Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA AN.

T
DENGAN CEREBRAL PALSY DI PANTI BAKTI LUHUR

WISMA TROPODO SURABAYA

OLEH:

Sri Astuti

2012.C.04a.0396

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2017
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA AN. T
DENGAN CEREBRAL PALSY DI PANTI BAKTI LUHUR

WISMA TROPODO SURABAYA

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Dalam Kelulusan Pada Pendidikan Profesi Ners

Stase Keperawatan anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

OLEH :

OLEH:

Sri Astuti

2012.C.04a.0396

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2017
PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :

Nama : Sri Astuti

NIM : 2012.C.04a.0396

Judul Asuhan Keperawatan : Asuhan Keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus Pada


An. T Dengan Cerebral Palsy Di Panti Bakti Luhur
Wisma Tropodo Surabaya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.

Asuhan Keperawatan ini Telah Disetujui

Mengetahui, Pembimbing Akademik


Ketua Program Studi
S1 Keperawatan

Ns. Putria Carolina, M.Kep Henry Wiyono, S.Kep.,Ns


BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 KONSEP DASAR


1.1.1 Definisi
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan sebagai
kelainan postur dan gerakan non-progresif sering disertai dengan epilepsy dan ketidak
normalan bicara, penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang
sedang berkembang.
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,
terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan
otak normal dengan gambarano klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan
kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan sebelum juga kelainan mental
(Gabrina, 2014).
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh
abnormalitas system motor piramida (motor korteks, basal ganglia dan otak kecil)
yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal (Saputri,
2015).
Jadi dapat disimpulkan, Cerebral Palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan
otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan)
dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah
selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai
kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia, basal, cereblum
dan kelainan mental.

1.1.2 Etiologi
Penyebab dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (Ramadhani, 2012):
1) Pranatal infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada
janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi
sitomegalik. Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan

1
retardasi mental. Anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan
keracunan kehamilan dapat menimbulkan “cerebral palsy”.
2) Perinatal
(1) Anoksia / hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury.
Kelainan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan persentase
bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelviks, partus lama, plasenta previa, infeksi
plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan sectio
caesar.
(2) Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu
pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat
terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan CSS, sehingga
mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di subdural dapat menekan korteks serebri,
sehingga timbul kelumpuhan spastis.
(3) Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih
banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor
pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
(4) Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang
kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan
inkompatibilitas golongan darah.
(5) Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa “cerebral palsy”.

3) Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis ensefalitis
dan luka parut.

1.1.3 Manifestasi Klinis


Gangguan motorik berupa kelainan dan lokalisasi serta kelainan bukan
motorik yang menyulitkan gambaran klinis cerebral palsy (Pradana, 2013).
1) Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan
refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang
meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya
pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan kecendrungan
terjadi kontraktur. Golongan spastitis ini meliputi 2/3 – ¾ penderita, cerebral palsy.
Bentuk kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:
2) Monoplegia/monoparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih
hebat dari yang lainnya
3) Hemiplegia/diparesis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama
4) Diplegia/diparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada
lengan
5) Tetraplegia/tetraparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai
6) Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasio dan berbaring
seperti kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron.

7) Koreo-atetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
sendirinya (involuntary movement).
8) Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid
dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.
9) Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5 – 10% anak dengan “cerebral palsy‟. Gangguan berupa
kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata.
10) Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang
terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot
tersebut, sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
11) Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.
Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% penderita
cerebral palsy menderita kelainan mata.
WOC Cerebral Palsy
Virus/Infeksi Prematuritas Perdarahan otak Foto rontgen/CT Scan
Kepala Ikterus

Meningitis Pem. darah, enzim, faktor


Purulenta Anoksia/hipoksia Pembedahan
pembekuan darah masih belum Bilirubin masuk ke
sempurna ganglia basal

Kerusakan jaringan otak

Cerebral Palsy

B3 (Brain) Infeksi otak besar B5 (Bowel) B6 (Bone)

Kerusakan pada nervous Pergerakan tidak Kerusakan


terkendali Gang. Pada N.vagus motorik
okulomotoris

Resiko injury Kemampuan menelan Spasititas


Strabismus (kedua
bola mata tidak terganggu, nafsu makan
sejajar) menurun
Tonus otot berubah
Keterlambatan pertumbuhan
Gang. Persepsi Nutrisi kurang dan perkembangan
Sensori dari keb. tubuh Gang. Mobilitas
fisik
1.1.4 Pemeriksaan Khusus
1) Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis
cerebral palsy ditegakkan
2) Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada cerebral palsy, CSS normal.
3) Pemeriksaan EGG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
4) Foto rontgen kepala
5) Penilaian psikologis perlu kerjakan untuk tingkat pendidikan yang
dibutuhkan.
6) Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi
mental.
(Saputri, 2015).

1.1.5 Pengobatan/Terapi
Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa
berupa :
1) Terapi fisik
2) Loraces (penyangga)
3) Kaca mata
4) Alat bantu dengar
5) Pendidikan dan sekolah khusus
6) Obat anti kejang; maintenance
7) Obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan) : baclofen
dan diazepam
8) Terapi okupasional
9) Bedah ortopedik / bedah saraf, untuk merekonstruksi terhadap deformitas
yang terjadi
10) Terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu mengatasi
masalah makan

11) Perawatan (untuk kasus yang berat)


Jika tidak terdapat gangguan fisik dan kecerdasan yang berat, banyak anak
dengan cp yang tumbuh secara normal dan masuk ke sekolah biasa. Anak
lainnya memerlukan terapi fisik yang luas. Pendidikan khusus dan selalu
memerlukan bantuan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian
yang semakin memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan
pembedahan. Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang
makanan dan untuk mengendalikan pefluks gastroesofageal (Saputri, 2015).

1.2 KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


1.2.1 Pengkajian
1) Identifikasi anak yang mempunyai resiko
2) Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak daripada wanita
3) Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat,
perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi
persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
4) Monitor respon untuk bermain
5) Kaji fungsi intelektual
6) Pemeriksaan Fisik
a) Muskuluskeletal : spastisitas, Ataksia
b) Neurosensory : gangguan menangkap suara tinggi, Gangguan bicara, Anak
berliur, Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya, Strabismus
konvergen dan kelainan refraksi
c) Eliminasi : konstipasi
d) Nutrisi : intake yang kurang
7) Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang
a) Pemeriksaan pendengaran ( untuk menentukan status pendengaran )
b) Pemeriksaan penglihatan ( untuk menentukan status fungsi penglihatan )
c) Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes
d) MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun
kelainan bawaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak
vertikal.
e) EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum
( ensefalins ) volsetasenya meningkat ( abses )
f) Analisa kromosom
g) Biopsi otot
h) Penilaian psikologik

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dengan kelemahan
otot.
2) Gangguan persepsi sensori visual b.d strabismus
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan sistem
nervous.
4) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit.
5) Risiko injuri b.d infeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan.

1.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa 1 : Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dengan
kelemahan otot.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam pertemuan
mobilisasi anak membaik, mempertahankan posisi fungsional,
meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian
tubuh.
Kriteria Hasil:
- Mobilitas klien dapat meningkat atau bertahan
- Klien merasa nyaman dengan posisi ditempat tidur
- Kekuatan/fungsi bagian tubuh yang sakit dapat meningkat
Intervensi:
1) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi
R: Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk
meningkatkan kemajuan kesehatan
2) Bantu pasien dalam pemenuhan KDM seperti makan, minum, potong kuku,
dll)
R: Untuk memenuhi KDM pasien.
3) Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada
ekstermitas yang sakit dan yang tak sakit.
R: Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus
otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan resorpsi
kalsium karena tidak digunakan.
4) Dorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang tak sakit
R: Kontraksi otot isometric tanpa menekuk sendi atau menggerakkan
tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masaa otot.
5) Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/nafas dalam
R: Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/pernafasan
6) Monitor lokasi dan kegelisahan atau aktivitas untuk pengalihan nyeri
R: Cara untuk mengalihkan nyeri
7) Beri pakaian pasien yang tidak membatasi
R: Agar pasien leluasa dalam bergerak

Diagnosa 2 : Gangguan sensori persepsi visual b.d strabismus


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam diharapkan
ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu meningkat, mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan,
mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Kriteria Hasil :
- Penigkatan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
- Klien memahami dengan gangguan sensori yang dialami dan dapat
beradaptasi
- Bahaya disekitar klien terminimalisir

Intervensi:
1) Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau kedua mata telibat
R: Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan
penglihatan terjadi lambat dan progresif.
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan staf, orang lain diareanya
R: Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan
cemas dan disorientasi pascaoperasi.
3) Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi, pertahankan pagar tempat
tidur sempai benar-benar pulih
R: Mengurangi resiko bingung/jatuh karena gangguan perspsi.
4) Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkuan
pada sisi yang tak dioperasi.
Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan sistem nervous.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien seimbang/adekuat.
Kriteria Hasil : Pemasukan vitamin, karbohidrat, kalsium, protein dan kalori
adekuat
Intervensi:
1) Monitor makanan atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperukan
R: Untuk mengetahui apakah nutrisi pada anak terpenuhi atau tidak
2) Pilih suplemen yang tepat
R: Untuk menambah nafsu makan
3) Anjurkan makan yg tinggi kalsium
R: Untuk meningkatkan kebutuhan kalsium dan gizi seimbang
4) Kaji nutrisi makanan yg lengkap
R: Untuk mengetahui status gizi anak
5) Anjurkan pasien duduk setelah makan
R: Agar makanan yang sudah ada di lambung tidak dikeluarkan kembali/ di
muntahkan
6) Anjurkan pemasukan makanan yang tinggi potasium secara tepat
R: Untuk melengkapi gizi seimbang
7) Berikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy
R: Keluarga dapat menyiapkan menu sesuai dengan kebutuhan anak
8) Pastikan diet mengandung yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
R: Untuk mencegah konstipasi
9) Atur pola makan
R: Pola makan yang teratur agar pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak
terpenuhi.
10) Sediakan pasien dengan makanan yang tinggi protein, kalori, kolaborasi
dengan ahli nutrisi dan minuman yang siap dikonsumsi
R: Kolaborasi terapi gizi
11) Oral hygiene
R: Menjaga kebersihan mulut
12) Monitor hasil lab.
R: Untuk mengetahui adanya gangguan

Diagnosa 4 : Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan kep. Selama 6x24 jam pertemuan orangtua
pasien mengerti tentang pemberian stimulasi kepada anak.
Kriteria Hasil :
- Menstimulasikan pertumbuhan spiritual dan emosional
- Menstimulasikan perkembangan kognitif
- Berinteraksi baik dengan anak
- Memilih suplemen tambahan yang tepat
- Menyediakan pengawasan untuk anak dengan tepat
- Bina hubungan kasih sayang
- Menyediakan kebutuhan fisik anak
- Menggunakan bahasa yang positif saat berbicara dengan anak
- Berempati dengan anak
Intervensi:
1) Menyanyi dan bicara pada anak
R: Untuk melatih kerja otak anak
2) Fasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya
R: Agar anak memiliki teman dan tidak bosan
3) Bangun interaksi satu sama lain
R: Agar tercipta hubungan saling percaya
4) Sediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dgn teman sebayanya
R: Aktifitas merupakan cara untuk menghilangkan stress
5) Berikan perhatian saat dibutuhkan
R: Perhatian merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan agar anak tidak
merasa kesepian
6) Ajarkan anak untuk mencari pertolongan dari orang lain
R:bila anak perlu bantuan, anak tahu cara untuk meminta tolong.
7) Fasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya
R: Untuk menghilangkan stress dan meraakan udara segar
8) Identifikasi kebutuhan spesial anak.
R: Untuk melatih anak agar tidak tergantung pada orang lain

Diagnosa 5: Risiko injuri b.d infeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak
terkontan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
keamanan diri pasien terjamin
Kriteria Hasil :
- Deskripsi langkah-langkah untuk mengurangi risiko cedera disengaja
- Deskripsi ukuran untuk mencegah jatuh
- Deskripsi tingkah laku yang beresiko tinggi
Intervensi:
1) Identifikasi tingkah laku dan faktor yang dapat menyebabkan resiko jatuh
R: untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan resiko jatuh agar
dapat meminimalkan resiko jatuh
2) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat meningkatkan
potensial untuk jatuh
R: untuk mengetahui lingkungan yang berbahaya untuk pasien sehingga
dapat menghindari lingkungan tersebut
3) Ajarkan anggota keluarga tentang faktor resiko jatuh dan bagaimana mereka
dapat menurunkan resiko
R: agar keluarga mengetahui factor-faktor yang dapat memberikan resiko
pasien untuk jatuh, sehingga harapannya keluargaa dapat menghindarkan
pasien dari faktor resiko jatuh
4) Sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keamanan
R: supaya keamanan pasien terjamin

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana
tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan
masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu
pelaksanaan dan respon klien.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana
tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan
masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu
pelaksanaan dan respon klien.
Implementasi yang dilakukan meliputi Mengkaji kekuatan otot
ekstremitas, Membantu menyiapkan pakaian, dan mengarahkan untuk memakai
pakaian sendiri, Mebantu pasien dalam rentang gerak aktif pada ekstermitas yang
dapat digerakan dan yang tidak sakit, Mendorong penggunaan latihan isometric
mulai dengan tungkai yang tak sakit dengan cara mengerakan tangan yang tidak
terganggu guna merangsang mobilitas agar dapat digerakan, membantu pasien
dalam memenuhi kebutuhan seperti mandi, memotong kuku dan memberi makan
dan mengantar pasien untuk mengikuti fisioterapi bicara.

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan cerebral palsy dapat
melakukan aktivitas biasa dengan sendiri atau mandiri tanpa ada halangan apapun
dan pasien dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan panti setiap hari dan
diharapkan juga perawat dan suster dapat mengerti tentang cerebral palsy dan
perawatan pada pasien dengan cerebral palsy.

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
1) Anamnesa (pengkajian tanggal 01 Januari 2017).
2) Identitas Pasien
Nama Klien : An. T 24
TTL : Surabaya, 18 Nopember 2008
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Panti Bakti Luhur
Surabaya (Wisma Paul)
Diagnosa Medis : Cerebral Palsy
3) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Nn. P
TTL : Surabaya, 27 Nopember 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katholik Roma
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMK Keperawatan
Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Wisma Tropodo
(Asrama Paul)
Hubungan Keluarga : Pengasuh di Panti

4) Keluhan Utama
Pengasuh wisma paul mengatakan bahwa An. T mengalami kelumpuhan pada
tangan dan kakinya.

5) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan sekarang
Suster/pengasuh mengatakan An. T di diagnosa mengalami cerebral
palsy tetraplegia. An.T mengalami kelemahan/kekakuan pada kedua
tangan dan kaki. An.T tidak mampu berbicara, ADL An. T dibantu oleh
suster/pengasuh. Suster/pengasuh wisma Paul mengatakan bahwa An. T
berusia 9 tahun mengalami keterlambatan pertumbuhan karena adanya
gangguan fisik sejak lahir dan sampai sekarang An. T masih mengalami
kelemahan pada kedua kaki dan tangannya
(2) Riwayat Kesehatan Lalu
An. A masuk Panti Asuhan Bakti Luhur di antar oleh keluarganya sejak
tanggal 25 Nopember 2011 yang lalu dan sudah mengalami kelainan
fisik sejak dibawa ke panti. Semua Activity Daily Living (ADL) dibantu
oleh suster/pengasuh. Hasil diagnosa medis An. T mengalami cerebral
palsy Tetraplegia.
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ditemukan data untuk riwayat kesehatan keluarga An. T.
(4) Susunan Genogram
Tidak ditemukan data yang lengkap tentang susunan genogram keluarga
An. T.
6) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan Umum
Tingkat kesadaran pasien compos mentis, An. T tampak duduk dikursi
roda. An. T tidak mampu berbicara hanya dapat tersenyum , An. T
tampak kurus dan tinggi .TB An. T 126 cm, BB An. T 20 kg.
(2) Tanda-tanda Vital
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Respirasi : 22 x/menit

(3) Kepala dan Wajah


Rambut berwarna hitam, keadaan baik tidak rontok, tidak berketombe,
tidak ada benjolan pada kulit kepala. Keadaan hidung bersih tidak ada
sekret. Penglihatan dan pendengaran cukup baik, An. T kadang tampak
menoleh dan tersenyum ketika dipanggil namanya.
(4) Leher dan Tenggorokan
Tidak ada penigkatan vena jugularis dan tidak ada pembesaran limfa.
Reflek menelan lambat.
(5) Dada
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada sesak napas
(6) Abdomen
Tidak ada keluhan
(7) Ektrimitas
Pergerakan/tonus otot kaku, lemah/terbatas. tidak ada oedem dan
sianosis. Keadaan kulit/turgot elastis. Skala kekuatan otot pada
ekstremitas atas 2/2 dan pada ekstremitas bawah 2/2. Kedua kaki
tampak asimetris.
(8) Genetalia
Tidak ada keluhan
7) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
(1) Gizi
Selera makan An. T baik dan mampu mengabiskan 1 porsi makanan
yang diberikan dengan reflek menelan yang lambat.
(2) Kemandirian dalam bergaul
An. T tidak mampu bergaul/bermain dengan teman-temannya.
(3) Motorik halus
An. T mampu menggenggam ketika diberikan suatu benda kedekat
tangannya.
(4) Motorik Kasar
An. T tidak mampu melakukan aktifitas seperti, berdiri dan berjalan.

(5) Kognitif dan bahasa


An. T tidak mampu berbicara.
An. T berinteraksi dengan orang lain dengan mengunakan gerak-gerik
bola mata,An T mampu tersenyum dan tertawa.

Pola Aktivitas Sehari-hari


No Pola Kebiasaan Keterangan
1. Nutrisi
a. Frekuensi 3 kali sehari
b. Nafsu Makan/selera Baik
c. Jenis Makanan Nasi, sayur, lauk
2. Eliminasi
a. BAB 1 kali sehari, lembek
b. BAK ±5 kali/hari (memakai popok), kuning
bening (200cc)
3. Istirahat dan tidur
a. Siang/jam 2 jam
b. Malam/jam 8 jam
4. Personal Hyigene
a. Mandi
2 kali/hari
b. Oral Hyegene
2 kali/hari

8) Data Penunjang
An. T melakukan fisioterapi setiap hari rabu dan sabtu jenis terapi adalah
terapi motorik
Surabaya, 01 Januari 2017
Mahasiswa,

Sri Astuti
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA IF KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB
1. DS:
Kerusakan motorik Kerusakan mobilitas
Pengasuh wisma Paul mengatakan
fisik
bahwa An. T mengalami kelumpuhan
pada tangan dan kakinya. Spastisitas

DO: Tonus otot yang berubah

1) An. T tampak duduk dikursi roda.


Gangguan
2) Tampak semua ADL An. T
Neuromuskular dengan
dibantu oleh suster/pengasuh. kelemahan otot
3) Uji Kekuatan Otot :

Ekstremitas Atas : 2/2


Kelumpuhan spastisitas:
Ekstremitas Bawah : 2/2 hemiplegic

4) Kedua kaki asimetris.

5) An. T mendapat fisioterapi setiap


hari rabu dan sabtu.
2. DS: Keterlambatan
Cerebral palsy
Suster/pengasuh wisma paul pertumbuhan dan
mengatakan bahwa An. T berusia 9 perkembangan.
tahun serta mengalami keterlambatan Kerusakan sistem saraf
pusat
pertumbuhan karena adanya gangguan
fisik sejak lahir dan sampai sekarang
An. T masih mengalami kelemahan Kerusakan sistem
motorik halus dan kasar
pada kedua kaki dan tangannya.
Sebagian ADL An. T dibantu oleh
suster/pengasuh. Kemampuan menelan
terganggu, nafsu makan
menurun
DO:
1) Tingkat kesadaran pasien compos
mentis. Proses penyakitnya

2) TB : 126 cm, BB : 20 kg
3) An. T Tampak kurus dan
lumayan tinggi.
4) Kaki An. T tampak kecil.
5) An. T tidak mampu berbicara.
6) Refleks menelan terganggu.
2.1.2 PRIORITAS MASALAH

1) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan Kelumpuhan spastisitas:


hemiplegi.

2) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan proses


penyakitnya
2.1.3 RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: An. T Ruang Rawat: Wisma Paul


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional

Diagnosa 1: Setelah dilakukan 1) Kaji derajat imobilitas yang 1) Pasien mungkin dibatasi oleh
tindakan dihasilkan oleh cedera/pengobatan pandangan diri/persepsi diri tentang
Kerusakan mobilitas keperawatan selama dan perhatikan persepsi pasien keterbatasan fisik aktual,
fisik b.d Gangguan 4x6 jam pertemuan terhadap imobilisasi. memerlukan informasi/intervensi
Neuromuskular mobilisasi anak untuk meningkatkan kemajuan
dengan kelemahan membaik, mampu kesehatan.
otot mempertahankan
posisi fungsional, 2) Instruksikan pasien untuk/bantu 2) Meningkatkan aliran darah ke otot
meningkatkan dalam rentang gerak pasien/aktif pada dan tulang untuk meningkatkan
kekuatan/fungsi ekstermitas yang sakit dan yang tak tonus otot, mempertahankan gerak
yang sakit dan sakit. sendi, mencegah kontraktur/atrofi
mengkompensasi dan resorpsi kalsium karena tidak
bagian tubuh. digunakan.

KRITERIA HASIL: 3) Dorong penggunaan latihan isometric 3) Kontraksi otot isometric tanpa
mulai dengan tungkai yang tak sakit. menekuk sendi atau menggerakkan
Mobilitas pasien dapat tungkai dan membantu
mengalami mempertahankan kekuatan dan
peningkatan, pasien masaa otot.
dapat menggerakkan 4) Beri pakaian pasien yang tidak
ekstremitas yg 4) Agar pasien leluasa dalam bergerak.
membatasi.
lemah.
5) Kalaborasi dengan suster/pengasuh 5) Mengurangi resiko dekubitus dan
Kekuatan/fungsi bagian panti agar membawa pasien rutin meningkatkan kekuatan otot.
ekstremitas yang dalam terapi mobilitas.
sakit (lemah) dapat
meningkat dengan
baik.

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


Diagnosa 2: Setelah dilakukan 1) Kaji/observasi BB dan TB anak 1) Untuk mengetahui BB ideal anak
tindakan
Keterlambatan keperawatan selama 2) Menyanyi dan bicara pada anak 2) Untuk melatih kerja otak anak
pertumbuhan dan 4X6 jam pertemuan
perkembangan b.d pengasuh mengerti 3) Fasilitasi anak untuk berhubungan 3) Agar anak memiliki teman dan
proses penyakit. tentang pemberian dengan teman sebaya tidak bosan
stimulasi kepada
anak. 4) Berikan perhatian saat dibutuhkan 4) Agar tercipta hubungan saling
percaya
KRITERIA HASIL : 5) Pasilitasi perhatian atau kontak
dengan teman kelompoknya 5) Perhatian merupakan kebutuhan
Pertumbuhan spiritual yang sangat dibutuhkan agar anak
dan emosional anak tidak merasa kesepian
meningkat dengan 6) Identifikasi kebutuhan spesial anak.
baik. 6) Untuk menghilangkan stress dan
meraakan udara segar
Dapat berinteraksi baik 7) Kalaborasi dengan suster/pengasuh
dengan anak. panti dalam pemberian makanan 7) Untuk memenuhi kebutuhan gizi
yang bergizi dan pertumbuhan anak
Menyediakan
pengawasan untuk
anak dengan tepat

Dapat mina hubungan


kasih sayang
2.1.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (Soap) Tanda Tangan Dan
Rabu, 1 Febuari 2017 Nama Perawat

Rabu, 01 Febuari S: Pengasuh wisma Paul mengatakan bahwa An.


2017. Diagnosa 1 : T mengalami kelemahan/ kekakuan pada
08. 00 WIB tangan dan kakinya.
08. 15 WIB 1) Mengkaji kekuatan otot ekstremitas O:

2) Membantu menyiapkan pakaian, dan 1) Kesadaran pasien compos mentis.


08. 25 WIB mengarahkan untuk memakai pakaian
sendiri. 2) An.T tampak duduk dikursi roda.
08. 50 WIB 3) Tampak semua ADL An. T dibantu
3) Membantu pasien dalam rentang gerak oleh suster/pengasuh.
aktif pada ekstermitas yang dapat 4) Uji Kekuatan Otot :
digerakan dan yang tidak sakit.
Ekstremitas Atas : 2/2 Sri Astuti
09. 20 WIB 4) Mendorong penggunaan latihan
isometric mulai dengan tungkai yang Ekstremitas Bawah : 2/2
10:00 WIB tak sakit dengan cara mengerakan 5) Kedua kaki asimetris.
tangan yang tidak terganggu guna
merangsang mobilitas agar dapat 6) An. T mendapat fisioterapi setiap hari
digerakan. rabu dan sabtu.

5) Membantu pasien dalam memenuhi A: Masalah belum teratasi


kebutuhan seperti mandi, memotong
kuku dan memberi makan.
P: Lanjutkan intervensi 2-6
6) Mengantar pasien untuk mengikuti
fisioterapi Motorik.
Rabu, 01 Febuari S: -
2017. Diagnosa 2 :
07:00 WIB O:
07. 15 WIB 1) Mengkaji BB dan TB anak 1) Tingkat kesadaran pasien compos mentis.
2) TB : 126 cm, BB : 20 kg (tidak sesuai
2) menemani pasien untuk menyanyi usia).
dengan ava untuk merangsang bicara 3) An. T Tampak kurus dan lumayan tinggi.
07. 25 WIB dan syaratnya 4) Kaki An. T tampak kecil.
5) An. T tampak tidak bisa berjalan.
3) mengajak anak keliling dan 6) An. T mampu berbicara .
09. 00 WIB berinteraksi dengan teman sebaya dan A: Masalah belum teratasi
lingkungannya P: Lanjutkan intervensi 2-5
11. 00 WIB
4) memperhatikan kebutuhan anak Sri Astuti

5) Kalaborasi dengan suster/pengasuh


panti dalam pemberian makanan yang
bergizi yang mengandung kacang-
kacangan, buah-buahan, sayur yang
mengandung vitamin T dan makanan
pokok
Hari/Tanggal/Jam Catatan perkembangan (SOAPIER) Tanda Tangan
Dan Nama
Perawat

Sabtu,04 Febuari S: -
2017.
Diagnosa 1 O:
1) Kesadaran pasien compos mentis.
2) An. T tampak duduk dikursi roda.
3) Uji Kekuatan Otot :
Ekstremitas Atas : 2/2
Ekstremitas Bawah : 2/2
4) Kedua kaki asimetris.
5) An. T mendapat fisioterapi setiap hari rabu dan sabtu.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5
I: Sri Astuti
1. Mengkaji kekuatan otot ekstremitas
2. Membantu menyiapkan pakaian, dan mengarahkan untuk memakai pakaian sendiri.
3. Mebantu pasien dalam rentang gerak aktif pada ekstermitas yang dapat digerakan
dan yang tidak sakit.
4. Mendorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang tak sakit
dengan cara mengerakan tangan yang tidak terganggu guna merangsang mobilitas
agar dapat digerakan.
5. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan seperti mandi, memotong kuku dan
memberi makan.
6. Mengantar pasien untuk mengikuti fisioterapi bicara.

E : Pasien mencoba berinteraksi dengan perawat


R : 1. Motivasi pasien untuk kesembuhannya.
2. Mengobservasi K/U
Sabtu,04 Febuari S: -
2017. O:
Diagnosa 2 1) Tingkat kesadaran pasien compos mentis.
2) TB : 125 cm, BB : 20 kg.
3) An. T Tampak kurus dan lumayan tinggi.
4) Kaki An. T tampak kecil..
5) An. T tidak mampu berbicara.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi 1-5
I:
1. Menyanyi dan bicara pada anak
2. Fasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya
3. Memberikan perhatian saat dibutuhkan
4. Fasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya
5. Berkolaborasi dengan suster/pengasuh panti dalam pemberian makanan yang Sri Astuti
bergizi
E : Pasien mencoba berinteraksi dengan perawat
R : 1. Motivasi pasien untuk kesembuhannya.
2. Mengobservasi K/U

Anda mungkin juga menyukai