Anda di halaman 1dari 12

PEKERJAAN PRECAST BANGUNAN GEDUNG

Perkembangan industri konstruksi di Indonesia sekarang ini semakin


mendorong berkembangnya berbagai metode konstruksi di bidang teknik sipil.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut, tuntutan akan pekerjaan konstruksi
yang cepat dan efisien makin besar, salah satunya yaitu metode precast atau
pracetak sebagai salah satu metode konstruksi alternatif yang tepat, karena
memiliki keunggulan dalam hal kecepatan, kontrol kualitas, dan kemudahan
dalam pelaksanaan.

Teknologi pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan


komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat
khusus, terkadang komponen-komponen tersebut disusun dan disatukan terlebih
dahulu (pre-assembly), dan selanjutnya dipasang di lokasi (installation). Dengan
demikian, sistem pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi beton cor ditempat
pada aspek perencanaan yang tergantung atau ditentukan oleh metoda pelaksanaan
dari fabrikasi, penyatuan, dan pemasangannya, serta ditentukan pula oleh cara
penyambungan antar komponen (joint). Beberapa prinsip beton pracetak tersebut
dapat memberikan manfaat lebih dibandingkan beton monolit antara lain terkait
dengan pengurangan waktu dan biaya, serta peningkatan jaminan kualitas (Gibb,
1999).

Dalam pelaksanaannya, Sistem pracetak (precast) lebih tepat dan efisien


apabila diaplikasikan pada beberapa hal. Diantaranya adalah pengaplikasian pada
gedung yang berada pada daerah dengan zona gempa relatif rendah (zona gempa I
dan zona II) serta pada gedung yang bertipe tipikal. Zona gempa relatif rendah (I
dan II) memiliki frekuensi gempa yang tidak terlalu sering dengan intensitas yang
tidak terlalu besar. Maka dari itu metode pracetak sangat tepat, karena pada
metode pracetak (precast) ikatan yang terjadi tidak terlalu kaku.
Keunggulan penggunaan sistem precast pada bangunan gedung :

1) Waktu pelaksanaan pekerjaan lebih cepat, karena elemen bangunan yang


tipikal bisa dikerjakan secara parallel sehingga setelah tiba dilokasi pekerjaan
dapat segera dipasang/dirangkai
2) Mutu lebih terjamin
3) Lebih ekonomis dalam penggunaan bekisting
4) Tidak terlalu terpengaruh pada kondisi cuaca
5) Produktivitas lebih tinggi

Tetapi selain keunggulan tersebut, terdapat beberapa kekurangan penggunaan


precast, anatara lain :

1) Memerlukan tambahan biaya transportasi yang cukup besar


2) Memerlukan alat berat dengan kapasitas yang relatif besar untuk pelaksanaan
pemasangannya yang mana membutuhkan biaya yang besar pula
3) Perlu perhatian khusus pada sambungan-sambungannya
4) Memerlukan lahan yang luas untuk proses produksi

Elemen struktur pracetak yang biasa digunakan dalam suatu bangunan


gedung, yaitu :

1. Pelat

Pelat dianggap sebagai diafragma yang sangat kaku untuk mendistribusikan


gempa. Pada waktu pengangkutan atau sebelum komposit, beban yang bekerja
adalah berat sendiri pelat, sedangkan beban total yang diterima oleh pelat
terjadi saat pelat sudah komposit. Untuk pelat pracetak (precast slab), ada
beberapa jenis yang umum digunakan yaitu :

a. Pelat pracetak berlubang (Hollow Core Slab)


Pelat pracetak dengan ukuran tebal lebih besar dibanding dengan pelat
pracetak tanpa lubang. Biasanya pelat tipe ini menggunakan kabel pratekan.
Dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang HCS dapat diproduksi hingga 18 m
tergantung pada ketinggian HCS dan jumlah strand yang digunakan.
Gambar 1 Pelat pracetak Hollow Core slab

Kelebihan penggunaan Hollow Core Slab, yaitu :

1) Pelat jenis ini lebih ringan, tingkat durabilitas yang tinggi dan ketahanan
terhadap api sangat tinggi
2) Rongga hollow core slab bisa digunakan untuk tempat meletakan
instalasi mekanikal dan elektrikal
3) Kemampun bentang panjang hollow core slab meneyediakan bentang
panjang tanpa balok anak memungkinkan untuk memaksimalkan layout
yang fungsional
4) Hollow core slab dapat langsung digunakan sebagai ceiling dan lantai
serta mengurangi tinggi bangunan sehingga menghemat biaya
5) Kekuatannya yang tinggi sehingga dapat mendukung beban berat.

b. Pelat pracetak tanpa lubang (Solid Slabs)

Pelat pracetak dimana tebal pelat lebih tipis dibandingkan dengan


pelat pracetak dengan lubang. Keuntungan dari penggunaan pelat ini adalah
mudah dalam penumpukan karena tidak memakan banyak tempat. Pelat ini
bisa berupa pelat pratekan atau beton bertulang biasa dengan ketebalan dan
lebar yang bervariasi. Umumnya bentang dari pelat ini antara 5 hingga 35
feet.

Gambar 2 Pelat pracetak Solid slabs


c. Pelat pracetak Double Tees dan Single Tee

Pelat ini berbeda dengan pelat yang sudah dijelaskan sebelumnya.


Pada pelat ini ada bagian berupa dua buah kaki sehingga tampak seperti dua
T yang terhubung.

Gambar 3 Pelat pracetak Double Tees dan Single Tee


2. Panel Dinding

Terdiri dari banyak variasi bentuk, tergantung dari kebutuhan arsitektural.


Bentuk yang sering digunakan yaitu : Flat, Double tee, Ribbed, Windown or
Mullion.

Gambar 4 Bentuk panel dinding

3. Balok Precast

Bentuk balok tergantung pada sifat pembalokan, yaitu :

a. Segi empat (Rectangular beam), bentuk ini digunakan apabila elemen lantai
didukung diatas balok.
b. Ledger Beams dan L beams, bentuk ini merupakan penyempurnaan dari
bentuk segi empat agar tingginya dapat dikurangi dan diberikan penopang
pelat.

Gambar 5 Bentuk balok precast

4. Kolom Precast
a. Simple prismatic columns, kolom ini biasanya hanya digunakan pada
bangunan satu tingkat dimana balok diletakkan diatas kolom.
b. Bearing columns, kolom ini memiliki penompang untuk meletakkan kolom.
c. T columns, biasanya digunakan untuk menyokong langsung lantai double T
tanpa balok perantara.

Gambar 6 Bentuk kolom precast


Metode pelaksanaan dengan precast pada bangunan gedung

1. Pekerjaan pilecap

Gambar 7 Pekerjaan pilecap

2. Kolom precast

Kolom precast pelaksanaannya ada 2 jenis yaitu :

a) Sambungan basah, dengan menggunakan beton cor setempat


 Sambungan basah, dengan cara post grout

Gambar 8 Sambungan sistem post grout

Pada sambungan basah post grout, kolom yang sudah fix sebelum
disambung dengan kolom penyambung, permukaannya diberi bedding
mortar untuk menjadi kontak sepenuhnya antarkedua komponen kolom
yang akan disambung.
Setelah komponen penyambung diturunkan dan sudah dicek
kelurusannya (verticality-nya), maka dilakukan grouting pada splice
sleeve sampai penuh (grouting dimasukkan melalui lubang splice sleeve
bawah sampai grouting penuh yang ditandai dengan keluarnya grouting
pada lubang atas). Setelah material grouting cukup keras baru penyangga
kolom dapat dilepas.

 Sambungan basah, dengan cara pre grout

Gambar 9 Sambungan sistem pre grout

Pada sistem ini, splice sleeve dipasang pada kolom bawah yang
sudah fix. Begitu juga untuk kolom komponen penyambung untuk bagian
atasnya, bila kolom tersebut masih akan disambung lagi.

Komponen kolom bawah, lebih dahulu diisi material grouting pada


splice sleeve nya sampai penuh. Untuk menjamin kontak yang sempurna
maka material grout dilebihkan, kemudian komponen kolom atas
diturunkan pelan-pelan. Selama proses pengerasan grouting kolom
komponen atas harus dijaga dalam posisi vertikal dan tidak bergerak
sampai grouting cukup keras.

b) Sambungan kering, dengan menggunakan embedad part dari baja


dihubungkan dengan cara mengelas.
Gambar 10 Sambungan kering sistem las

Sambungan kering biasa digunakan untuk tiang pancang yang


disambung. Pada sistem ini setiap ujung kolom yang akan disambung
disediakan embeded part yang diangker pada kolom. Hubungan antara
embeded part dengan kolom harus terjadi kontak sepenuhnya agar dapat
mentransfer beban secara sempurna Embeded part yang dipasang pada
ujung-ujung kolom yang disambung ditemukan dan diikat dengan las.
Selama proses pengelasan posisi kedua kolom juga harus dijaga.

3. Balok dan pelat precast

Balok precast dipasang setelah kolom precast berdiri tegak. Yang kemudian
dilanjutkan dengan pemasangan pelat precast.

a. Precast half slab

Gambar 11 Precast half slab

Precast half slab ini dapat dimanfaatkan sebagai working plat form
untuk pelaksanaan pengecoran slab dan balok. Setelah half slab precast
dipasang, kemudian dipasang penulangan lapis atas dan sisa ketebalan slab
dicor secara cast ini place. Kolom dan slab berikutnya dilakukan secara
berulang seperti tingkat dibawahnya. Pada sistem ini diperlukan prosedur
pengangkatan half slab yang baik agar tidak terjadi keretakan precast.

b. Hollow slab

Hollow slab sudah memiliki kekuatan struktur sepenuhnya, tidak


sepertipada half slab, oleh karena itu di atas hollow slab hanya dicor lapisan
tipis sebagai toping saja.

Gambar 12 Precast hollow slab

Hollow slab biasanya diproduksi oleh pabrik dan dapat diangkut


dengan lebih aman ke proyek. Hollow slab tidak memerlukan support
sebanyak pada sistem half slab, sehingga space kerja juga dapat lebih
longgar.

c. Precast double tee beam/channel slab

Sistem ini didahului dengan pengecoran balok induk, dimana channel


slab atau double tee beam diletakkan.

Gambar 13 Pengecoran balok induk


Pemasangan channel slab atau double tee beam dapat dilakukan pada
saat scaffolding untuk perancah balok belum dibongkar (balok belum
mencapai strength yang cukup), untuk mempercepat pelaksanaan, tetapi bila
waktunya dapat dipakai di tempat lain. Kedua sistem slab ini seperti halnya
sistem hollow slab, telah memiliki kekuatan struktur sepenuhnya, maka
hanya diperlukan pengecoran sebagai toping saja. Pada sistem ini dapat
ditingkatkan dengan penggunaan sistem prestressed beam. Double tee beam
dipasang di atas balok yang dicor di tempat, dan disatukan dengan
mengecor sela-selanya. Pada sistem ini sama sekali tidak diperlukan
support, sehingga memperoleh ruang kerja yang luas sekali. Dengan
demikian dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan, dan pekerjaan
finishing sudah dapat dimulai.

Gambar 14 Pemasangan double tee beam precast

4. Precast Tangga

Precast untuk tangga biasanya dibuat untuk bagian trapnya saja, karena
bagian inilah yang tersulit. Sedangkan bagian bordesnya dicor setempat Untuk
memudahkan pengecoran precast trap untuk tangga, biasanya dicor dalam
posisi berdiri. Hal ini memerlukan ketelitian karena kemiringan tangga sudah
tertentu sesuai dengan perencanaan.
Gambar 15 Pengecoran bordes tangga
Daftar Pustaka

http://dodybrahmantyo.dosen.narotama.ac.id/files/2012/10/PEL-GEDUNG11-
Struktur-Atas.pdf

http://www.mediabangunan.com/2013/04/beton-precast-vs-cor-di-tempat-
mana_1.html

Materi perkuliahan metode pelaksaan konstruksi

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-10703-Paper.pdf

Anda mungkin juga menyukai