EKA 447 BP
Oleh:
Sayu Aryantini Thanaya
(1506305028 / 08)
Kode etik dapat melindungi dari perbuatan yang tidak professional akuntan. Ikatan
Akuntan Indonesia menetapkan lima kode etik akuntan professional Indonesia, yakni:
1. Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk bersikap lugas dan jujur
dalam semua hubungan profesional dan hubungan bisnisnya. Integritas juga berarti berterus
terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya.
Akuntan Profesional tidak boleh terkait dengan laporan, pernyataan resmi, komunikasi,
atau informasi lain ketika Akuntan Profesional meyakini bahwa informasi tersebut terdapat:
a. Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan;
b. pernyataan atau informasi yang dilengkapi secara sembarangan; atau
c. penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya diungkapkan sehingga akan
menyesatkan.
Ketika menyadari bahwa dirinya telah dikaitkan dengan informasi semacam itu, maka
Akuntan Profesional mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar tidak dikaitkan dengan
informasi tersebut. Akuntan Profesional dianggap tidak melanggar ketentuan sepanjang Akuntan
Profesional memberikan laporan yang telah diperbaiki terkait dengan permasalahan yang
terdapat dalam paragraf tersebut.
2. Objektivitas
Prinsip objektivitas mewajibkan semua Akuntan Profesional untuk tidak membiarkan
bias, benturan kepentingan, atau pengaruh tidak sepantasnya dari pihak lain, yang dapat
mengurangi pertimbangan profesional atau bisnisnya.
Akuntan Profesional mungkin dihadapkan pada situasi yang dapat mengganggu
objektivitasnya. Namun tidak mungkin untuk mendefinisikan dan memberikan rekomendasi atas
seluruh situasi yang akan dihadapi oleh Akuntan Profesional. Akuntan Profesional tidak akan
memberikan layanan profesional jika suatu keadaan atau hubungan menyebabkan terjadinya bias
atau dapat memberi pengaruh yang berlebihan terhadap pertimbangan profesionalnya.
4. Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk tidak melakukan
hal berikut:
a. Mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan professional dan
hubungan bisnis kepada pihak di luar Kantor Akuntan atau organisasi tempatnya
bekerja tanpa diberikan kewenangan yang memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat
hak atau kewajiban secara hukum atau profesional untuk mengungkapkannya; dan
b. Menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan
bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Akuntan Profesional menjaga kerahasiaan informasi, termasuk dalam lingkungan
sosialnya, serta waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja
terutama kepada rekan bisnis dekat atau anggota keluarga dekat. Akuntan Profesional
menjaga kerahasiaan informasi di dalam Kantor Akuntan atau organisasi tempatnya kerja.
Kewajiban untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus dipertahankan, bahkan setelah
berakhirnya hubungan antara Akuntan Profesional dengan klien atau pemberi kerja. Ketika
Akuntan Profesional berpindah kerja atau mendapatkan klien baru, Akuntan Profesional
tidak menggunakan atau mengungkapkan setiap informasi rahasia baik yang
diperoleh atau diterima dari hubungan profesional atau bisnis sebelumnya.
Sebagai suatu prinsip dasar etika, prinsip kerahasiaan melayani kepentingan publik
karena memfasilitasi aliran informasi yang bebas dari klien Akuntan Profesional atau organisasi
tempatnya bekerja ke Akuntan Profesional. Namun demikian, berikut ini adalah keadaan di mana
Akuntan Profesional disyaratkan atau mungkin disyaratkan untuk mengungkapkan informasi
rahasia atau ketika pengungkapan tersebut mungkin diperlukan:
a. Pengungkapan yang diizinkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi kerja;
b. Pengungkapan yang disyaratkan oleh hukum, misalnya:
i. Produksi dokumen atau ketentuan lainnya dari bukti dalam proses hukum; atau
ii. Pengungkapan kepada otoritas publik sesuai pelanggaran hukum yang terungkap; dan
c. Terdapat tugas atau hak profesional untuk mengungkapkan, jika tidak dilarang oleh
hukum:
i. Untuk mematuhi reviu mutu oleh Ikatan Akuntan Indonesia;
ii. Untuk merespons pertanyaan atau investigasi oleh Ikatan Akuntan Indonesia atau
badan regulator;
iii. Untuk melindungi kepentingan profesional dari Akuntan Profesional dalam proses
hukum; atau
iv. Untuk mematuhi standar teknis dan profesional, termasuk persyaratan etika.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi rahasia, Akuntan Profesional
mempertimbangkan faktor yang relevan termasuk:
Dapat tidaknya kepentingan semua pihak dirugikan, termasuk pihak ketiga yang
kepentingannya terpengaruh, jika klien atau pemberi kerja menyetujui pengungkapan
informasi oleh Akuntan Profesional.
Diketahui tidaknya dan dibuktikan tidaknya semua informasi yang relevan, sepanjang
praktis; ketika menghadapi situasi bahwa fakta tidak didukung bukti yang kuat, atau
kesimpulan yang tidak didukung bukti yang kuat, maka digunakan pertimbangan
profesional dalam menentukan jenis pengungkapan yang akan diberikan.
Jenis komunikasi yang digunakan dan pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
Pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut adalah penerima yang tepat
5. Perilaku Profesional
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk mematuhi
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku serta menghindari setiap perilaku yang Akuntan
Profesional tahu atau seharusnya tahu yang dapat mengurangi kepercayaan pada profesi. Hal ini
termasuk perilaku, yang menurut pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang cukup,
setelah menimbang semua fakta dan keadaan tertentu yang tersedia bagi Akuntan Profesional
pada waktu itu, akan menyimpulkan, yang mengakibatkan pengaruh negatif terhadap reputasi
baik dari profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, Akuntan Profesional
dilarang mencemarkan nama baik profesi. Akuntan Profesional bersikap jujur dan dapat
dipercaya, serta tidak:
a. Mengakui secara berlebihan mengenai jasa yang ditawarkan, kualifikasi yang dimiliki,
atau pengalaman yang diperoleh; atau
b. Membuat referensi yang meremehkan atau membuat perbandingan tanpa bukti terhadap
pekerjaan pihak lain.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keungan yang diaudit.
Hasil perolehan dan evaluasi bukti audit berpengaruh terhadap kesimpulan yang
ditarik dan opini yang diberikan oleh auditor atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Auditor diharuskan menggunakan standar audit dan standar akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia yang dikeluarkan oleh IAPI atau IAI dalam mengevaluasi laporan
keuangan perusahaan.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
standar pelaporan ini adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding
laporan keuangan di antara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan
prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam
laporannya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
Auditor harus memastikan beberapa hal tertentu yang diungkapkan sehubungan
dengan keadaan serta fakta-fakta yang diketahui saat dilaksanakan audit.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul
oleh auditor.
Auditor bertanggung menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai
keseluruhan, atau pernyataan bahwa pendapat demikian tidak dapat diberikan.
Contoh laporan auditor independen yang saya dapatkan dan lampirkan adalah laporan
auditor independen yang terdapat dalam laporan keuangan PT. Unilever Indonesia untuk tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016.
Berdasarkan karateristik perusahaan yang dijabarkan sebelumnya, maka PT. Unilever
Indonesia tergolong sebagai perusahaan jenis manufaktur, sehingga perencanaan dan
pelaksanaan audit pada perusahaan harus dilakukan secara tepat yakni yakni proses audit pada
perusahaan manufaktur.
Audit laporan keuangan PT. Unilever Indonesia untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2016 dilakukan oleh oleh Kantor Akuntan Publik bernama Siddharta Widjaja &
Rekan Registered Public Accountants.
Laporan auditor independen oleh Kantor Akuntan Publik bernama Siddharta Widjaja &
Rekan Registered Public Accountants terhadap laporan keuangan PT. Unilever Indonesia untuk
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut:
Dapat disimpulkan bahwa Laporan Auditor Tohana Widjaja terhadap PT. Unilever Indonesia
Tbk. Merupakan laporan auditor lengkap karena memiliki seluruh unsur/bagian dari laporan
auditor independen yang baku dan lengkap, yakni:
e. Judul Laporan
Pada laporan audit diatas judul laporannya adalah “Laporan Auditor Independen”. Hal
inimemberi tahu para pemakai laporan bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya
dilaksanakan secara tidak memihak.
f. Alamat Laporan Audit.
Alamat dari laporan audit ini ditujukan kepada para pemegang saham, komisaris dan
direksi PT. Unilever Indonesia Tbk.
g. Paragraph Pendahuluan.
Paragraf pendahuluan dalam laporan auditor ini adalah “Kami telah mengaudit laporan
keuangan PT Unilever Indonesia terlampir, yang terdiri dari laporan posis keuangan
tanggal 31 Desember 2016, serta laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lainnya, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut, dan suatu ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi
penjelasan lainnya”. Disebutkan pula pada laporan auditor diatas bahwa penyusunan dan
penyajian wajar laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen dan tanggung
jawab pihak auditor adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan
berdasarkan audit.
h. Paragraph Ruang Lingkup.
Pada laporan diatas menyebutkan bahwa “Kami melaksanakan audit kami berdasarkan
Standar Audit yang ditetapkan olch Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut
mengharuskan karni untuk memmuhi ketentuan etika serta merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan
keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian material.” Serta suatu audit melibatkan
pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit tentang angka-angka dan
pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipiIih bergantung pada
pertimbangan auditor, termasuk penilaian atas risiko kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam
melakukan penilaian risiko tersebut auditor mempertimbangkan pengendalian internal
yang relevan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang wajar laporan
keuangan entitas untuk menysusun prosrdur audit yang tepat sesuai dengan kondisinya,
tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas keefektivitasan pengendalian internal
entitas. Suatu audit juga mencakup pengevaluasian atas ketepatan kebijakan akuntansi
yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen, serta
pengevaluasian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa
bukti audit telah yang kami peroleh adalah cukp dan tepat untuk menyediakan suatu basis
bagi opini audit kami.”
4. Paragraph Opini
Paragraf ini menyatakan kesimpulan dan pendapat auditor berdasarkan hasil audit. Pada
laporan dinyatakan opini auditor Wajar Tanpa Pengecualian, diman paragraph ini
berbunyi ”Menurut kami, laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan PT Unilever Indonesia Tbk tanggal 31
Desember 2016, serta kinerja keuangan dan arus kasnya untuk tahun berakhir pada
tanggal tersebut sesuai Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
5. Nama KAP Tanda tangan dan nama auditor serta Nomor Izin Akuntan Publik
Nama KAP pada laporan auditor independen diatas adalah “Siddharta Widjaja & Rekan
Registered Public Accountants”. Tanda tangan dan nama Dra. Tohana Widjaja, MBA,
CPA dengan no izin akuntan public AP No.0846 tercantum sebagai auditor,
6. Tanggal Laporan Audit
Tanggal laporan auditor independen diatas adalah 17 Maret 2017 di Jakatra.