Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital
fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain,
apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap
organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung
adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.Untuk itu, siapapun
orangnya sebelum belajar EKG harus menguasai anatomi & fisiologi dengan baik
dan benar.
Dalam topik anatomi & fisiologi jantung ini, saya akan menguraikan
dengan beberapa sub-topik di bawah ini :
Gb: 1
Gb: 2
Bagi rekan-rekan kita yang bekerja di ruang kamar operasi bedah jantung
atau thorak saya yakin sudah terbiasa melihat keberadaan jantung di mediastinum,
begitu pula dengan lapisan pembungkus atau pelindung jantungnya. Jantung di
bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan perikardium, di mana lapisan
perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan (lihat gb.3) yaitu :
Gb: 3
Seperti yang terlihat pada Gb.3, lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :
Katup Jantung
Gb: 6
Seperti yang terlihat pada gb.5 diatas, katup trikuspid 3 daun katup
(tri =3), katup aortadan katup pulmonal juga mempunya 3 daun katup. Sedangkan
katup mitral atau biskupid hanya mempunyai 2 daun katup.
1. Atrium (serambi)
2. Ventrikel (bilik)
Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang pendek, yaitu
ke ventrikel.Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkan dengan otot
ventrikel.
Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium.Ada bagian septal
atrium yang mengalami depresi atau yang dinamakan fossa ovalis, yaitu bagian
septal atrium yang mengalami depresi disebabkan karena penutupan foramen
ovale saat kita lahir.
Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang perlu anda
ketahui yang terdapat di kedua atrium, yaitu :
Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat diruang
atrium kanan yang menghubungkan vena cava superior dengan atrium
kanan.
Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat di
atrium kanan yang menghubungkan vena cava inferior dengan atrium
kanan.
Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang yang
terdapat di atrium kanan yang menghubungkan sistem vena jantung
dengan atrium kanan.
Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium
kiri yang menghubungkan antara vena pulmonalis dengan atrium kiri yang
mempunyai 4 muara.
Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik
ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang mana bagian
lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh sel endotelium yang
kontak langsung dengan darah.Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel yang
berupa tonjolan-tonjolan yang tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua otot
atrium dan ventrikel dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga
membentuk katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain
adalah anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan dan
memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel.
Perlu anda ketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar
dibandingkan dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri
menghadapi aliran darah sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari
beberapa organ tubuh sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan
dengan jantung kanan yang hanya bertanggung jawab pada organ paru-paru saja,
sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri lebih tebal
dibandingkan otot ventrikel kanan.
1. Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
2. Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
3. Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah kotor
dari jantung sendiri.
4. Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kotor
dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
5. Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa
darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
6. Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa
darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
7. Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih
dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab
dengan organ tubuh bagian atas.
8. Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah. (lihat Gb:7)
Gb : 7
Arteri Koroner
LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel
kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum. Sirkumflex arteri
bertanggung jawab untuk mensuplai 45% darah untuk atrium kiri dan ventrikel
kiri, 10% bertanggung jawab mensuplai SA node.
Siklus Jantung
Dari atrium kanan, darah akan dipompakan ke ventrikel kanan melewati katup
trikuspid.
Dari ventrikel kanan, darah dipompakan ke paru-paru untuk mendapatkan oksigen
melewati:
Katup pulmonal
Pulmonal Trunk
Empat (4) arteri pulmonalis, 2 ke paru-paru kanan dan 2 ke paru-paru kiri
Darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru akan di alirkan kembali ke jantung
melalui 4 vena pulmonalis (2 dari paru-paru kanan dan 2 dari paru-paru
kiri)menuju atrium kiri.
Dari atrium kiri darah akan dipompakan ke ventrikel kiri melewati katup biskupid
atau katup mitral.
Dari ventrikel kiri darah akan di pompakan ke seluruh tubuh termasuk jantung
(melalui sinus valsava) sendiri melewati katup aorta. Dari seluruh tubuh,darah
balik lagi ke jantung melewati vena kava superior,vena kava inferior dan sinus
koronarius menuju atrium kanan.
Perlu anda ingat bahwa siklus jantung berjalan secara bersamaan antara jantung
kanan dan jantung kiri, dimana satu siklus jantung = 1 denyut jantung = 1 beat
EKG (P,q,R,s,T) hanya membutuhkan waktu kurang dari 0.5 detik.
Fase Ejection
1. Definisi
Aritmia adalah suatu tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau
irama jantung. Hal ini bisa dirasakan ketika misalnya, jantung berdetak lebih
cepat dari normal yang selanjutnya disebut takikardia atau ketika jantung
berdetak lebih lambat dari normal, yang disebut sebagai bradikardia (Sekarini,
2014).
Aritmia timbul bilamana penghantaran listrik pada jantung yang
mengontrol detak jantung mengalami gangguan, ini dapat terjadi bila sel saraf
khusus yang ada pada jantung yang bertugas menghantarkan listrik tersebut
tidak bekerja dengan baik. Aritmia juga dapat terjadi bila bagian lain dari
jantung menghantarkan sinyal listrik yang abnormal (Suhartoyo, 2014).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Aritmia ventricular adalah gangguan
kelistrikan jantung yang bermula di bilik bawah jantung, yaitu bagian
ventrikel. Jenis ini adalah salah satu aritmia jantung yang dapat berakibat fatal
dan membutuhkan perawatan segera.
2. Etiologi
Penyebab dari gangguan irama jantung secara umum menurut AHA, 2010
adalah sebagai berikut :
Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena
infeksi. Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya
mediatormediator radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada
penghantaran impuls.
Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner,
iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner merupakan pembuluh
darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi
gangguan sirkulasi 7 koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis
sel otot jantung sehingga terjadi gangguan penghantaran impuls.
Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obat-
obat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses repolarisasi sel otot
jantung. Dosis yang berlebih akan mengubah repolarisasi sel otot jantung
sehingga terjadi gangguan irama jantung.
Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hipokalemia). Ion kalium
menentukan potensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan
kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan
permeabilitas terhadap ion kalium. Akibatnya potensial istirahat sel otot
jantung akan memendek atau memanjang dan memicu terjadinya
gangguan irama jantung.
Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat
dapat memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA
dengan cara meninggikan konduktansi ion kalium.
Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas
simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan depolarisasi
spontan.
Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon tiroid
mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan
sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung.
Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana
jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh. Pada
gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA)
dapat muncul dan terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri.
Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan
disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-
fokus ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung.
Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel
otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi
jantung pun terganggu.
3. Faktor Resiko
Ketidak seimbangan Elektrolit
Beberapa elektrolit seperti natrium, kalium, magnesium, dan
kalsium terlibat dalam kontraksi dan relaksasi jantung. Konduksi impuls
saraf jantung dimulai saat kanal ion kalsium terbuka. Saat kanal terbuka,
kalium keluar dari sel dan natrium masuk ke dalam sel secara cepat dan
menyebabkan jantung kontraksi. Hampir sama cepatnya, ion magnesium
memicu kalium untuk kembali ke dalam sel yang akan mendorong natrium
keluar sel dan menyebabkan jantung menjadi relaksasi.
Ketidakseimbangan kalium merupakan penyebab aritmia jantung
paling sering yang berhubungan dengan elektrolit paling sering. Kalium
yang memainkan peran penting bada konduksi saraf dan kemampuan
jantung untuk mengirimkan impuls listrik. Kadar kalium darah rendah
mampu menyebabkan aritmia yang relatif stabil sedangkan kadar kalium
tinggi bisa menyebabkan secara cepat pada aritmia yang letal atau
mematikan.
Natrium, magnesium dan kalsium yang tidak seimbang juga bisa
menyebabkan jantung aritmia namun menurut penelitian aritmia akan
terjadi ketika kadar natrium, magnesium, dan kalsium sangat rendah atau
tinggi dalam kondisi ekstrim yang pada umumnya tidak mampu membuat
manusia berfungsi yang menyebabkan kematian.
Kadar normal serum kalium ialah 3,5-5,0 mEq/L. Kadar normal serum
natrium ialah 135-145 mEq/L. Kadar normal serum kalsium ialah 8,4-10,2
mEq/L. Kadar normal serum magnesium ialah 1,5-2,0 mEq/L. Kadar
tersebut berbeda tergantung laboratorium.
Perubahan Struktur Jantung
Perubahan struktur jantung sangat bisa sekali menyebabkan
aritmia, sebagai contoh ialah kardiomiopati. Kardiomiopati merupakan
penyakit otot jantung. Pada kardiomiopati, otot jantung membesar,
menebal atau kaku. Pada kasus langka jaringan otot digantikan oleh
jaringan parut. Ketika kardiomiopati menjadi lebih parah, jantung menjadi
lebih lemah. Ini mengakibatkan jantung memompa darah lebih sedikit ke
seluruh tubuh dan lebih sulit menjaga ritme elektrik jantung. Akibatnya
bisa terjadi gagal jantung atau aritmia.
Coronary Artery Disease
Coronary artery disease menghasilkan iskemi atapun infark yang
mengakibatkan sel jantung kekurangan oksigen. Hal ini menyebabkan
mereka depolarisasi yang menyebabkan berubahnya formasi impuls
dan/atau berubahnya kondusi impuls. Perubahan konduksi impuls mampu
menyebabkan aritmia pada jantung.
Tekanan Darah Tinggi
Pada hipertensi, beberapa mekanisme menurunkan stabilitas
elektrik myokardium dan mempercepat ventricular arrhythmia. Pada tahap
awal hipertensi, perubahan elektrofisiologi seperti durasi depolarisasi yang
memanjang umumnya terjadi karena perubahan penanganan kalsium dan
pertukaran natrium dan kalsium. Kehilangan connexin dan pelambatan
konduksi tidak terjadi pada tahap awal.
Hipertensi menurunkan variabilitas denyut jantung dan mengurangi
sensitivitas baroreflex. Apoptosis kardiomiosit terjadi pada tahap akhir
hipertensi dan semakin memburuknya sifat elekrik myokardium.
Kurangnya aliran darah balik mampu menyebabkan iskemi ketika aktivitas
fisik atau bradikardia. Meningkatkan aktivitas simpatetik jantung akan
meningkatkan resiko aritmia dengan meningkatkan jumlah prematur
denyut ventrikular.
Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan
hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung
menjadi cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium
(atrial fibrillation). Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar
tiroid tidak cukup melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan
bradikardi (bradycardia).
Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap risiko aritmia
jantung yang lebih serius.
Obat-obatan
Terdapat beberapa obat-obatan yang mampu menyebabkan aritmia.
Sebagai contoh obat anti alergi seperti diphenhydramine, obat flu seperti
pseudoephedrine, obat asma seperti theophylline, obat anti malaria
chloroquine, bahkan beberapa obat anti aritmia pun bisa memperparah
keadaan aritmia seperti propanolol, amiodaron, digoxin. Oleh karena itu
dalam penggunaan obat, terutama yang bisa dibeli dengan mudah dibaca
efek samping yang mungkin terjadi untuk mencegah atau menghindari hal
yang tidak diinginkan.
Diabetes
Diabetes mampu menyebabkan kardiomiopati diabetika. Hal ini
mampu menyebabkan aritmia. Selain itu kondisi hipoglikemi parah ketika
mengontrol kadar gula darah diasosiasikan dengan kejadian aritmia. Hal
ini diperkirakan menjadi penyebab kematian di tempat tidur, karena malam
hari merupakan saat dimana kadar gula darah menjadi sangat rendah yang
diasosiasikan dengan aritmia.
Tidur Apnea
Tidur apnea merupakan gangguan tidur umum dimana terdapat
episode jeda dari bernafas ketika tidur. Jeda yang terjadi bisa beberapa
detik sampai beberapa menit. Bisa terjadi 30 kali atau lebih dalam sejam.
Umumnya setelah itu bernafas kembali normal, kadang diikuti dengan
dengkuran yang kuat.
Terdapat banyak penelitian yang mengatakan tidur apnea
berhubungan dengan aritmia terutama atrial fibrilasi dan sick sinus
sindrom. Dipercaya orang yang mengalami tidur apnea cenderung
memiliki tekanan darah tinggi. Selain itu tidur apnea mampu memicu
keadaan kurang oksigen, perubahan kadar karbon dioksida, efek langsung
pada jantung karena perubahan tekanan, dan peningkatan kadar marker
inflamasi yang meningkatkan resiko aritmia.
Genetik
Terdapat beberapa kondisi genetik yang mampu menyebabkan
aritmia seperti congenital abnormality of heart’s electrical system dimana
seseorang mengalami abnormal serabut otot yang menghubungkan
ruangan atas dan bawah jantung. Kehadiran serabut ekstra ini bisa
mengarah ke paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT) di
kemudian hari. Selain itu juga ada kondisi genetik seperti arrhythmogenic
right ventricular dysplasia (ARVD) yang dimana kondisi seseorang
mendapatkan jantung normal ketika lahir, namun seiringnya waktu otot
jantung digantikan oleh lemah dan jaringan parut yang menyebabkan
aritmia.
D. Patofisiologi
Peradangan jantung Gangguan sirkulasi Intoksikasi Gangguan elektrolit Gangguan metabolik Gangguan endokrin
Aritmia
Suplai O2
Curah jantung Gangguan Hipertensi dan Curah jantung Suplai O2 Jaringan
menurun Ventrikel kiri Hipotensi menurun Jaringan
Gangguan
Perubahan irama Suplai O2 ke Sinkop O2 jantung metabolisme
paru menurun Kerja jantung
dan bunyi nafas meningkat Suplai O2
Jaringan Penurunan Lemah dan letih
Iskemia
Sesak nafas Kontraksi jantung kesadaran
Peningkatan
PCO2 menurun Sianosis Palpitasi Nyeri Intoleransi
aktivitas
Pola Nafas Gangguan Penurunan curah Ansietas Kurang
tidak efektif Pertukaran jantung Resiko Ketidakefektifan
Gas Pengetahuan
Perfusi Jaringan
Cerebral
E. Manifestasi Klinis
1) Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; berdebar (palpitasi).
2) Sinkop, pusing, lemah, berdenyut, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
3) Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
4) Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi).
5) Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
6) Penurunan kesadaran
F. Klasifikasi
Tedapat beberapa macam aritmia ventrikular yaitu sebagai berikut :
1. Ventrikel Fibrilasi (VF)
Ventrikel Fibrilasi (VF) adalah gambaran bergetarnya ventrikel.
Hal ini disebabkan karena banyaknya tempat di ventrikel yang
memunculkan impuls, sehingga sel jantung tidak sempat berdepolarisasi
dan repolarisasi sempurna.
b. Penatalaksanaan farmakologi
Pada prinsipnya, terapi penanganan ventrikel takikardi adalah bertujuan
untuk:
- Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control)
- Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control)
- Mencegah terbentuknya bekuan darah.
Ventrikular takikardi sangat berbahaya dan jika dibiarkan terus
menerus, akan mengakibatkan henti jantung. Oleh karena itu pengobatan
harus cepat. Sifat pengobatan tergantung pada keadaan klinis pasien, yaitu:
- Pasien sadar dengan episode intermiten VT, maka penatalaksanaannya
harus dengan menggunakan obat-obatan.
- Pasien sadar dengan VT yang sedang berlangsung, dipicu
(disinkronkan) dengan menggunakan arus searah (DC) kardioversi
dibawah anestesi umum.
- Pasien terganggu dan tidak sadar dengan VT yang sedang
berlangsung,dipicu (disinkronkan) dengan DC kardioversi sesuai
dengan pedoman ACLS.
Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau
pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
5. Prognosis
Ventrikel takikardi merupakan penyebab kematian mendadak
terbanyak. Adanya gejala-gejala awal dan fraksi ejeksi ventrikel, mungkin,
merupakan penentu prognosis terpenting. Pingsan akibat ventrikel takikardi
biasanya memiliki prognosis yang buruk. Pada penyakit ventrikular takikardi
idiopatik prognosis nya tidak terlalu parah dibandingkan dengan ventrikular
takikardi iskemik dan ventrikular takikardi pada kardiomiopati dilatasi non-
iskemik karena dapat menyebabkan henti jantung.
DEFIBRILASI
3. Pengertian Defibrillator
Defibrillator adalah peralatan elektronik yang dirancang untuk
memberikan kejut listrik dengan waktu yang relatif singkat dan intensitas yang
tinggi kepada pasien penyakit jantung. Pengulangan pemberian kejut listrik
paling lama 45 detik sejakjantung berhenti. Energi Externalyang diberikan
antara 50 sampai 400 Joule. Posisi elektroda (paddles) : anterior - anterior
(apex - sternum) atau anterior posterior. Diameter elektroda antara 8 - 10 cm
untuk dewasa. Sebelum Pemberian pulse defibrillator pada permukaan
elektroda diberikan gel elektrolit.
4. Jenis-jenis defibrillator
a. DC Defibrillator
DC defibrillator selalu dikalibrasi dalam satuan watt-detik atau joule
sebagai ukuran dari energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor.
b. Advisory Defibrillator
Mampu dengan akurat menganalisis ECG dan membuat keputusan
menyalurkan kejutan yang handal.
c. Implan Defibrillator
Bisa digunakan oleh pasien yang beresiko tinggi mengalami
ventricular fibrillation.
6. Metode defibrillator
a. Asinkron
Pemberian shock listrik jika jantung sudah tidak berkontraksi lagi, secara
manual setelah pulsa R.
b. Sinkron
Pemberian shock listrik harus disinkornkan dengan signal ECGdalam
keadaan berfibrasi, jadi bila tombol discharge ditekan kapanpun maka
akan membuang setelah pulsa R secara otomatis.
7. Petunjuk Operasional
1) Ambil paddles dari sisi samping alat
2) Yakinkan dalam keadaan kering
3) Beri krim pada permukaan paddle
4) Tempelkan paddle pada pasien diposisi apeks dan sternum
5) Tekan tombol energy
6) Lakukan pengisian dengan menekan satu tombol pada paddle, lalu proses
pengisian dapat dilihat di monitor
7) Jangan menyentuh pasien
8) Setelah proses pengisiian selesai maka akan terdengar suara “beep”, pada
display muncul tulisan “Defibrillator Ready” dan pada tombol paddle akan
menyala
9) Tekan paddle agak menekan ke tengkorak
10) Untuk pengosongan tekan kedua tombol pada paddle secara bersamaan
11) Lihat pada monitor
12) Setelah selesai pilih switch pada tombol energy menunjukkan angka “0”
13) Tekan tombol power
8. Petunjuk Pengamanan
Selama terapi kejut ada yang harus diperhatikan, yaitu Pasien harus :
1) Tidak ada kontak dengan orang lain.
2) Tidak ada kontak dengan barang berbahan metal atau konduktor.
3) Saat paddle kontak dengan pasien, pastikan juga paddle tidak terhubung
dengan barang berbahan metal.
4) Pastikan dada pasien kering
5) Karena dialiri arus yang besar, kemungkinan terjadi luka bakar pastikan
peletakkan paddle yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Gleneagles Singapore (n.d.). Apakah Itu Aritmia?.Diunduh 25 Februari 2016 dari
https://www.gleneagles.com.sg/id/id/Useful-Information/Diseases-
Conditions/Heart/What-is-Arrhythmia.html
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (n.d.). Rokokdan Kesehatan Jantung.
Retrieved March 19, 2016,from
http://www.pjnhk.go.id/index.php/pelayanan/86-rokok-dan kesehatan-
jantung-artikelReferensi Sehat (2015, March). Aritmia Jantung.Diunduh 19
Maret 2016 dari http://www.referensisehat.com/2015/03/definisigejala-
penyebab-pengobatan-aritmia-jantung.html
Yuniadi, Y. (2011, March). Gangguan Irama Jantung (Aritmia Jantung).
Retreived September 21,2015, from http://mitrakeluarga.com/kelapag
ading/gangguan-irama-jantung-aritmia-jantung/
Michael RS, Marc DB, Robert AB, Farhan B, John EB, Clifton WC, et al.
Highlights of the 2010 AHA guidelines for CPR and ECC. AHA 2010;2-5
Koplan BA, Stevenson WG. Ventricular Tachycardia and Sudden Cardiac Death.
Mayo Clinic Proceedings. 2009;84(3):289-97.
Yamin M, Harun S. Aritmia ventrikel dalam Buku Ajar IPD. Jilid II edisi ke-5.
Jakarta:Interna publishing; 1623-9.
Michael HC, Komandoor S. Essentials of diagnosis and treatment in cardiology.
Boston: Mc.Graw Hill Companies, Inc; 2004.p. 160.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar
ilmu
penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Interna Publishing; 2010.