ENSEFALITIS
ENSEFALITIS
Jawaban:
1
2. Manifestasi Klinis
a. Pemeriksaan secara umum, seperti pemeriksaan kulit, mukosa, serta
limfonodus. Ruam kulit yang umum pada demam rickettsial, dan
varicella zoster. Parotitis sering terjadi dengan penyakit gondok
(mumps) dan eritema nodosum dapat berhubungan dengan infeksi
granulomatosa (TBC dan histoplasmosis). Lesi pada mukosa
umumnya terjadi pada infeksi virus herpes. Karakteristik infeksi virus
influenza dan mycoplasma, yaitu apabila gejala timbul bersamaan atau
didahului oleh infeksi saluran pernapasan.2
b. Pemeriksaan neurologis tidak dimaksudkan untuk mengidentifikasi
etiologi ensefalitis. Namun, pada ensefalitis akibat virus herpes
simpleks terdapat kumpulan gejala defisit neurologis frontotemporal,
seperti aphasia, perubahan perilaku, serta kejang fokal. Beberapa
defisit neurologis yang dapat ditemukan pada ensefalitis akut, ialah
hemiparesis, ataksia, myoclonus, tremor, defisit saraf kranial, serta
disfungsi saraf otonom dan hipotalamus.2
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan umum, seperti darah lengkap dan foto toraks.
Limfositosis dapat ditemukan pada ensefalitis virus. Namun,
leukopenia dan trombositopenia merupakan karakteristik dari infeksi
rickettsia dan demam berdarah virus. Untuk mengeliminasi
kemungkinan malaria serebral diperlukan pemeriksaan apusan darah
tepi. Foto toraks juga dianjurkan untuk pasien dengan ensefalitis akut.
Perubahan-perubahan khas tertentu dapat menunjukkan kemungkinan
infeksi mycoplasma, legionella, atau infeksi tuberkulosis.2
b. Electroencephalography (EEG)
c. Neuroimaging (CT-Scan atau MRI)
2
d. Analisa CSS dilakukan, namun bukan untuk menentukan etiologinya.
CSS tampak jernih, jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfosit, kadar
protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam
batas normal.3
e. Biopsi Otak
3
Referensi