T
DENGAN CEREBRAL PALSY DI PANTI BAKTI LUHUR
OLEH:
Sri Astuti
2012.C.04a.0396
TAHUN 2017
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA AN. T
DENGAN CEREBRAL PALSY DI PANTI BAKTI LUHUR
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Dalam Kelulusan Pada Pendidikan Profesi Ners
OLEH :
OLEH:
Sri Astuti
2012.C.04a.0396
TAHUN 2017
PERSETUJUAN
NIM : 2012.C.04a.0396
1.1.2 Etiologi
Penyebab dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (Ramadhani, 2012):
1) Pranatal infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada
janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi
sitomegalik. Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan
1
retardasi mental. Anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan
keracunan kehamilan dapat menimbulkan “cerebral palsy”.
2) Perinatal
(1) Anoksia / hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury.
Kelainan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan persentase
bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelviks, partus lama, plasenta previa, infeksi
plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan sectio
caesar.
(2) Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu
pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat
terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan CSS, sehingga
mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di subdural dapat menekan korteks serebri,
sehingga timbul kelumpuhan spastis.
(3) Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih
banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor
pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
(4) Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang
kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan
inkompatibilitas golongan darah.
(5) Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa “cerebral palsy”.
3) Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis ensefalitis
dan luka parut.
7) Koreo-atetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
sendirinya (involuntary movement).
8) Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid
dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.
9) Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5 – 10% anak dengan “cerebral palsy‟. Gangguan berupa
kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata.
10) Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang
terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot
tersebut, sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
11) Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.
Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% penderita
cerebral palsy menderita kelainan mata.
WOC Cerebral Palsy
Virus/Infeksi Prematuritas Perdarahan otak Foto rontgen/CT Scan
Kepala Ikterus
Cerebral Palsy
1.1.5 Pengobatan/Terapi
Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa
berupa :
1) Terapi fisik
2) Loraces (penyangga)
3) Kaca mata
4) Alat bantu dengar
5) Pendidikan dan sekolah khusus
6) Obat anti kejang; maintenance
7) Obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan) : baclofen
dan diazepam
8) Terapi okupasional
9) Bedah ortopedik / bedah saraf, untuk merekonstruksi terhadap deformitas
yang terjadi
10) Terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu mengatasi
masalah makan
Intervensi:
1) Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau kedua mata telibat
R: Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan
penglihatan terjadi lambat dan progresif.
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan staf, orang lain diareanya
R: Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan
cemas dan disorientasi pascaoperasi.
3) Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi, pertahankan pagar tempat
tidur sempai benar-benar pulih
R: Mengurangi resiko bingung/jatuh karena gangguan perspsi.
4) Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkuan
pada sisi yang tak dioperasi.
Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan sistem nervous.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien seimbang/adekuat.
Kriteria Hasil : Pemasukan vitamin, karbohidrat, kalsium, protein dan kalori
adekuat
Intervensi:
1) Monitor makanan atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperukan
R: Untuk mengetahui apakah nutrisi pada anak terpenuhi atau tidak
2) Pilih suplemen yang tepat
R: Untuk menambah nafsu makan
3) Anjurkan makan yg tinggi kalsium
R: Untuk meningkatkan kebutuhan kalsium dan gizi seimbang
4) Kaji nutrisi makanan yg lengkap
R: Untuk mengetahui status gizi anak
5) Anjurkan pasien duduk setelah makan
R: Agar makanan yang sudah ada di lambung tidak dikeluarkan kembali/ di
muntahkan
6) Anjurkan pemasukan makanan yang tinggi potasium secara tepat
R: Untuk melengkapi gizi seimbang
7) Berikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy
R: Keluarga dapat menyiapkan menu sesuai dengan kebutuhan anak
8) Pastikan diet mengandung yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
R: Untuk mencegah konstipasi
9) Atur pola makan
R: Pola makan yang teratur agar pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak
terpenuhi.
10) Sediakan pasien dengan makanan yang tinggi protein, kalori, kolaborasi
dengan ahli nutrisi dan minuman yang siap dikonsumsi
R: Kolaborasi terapi gizi
11) Oral hygiene
R: Menjaga kebersihan mulut
12) Monitor hasil lab.
R: Untuk mengetahui adanya gangguan
Diagnosa 5: Risiko injuri b.d infeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak
terkontan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
keamanan diri pasien terjamin
Kriteria Hasil :
- Deskripsi langkah-langkah untuk mengurangi risiko cedera disengaja
- Deskripsi ukuran untuk mencegah jatuh
- Deskripsi tingkah laku yang beresiko tinggi
Intervensi:
1) Identifikasi tingkah laku dan faktor yang dapat menyebabkan resiko jatuh
R: untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan resiko jatuh agar
dapat meminimalkan resiko jatuh
2) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat meningkatkan
potensial untuk jatuh
R: untuk mengetahui lingkungan yang berbahaya untuk pasien sehingga
dapat menghindari lingkungan tersebut
3) Ajarkan anggota keluarga tentang faktor resiko jatuh dan bagaimana mereka
dapat menurunkan resiko
R: agar keluarga mengetahui factor-faktor yang dapat memberikan resiko
pasien untuk jatuh, sehingga harapannya keluargaa dapat menghindarkan
pasien dari faktor resiko jatuh
4) Sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keamanan
R: supaya keamanan pasien terjamin
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1) Anamnesa (pengkajian tanggal 01 Januari 2017).
2) Identitas Pasien
Nama Klien : An. T 24
TTL : Surabaya, 18 Nopember 2008
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Panti Bakti Luhur
Surabaya (Wisma Paul)
Diagnosa Medis : Cerebral Palsy
3) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Nn. P
TTL : Surabaya, 27 Nopember 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katholik Roma
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMK Keperawatan
Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Wisma Tropodo
(Asrama Paul)
Hubungan Keluarga : Pengasuh di Panti
4) Keluhan Utama
Pengasuh wisma paul mengatakan bahwa An. T mengalami kelumpuhan pada
tangan dan kakinya.
5) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan sekarang
Suster/pengasuh mengatakan An. T di diagnosa mengalami cerebral
palsy tetraplegia. An.T mengalami kelemahan/kekakuan pada kedua
tangan dan kaki. An.T tidak mampu berbicara, ADL An. T dibantu oleh
suster/pengasuh. Suster/pengasuh wisma Paul mengatakan bahwa An. T
berusia 9 tahun mengalami keterlambatan pertumbuhan karena adanya
gangguan fisik sejak lahir dan sampai sekarang An. T masih mengalami
kelemahan pada kedua kaki dan tangannya
(2) Riwayat Kesehatan Lalu
An. A masuk Panti Asuhan Bakti Luhur di antar oleh keluarganya sejak
tanggal 25 Nopember 2011 yang lalu dan sudah mengalami kelainan
fisik sejak dibawa ke panti. Semua Activity Daily Living (ADL) dibantu
oleh suster/pengasuh. Hasil diagnosa medis An. T mengalami cerebral
palsy Tetraplegia.
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ditemukan data untuk riwayat kesehatan keluarga An. T.
(4) Susunan Genogram
Tidak ditemukan data yang lengkap tentang susunan genogram keluarga
An. T.
6) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan Umum
Tingkat kesadaran pasien compos mentis, An. T tampak duduk dikursi
roda. An. T tidak mampu berbicara hanya dapat tersenyum , An. T
tampak kurus dan tinggi .TB An. T 126 cm, BB An. T 20 kg.
(2) Tanda-tanda Vital
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Respirasi : 22 x/menit
8) Data Penunjang
An. T melakukan fisioterapi setiap hari rabu dan sabtu jenis terapi adalah
terapi motorik
Surabaya, 01 Januari 2017
Mahasiswa,
Sri Astuti
ANALISA DATA
2) TB : 126 cm, BB : 20 kg
3) An. T Tampak kurus dan
lumayan tinggi.
4) Kaki An. T tampak kecil.
5) An. T tidak mampu berbicara.
6) Refleks menelan terganggu.
2.1.2 PRIORITAS MASALAH
Diagnosa 1: Setelah dilakukan 1) Kaji derajat imobilitas yang 1) Pasien mungkin dibatasi oleh
tindakan dihasilkan oleh cedera/pengobatan pandangan diri/persepsi diri tentang
Kerusakan mobilitas keperawatan selama dan perhatikan persepsi pasien keterbatasan fisik aktual,
fisik b.d Gangguan 4x6 jam pertemuan terhadap imobilisasi. memerlukan informasi/intervensi
Neuromuskular mobilisasi anak untuk meningkatkan kemajuan
dengan kelemahan membaik, mampu kesehatan.
otot mempertahankan
posisi fungsional, 2) Instruksikan pasien untuk/bantu 2) Meningkatkan aliran darah ke otot
meningkatkan dalam rentang gerak pasien/aktif pada dan tulang untuk meningkatkan
kekuatan/fungsi ekstermitas yang sakit dan yang tak tonus otot, mempertahankan gerak
yang sakit dan sakit. sendi, mencegah kontraktur/atrofi
mengkompensasi dan resorpsi kalsium karena tidak
bagian tubuh. digunakan.
KRITERIA HASIL: 3) Dorong penggunaan latihan isometric 3) Kontraksi otot isometric tanpa
mulai dengan tungkai yang tak sakit. menekuk sendi atau menggerakkan
Mobilitas pasien dapat tungkai dan membantu
mengalami mempertahankan kekuatan dan
peningkatan, pasien masaa otot.
dapat menggerakkan 4) Beri pakaian pasien yang tidak
ekstremitas yg 4) Agar pasien leluasa dalam bergerak.
membatasi.
lemah.
5) Kalaborasi dengan suster/pengasuh 5) Mengurangi resiko dekubitus dan
Kekuatan/fungsi bagian panti agar membawa pasien rutin meningkatkan kekuatan otot.
ekstremitas yang dalam terapi mobilitas.
sakit (lemah) dapat
meningkat dengan
baik.
Sabtu,04 Febuari S: -
2017.
Diagnosa 1 O:
1) Kesadaran pasien compos mentis.
2) An. T tampak duduk dikursi roda.
3) Uji Kekuatan Otot :
Ekstremitas Atas : 2/2
Ekstremitas Bawah : 2/2
4) Kedua kaki asimetris.
5) An. T mendapat fisioterapi setiap hari rabu dan sabtu.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5
I: Sri Astuti
1. Mengkaji kekuatan otot ekstremitas
2. Membantu menyiapkan pakaian, dan mengarahkan untuk memakai pakaian sendiri.
3. Mebantu pasien dalam rentang gerak aktif pada ekstermitas yang dapat digerakan
dan yang tidak sakit.
4. Mendorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang tak sakit
dengan cara mengerakan tangan yang tidak terganggu guna merangsang mobilitas
agar dapat digerakan.
5. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan seperti mandi, memotong kuku dan
memberi makan.
6. Mengantar pasien untuk mengikuti fisioterapi bicara.