Tetapi, justru perbedaan itu akan menjadikan persatuan negara
kita kuat seperti Pancasila.

2. Pengamalan Pancasila dalam Wujud Sikap Toleransi


Mengamalkan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (falsafah hidup bangsa) berarti
melaksanakan pancasila dalam kehidupan sehari-hari , menggunakan pancasila sebagai
petunjuk hidup sehari-hari , agar hidup kita dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagian
lahir dan batin.

Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ini adalah sangat penting karena dengan
demikian diharapkan adanya tata kehidupan yang serasi (harmonis).

Bahwa pengamalan pancasila secara utuh (5 sila) tersebut adalah merupakan menjadi syarat
penting bagi terwujudnya cita-cita kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pola Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pengamalan Pancasila


Pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila dilakukan agar Pancasila
sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga negara, baik dalam
kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan kemasyarakatan. Oleh sebab itu,
diharapkan lebih terarah usaha-usaha pembinaan manusia Indonesia agar menjadi insan
Pancasila dan pembangunan bangsa untuk mewujudkan masyarakat Pancasila.
1. Jalur-jalur yang digunakan
1) Jalur pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengamalan Pancasila, baik
pendidikan formal (sekolah-sekolah) mapun pendidikan nonformal (di keluarga dan
lingkungan masyarakat), keduanya sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia.
Dalam pendidikan formal semua tindak-perbuatannya haruslah mencerminkan nilai-nilai
luhur Pancasila. Dalam pendidikan keluarga pengamalan Pancasila harus ditanamkan dan
dikembangkan sejak anak-anak masih kecil, sehingga proses pendarah-dagingan nilai-nilai
Pancasila dengan baik dan menuntut suasana keluarga yang mendukung. Lingkungan
masyarakat juga turut menentukansehingga harus dibina dengan sungguh-sungguh supaya
menjadi tempat yang subur bagi pelaksanaan pengamalan Pancasila.
Melalui pendidikan inilah anak-anak didik menyerap nilai-nilai moral Pancasila. Penyerapan
nilai-nilai moral Pacasila diarahkan berjalan melalui pemahaman dari pemikiran dan dan
pengamalan secara pribadi. Sasaran pelaksanaan pedomaan pengamalan Pancasila adalah
perorangan, keluarga, masyarakat, baik dilingkungan tempat tinggal masing-masing,
maupun di lingkungan tempat bekerja.
2) Jalur media massa
Peranan media massa sangat menjanjikan karena pengaruh media massa dari dahulu
sampai sekarang sangat kuat, baik dalam pembentukan karakter yang positif maupun
karakter yang negatif, sasaran media massa sangat luas mulai dari anak-anak hingga orang
tua. Sosialisasi melalui media massa begitu cepat dan menarik sehingga semua kalangan
bisa menikmati baik melalui pers, radio, televisi dan internet. Hal itu membuka peluang
besar golongan tertentu menerima sosialisasi yang seharusnya belum saatnya mereka
terima dan juga masuknya sosialisasi yang tidak bersifat membangun. Media massa adalah
jalur pendidikan dalam arti luas dan peranannya begitu penting sehingga perlu mendapat
penonjolan tersendiri sebagai pola pedoman pengamalan Pancasila. Sehingga dalam
menggunakan media massa tersebut harus dijaga agar tidak merusak mental bangsa dan
harus seoptimal mungkin penggunaannya untuk sosialisasi pembentukan kepribadian
bangsa yang pancasilais. Jadi, untuk sosialisasi-sosialisasi yang mengancam penanaman
pengamalan Pancasila harus disensor.
3) Jalur organisasi sosial politik
Pengamalan Pacansila harus diterapkan dalam setiap elemen bangsa dan negara Indonesia.
Organisasi sosial politik adalah wadah pemimpin-pemimpin bangsa dalam bidangnya
masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung jawabnya. Sehingga segala
unsur-unsur dalam organisasi sosial politik seperti para pegawai Republik Indonesia harus
mengikuti pedoman pengmalan Pancasial agar berkepribadian Pancasila karena mereka
selain warga negara Indonesia, abdi masyarakat juga sebagai abdi masyarakat, dengan
begitu maka segala kendala akan mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa
Indonesia akan terwujud.
2. Penciptaan suasana yang menunjang
1) Kebijaksanaan pemerintah dan peraturan perundang-undangan
Penjabaran kebijaksanaan pemerintah dan perundang-undangan merupakan salah satu jalur
yang dapat memperlancar pelaksanaan pedoman pengamalan pancasila dimana aspek
sanksi atau penegakan hukm mendpat penekanan khusus.
2) Aparatur negara
Rakyat hendaklah berpartisipasi aktif di dalam menciptakan suasana dan keadaan yang
mendorong pelaksanaan pedoman pengamalan Pancasila. Dan aparatur pemerintah sebagai
pelaksana dan pengabdi kepentingan rakyat harus memahami dan mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan pengamalan Pacasila perlu disediakan dan memfungsikan lembaga-lembaga
kenegaraan, khususnya lembaga penegak hukum dalam menjamin hak-hak warga
negaranya dan melindungi dari perbutan-perbuatan tercela.
3) Kepemimpinan dan pemimpin masyarakat
Peranan kepemimpinan dan pemimpin masyarakat, baik pemimpin
formal maupun informal sangat penting dalam pelaksanaan
pedoman pengamalan. Mereka dapat menyampaikan bagaimana pola Dengan pelaksanaan
pedoman pengamalan Pancasila dan menyuruh bawahan atau umatnya untuk mengikuti
pola pedoman pelaksanaan Pancasila. begitu Pengamalan pancasila akan tetep les

A. Pedoman Pengamalan Pancasila


Pedoman dalam penghayatan dan pengamalan pancasila dituangkan dalam ketetapan
No.II/MPR/1978. Penjabaran ketetapan MPR itu adalah (Noor Ms. Bakry: 1994, 183-185):
1. Sila ketuhanan Yang Maha Esa
1) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan
penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3) Mengembangkan saling hormat menghormati kemerdekaan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
4) Menghargai setiap bentuk ajaran agama, dan tidak boleh memaksakan suatu agama dan
kepercayaan kepada orang lain.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Memandang persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia tanpa
membedakan suku, turunan dan kedudukan sosial.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tepa selira dan tidak semena-
mena terhadap orang lain.
4) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan
kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan keadilan.
5) Merasa sebagai bagian dari seluruh umat manusia dan karena itu berkewajiban
mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain.
3. Sila persatuan indonesia
1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
2) Cinta tnah air dan bangsa Indonesia, sehingga sanggup dan rela berkorban untuk
kepentingan negara dan bangsa, apabila diperlukan.
3) Bangga sebagai bangsa Indonesia ber-Tanah air Indonesia dalam rangka memelihara
ketertiban dunia.
4) Mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika dalam
memajukan pergaulan hidup bersama.
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga-masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sma dalam.
2) Keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlabih dahulu diadakan
musyawarah, dan keputusan musyawarah diusahakan secara mufakat, diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
3) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah dan
melaksanakannya dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab.
4) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur, dengan
mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, serta tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain.
5) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, serta nilai-nilai kebenaran
dan keadilan.
5. Sila keadilan bagi seluruh rakyat indonesia
1) Menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat indonesia.
2) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur menceminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
3) Bersikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghormati ha-hak orang lain.
4) Memupuk sikap suka memberi pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan agar
dapat berdiri sendiri, tidak menggunakan hak milik untuk pemerasan, pemborosan, bergaya
hidup mewah dan perbuatan lain yang bertentangan dan merugikan kepentingan umum.
5) Memupuk sikap suka bekerja keras dan menghargai karya orang lain yang bermanfaat,
serta bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan kesejahteraan bersama.

4). Penerapan Sila Pancasila


PENERAPAN SILA-SILA PANCASILA
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia. Butir-butir Pancasila tidak dapat
diubah karena kandungan isi dari Pancasila tersebut sangat sesuai dengan kepribadian
masyarakat Indonesia. Maka dari itu kita sebagai masyarakat bangsa Indonesia harus
menerapkan isi kandungan dari Pancasila tersebut, yaitu dengan :

A. Penerapan sila pertama “ Ketuhanan Yang Maha Esa” yang dilambangkan dengan
BINTANG :
1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaanya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

B. Penerapan Sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” yang dilambangkan dengan
RANTAI EMAS :
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.

C. Penerapan Sila ketiga “Persatuan Indonesia” yang dilambangkan dengan POHON


BERINGIN :
1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta tanah air dan bangsa.
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan tanah air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka
Tunggal Ika.

D. Penerapan Sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawarataan/perwakilan” yang dilambangkan dengan KEPALA BANTENG :
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputu oleh semangat kekeluargaan.
5. Dengan tekad baik dan bertanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.

E. Penerapan Sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang dilambangkan
dengan PADI dan KAPAS :
1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Suka bekerja keras.

Anda mungkin juga menyukai