Anda di halaman 1dari 4

SKENARIO 2

Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan infeksi otak, dijumpai anemia,


leukopenia, dan CSS dalam batas normal. Analisa kemungkinan diagnosa penyakit
ini!

Jawaban:

Ensefalitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada jaringan parenkim


otak yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus,
parasit, fungus, dan riketsia. Secara umum gejala ensefalitis berupa demam, kejang
dan kesadaran menurun. Penyakit ini dapat dijumpai pada semua umur mulai dari
anak-anak sampai orang dewasa.1
Beberapa pendekatan yang perlu dilakukan untuk mendiagnosis ensefalitis
adalah sebagai berikut:
1. Anamnesis
Beberapa hal yang perlu diketahui dari anamnesis adalah perjalanan baru-baru
ini, tempat tinggal, gigitan serangga atau binatang, dan kemungkinan kontak
dengan individu yang menderita penyakit menular. Kondisi medis yang
mendasari juga relevan karena individu imunosupresi lebih rentan terhadap
infeksi tertentu ensefalitis tertentu, misalnya, listeriosis, kriptokokus, dan
sitomegalovirus. Cytomegalovirus ensefalitis sering dijumpai pada pasien
yang terinfeksi HIV, terutama di neonatus. Modus onset dan perkembangan
dari penyakit virus dapat memberikan petunjuk berharga untuk etiologi,
misalnya, infeksi enterovirus yang memiliki pola demam biphasic. Rabies
adalah contoh dari ensefalitis zoonosis yang muncul dengan gejala klinis yang
sangat khas (hydrophobia dan aerophobia), atau kadang muncul sebagai
kelumpuhan ascending.2

1
2. Manifestasi Klinis
a. Pemeriksaan secara umum, seperti pemeriksaan kulit, mukosa, serta
limfonodus. Ruam kulit yang umum pada demam rickettsial, dan
varicella zoster. Parotitis sering terjadi dengan penyakit gondok
(mumps) dan eritema nodosum dapat berhubungan dengan infeksi
granulomatosa (TBC dan histoplasmosis). Lesi pada mukosa
umumnya terjadi pada infeksi virus herpes. Karakteristik infeksi virus
influenza dan mycoplasma, yaitu apabila gejala timbul bersamaan atau
didahului oleh infeksi saluran pernapasan.2
b. Pemeriksaan neurologis tidak dimaksudkan untuk mengidentifikasi
etiologi ensefalitis. Namun, pada ensefalitis akibat virus herpes
simpleks terdapat kumpulan gejala defisit neurologis frontotemporal,
seperti aphasia, perubahan perilaku, serta kejang fokal. Beberapa
defisit neurologis yang dapat ditemukan pada ensefalitis akut, ialah
hemiparesis, ataksia, myoclonus, tremor, defisit saraf kranial, serta
disfungsi saraf otonom dan hipotalamus.2

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan umum, seperti darah lengkap dan foto toraks.
Limfositosis dapat ditemukan pada ensefalitis virus. Namun,
leukopenia dan trombositopenia merupakan karakteristik dari infeksi
rickettsia dan demam berdarah virus. Untuk mengeliminasi
kemungkinan malaria serebral diperlukan pemeriksaan apusan darah
tepi. Foto toraks juga dianjurkan untuk pasien dengan ensefalitis akut.
Perubahan-perubahan khas tertentu dapat menunjukkan kemungkinan
infeksi mycoplasma, legionella, atau infeksi tuberkulosis.2
b. Electroencephalography (EEG)
c. Neuroimaging (CT-Scan atau MRI)

2
d. Analisa CSS dilakukan, namun bukan untuk menentukan etiologinya.
CSS tampak jernih, jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfosit, kadar
protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam
batas normal.3
e. Biopsi Otak

Berdasarkan gejala yang ditunjukkan oleh pasien sesuai skenario, kelompok


kami mendiagnosis penyakit ini sebagai ensefalitis akibat infeksi rickettsia atau virus
dengue dengan diagnosis banding malaria serebral, ensefalitis herpes simpleks, dan
meningitis aseptik. Selain leukopenia, adapun pemeriksaan laboratorium lainnya yang
dapat dijumpai pada pasien ialah anemia.
Anemia dapat terjadi akibat peningkatan TIK yang terjadi pada pasien
ensefalitis. Saat terjadi peningkatan TIK maka akan menyebabkan pasien mual-
muntah dan muntah yang menyebabkan intake nutrisi yang masuk menjadi berkurang
sehingga nutrisi berkurang, terjadi anemia.3
Pada infeksi virus, biasanya terjadi anemia aplastik yaitu suatu kondisi yang
terjadi ketika tubuh tidak mempu memproduksi sel darah merah yang cukup. Pada
anemia aplastik dapat ditemukan tiga gejala utama yaitu anemia (kurang darah
merah), trombositopenia (kurang trombosit), dan leukopenia (kurang leukosit).
Anemia biasanya ditandai dengan pucat, mudah lelah, lemah, hilang selera makan,
dan palpitasi. Trombositopenia ditandai dengan perdarahan gusi, epistaksis, petekia,
ekimosa dan leukopenia.3

3
Referensi

1. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Fakultas Kedokteran UI


: Media Aesculapius, 2000
2. Chaudhuri A, Kennedy PGE. Diagnosis and treatment of viral encephalitis.
Postgrad Med J [Internet]. 2002 [cited 2015 Dec 28]; 78: 575-83. Available
from: URL: http://pmj.bmj.com/content/78/924/575.full.pdf+html
3. Kliegman RM, et al. Nelson textbook of pediatrics. 19th Ed. Philadelphia:
Elsevier, 2011

Anda mungkin juga menyukai