Anda di halaman 1dari 17

Overhead Proyek

Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tak langsung adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan
konstruksi / bangunan tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut,
diantaranya adalah :

 Biaya overhead

Biaya overhead dapat digolongkan menjadi 2 jenis biaya yaotu :

 Overhead Proyek (dilapangan), diantaranya adalah :

 Biaya personil di lapangan

 Fasilitas sementara proyek seperti biaya untuk pembuatan ; gudang,


kantor, penerangan, pagar, komunikasi, transportasi.

 Bank Garansi, bunga bank, ijin banunan, pajak.

 Peralatan kecil yang umumnya habis / terbuang setelah proyek selesai.

 Foto-foto dan gambar jadi (asbuild drawing)

 Kwlitas kontrol, seperti test tekan kubus / silinder beton, baja sondir ,
boring.

 Rapat-rapat di lapangan

 Biaya-biaya pengukuran.

 Overhead Kantor

Adalah biaya untuk menjalankan suatu usaha, termasuk didalamnya seperti


sewa kantor dan fasilitasnya, honor pegawai, ijin-ijin usaha, prakwalifikasi,
referensi bank, anggota assosiasi.

 Biaya tak terduga / Contigencies.

Biaya tak terduga adalah salah satu biaya tak langsung, yaitu biaya untuk kejadian-
kejadian yang mungkin terjadi atau mungkin tidak. Misalnya naiknya muka air tanah,
banjir, longsornya tanah dan sebagainya. Berapa biaya yang perlu kita sediakan untik
ini ?. Ternyata lebih sulit dihitung dari pada biaya langsung. Pada umumnya biaya ini
diperkirakan antara 0,5 sampai 5 % dari biaya total proyek.

Yang termasuk dalam kondisi kontigencies adalah sebagai berikut :

o Akibat Kesalahan
Kesalahan kontraktor dalam memasukkan beberapa pos pekerjaan, gambar yang
kurang lengkap (misalnya ada di bestek, tetapi tidak tercantum pada gambar).

o Ketidak Pastian Subyektif

Ketidak pastian yang subyektif (Sbjective Uncertaintues), timbul karena


interpretasi subyektif terhadap bestek, misalnya tercantum dalam RKS :

“ Bahan penutup atap (genteng) Merk Jenis Karang Pilang atau lainnya yang
disetujui direksi “. Dalam hal ini dapat diartikan boleh menggunakan seperti merk
Jatiwangi yang harganya lebih murah, tetapi belum tentu dapat distujui oleh
konsultan pengawas.

Ketidak pastian yang lain adalah fluktuasi harga material dan upah buruh yang
tidak dapat diperkirakan. Misalnya disebut dalam bestek :” Eternit menggunakan
eternity Semen Gresik dan setara yang disetujui oleh direksi”. Dalam hal ini dapat
diartikan boleh menggunakan seperti merk Kerang yang harganya lebih murah,
tetapi belum tentu dapat disetujui oleh konsultan pengawas karena perlu dihitung
nilai feasibilitasnya.

o Ketidak pastian Obyektif

Ketidak pastian yang obyektif adalah ketidak pastian tentang perlu tidaknya suatu
pekerjaan, dimana ketidak pastian itu ditentukan oleh obyek diluar kemampuan
manusia, misalnya : perlu tidaknya dipasang sheet pile untuk pembuatan pondasi.
Dalam hal ini perlu tidaknya sheet pile ditentukan oleh factor tinggi rendahnya
muka air tanah pada waktu pondasi dibuat.

o Variasi Efisiensi

Variasi efisiensi dari sumber daya yaitu effisiensi dari buruh, material dan
peralatan.

 Keuntungan / profit.

Untuk inilah seseorang mau mengambil resiko menjadi kontraktor. Kalau tanpa
keuntungan, siapa yang akan mau ?. karena itulah perlu diingat bahwa keuntungan tidak
sama dengan gaji. Keuntungan adalah hasil jerih payah dari keahlian, ditambah hasil
dari factor resiko. Semua jenis biaya diatas adalah biaya yang mau tidak mau harus
dikeluarkan. Jadi seyogyanya tidak dapat dikurangi (kecuali mengadakan pelanggaran).
Maka satu-satnya biaya yang dapat kita tambah atau dikurangi adalah keuntungan. Bila
kita ingin memenangkan suatu tender sedangkan saingannya cukup banyak, maka kita
berani untuk menurunkan harga penawaran dengan mengurangi keuntungan.

Ref : http://faiz-15.blogspot.co.id/2011/11/jenis-jenis-biaya-proyek.html
A. Direct Cost

1. Tidak akuratnya menghitung volume pekerjaan. Kesalahan ini seolah-olah seperti


menjadi hal yang kewajaran mengingat banyaknya item pekerjaan yang harus dihitung.
Kondisi ini diperparah dengan ketiadaan metode standart dalam menghitung volume
pekerjaan. Sehingga tiap estimator memiliki metode perhitungan yang berbeda-beda.
Item pekerjaan yang sering terjadi kesalahan perhitungan yang signifikan adalah besi
tulangan, bekisting, dinding bata, dan plafond.
2. Kesalahan menentukan harga dasar. Hal ini terjadi apabila proses komunikasi yang
kurang baik dalam mendetailkan RKS pada material atau alat yang diinginkan.
Komunikasi lisan sering menjadi biang kerok. Kounikasi yang dimaksud adalah antara
estimator dan vendor.
3. Kurang cermatnya menentukan produktifitas tenaga kerja. Pada umumnya
estimator menggunakan standar tertentu dalam menentukan besaran produktifitas
tenaga kerja. Padahal besaran produktifitas tenaga kerja tergantung pada banyak
parameter seperti tingkat kesulitan pekerjaan, volume pekerjaan, kualitas tenaga kerja,
ketidakpastian cuaca, dan parameter lainnya. Sebagai contoh pekerjaan pemasangan
keramik pada bangunan kantor dan apartemen. Pada bangunan kantor, ukuran ruangan
relatif luas, sedangkan pada apartemen sangat sempit. Ini mempengaruhi besaran
produktifitas tenaga kerja. Contoh lain adalah produktifitas pekerjaan galian yang
dikerjakan pada musim kering dan hujan akan berbeda mengingat kondisi tanah yang
berbeda yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja. Estimator cenderung memukul
rata atas deviasi kondisi tersebut.
4. Kesalahan menentukan besaran waste material. Kesalahan ini dianggap sebagai
kesalahan turun temurun. Sebagai contoh adalah dalam menentukan waste potongan
material besi tulangan. Estimator selalu menghitung dalam nilai 3-5% tanpa melihat
bagaimana kecenderungan modul potongan yang terjadi berdasarkan design
strukturnya. Kejadian serupa pada menentukan waste tiang pancang dimana waste tiang
pancang sangat tergantung pada kedalaman tanah keras dan ketersediaan modul tiang
pancang di pasaran.
5. Kesalahan dalam menghitung pekerjaan tanah. Kesalahan yang sering terjadi
adalah bahwa estimator selalu menghitung berdasarkan volume gambar. Padahal
volume tanah bersifat relatif akibat adanya faktor kembang-susut tanah (swelling
factor). Di samping itu, sering juga terjadi kesalahan dalam menentukan variabel-
variabel penting dalam menentukan produktifitas alat yang sangat tergantung dari
metode pekerjaan, kondisi tanah, alat, operator, dan faktor lainnya.
6. Tidak terhitungnya komponen biaya transportasi. Pada faktor ini termasuk di
dalamnya adalah pada komponen biaya material, alat, dan upah. Ini terutama pada
proyek yang berada di luar kota besar di pulau Jawa.
Sisa potongan tiang
pancang yang tidak terprediksi

B. Indirect Cost

1. Kesalahan Dalam Menentukan Durasi Pelaksanaan. Menentukan durasi


pelaksanaan umumnya dilakukan berdasarkan asumsi yang terlalu ideal tanpa
memperhitungkan potensi masalah yang muncul dan tingkat kesulitan yang ada.
Akibatnya asumsi durasi pelaksanaan menjadi keliru sehingga perhitungan biaya
terutama overhead menjadi meleset.
2. Kesalahan dalam menentukan produktifitas alat berat. Menentukan alat berat
sebenarnya mirip dengan menentukan produktifitas tenaga kerja. Terdapat cukup
banyak variabel yang menentukan besaran produktifitas yang sangat tergantung
bagaimana situasi dan kondisi proyek yang akan dikerjakan. Estimator cenderung
menggunakan besaran produktifitas pada pengalaman sebelumnya dimana tidak
dilakukan proses adjustment terhadap perbedaan situasi dan kondisi proyek yang
dikerjakan.
3. Kurang akuratnya menghitung biaya energi. Harus diakui bahwa menghitung biaya
kebutuhan energi sangat kompleks. Kontraktor saja belum ada yang memiliki standart
yang bagus apalagi estimator dari konsultan. Padahal komponen biaya energi cukup
mempengaruhi terlebih sumber energi menggunakan bahan bakar non-subsidi yang
harganya mengikuti harga pasar internasional.
4. Tidak detil dan akuratnya overhead cost. Kesalahan yang sering terjadi adalah selalu
mengasumsi bahwa rate biaya adalah 5%. Padahal berdasarkan pengalaman
menghitung biaya overhead cost, nilai rate sangat tergantung jenis dan bagaimana
pekerjaan proyek dilakukan.
5. Biaya risiko secara umum. Estimator umumnya tidak menguasai perhitungan biaya
risiko / risk contigency. Dengan begitu banyaknya risiko yang terjadi di proyek
terutama proyek konstruksi, sudah semestinya memiliki cost contigency akan besar.
6. Biaya risiko kontrak. Ini adalah biaya cadangan khusus yang diperlakukan pada
kontrak lump sum atau kondisi kontrak tidak balanced. Contohnya adalah lump sum
dimana estimator tidak memasukkan risiko kesalahan perhitungan volume. Lalu pada
kondisi kontrak yang tidak balanced, estimator jarang menghitung biaya tambahan
risiko atas tidak balanced tersebut.
7. Biaya risiko finansial. Risiko ini berupa biaya cost of money apabila terjadi kondisi
cash flow yang defisit. Risiko ini terjadi jika Pemilik terlambat dalam melakukan
kewajiban pembayaran kepada kontraktor. Tentu saja nilai risiko akan sangat relatif
bagaimana persepsi terhadap karakter owner dalam merealisasikan pembayaran.
Termasuk juga dalam kelompok risiko ini adalah risiko fluktuasi kurs jika terdapat
beberapa alat atau material yang harus import.
8. Biaya risiko sendiri asuransi / deductible. Dalam proyek selalu disyaratkan untuk
mengadakan CAR sebagai wujud dari risk transfer ke pihak lain. Namun perlu diketahui
bahwa dalam praktiknya, tidak segala kejadian akan ditanggung kerugiannya oleh
pihak asuransi dalam CAR. Setidaknya ada risiko sendiri yang berupa deductible yang
harus dihitung sebagai bagian dari risk contigency.
9. Tidak terhitungnya biaya spesifik lokasi proyek. Termasuk dalam biaya ini adalah
biaya sosial (social cost), security cost, dll. Estimator yang tidak melakukan survey
secara langsung, dipastikan akan mengabaikan faktor ini.

Fluktuasi kurs yang


sulit diprediksi

C. Faktor Lainnya

1. Kesalahan dalam menentukan metode pelaksanaan. Kesalahan ini cukup


berpengaruh dalam penentuan harga. Metode pelaksanaan yang tidak tepat atau tidak
feasible akan membuat biaya akan meleset terhadap estimasi. Banyak estimator
mengabaikan pentingnya faktor ini. Bayangkan jika metode pelaksanaan tidak feasible,
maka biaya aktual akan sangat jauh meleset dari yang telah diperkirakan.
2. Kurang cermat dan detilnya survey lokasi. Kesalahan ini juga sering terjadi. Sangat
jarang sekali estimator menyiapkan checklist yang lengkap sebelum dilakukan site
survey. Akibatnya banyak terjadi kesalahan asumsi-asumsi perhitungan biaya.
3. Kesalahan dalam melakukan summary / penjumlahan. Kesalahan ini sebetulnya
sederhana tapi sangat fatal. Kurang lebih 50% proyek yang dikerjakan, masih saja
terdapat kesalahan dalam melakukan summary volume maupun total nilai suatu
pekerjaan atau nilai total pekerjaan. Meleset nilai satu item pekerjaan saja, dampaknya
sangat fatal. Perlu ketelitian dalam melakukan proses ini.
4. Kesalahan dalam melakukan link file. Kesalahan ini terjadi pada perhitungan volume
dan perhitungan harga satuan saat melakukan rekap perhitungan. Ini adalah kesalahan
sepele namun sayangnya cukup sering terjadi. Akibatnya volume pekerjaan menjadi
salah rekap dan estimasi keseluruhan menjadi keliru fatal.
5. Tidak update dalam re-calculation saat ada perubahan design. Kesalahan ini
termasuk sering terjadi mengingat saat proses design, sering terjadi perubahan design
untuk penyempurnaan. Item pekerjaan yang telah dihitung sebelumnya sering luput
untuk dihitung ulang ketika ada perubahan design.

Ketepatan metode pelaksanaan


sangat mempengaruhi akurasi estimasi pada proyek ini

Informasi dalam posting ini dapat menjadi suatu lesson learned bagi para estimator agar dapat
berkarya lebih baik pada proyek konstruksi. Semoga bermanfaat.

Ref : http://manajemenproyekindonesia.com/?p=2054
Perencanaan Biaya Tidak Langsung yang
Lebih Baik
Posted on December 7, 2013 by budisuanda

Perencanaan biaya tidak langsung memiliki ruang lebar untuk dikembangkan. Ketiadaan
pedoman estimasi biaya ini menuntuk pelaku konstruksi terutama estimator harus menggali
lebih banyak mengenai perencanaannya. Semoga tulisan ini membantu dalam melakukan
perencanaan biaya tidak langsung.

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah komponen biaya yang sangat kompleks. Proses
perencanaan atau estimasi biaya ini menuntuk kehati2an, ketelitian, dan ketekunan. Diperlukan
pula pedoman dalam melakukannya. Posting ini berupaya membantu para estimator dalam
menghitung biaya ini dengan lebih baik yang mengacu pada faktor penting biaya tidak
langsung.

A. Umum

1. Menyiapkan checklist yang merupakan hasil pengembangan dari pelaksanaan proyek


sebelumnya.
2. Menyiapkan database harga satuan yang terbaru. Disarankan harga satuan terkait biaya tidak
langsung dilakukan dalam periode setidak2nya tiap 3 bulan sekali. Hal ini untuk antisipasi
pengaruh inflasi terhadap akurasi perhitungan.
3. Secara periodik melakukan evaluasi terhadap akurasi dan kecepatan perhitungan dengan
membuat program perhitungan yang memiliki tingkat otomatisasi yang tinggi.
4. Membuat format yang mampu memetakan karateristik proyek yang terkait dengan variabel
perhitungan biaya tidak langsung
5. Mengurangi tingkat kompleksitas perhitungan dengan cara pengelompokan banyaknya item
biaya dalam beberapa kelompok. Sehingga perhitungan akan dapat dilakukan dengan fokus.
6. Membuat dan mengevaluasi serta melakukan optimasi metode pelaksanaan sehingga
didapatkan metode pelaksanaan yang paling baik dan efisien.
7. Identifikasi item biaya yang dapat dioutsourcingkan seperti makan karyawan dengan sistem
catering, keamanan proyek, pengadaan kendaraan operasional proyek. Lakukan outsourcing
sebanyak mungkin secara kompetitif untuk membantu pengendalian biaya.
8. Memperbanyak item biaya yang semula bersifat unit price menjadi lump sum seperti
pengadaan komputer. Ini dapat dilakukan dengan memberikan tunjangan khusus kepada
karyawan terhadap penggunaan laptop pribadi. Sedemikian tidak perlu biaya yang besar
untuk pengadaan PC kecuali untuk kebutuhan data base atau server.
9. Membuat sistem pengendalian yang efektif namun cukup akurat dalam memberikan sinyal
atas penyimpangan biaya.
10. Melakukan optimasi biaya pada beberapa item biaya pareto untuk meningkatkan tingkat
kompetisi.

B. Overhead
1. Memilih personil proyek dengan attitude yang baik. Sikap personil yang baik akan dapat
menghindari pemborosan biaya ini.
2. Seleksi personil proyek yang memiliki kemampuan memadai dan jika perlu mampu untuk
multitasking dengan kecepatan yang tinggi. Ini akan dapat mengurangi jumlah personil yang
diperlukan. Akan lebih baik jumlah karyawan yang sedikit dimana memiliki kemampuan yang
tinggi walaupun dengan gaji yang lebih mahal.
3. Organisasi proyek harus dibentuk dengan prinsip efektifitas. Organisasi yang gemuk
cenderung tidak memberi benefit namun biaya yang tinggi.
4. Menggunakan kebijakan perusahaan dalam menentukan besaran biaya gaji termasuk
tunjangannya.
5. Membuat SOP proyek yang efektif akan dapat mengurangi biaya ini.
6. Masa pemeliharaan sebaiknya tidak berlebihan karena jika lebih lama dari yang dibutuhkan,
akan membuat biaya menjadi lebih besar.
7. Secara periodik melakukan evaluasi terhadap tingkat efisiensi operasional kantor pusat hingga
kantor cabang.
8. Menentukan durasi proyek yang optimum terhadap biaya. Diusahakan agar durasi
pelaksanaan proyek berada dekat dengan durasi optimum.
9. Menentukan tingkat kecepatan pelaksanaan proyek. Ini terkait dengan item no.8
10. Menilai dan menekan tingkat pekerjaan yang dilakukan secara overtime karena banyak biaya
dengan rate yang lebih mahal apabila dilakukan secara overtime.
11. Mempelajari kondisi infrastruktur terkait pelaksanaan proyek dan menentukan langkah
antisipasi yang efisien dan efektif untuk pelaksanaan proyek.
12. Memanfaatkan sebanyak mungkin teknologi komunikasi seperti teleconference, chat grup,
dan lainnya untuk menekan biaya komunikasi.

C. Persiapan dan Bangunan Sementara Proyek Termasuk Fasilitas dan Operasionalnya.

1. Melakukan optimasi standart perusahaan atas design bangunan temporary di proyek


termasuk fasilitasnya tanpa mengurangi target perusahaan atas standart tersebut.
2. Mengidentifikasi syarat kontrak atas bangunan temporary. Cek syarat kontraktual ini dengan
standart perusahaan untuk menghindari double cost. Lakukan optimasi setelahnya.
3. Mencari peluang penghematan energi pada aspek design dan operasional kantor dan
bangunan temporary lainnya. Seperti menggunakan AC atau lampu hemat energi.
4. Melakukan evaluasi efektifitas dan efisiensi pengadaan fasilitas kantor. Contohnya adalah
jumlah printer yang banyak dapat dikurangi dengan printer central dengan multi fungsi seperti
scan, foto copy, dan lainnya.
5. Memilih mess yang letaknya dekat dengan lokasi proyek. Banyak manfaat atas lokasi mess
yang dekat.
6. Mengusahakan lokasi barak yang dekat dengan lokasi proyek sedemikian tidak diperlukan
kendaraan khusus untuk transportasi pekerja.
7. Membuat sumber air dengan sumur dalam dan mengupayakan untuk dapat menggunakan
sumber listrik PLN. Jika tidak tersedia listrik PLN, maka disarankan menggunakan genset
berbahan bakar gas.
8. Menentukan lokasi temporary building sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan proyek. Hal
ini karena jarak yang jauh adalah sumber inefisiensi.

D. Risiko Proyek
1. Menentukan item risiko proyek berdasarkan hasil pengembangan checklist dan juga
berdasarkan kondisi unik proyek sedetil mungkin.
2. Semaksimal mungkin melakukan risk transfer dan risk sharing untuk mengurangi biaya atas
risk contigency.
3. Dalam mempelajari proyek termasuk dokumen dan situasinya, agar menemukan sebanyak
mungkin opportunity. Ini akan menjadi counter atas besarnya biaya risk contigency.
4. Kejelasan dokumen lelang terkait kemudahan dalam perhitungan biaya untuk penawaran.
5. Meningkatkan akurasi perhitungan volume dengan menggunakan software khusus atau
membuat simulasi 3 dimensi atas proyek yang akan dibangun. Ini terutama untuk proyek
dengan jenis kontrak lump sum fix price. Akurasi yang tinggi akan mengurangi risiko kesalahan
perhitungan volume pekerjaan.
6. Gunakan checklist yang berisi rincian item pekerjaan yang umumnya ada pada suatu jenis
proyek tertentu.
7. Mempersiapkan langkah-langkah khusus sebagai antisipasi terjadinya keterlambatan. Hal ini
untuk mengurangi risiko keterlambatan proyek.
8. Memastikan pihak asuransi telah mencover segala risiko pelaksanaan yang berpotensi terjadi
di proyek sebagai bagian dari risk transfer. Namun perlu dievaluasi pula jika terdapat risiko
yang dicover namun memiliki probability yang sangat kecil. Ini adalah langkah optimasi biaya
premi asuransi.
9. Mendapatkan informasi mengenai komitmen pemilik terhadap pembayaran. Komitmen
pembayaran dari pemilik yang baik akan meniadakan biaya risiko.

E. K3, QC, dan Kebersihan

1. Mendapatkan data identifikasi bahaya kecelakaan dan cara penanganannya.


2. Optimasi cara penanganan bahaya kecelakaan untuk menekan biaya K3
3. Identifikasi syarat K3 yang ada di kontrak
4. Menghitung biaya K3 berdasarkan standar perusahaan.
5. Optimasi cara penanganan bahaya kecelakaan untuk menekan biaya K3
6. Membuat sistem pengelolaan sampah yang efisien.
7. Berusaha menggunakan kembali sampah untuk pekerjaan lainnya. Misalnya sisa potongan
besi untuk kaki ayam
8. Mencari pembeli potensi atas sampah konstruksi untuk mengurangi biaya kebersihan.
9. Identifikasi jenis dan jumlah test yang harus dilakukan. Di samping itu juga identifikasi lokasi
tempat melakukan test, sehingga teridentifikasi tidak hanya biaya test, tapi juga biaya
transportasinya.
10. Mengadakan alat test uji kualitas secara investasi untuk mengurangi biaya test material.
11. Mengusulkan standart dan code yang tata cara test uji kualitas dengan biaya yang lebih
murah.

F. Aspek Lainnya

1. Identifikasi pajak-pajak yang harus dibayar.


2. Membuat aturan main tentang penggunaan biaya tidak langsung yang dapat menghemat
biaya ini di proyek
3. Identifikasi kondisi dan kebiasaan masyarakat sekitar terhadap adanya proyek, seperti biaya
preman, koordinasi lingkungan, ganti rugi, dan lain-lain.
4. Menilai tingkat keamanan proyek dan menentukan tingkat pengamanan yang harus dilakukan
yang akan menjadi input dalam biaya keamanan.
5. Menggunakan rate fee admin bank yang paling kompetitif.
6. Mengusulkan term of payment yang tidak terjadi negatif cash flow kepada pemilik proyek saat
tender dan mendesign term of payment yang seimbang kepada vendor. Ini bertujuan untuk
menghindari adanya biaya bunga bank.

(Untuk berdiskusi dan konsultasi terkait permasalahan Project Management yang sedang
dihadapi, silahkan klik – Konsultasi. Untuk melihat lengkap seluruh judul posting, silahkan
klik – Table of Content.)

Ref : http://manajemenproyekindonesia.com/?p=2429

Menentukan biaya keuntungan kontraktor


pada rencana anggaran biaya pekerjaan
By KibaGus 1/28/2011 Rab_Analisa Harga Satuan, sipil

Pembangunan infrastruktur saat ini begitu pesat. Namun, pembangunan itu sepertinya tidak
terencana secara profesional sebab tampaknya asal hantam kromo tanpa memperhatikan
kualitas.
Kontraktor bukan tak bisa bekerja profesional dan berkualitas, tetapi faktor biaya birokrasinya
yang tinggi. Semua biaya yang dikeluarkan rekanan, dibebankan terhadap pagu pekerjaan.
Dengan membebankan cost kepada pagu pekerjaan, tentu kualitas menjadi taruhannya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kontraktor mendapatkan proyek APBD dengan
upaya berbagai pendekatan sehingga pekerjaan bisa didapat. Pendekatan rekanan
terhadap pejabat tidak bisa dengan tangan hampa. Maklum saja tradisi itu sudah
demikian dan harus diikuti, jika tidak tentu akan ketinggalan kereta.
Dengan tradisi demikian, tentu saja cost rekanan bertambah dan belum lagi saat
melaksanakan pekerjaan di lapangan. Semua cost yang dikeluarkan rekanan sejak
melakukan pendekatan untuk mendapatkan pekerjaan hingga pelaksaan di lapangan
dibebankan kepada pagu anggaran pekerjaan, tentu solusinya kualitas pekerjaan
dikurangi ditambah lagi adanya kontraktor nakal yang berorientasi hanya pada
keuntungan tanpa perduli dengan kualitas pekerjaan.
Bagaimana dengan analisa harga satuan yang ada sekarang ?
Apakah sudah memasukkan biaya keuntungan dan over head dari pelaksana ?
Dasar Perhitungan indeks bahan bangunan dan upah kerja berdasar SNI 2007
Perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, yang dijabarkan dalam perkalian indeks
bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan standar pengupahan
pekerja, untuk menyelesaikan per-satuan pekerjaan konstruksi
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan:

 Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia,


berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat;
 Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar
spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.

Persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan:

 Pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan pada gambar teknis dan
rencana kerja serta syarat-syarat (RKS);
 Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 5%-20%, dimana di
dalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan
komposisi adukan;
 Jam kerja efektif untuk tenaga kerja diperhitungkan 5 jam per-hari.

Kalau kita cermati teryata pada SNI tidak mencantumkan adanya nilai indeks keuntungan dan
overhead dari pelaksana tentu ini akan menimbukan adanya pengelembungan harga bahan
untuk menutup biaya operasional dari pelaksana dan adanya biaya birokrasi yang tidak
murah.
Dalam PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010
TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH diatur adanya nilai keuntungan dan
biaya overhead dari pelaksana walaupun tidak secara spesifik dinyatakan besaran dari nilai
yang dimaksud.

Penjelasan perpres 54_2010 Pasal 66


Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) Nilai total HPS bersifat terbuka dan tidak rahasia.
...........Yang dimaksud dengan nilai total HPS adalah hasil perhitungan seluruh volume
pekerjaan dikalikan dengan Harga Satuan ditambah dengan seluruh beban pajak dan
keuntungan. Rincian Harga Satuan dalamperhitungan HPS bersifat rahasia.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b alat untuk menilai kewajaran penawaran termasuk rinciannya;
...............Batas tertinggi penawaran tersebut termasuk biaya overhead yang meliputi antara
lain biaya keselamatan dan kesehatan kerja, keuntungan dan beban pajak.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h norma indeks; dan/atau
....................Norma indeks merupakan rentang nilai harga terendah dan harga tertinggi dari
suatu Barang/Jasa yang diterbitkan oleh instansi teknis terkait atau Pemerintah Daerah
setempat.
Huruf i
Cukup jelas
Ayat (8) HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang
dianggap wajar.
...................Contoh keuntungan dan biaya overhead yang wajar untuk Pekerjaan Konstruksi
maksimal 15% (lima belas perseratus).
Dari uraian diatas kita bisa tarik kesimpulan bahwa nilai keuntungan dan biaya overhead
dari kontraktor bisa dimasukkan 0% s/d 15% dari nilai fisik pekerjaan, walaupun sebenarnya
nilai tersebut harus dikaji lebih jauh agar mencapai angka yang proporsional sesuai dengan
jenis dan tingkat kesulitan dari pekerjaan yang dimaksud.

Share This :
Share14
Related Post

Design Rumah Tumbuh

Konsep Dasar Pembangunan Rumah Taha...


Pedoman SNI untuk perencanaan lingk...

 Next Membuat widgets daftar isi otomatis versi 2


 Previous Konstruksi sambungan tiang rangka joglo bagian atas

Posted by KibaGus at 1/28/2011


2 komentar:

1.

Arif Fadlillah11/14/2013

agak rumit memang menentukan keuntungan dan dikaitkan dengan mutu..

Balas

2.

Praktisi Internet Marketing9/14/2015

terima kasih informasinya,, memang untuk mendapatkan keuntungan seringkali soal


mutu dan kualitas jadi entah nomor berapa.
semoga saja ini bisa lebih diperhatikan karena berhubungan dengan kepentingan
orang banyak.
jika berkenan silahkan berkunjung ke blog kami ya.
www.tehblessteacenter.com

Balas

Muat yang lain...

Note :
Komentar yang mengandung usur pornografi / sara / kekerasan akan dihapus.
Terima kasih komentarnya...!
Semoga bermanfaat...!

Cari Blog Ini

Aneka Info

Persyaratan umum dalam perencanaan rumah tinggal layak huni

By Mahdi W - 0 comment

Struktur utama dan ukuran pada bangunan rumah tinggal sederhana ; sloof, kolom dan
ringbalok

By Mahdi W - 0 comment

Menggunakan Cahaya Alami untuk Menambah Kenyamanan Rumah Tinggal

By Mahdi W - 1 comment

Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal - SNI 03-2834-2000

By Mahdi W - 1 comment

Permen PUPR NO 02/PRT/M/2016 - Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh


dan Permukiman Kumuh

By Mahdi W - 1 comment

Facebook Page
Kategori
Aluminium Amdal Animasi Arsitektur Bahan bangunan Bangunan Air Blog Tutorial budaya indonesia
Denah Rumah Galeri Green house Info sekilas Interior Irigasi Jembatan Konservasi tanah Konstruksi
Konstruksi Beton Konstruksi kayu Kuda kuda kayu Kusen Lingkungan Masjid Mebelair Menu navigasi
Opini Pemberdayaan Masyarakat Pendidikan Peraturan Pondasi Profil Kusen Property Rab_Analisa
Harga Satuan Rumah adat S E O Sambungan Kayu Sertifikasi sipil SNI Software Tangga Tips trik
blogger Undang undang

Inspirasi dan Kreasi

Follow By Email
 Beranda
 Portal Berita
 Alquran Online
 Link Terkait
 Download
 Daftar Isi

Komentar

farhankeren lah bwat sy yang pemula. Orng listrik juga harus tau dasar" kaya gni.…

Pierre Nafurterimakasih, gambar saya abis buat jd referensi dalam pembangunan musolla di
kam…

Toko SemarangPenis Maju MundurPenis Mutiara Getar GoyangBoneka Sex Full BodyPenis
JagungPenis…

Leo Purbakarna stelah 28 hari kekuatan beton tidak lagi bertambahwalaupun bertmabah
cuman…

Pengunjung bulan ini

282123

 Pangasan beach Kebonagung pacitan - New Paradise


 Pidaan Beach - Pacitan tourism
 Hesperornis Regalis - Western bird
 Tamperan Beach Pacitan
 Orangutan Bornean and Sumatra

Copyright © 2009 Home Design and Ideas All Right Reserved


Created By Sora Templates | Distributed By Gooyaabi Templates

Share
Toggle Dock

Ref : http://www.hdesignideas.com/2011/01/menentukan-biaya-keuntungan-
kontraktor.html

Anda mungkin juga menyukai