Anda di halaman 1dari 20

GEOLOGI DAN STUDI FASIES KIMIA AIR TANAH

DAERAH DERMAJI DAN SEKITARNYA


KECAMATAN LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS
PROPINSI JAWA TENGAH

Oleh :

Bayu Setya Pambudi dan Bambang Sunarwan

Abstrak

Daerah penelitian dilakukan di daerah Dermaji dan sekitarnya, Kecamatan Lumbir, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah. Dengan posisi geografis 108° 55' 37” BT - 108° 59' 56” BT dan 07° 22'
02” LS - 07° 26' 21” LS. Luas daerah penelitian + 64 km2. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
aspek geomorfologi, tatanan stratigrafi, sturktur geologi, sejarah geologi, dan fasies air tanah daerah
penelitian.

Daerah penelitian secara geomorfologi dibagi menjadi satuan geomorfologi lipat patahan dan satuan
geomorfologi dataran aluvial. Pola aliran sungai yang berkembang berupa trellis dengan jentera
geomorfiknya muda - dewasa.

Tatanan stratigrafi satuan batuan tertua hingga termuda adalah perselingan batupasir dan batulempung
dengan sisipan breksi (Formasi Halang) berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir atau N12 – N18
yaitu dengan hadirnya fosil Globorotalia lenguanensis, Globigerinoita morugaensis, Globigerina
nepenthes, Grobolotaria mayeri, dan Globorotalia menardii. diendapkan pada lingkungan laut
dalam. Satuan batulempung selang-seling batupasir (Formasi Tapak) diendapkan diatas Formasi
Halang pada kala Pliosen Awal – Pliosen Akhir atau N19 – N 21 yaitu dengan hadirnya fosil
Globorotalia inflata, Globorotalia crassaformis, dan Pulleniatina praecursor. pada lingkungan laut
dangkal atau transisi. Hubungan stratigrafi antara kedua formasi ini adalah selaras. Satuan termuda
didaerah penelitian berupa endapan aluvial sungai yang menutupi beberapa satuan batuan yang lebih
tua.

Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terjadi pada kala Plio – Plistosen, dengan arah
gaya utama N 5º E, menghasilkan berbagai pola kekar, lipatan yang berarah Barat – Timur yaitu
antiklin Padawaras dan Citunggul serta sinklin Ciwalen dan Dermaji. Selanjutnya sesar mendatar
yang berkembang dengan arah Timurlaut – Baratdaya yaitu sesar mendatar Kali Dermaji, Kali
Cikadu, Kali Penaruban.

Fasies airtanah berdasarkan hasil pengolahan data kimia pada diagram piper yang telah dilakukan
terhadap 3 sampel dengan menggunakan metoda Kurlov, didapatkan bahwa airtanah di daerah
penelitian diklasifikasikan sebagai airtanah bertipe Ca-HCO3 (Kalsium Bikarbonat).

Kata-kata Kunci : jentera, fasies, sinklin , antiklin, metoda.:

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 1


1. UMUM perbedaan litologi yang menempatinya.
Sedangkan untuk bentuk morfologi dataran,
hanya ditemukan pada sungai Tajum di timur
Daerah Dermaji, Kecamatan Lumbir, laut dari daerah penelitian.
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah merupakan
wilayah yang terdiri atas dataran hingga Berdasarkan struktur, litologi dan pengamatan
perbukitan, terletak pada Zona Antiklinorium bentang alam di lapangan, geomorfologi daerah
Bogor, Serayu Utara, dan Kendeng. Bedasarkan penelitian di bagi menjadi dua satuan
kajian geomorfologi, terdapat beberapa bukit geomorfologi yakni:
yang memanjang dari tenggara – barat laut.
Secara geologi daerah ini disusun oleh batuan 1) Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat
sedimen Tersier yang terlipat dan tersesarkan. Patahan, Satuan ini dicirikan oleh bentuk
morfologi perbukitan landai hingga terjal,
Berdasarkan dari beberapa peneliti terdahulu, terdapat gawir-gawir yang dikontrol oleh
Cekungan Bogor-Serayu Utara-Kendeng, pola-pola struktur lipatan dan patahan.
tersusun oleh batuan sedimen turbidit laut Struktur tersebut membentuk perbukitan
dalam. Batuan penyusun Cekungan Serayu memanjang dari baratlaut ke tenggara,
Utara bagian barat berupa Formasi Pemali, terdapat hogback dan cuesta. Menempati
Rambatan, Halang dan Kumbang, dengan ± 94,5 % luas daerah penelitian dan pada
urutan stratigrafi selaras. peta geomorfologi Satuan ini
memiliki kisaran kelerengan 120 – 350, di
Pola struktur geologi Jawa Tengah Utara kisaran elevasi 50 m.dpl s/d 400 m.dpl.
dipengaruhi oleh 3 pola struktur, yaitu; pola
struktur arah timurlaut - baratdaya yang disebut
pola Meratus, arah utara - selatan atau pola
Sunda dan arah timur – barat atau pola Jawa.
Adanya perubahan jalur penunjaman umur
Kapur berarah timurlaut - baratdaya
menjadikan pola Jawa berarah relatif timur –
barat.

Daerah ini cukup baik dipetakan karena


memiliki keadaan geologi dengan litologi
bervariasi dari batuan-batuan berumur Tersier
hingga Kuarter, selain itu juga daerah ini
memiliki aspek geomorfologi cukup menarik.
Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu Foto 2-1 Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat
daerah yang memiliki potensi airtanah besar dan Patahan dengan kenampakan cuesta,
penyebarannya cukup banyak, pada beberapa Lokasi Igir Kemit.
tempat di jumpai mataair yang muncul pada
batuan sedimen. 2) Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial,
menempati ± 5.5% luas daerah penelitian,
2. KONDISI GEOLOGI Satuan ini menyebar sepanjang tepi
Sungai Awitali, Sungai Bedagung, Sungai
2.1. Geomorfologi Sompok, dan Sungai Rebah. Sungai –
sungai tersebut semuanya bermuara ke
sungai utama yaitu Sungai Tajum , pada
Dari kenampakan ciri-ciri fisik di
kisaran kelerengan 00 - 30, dan kisaran
lapangan, daerah penelitian secara umum
ketinggian (50 – 70) m.dpl, di susun oleh
mempunyai bentuk morfologi perbukitan,
material - material berukuran lempung
memanjang dari baratdaya ke timurlaut, yang
sampai bongkah.
didominasi oleh batupasir, batulempung dan
breksi. Perbukitan ini terbentuk oleh batuan
sedimen, dikontrol secara aktif oleh struktur
geologi yang berkembang dan juga oleh

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 2


Foto 2-2 Bentuk khas satuan geomorfologi
memperlihatkan dataran aluvial Foto 2-3 Singkapan perselingan batupasir dan
pada lokasi Sungai Tajum batulempung mewakili satuan Formasi
Halang pada lokasi Sungai Tameng.
2.2. Stratigrafi 2) Satuan Batulempung Selang – seling
Batupasir, Formasi Tapak, Satuan ini
Stratigrafi Daerah Penelitian terdiri atas 3 tersebar + 20% dari luas daerah
(tiga) satuan batuan, dan diketahui urutan dari penelitian, Satuan ini dapat teramati
tua ke muda sebagai berikut : dengan jelas di sepanjang sungai
Dermaji, dan sungai Cimande, dengan
1) Satuan Batupasir Selang – seling kemiringan batuan yang bervariasi.
Batulempung sisipan breksi, Formasi Kedudukan satuan batuan ini berarah
Halang, Satuan ini tersebar sangat luas di relatif Barat-Timur (N 260 oE – N70oE)
daerah penelitian +77% dari luas daerah dengan kemiringan lapisan batuannya
penelitian. Satuan ini menempati topografi yang bervariasi berkisar antara 15o
perbukitan dan dataran, menyebar dari sampai 35o.. Satuan ini berada di lipatan
utara sampai selatan daerah penelitian. sinklin di daerah dermaji pada selatan
Kedudukan satuan batuan ini berarah daerah penelitian.
relatif Barat-Timur (N 275 oE – N85oE)
dengan kemiringan lapisan batuannya yang Secara umum batulempung dicirikan
bervariasi berkisar antara 20o sampai 75o. warna abu – abu kehitaman, retas,
butiran berukuran lempung, karbonatan.
Secara umum Batupasir dicirikan dengan Ketebalan batulempung bervariasi mulai
warna abu – abu, ukuran butir pasir halus - dari 30 - 90 cm. Batupasir dicirikan
pasir sedang, bentuk butir umumnya dengan warna abu – abu kehitaman,
membulat – membulat tanggung, kemas ukuran butir pasir halus - pasir sedang,
terbuka, terpilah buruk, porositas sedang, bentuk butir umumnya membulat –
karbonatan, komposisi mineral terdiri dari membulat tanggung, kemas tertutup,
feldspar, lithik, dan kuarsa. Batupasir terpilah baik, porositas sedang,
memiliki ketebalan antara 15 – 95 cm. karbonatan, komposisi mineral terdiri
Pada satuan ini mengalami perulangan dari feldspar, lithik, dan kuarsa.
sekuen dengan lapisan batupasir Batupasir memiliki ketebalan antara 15
mengalami penebalan ke atas. – 50 cm. Satuan ini dapat dibedakan
Batulempung dengan warna abu – abu dengan satuan batu pasir selang – seling
kehitaman, retas, butiran berukuran lempung sisipan Breksi Formasi Halang,
lempung, karbonatan. Hubungan antar yaitu di batulempung terdapat banyak
batuan memperlihatkan kontak tegas moluska, akan tetapi moluska – moluska
hal ini terlihat pada perselingan tersebut terlihat kurang begitu kuat
batupasir dan batulempung. terawetkan dengan baik sehingga yang
dijumpai umumnya berupa cangkang
yang pecah – pecah.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 3


3) Satuan Endapan Aluvial., Penyebaran
satuan ini kurang lebih ± 5.5 % dari
seluruh luas daerah penelitian. menyebar di
sepanjang sungai utama bagian Timur
daerah penelitian yaitu Sungai Tajum, dan
sebagian sungai Penaruban di Desa
Paningkaban. Endapan ini di daerah
penelitian merupakan material lepas
berukuran lempung, pasir, kerikil, kerakal,
berangkal sampai bongkah, dengan bentuk
membulat tanggung sampai membulat, dan
komposisinya terdiri dari batuan beku dan
batupasir.
Foto 2-4 Singkapan perselingan batupasir dan
batulempung mewakili satuan Formasi
Halang pada lokasi Sungai Tameng.

Foto 2-6 Singkapan perselingan batupasir dan


Foto 2-5 Singkapan perselingan batupasir dan batulempung mewakili satuan Formasi
batulempung mewakili satuan Formasi Halang pada lokasi Sungai Tameng.
Halang pada lokasi Sungai Tameng.

Tabel 1. Kesebandingan stratigrafi daerah penelitian dengan peneliti sebelumnya.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 4


2.3. Struktur Geologi (2) Struktur Antiklin citunggul, penamaan
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di antiklin ini dikarenakan sumbu antiklin
daerah penelitian di jumpai struktur geologi ini melalui daerah Citunggul yang
yang berupa kekar, lipatan dan sesar. terdapat di bagian selatan antiklin
Padawaras. Diduga antiklin ini
1) Struktur Kekar, berkembang di daerah terbentuk bersamaan dengan antiklin
penelitian dan dapat di bedakan menjadi : Padawaras, sinklin Ciwalen dan sinklin
Dermaji. Antiklin ini berarah
(1). Shear joint atau “compression joint”, Baratlaut-Tenggara, dengan jurus
yaitu kekar yang terbentuk akibat gaya lapisan batuan N 260º E dan N 90º E
tekanan dan dan mempunyai panjang diperkirakan
(2). Tension joint, yaitu kekar yang hampir sama dengan antiklin
terbentuk akibat gaya tarikan. sebelumnya yaitu lebih dari 5,5 Km,
dibagian sayap utaranya mempunyai
sudut kemiringan berkisar 40 º – 50 º
dan pada bagian sayap selatannya
sudut kemiringannya berkisar 50 º – 55
º, dilihat dari penampang serta analisa
lipatan geologi lipatan ini penulis
kategorikan kedalam lipatan asimetri.
Satuan batuan yang dilalui oleh
struktur lipatan ini adalah Satuan
Batupasir selang-seling batulempung
sisipan breksi.

(3) Struktur Sinklin Ciwalen, Penamaan


sinklin Ciwalen dikarenakan sumbu
Foto 2-7 Pola kekar shear di daerah penelitian,
antiklin ini melalui daerah Ciwalen.
foto diambil di Sungai Pekuncen Arah umum sumbu sinklin ini berarah
2) Struktur Lipatan, Struktur lipatan yang Baratlaut-Tenggara, dengan jurus
berkembang di daerah penelitian adalah lapisan batuan N 255º E dan N 80º E
antiklin dan sinklin, yang secara umum dan mempunyai panjang diperkirakan
berarah Barat – Timur. lebih dari 5,5 km. Kemiringan rata –
rata sayap bagian Selatan pada sinklin
(1) Struktur Antiklin Padawaras, Penamaan ini 20° - 25° dan kemiringan rata – rata
antiklin Padawaras dikarenakan sumbu sayap bagian Utara 30° - 35°. Satuan
antiklin ini melalui daerah Padawaras batuan yang dilalui oleh struktur
yang terdapat di bagian utara daerah lipatan ini adalah Satuan Batupasir
penelitian, antiklin ini berarah baratlaut- selang-seling batulempung sisipan
tenggara, dengan jurus lapisan batuan N breksi.
275º E dan N 100º E dan mempunyai
panjang diperkirakan lebih dari 5,5 Km,
di bagian sayap utaranya mempunyai (4) Struktur Sinklin Dermaji, Penamaan
sudut kemiringan berkisar 30º– 35º dan sinklin Dermaji dikarenakan sumbu
pada bagian sayap selatannya sudut antiklin ini melalui daerah Dermaji.
kemiringannya berkisar 40º – 45º, Arah umum sumbu sinklin ini berarah
dilihat dari penampang serta analisa Baratlaut-Tenggara, dengan jurus
lipatan geologi lipatan ini penulis lapisan batuan N 275º E dan N 95º E
klasifikasikan ke dalam lipatan asimetri. dan mempunyai panjang diperkirakan
Satuan batuan yang dilalui oleh struktur lebih dari 5,5 km. Kemiringan rata –
lipatan ini adalah Satuan Batupasir rata sayap bagian Selatan pada sinklin
selang-seling batulempung sisipan ini 16° - 25° dan kemiringan rata – rata
breksi. sayap bagian Utara 15° - 30°. Satuan
batuan yang dilalui oleh struktur

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 5


lipatan ini adalah Satuan Batulempung (2) Sesar Mendatar Kali Cikadu, Penamaan
selang-seling batupasir. sesar mendatar Kali Cikadu
dikarenakan sesar ini melalui Kali
3) Struktur Patahan (Sesar), Patahan atau Cikadu yang ada di sebelah selatan
sesar merupakan struktur rekahan yang daerah penelitian. Sesar mendatar ini
telah mengalami pergeseran. Sifat merupakan sesar dengan arah hampir
pergeserannya dapat bermacam – macam timurlaut-baratdaya, memanjang di
mulai dari mendatar, miring (oblique), naik sekitar Sungai Cikadu dan Sungai
maupun turun. Tajum pada bagian utara daerah
penelitian. Terlihat jelas kenampakan
Adapun jenis sesar – sesar yang bukit yang tersesarkan di lapangan di
berkembang di daerah penelitian antara lain daerah selatan daerah penelitian
: tepatnya pada daerah Pangaweran
sehingga memebentuk offset pada
(1) Sesar Mendatar Dermaji, Penamaan kedua bukit tersebut.dengan panjang ±
sesar mendatar Dermaji dikarenakan 7,8 Km.
sesar ini melalui Desa Dermaji yang ada
di sebelah selatan daerah penelitian. Indikasi – indikasi sesar yang
Sesar mendatar ini merupakan sesar dijumpai berupa :
dengan arah hampir timurlaut- a) Cermin sesar dengan kedudukan N
baratdaya, memanjang melalui Sungai 235o E / 64o pitch 15o, plunge 20o
Pangkalan dan desa Bembulang dengan N 50o E
panjang ± 7,5 Km. b) Milonitisasi dengan arah N 45o E.
Indikasi – indikasi sesar yang c) Cermin sesar dengan kedudukan N
dijumpai berupa : 225o E / 60o pitch 30o, plunge 40o
a) Cermin sesar dengan kedudukan N N 35o E.
200oE / 75o pitch 15o, plunge20o, d) Zona milonitisasi dengan arah N
N 190o E. 35o E.
b) Cermin sesar dengan kedudukan N e) Kenampakan offset bukit Dermaji
185o E / 78o pitch 15o, plunge 20o, pada peta topografi.
N 25o E.
c) Cermin sesar dengan kedudukan N
20o E / 75o pitch 15o, plunge 10o,
N185o E.
d) Zona Hancuran.

Foto 2-9 Cermin sesar di lokasi (BS 45) Sungai Rebah


dengan kedudukan N 225o E / 60o pitch 30o,
plunge 40o N 35o E.

Foto 2-8 Offset pada batupasir selang – seling (3) Sesar Mendatar Kali Penaruban, Nama
batulempung di ( BS 90) Sungai Pekuncen sesar mendatar Kali Penaruban diambil
dengan kedudukan N35o E / 40o . dari nama sungai yang dilewati sesar ini
yaitu Sungai Penaruban. Sesar mendatar
ini merupakan sesar dengan arah hampir
utara-selatan yang memanjang melalui

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 6


Sungai Penaruban dan Sungai Tajum Tujuannya adalah Mengetahui kesesuaian
pada bagian tengah daerah penelitian. hubungan antara jenis litologi/batuan pada
Terlihat jelas kelurusan sungai yang akuifer dengan data hidrokimia dan
menambah bukti sesar mendatar ini. membandingkan mutu air tanah karena
dengan panjang ± 3,8 Km. pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan
Indikasi – indikasi sesar yang dijumpai perlu dilakukan secara bijaksana, dengan
berupa : memperhitungkan kepentingan generasi
a) Cermin sesar dengan kedudukan N sekarang maupun generasi mendatang.
350o E / 65o pitch 10o, plunge 20o Berdasarkan parameter fisika, kimia dan
N 175o E. bakteriologis air tanah daerah penelitian dengan
b) Zona milonitisasi dengan arah N standar air minum nasional Indonesia
175o E. (Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010).
Tabel 3-1 Kriteria mutu air berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI (Permenkes No.
492/MENKES/PER/IV/2010)

Foto 2-10 Cermin sesar di lokasi (BS 62) Sungai


Penaruban dengan kedudukan N 350o E
o
/ 65o pitch 10 , plunge 20o N 175o E.

3. STUDI FASIES KIMIA AIR


TANAH

(1) Pendahuluan

Air merupakan kebutuhan dasar dan


vital bagi kehidupan, kelangkaannya semakin
dirasakan di banyak tempat terutama di kota-
(3) Lokasi Penelitian
kota besar. Kelangkaan itu bisa berupa tidak
Secara administratif daerah penelitian
tersedianya air dalam jumlah yang cukup atau
mencakup Desa Dermaji Kecamatan Lumbir,
kualitas airnya sudah tidak sesuai lagi dengan
Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah.
peruntukannya. Ini semua sebagai akibat
Dan secara geografis batas-batas daerah
meningkatnya jumlah dan taraf hidup penduduk
penelitian adalah sebagai berikut.
yang pada akhirnya akan meningkatkan
kebutuhan air perkapita secara keseluruhan. Tabel 3-2 Koordinat geografis batas daerah
penelitian.
(2) Maksud dan Tujuan Longitude Latitude
Titik
Maksud dari penyelidikan fasies kimia º ‘ “ º ‘ “
adalah menginventarisasi gejala terkait dengan 1 108 56 140 7 25 468
sifat-sifat hidrokimia air tanah dangkal dan air
2 108 58 165 7 25 474
tanah dalam, dan kemudian melakukan analisis
sampai diketahui tipe air tanah, dan sifat 3 108 58 172 7 23 312
karakteristik unsur ion utamanya. 4 108 56 146 7 23 304

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 7


(4) Metodologi dan Tahapan Penelitian ini menempati Daerah Ajibarang dan
sekitarnya. Terdapat Pengukuran debit
Metode penyelidikan yang digunakan sungai dengan aliran rata rata tahunan
adalah gabungan penyelidikan lapangan dan sebesar 24 m3 /d dan daerah tangkap
analisis laboratorium, pekerjaan studio dan studi sebesar 261 km2 . Pada akuifer ini aliran
pustaka. Penyelidikan secara keseluruhan airtanah terbatas pada zona rekahan,
terbagi atas empat tahap yaitu tahap persiapan, celahan, dan saluran pelarutan. Muka
tahap pekerjaan lapangan, tahap telaah data dan airtanah umumnya dalam sekitar + 10 m.
analisa laboratorium dan tahap penyusunan
laporan. - Wilayah Potensi Airtanah Rendah dan
Daerah Air Tanah Langka Kecil Pada
Akuifer (Bercelah Atau Sarang), Wilayah
ini menempati Daerah Banyumas dan
sekitarnya. Pada akuifer ini aliran airtanah
umumnya rendah sampai sangat rendah
terdapat pada zona celahan atau sarang.
Setempat air tanah dapat diperoleh pada
daerah lembah atau zona pelapukan. Muka
airtanah umumnya dalam sekitar + 15 m.

Daerah Penelitian termasuk dalam wilayah


potensi airtanah pada akuifer
bercelah/sarang. Sistem akuifer ini
dibentuk oleh endapan Formasi Halang,
Foto 3-1 Analisis fisik air tanah pada daerah Formasi Kumbang, dan Formasi Tapak,
Citunggul Timur
dengan sistem aliran airtanah melalui
ruang antar butir dan gabungan antara
celahan dan ruang antar butir. Aliran
airtanah pada sistem akuifer secara umum
dikontrol oleh kondisi morfologi setempat.

b) Hidrogeologi Daerah Penelitian

- Keterdapatan dan Kemunculan


Airtanah, Berdasarkan hasil observasi di
lapangan, keterdapatan airtanah pada
daerah penelitian muncul sebagai mataair,
baik pada sumur gali yang dibuat oleh
warga dan pada sungai yang mengalir di
Foto 3-2 Pengukuran debit mata air pada
daerah Citunggul Timur
permukaan, serta muncul sebagai rembesan
pada mataair yang keluar secara alami.
Mataair maupun rembesan tersebut
(5) Hidrogeologi terdapat merata pada daerah penelitian,
baik bagian utara, selatan, barat dan timur.
a) Hidrogeologi Regional Airtanah tersebut dijumpai pada daerah
dengan litologi berupa batupasir,
Berdasarkan peta hidrogeologi regional batulempung, dan breksi.
lembar Pekalongan dalam skala 1 : 250.000
Daerah Banyumas terdapat 2 jenis akuifer - Tipologi Akuifer, Mandel dan Siftan
airtanah berdasarkan produktivitas akuifernya (1981) menyimpulkan adanya hubungan
yaitu, antara kondisi geologi dengan akifer tanah
suatu daerah. Mereka membuat suatu
- Wilayah Potensi Airtanah Sedang Sampai tipologi akifer berdasarkan jenis endapan
Tinggi Pada Akuifer dengan Aliran Melalui
(Celahan, Rekahan, dan Aluran), Wilayah

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 8


pembentukan akifer dan geometri Airtanah dalam akuifer tertekan merupakan
akifernya. airtanah yang terdapat dalam akuifer yang
letaknya diantara dua lapisan batuan yang kedap
Berdasarkan data geologi dan pengamatan air/impermeabel, sebagai contoh adalah lapisan
di lapangan serta berdasarkan keberadan batupasir yang diapit oleh lapisan batulempung.
akifer, proses dan kejadian aliran air tanah Berdasarkan kondisi geologi daerah penelitian
serta sifat hidrologi yang mengacu kepada terdiri dari Formasi Halang, dan Formasi Tapak
Mandel dan Siftan (1981) dan kondisi tersusun oleh batupasir perselingan dengan
geografis serta morfologi keberadaan batulempung dan sisipan breksi disebagian
penyebaran air tanah di Indonesia menurut tempat sehingga batupasir pada kedua formasi
Paradimadja (1993), daerah penelitian ini dapat bertindak sebagai akuifer tertekan.
mempunyai sistem akuifer berupa sistem Formasi Halang terdapat pada arah timur barat-
akuifer batuan sedimen, yang berupa timur, , sedangkan Formasi Halang yang secara
sistem akuifer dengan aliran melalui stratigrafi terletak di atas Formasi Halang juga
celahan dan ruang antar butir. tersebar pada arah yang sama.
Tabel 3-3 Data Hasil Pengamatan Pada Mataair
Sistem akuifer ini Diwakili warna kuning Di Daerah Penelitian
pada peta hidrogeologi, menempati seluruh
luas daerah penelitian. Disusun oleh batuan Kode T (0 Debit
sedimen terdiri dari; satuan batupasir Warna pH
Sampel C) (l/dtk)
selang-seling batulempung sisipan breksi
Formasi Halang, dan satuan batulempung MA 1 Jernih 20,1 7,0 0,024
selang-seling batupasir Formasi Tapak. MA 2 Jernih 20,9 7,1 0,010
Penyebaran unit akifer sedimen
mendominasi daerah penelitian. MA 3 Jernih 20,9 7,3 0,012
Keberadaan airtanah berupa airtanah MA 4 Jernih 20,8 6,2 0,020
bebas. Keterdapatan airtanah pada sistem
akifer berupa mata air patahan dan mata air Tabel 3-4 Data Hasil Pengamatan Pada Sumur
kontak. contoh air yang diperoleh dari Gali Di Daerah Penelitian
mata air pada unit akifer sedimen
mempunyai debit antara 0.012 - 0.0 l/dt, MAT
suhu 20,1ºC – 20,9 ºC, pH 6,2 – 7,3 warna Kode Warna T (0 pH
Sampel C) (m)
air jernih, Sedangkan muka airtanah unit
akifer sedimen memiliki kedalaman antara SUM 1 Jernih 18,8 7,56 0,65
0,40 – 3,4 m, contoh air yang diperoleh SUM 2 Jernih 21,1 7,52 1,4
dari sumur gali memiliki; suhu 18,8ºC –
SUM 3 Jernih 20,7 7,51 0,60
21,3ºC, pH 6,4 - 7,5 airnya berwarna jernih
sampai keruh kekuningan. SUM 4 Jernih 20,5 7,07 1,7
SUM 5 Jernih 20,2 6,60 1,1
Pengamatan dan pengukuran air di
lapangan dilakukan pada sumber air berupa SUM 6 Jernih 20,2 6,60 1,4
mata air dan sumur gali, yang meliputi SUM 7 Jernih 21,1 7,40 1,4
pengukuran sifat fisik, debit, pH,
temperatur, jenis batuan akifer, dan tinggi SUM 8 Jernih 20,3 7,86 2,5
muka airtanah. Hasil data pengukuran SUM 9 Jernih 20,2 6,52 1,2
terdapat pada tabel.
SUM 10 Keruh 20,8 6,40 3,4
Dari hasil pengamatan yang telah SUM 11 Jernih 19,8 6,95 0,40
dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa
SUM 12 Jernih 21,3 6,63 0,60
pada umumnya sifat fisik batuan belum
kompak/terkonsolidasi secara baik SUM 13 Jernih 21 6,77 1,4
sehingga mudah lapuk dan meresapkan air SUM 14 Jernih 20,4 6,68 1,6
hujan, sehingga dapat bertindak sebagai
akuifer. Airtanah pada daerah penelitian
terdapat dalam akuifer airtanah tertekan.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 9


Sistem akuifer tertekan ini terdiri dari Dari hasil analisis laboratorium kemudian
kelompok batuan berumur Tersier, cukup diolah ke dalam diagram Piper (Piper , dalam
kompak dan telah mengalami perlipatan, back dkk, 1983) dengan menggunakan program
penyebarannya pada satuan morfologi Hidrochemistry (Rock Works, 2002, Rock Ware
perbukitan lipat patahan yang tersusun oleh Inc). Yang secara prinsipil adalah melakukan
batupasir selang – seling batulempung plotting data kimia airtanah, meliputi : (Na+ +
sisipan breksi Formasi Halang dan satuan K+), Ca2+ dan Mg2+ sebagai kation dominan,
batulempung selang – seling batupasir SO42-, (CO3- + HCO3-) dan Cl- sebagai anion
Formasi Tapak. dominan dalam % milliekivalen (% meq). Hasil
pengolahan data pada diagram piper (Gambar 6.
Dari data muka airtanah pada mataair dan 1), diperoleh fasies kimia air tanah dari unit
sumur gali yang terletak di daerah akifer sedimen yaitu : Ca(HCO3) Kalsium
penelitian, kemudian dibuat peta Bikarbonat.
isopreatik. Berdasarkan peta isopreatik,
maka secara umum arah aliran airtanah
tertekan yaitu mengarah ke daerah lembah
mengikuti topografi.

- Hidrokimia Airtanah, Pengambilan


sampel airtanah untuk uji kimia airtanah di
daerah penelitian dilakukan pada 18 lokasi,
8 lokasi daerah utara (Citunggul,
Pangkalan, Sirongge) dan 10 lokasi pada
daerah selatan (Dermaji, Karang Duren,
Karang Jambu, dan Karang Gedang).
Sampel airtanah tersebut kemudian
dianalisa di Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan Universitas IPB
Bogor (terakreditasi KAN). Analisa
sampel airtanah tersebut bertujuan
untuk mengetahui kandungan kimia
dominan (anion dan kation) yang ada Gambar 3- 1 Diagram Piper (Dalam Back dkk, 1983) Dari
Hasil Analisis Kimia Pada Contoh Air tanah
pada sampel airtanah tersebut. Hasil Di Daerah Penelitian (Hidrochemistry, Rock
analisa kimia terhadap sampel airtanah Works 2002, Rock Ware Inc.).
tersebut dapat dilihat pada tabel.

Terdapat 2 (dua) proses kimia di dalam


hubungan antara air dan batuan yaitu,
proses kimia primer dan proses kimia
sekunder (Todd, 1984). Proses Kimia
primer adalah proses yang menyebabkan
terdapatnya kandungan unsur - unsur
mineral batuan yang larut dalam airtanah
akibat terjadinya aliran airtanah yang
melewati batuan, sedangkan proses kimia
sekunder merupakan proses ion enchange
dan substitusi sifat - sifat kimia airtanah
pada waktu air melakukan kontak dengan
bahan mineral padat. Aliran airtanah
merupakan agen atau perantara geologi
yang memberikan pengaruh terus menerus
terhadap lingkungan di sekelilingnya Gambar 3- 1 Diagram Stiff (Dalam Back dkk, 1983) Dari
dalam tanah (Todd, 1984). Hasil Analisis Kimia Pada Contoh Air tanah
Di Daerah Penelitian (Hidrochemistry, Rock
Works 2002, Rock Ware Inc.).
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 10
- Hasil dan Pembahasan, Dari hasil analisa satuan geomorfologi ini diantaranya yaitu
pada Lampiran 3.4., menunjukkan bahwa, faktor litologi, faktor struktur dan faktor
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : erosi. Sedangkan pada Satuan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Geomorfologi Dataran Alluvial tidak
(Permenkes No. dipengaruhi oleh faktor struktur, tetapi
492/MENKES/PER/IV/2010) tentang lebih dipengaruhi oleh faktor litologi. Pada
pengelolaan kualitas air dan pengendalian daerah penelitian hanya terdapat satu pola
pencemaran air, maka airtanah aliran sungai yaitu pola aliran Trellis. Pola
mengandung Nitrat (NO3) di bawah baku aliran ini umumnya dikontrol oleh jurus
mutu sebesar 0,08 – 4,52 mg/L, Klorida dan kemiringan lapisan, litologi dan
(Cl) di bawah baku mutu sebesar 14,17 – struktur geologi. Stadium erosi sungai
28,07, Sulfat (SO4) di bawah baku mutu daerah yaitu stadium erosi dewasa dan
sebesar 13,27 – 36, 62 mg/L, nilai pH gentera geomorfiknya masuk ke dalam
pada umumnya menunjukan sifat asam gentera geomorfik Muda - Dewasa.
dengan nilai kurang dari 7 dan hanya
sedikit airtanah dengan nilai pH yang Berdasarkann karakteristik dan pola
mendekati netral. Airtanah di daerah penyebaran satuan batuan yang
penelitian pada umumnya mempunyai teramati dilapangan maka dapat
kandungan kation natrium (Na+), disimpulkan ada 3 satuan batuan yang
2+
magnesium (Mg ) dalam kadar yang
terbentuk di daerah penelitian.
hampir sama dan kalsium (Ca2+) dalam
kadar yang lebih tinggi serta kandungan
anion bikarbonat (HCO3-) yang dominan, - Satuan Batupasir Selang – seling
dengan rasa yang enak (good taste). Batulempung sisipan Breksi berumur
(N12 – N18), diendapkan pada
Berdasarkan Hasil pengolahan data pada lingkungan laut dalam. Berdasarkan
diagram Piper yang telah dilakukan model endapan kipas laut dalam
terhadap 3 sampel. Nama kimia airtanah menurut Walker (1978) lingkungan
ditentukan berdasarkan Klasifikasi Kurlov, pengendapan satuan batuan ini yaitu
dimana ion yang memiliki prosentase terdapat pada Suprafan Lobes On Mid
dominan lebih dari 25% akan menentukan Fan tepatnya pada (Smooth Portion On
nama kimia airtanahnya. Dengan Suprafan dan channeled smooth)
menggunakan metoda Kurlov, didapatkan dengan fasies turbidit klastik.
bahwa umumnya airtanah di daerah Berdasarkan ciri – ciri litologinya
penelitian diklasifikasikan sebagai airtanah merupakan bagian dari Formasi Halang.
yang dominan bertipe Ca-HCO3 (Kalsium
Bikarbonat). Tipe airtanah ini sesuai - Diatas Satuan Batupasir selang – seling
dengan litologi penyusun tubuh akuifer, batulempung sisipan Breksi secara
yaitu batupasir dan batulempung. Sehingga selaras ditutupi oleh Satuan
dapat diinterpretasikan bahwa airtanah Batulempung selang – seling Batupasir
yang ada di daerah penelitian mengalir berumur (N19 – N21). Diendapkan
pada litologi batupasir dan batulempung. pada lingkugan Transisi. Berdasarkan
ciri – ciri litologinya merupakan bagian
dari Formasi Tapak.
4. Kesimpulan dan Diskusi
- Satuan Endapan Aluvial dengan satuan
Geomorfologi daerah penelitian dibawahnya yaitu Satuan Batulempung
dipengaruhi oleh aspek struktur , proses, Selang – seling Batupasir dibatasi oleh
dan tahapan. Satuan Geomorfologi daerah bidang erosi. Berdasarkan pengamatan
penelitian dibagi menjadi 2 satuan yaitu di lapangan, bahwa proses erosi,
Satuan Perbukitan Lipat Patahan dan transportasi dan sedimentasi pada
Satuan Dataran Alluvial. Satuan satuan ini masih terus berlangsung
Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan hingga saat ini. Dengan demikian umur
berupa bukit-bukit yang terbentuk akibat satuan endapan aluvial ini adalah
perlipatan dan patahan, Faktor pengontrol recent.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 11


Pada kala Plio – Plistosen di pulau jawa PUSTAKA
terjadi orogenesa besar yang
mengakibatkan daerah studi terlipat dan
terpatahkan yang menghasilkan pola 1) Asikin S., 1995, “Buku Pedoman Geologi
struktur kekar, lipatan yang berarah Barat – Lapangan”, Jurusan Teknik Geologi ITB,
Timur yaitu antiklin Padawaras dan Bandung.
Citunggul serta sinklin Ciwalen dan 2) Asikin S., 1982. “Geologi Struktur
Dermaji. Selanjutnya sesar mendatar yang Indonesia”, Departemen Teknik Geologi,
berkembang dengan arah Timurlaut – ITB, Bandung.
Baratdaya yaitu sesar mendatar Kali 3) Bemmelen, R.W. van., 1949. “The
Dermaji, Kali Cikadu, Kali Penaruban. Geology of Indonesia”, The Hague
dengan arah gaya utama N 5º E. Martinus Nijhoff, vol IA, Netherlands.
4) Budiman, Antony., 2011 “Geologi Dan
Mengacu kepada Peraturan Menteri Struktrur Geologi Daerah Bantarmanggu
Kesehatan RI (Permenkes No. dan Sekitarnya Kabupaten Cilacap Jawa
492/MENKES/PER/IV/2010) tentang Tengah”, Jurusan Teknik Geologi ITB,
pengelolaan kualitas air dan pengendalian Bandung.
pencemaran air, maka kualitas airtanah 5) Hidayat, Edi., dkk 2010 “Geomorfologi
daerah penelitian berada dibawah baku Tektonik Sesar Aktif Daerah Cilacap, Jawa
mutu yang sudah ditentukan. Hasil analisa Tengah”, Lembaga Ilmu Pengetahuan
labolatorium menunjukkan bahwa air tanah Indonesia.
mengandung Nitrat (NO3) di bawah baku 6) Blow, W.H, 1969. Late Middle Eocen to
mutu sebesar 0,08 – 4,52 mg/L, Klorida Recent Planktonic Foraminefera
(Cl) di bawah baku mutu sebesar 14,17 – Biostratigrafy. Plantonic Microfossils 1st,
28,07, Sulfat (SO4) di bawah baku mutu Geneva.
sebesar 13,27 – 36, 62 mg/L, nilai pH 7) Bouma, A.H, 1962. Sedimentology of
pada umumnya menunjukan sifat asam Some Flysh Deposit : A Graphic Approach
dengan nilai kurang dari 7 dan hanya to Facies Interpretation, Elsivier Pub. Co.
sedikit airtanah dengan nilai pH yang Amsterdam.
mendekati netral. 8) Walker, R.G., James, N.P, 1992, Facies
Models Respons to Sea Level Change,
Airtanah di daerah penelitian pada Geological Association of Canada,
umumnya mempunyai kandungan kation Kanada.
natrium (Na+), magnesium (Mg2+) dalam 9) Kustowo dan Suwarna., 1975. Peta
kadar yang hampir sama dan kalsium Geologi Lembar Majenang Jawa, Skala 1 :
(Ca2+) dalam kadar yang lebih tinggi serta 100.000, Pusat Penelitian dan
kandungan anion bikarbonat (HCO3-) yang Pengembangan Geologi, Direktorat
dominan, dengan rasa yang enak (good Geologi dan Sumber Daya Mineral,
taste). Bandung.
10) Ridzky Edin., 2010 “Geologi Daerah
Berdasarkan Hasil pengolahan data pada Pamulihan dan Sekitarnya Kabupaten
diagram piper yang telah dilakukan Cilacap Jawa Tengah”. Jurusan Teknik
terhadap 3 sampel. Dengan menggunakan Geologi ITB, Bandung.
metoda Kurlov, didapatkan bahwa 11) Pheleger., F.B, 1951, Ecologi of
umumnya airtanah di daerah penelitian Foraminifera, Nortwest Gulf of Mexico,
diklasifikasikan sebagai airtanah yang GSA Memoir 46.
dominan bertipe Ca-HCO3 (Kalsium 12) Sampurno., 1982, “Diktat
Bikarbonat). Tipe airtanah ini sesuai Geomorfologi”, Jurusan Teknik Geologi,
dengan litologi penyusun tubuh akuifer, Institut Teknologi Bandung.
yaitu batupasir dan batulempung. Sehingga 13) Sukamto, Denny Kadarisman., 2001. “
dapat diinterpretasikan bahwa airtanah Pedoman Praktikum Petrografi” Program
yang ada di daerah penelitian mengalir Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
pada litologi batupasir dan batulempung. Universitas Pakuan, Bogor.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 12


14) Wiliams, H., Turner, F.J and Gilbert, PENULIS
Charles M., 1955, Petrography and
Indroction to the Study of Rock in Thin 1) Bayu Setya Pambudi, ST., Alumni (2013)
Section, W.H. Freeman and Company, San Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Fransisco. Teknik, Universitas Pakuan.
15) Back, et all., 1983, Piper 2) Bambang Sunarwan, Ir., MT., Staf
Pengajar di Program Studi Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 13


Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 14
Lampiran 1. Tabel Data Hasil Analisis Kimia Pada Contoh Airtanah Di Daerah Penelitian
(Penulis 2013)

Koordinat (UTM) Katon (%) Anion (%) Klasifikasi


Jenis Sumber
Lokasi Kode lab + 2+ 2+ + 2- - - - Kurlov
X Y Pengambilan Sample K Ca Mg Na SO4 NO3 Cl HCO3
273869 9181747 Citunggul Mata Air M. 182- 0,651 22,046 3,805 3,829 13,27 0,835 19,45 284,80 Ca-HCO3
(1-3)
273768 9179096 Karang Sumur Gali M. 182- 1,142 13,283 8,001 4,730 13,29 4,528 28,07 160,80 Ca-HCO3
Jambu (1-3)
272959 9179507 Dermaji Mata Air M. 182- 1,706 78,976 3,881 3,793 36,62 0,083 14,17 172,00 Ca -HCO3
(1-3)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 15


Lampiran 2. Peta Geohidrologi Regional (Penulis 2013)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 16


Lampiran 3. Peta Tipologi Akuifer Daerah Penelitian (Penulis 2013)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 17


Lampiran 4. Peta Lintasan dan Lokasi Pengamatan Daerah Penelitian (Penulis 2013)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 18


Lampiran 5. Peta Geologi Daerah Penelitian (Penulis 2013)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 19


Lampiran 6. Peta Gemorfologi Daerah Penelitian (Penulis 2013)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 20

Anda mungkin juga menyukai