Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metabolisme adalah suatu proses kimia dan fisika yang terjadi dalam tubuh. Proses ini
dimulai dngan tubuh menyerap nutrisi dari makanan,lalu nutrisi dipecah dengan bantuan enzim-
enzim pencernaan menjadi bentuk lain yang lebih sederhana yang lebih dapat diterima oleh tubuh,
hingga akhirnya dapat diedarkan bersama dengan darah untuk sumber energi sebagai aktivitas
sehari-hari (katabolisme).
Namun tidak semua nutrisi ini diedarkan ke seluruh tubuh. Beberapa substansi yang
dihasilkan dari proses metabolism disimpan untuk energi apabila suatu waktu dibutuhkan.
Beberapa lainnya digunakan untuk memelihara dan mengembangkan sel. Bagian dari proses ini
dinamakan dengan anabolisme.
Gangguan metabolisme tubuh adalah kondisi saat proses metabolisme tidak terjadi
sebagaimana mestinya.Tubuh malah menghasilkan nutrisi yang berlebihan atau yang kekurangan
bagi tubuh.
Gangguan metabolisme tubuh dapat terjadi dalam berbagai bentuk,seperti:
A. Kurangnya enzim atau vitamin yang kehadirannya dibutuhkan untuk reaksi kimia
dalam tubuh
B. Adanya kimia yang justru menghambat proses metabolism (abnormal)
C. Kelainan pada organ penting dalam proses metabolism (seperti hati,pancreas,kelenjar
endokrin,dll)
D. Kurangnya kadar nutrisi dalam tubuh
Banyak factor yang dapat menyebabkan terganggunya metabolisme. Terganggunya
proses bekerja suatu organ tertentu merupakan salah satunya.Kondisi ini sering kali terjadi karena
kurangnya suatu hormon atau enzim,konsumsi makanan tetentu dengan berlebihan, serta factor
keturunan.
Terdapat beberapa gangguan metabolisme tubuh yang terjadi karena mutasi gen yang
diturunkan. Hal ini didukung oleh National Institutes of Health yang mengatakan bahwa terdapat
gen etnis tertentu yang dapat memicu terjadinya kelainan metabolisme bawaan, seperti penyakit
anemia sel sabit pada keturunan Afrika dan cystic fibrosis pada keturunan Eropa Utara.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gangguan metabolisme karbohidat,lemak dan protein dalam tubuh makhluk


hidup?
2. Bagimana penanganan gangguan metabolisme karbohidrat,lemak dan protein dalam
tubuh makhluk hidup?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana metabolisme karbohidat,lemak dan protein dalam tubuh


makhluk hidup?
2. Untuk mengetahui bagimana penanganan gangguan metabolisme karbohidrat,lemak dan
protein dalam tubuh makhluk hidup?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN GANGGUAN METABOLISME


Metabolisme adalah suatu proses kimia dan fisika yang terjadi dalam tubuh. Proses ini
dimulai dngan tubuh menyerap nutrisi dari makanan,lalu nutrisi dipecah dengan bantuan enzim-
enzim pencernaan menjadi bentuk lain yang lebih sederhana yang lebih dapat diterima oleh tubuh,
hingga akhirnya dapat diedarkan bersama dengan darah untuk sumber energi sebagai aktivitas
sehari-hari (katabolisme).
Namun tidak semua nutrisi ini diedarkan ke seluruh tubuh. Beberapa substansi yang
dihasilkan dari proses metabolism disimpan untuk energi apabila suatu waktu dibutuhkan.
Beberapa lainnya digunakan untuk memelihara dan mengembangkan sel. Bagian dari proses ini
dinamakan dengan anabolisme.
Gangguan metabolisme tubuh adalah kondisi saat proses metabolisme tidak terjadi
sebagaimana mestinya.Tubuh malah menghasilkan nutrisi yang berlebihan atau yang kekurangan
bagi tubuh.
Gangguan metabolisme tubuh dapat terjadi dalam berbagai bentuk,seperti:
E. Kurangnya enzim atau vitamin yang kehadirannya dibutuhkan untuk reaksi kimia
dalam tubuh
F. Adanya kimia yang justru menghambat proses metabolism (abnormal)
G. Kelainan pada organ penting dalam proses metabolism (seperti hati,pancreas,kelenjar
endokrin,dll)
H. Kurangnya kadar nutrisi dalam tubuh
Banyak factor yang dapat menyebabkan terganggunya metabolisme. Terganggunya
proses bekerja suatu organ tertentu merupakan salah satunya.Kondisi ini sering kali terjadi karena
kurangnya suatu hormon atau enzim,konsumsi makanan tetentu dengan berlebihan, serta factor
keturunan.
Terdapat beberapa gangguan metabolisme tubuh yang terjadi karena mutasi gen yang
diturunkan. Hal ini didukung oleh National Institutes of Health yang mengatakan bahwa terdapat
gen etnis tertentu yang dapat memicu terjadinya kelainan metabolisme bawaan, seperti penyakit
anemia sel sabit pada keturunan Afrika dan cystic fibrosis pada keturunan Eropa Utara.
Hilangnya atau rusaknya salah satu enzim ini dapat mengganggu serangkaian proses kimia
yang terjadi dalam tubuh, sehingga zat-zat beracun gagal dibuang dari tubuh dan menumpuk di
dalam aliran darah.
2.2. JENIS JENIS METABOLISME GANGGUAN TUBUH

1. Gangguan Metabolisme Karbohidrat


Gangguan Metabolisme Karbohidrat dasar penyakit adalah defisiensi insulin gejala klinis
penyakit dari penyakit ini adalah Hiperglikemia, Glikosuria, hal ini dapat diikuti gangguan
sekunder metabolisme protein dan lemak bahkan berakhir dengan kematian. Penyakit ini umunya
terjadi pada usia 50-60 thn dan dapat diturunkan secara autosomal.
Gangguan Metabolisme Karbohidrat dapat menyebabkan gangguan pada Pankreas,
seperempat penderita : pankreasnya normal, pada umumnya kerusakan pada sel beta ringan maka
tidak mungkin menimbulkan gangguan produksi insulin. Bila ada Hialinisasi, Fibrosis, dan
Vakoalisasi hidropik yang sebenarnya merupakan penimbunan glikogen.
Gangguan metabolisme karbohidrat juga dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah. Bila gangguan metabolisme karbohidrat terlalu lama maka hiperglikemik menahun, pada
otot, hati dan jantung terjadi difisiensi. Lemak dimobilisasi sebagai sumber tenaga sehingg lemak
dalam darah bertambah. Lipaemia dan cholestrolimia menyababkan gangguan vaskular, dengan
komplikasi aterioskelosis merata menuju skeloris pembuluh darah arteri coronaria, ginjal dan
retina.
Jika sudah menuju retina maka gangguan metabolisme karbohidrat juga dapat merusak
kerja mata, yaitu menyebabkan skelosis arteri retina yang disebut retinitis diabetika. Geiala
penyakit ini adalah perdarahan kecil-kecil tidak teratur, pelebaran pembuluh darah retina dan
berkeluk-keluk, serta kapiler-kapiler membentuk mikroaneurisma.
2. Gangguan Metabolisme Protein.
Penyakit akibat Defisiensi protein yaitu terjadi pada pemasukan protein kurang sehingga
kekurangan kalori, asam amino, mineral, dan faktor lipotropik. Akibatnya terganggunya
pertumbuhan tubuh, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukkan zat anti dan serum protein akan
terganggu.
Hal ini menyebabkan penderita mudah terserang penyakit infeksi, perjalanan infeksi berat,
luka sukar sembuh dan mudah terserang penyakit hati akibat kekurangan faktor lipotropik macam-
macam penyakit defisiensi protein antara lain adalah Hipoproteinemia, dapat disebabkan exkresi
protein darah berlebihan melalui air kemih, pembentukan albumin terganggu spt pada penyakit
hati, dan Absorpsi albumin berkurang akibat kelaparan atau penyakit usus, juga pada penyakit
ginjal
3. Gangguan Metabolisme Lemak
Kelebihan lemak (Obesitas) meyababkan terjadi kalori didapat lebih besar dari pada kalori
yang dimetabolisme (hipometabolisme). Hal ini terjadi pada hipopituitarisme dan hipotiroidisme.
Kalori yg dibutuhkan menurun sehinnga berat badan naik, meskipun diberi makan tidak
berlebihan. Lemak dapat ditimbun pada jaringan subkutis, jaringan retroperitoneum, peritoneum,
omentum, pericardium, pankreas. Obesitas dapat memperberat hipertensi, diabetes, penyakit
jantung.
Kelebihan lemak disebut Hiperlipemia yaitu jumlah lipid darah total dan kholesterol
meningkat hal ini dapat terjadi pada Diabetes melitus tidak diobati, Hipotiroidisme, Nefrosis
lupoid, Penyakit hati, Sirhrosis biliaris, Xantomatosa, Hiperlipidemi, Hiperkholesterolemi.
Penimbunan lemak terjadi di dinding pembuluh darah dapat menyebabkan penyumbatan pada
arteri atau disebut arteriosklerosis.
Kekurangn lemak dapat terjadi pada orang yang kelaparan, atau karena terjadi gangguan
penyerapan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh terpaksa mengambil kalori dari simpanannya
karena intake kurang yang mula-mula dimobilisasi : karbohidrat dan lemak, dan hanya pada
keadaan gizi buruk akhirnya protein diambil dari jaringan pada penyakit Whipple selain difisiensi
lemak, juga difisensi protein, karbohidrat dan vitamin.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. ABSTRAK
Peredaran zat-zat gizi dari karbohidrat, lemak, dan protein dalam proses metabolisme
dipengaruhi oleh berbagai hormon, termasuk hormon insulin, glukagon, ephineprin, kortisol, dan
hormon pertumbuhan. Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya
sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans (Islets of Langeerhans)yang
terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha (α) yang menghasilkan glukagon, sel beta (β) yang
menghasilkan insulin dan merupakan jenis sel pankreas yang paling banyak, sel deltha (D) yang
menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui, sel PP yang menghasilkan
polipeptida pankreas.
Kita akan lebih banyak membahas dan mengkaji hormon glukagon dan insulin, karena
kedua hormon ini memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini.
Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, sekresi hormon insulin
akan menurunkan kadar gula dalam darah sebaliknya untuk sekresin hormon glukagon akan
meningkatkan kadar gula dalam darah.

3.2. Kontrol Hormon Insulin dan Glukagon dalam Perubahan Metabolisme

Peredaran zat-zat gizi dari karbohidrat, lemak, dan protein dalam proses metabolisme
dipengaruhi oleh berbagai hormon, termasuk hormon insulin, glukagon, ephineprin, kortisol, dan
hormon pertumbuhan. Pada berbagai kondisi insulin dan glukagon secara normal merupakan
hormon pengatur yang paling dominan mengubah jalur metabolik dari anabolisme netto menjadi
katabolisme netto bolak-balik dan penghematan glukosa, yang masing-masing bergantung pada
apakah tubuh berada dalam keadaan kenyang atau puasa (17).

Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ
endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans (Islets of Langeerhans)yang terdiri tiga jenis sel
yaitu; sel alpha (α) menghasilkan glukagon, sel beta (β) menghasilkan insulin dan merupakan
jenis sel pankreas paling banyak, sel deltha (D) menghasilkan somatostatin namun fungsinya
belum jelas diketahui, dan sel PP menghasilkan polipeptida pankreas (15, 17)

Kita akan lebih banyak membahas dan mengkaji hormon glukagon dan insulin, karena
kedua hormon ini memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat dipengaruhi oleh kedua hormon ini.
Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, sekresi hormon insulin
akan menurunkan kadar gula dalam darah sebaliknya untuk sekresin hormon glukagon akan
meningkatkan kadar gula dalam darah.
Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat.
Efek glukagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam meningkatkan kadar
gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan
meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis
(pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat).

a. Insulin

Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta
mendorong penyimpanan zat-zat gizi tersebut (17). Hormon insulin digunakan secara nyata
untuk mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan protein pada otot rangka. Hormon ini
memudahkan penyerapan glukosa dan asam amino ke dalam otot rangka dan hati, dengan
demikian berperan dalam proses glycogenesis. Secara bersamaan, insulin menghalangi
pelepasan glukosa hati (glycogenolysis) dan produksi glukosa baru dari nutrien nonkarbohidrat
(gluconeogenesis) (2, 11, 12, 13).

Hormon insulin juga memainkan peran yang krusial dalam metabolisme lemak, yakni
dalam mengatur lipolysis dan lipogenesis. Lipolysis, hidrolisis dari triglycerida, adalah salah
satu langkah syarat dari oksidasi lemak, dimana dengan melepaskan ikatan asam lemak untuk
ditranspor ke mitokhondria untuk oksidasi. Banyak kajian yang menunjukkan bahwa hormon
insulin dengan jelas berperan dalam lipolysis pada posisi istirahat. Demikian juga ketika
memfasilitasi serapan glukosa di hati dan jaringan adipose jaringan, hormon insulin
merangsang lipogenesis juga. Konversi glikolitik dari glukosa ke acetyl CoA merupakan
pendahuluan ke sintese asam lemak.

Dalam kaitan dengan metabolisme protein, peran utama hormon insulin adalah
mengurangi dari menguraikan protein (katabolisme). Walau hormon ini juga berperan di dalam
meningkatkan sintese protein (anabolisme), akibatnya sebagian besar bergantung pada
kemampuan asam amino. Beberapa studi telah mencatat bahwa elevasi hormon insulin tanpa
diikuti dengan peningkatan pada kemampuan asam amino sebenarnya menurunkan sintese
protein sebagai hasil rendahnya konsentrasi asam amino plasma.

1) Peranan hormon insulin pada sel sebagai berikut :


(1) Mentranslokasi dari GLUT-4 transporter ke membran plasma dan mengalirkan atau
memasukkan glukosa, sintese glikogen, glikolisis dan sintesis asam lemak.
(2) Mengontrol substrat masukan selular , secara jelas mencolok adalah glukosa di otot dan
jaringan adipose.
(3) Meningkatkan replikasi DNA dan sintesa protein melalui kontrol dari serapan asam amino.
(4) Memodifikasi aktivitas dari banyak enzim ( pengaruh allosterik ).
(5) Meningkatkan sintesis glikogen – hormon insulin memfasilitasi masuknya glukosa ke sel
hati dan sel otot; kadar hormon insulin yang lebih rendah menyebabkan sel hati
mengkonversi glikogen menjadi glukosa dan mengeluarkannya ke dalam darah.
(6) Meningkatkan sintesis asam lemak – hormon insulin memfasilitasi masuknya lemak
dalam darah ke jaringan adipose yang kemudian dapat dikonversi menjadi triglycerida;
akan terjadi sebaliknya jika kekurangan dari hormon insulin.
(7) Menurunkan proteinolisis – mengurangi kekuatan dari pemecahan protein; kekurangan
dari hormon insulin menyebabkan pemecahan protein.
(8) Menurunkan lipolisis – mengurangi kekuatan dari konversi dari simpanan sel lemak lipid
ke dalam asam lemak plasma; kekurangan dari hormon insulin menyebabkan sebaliknya.
(9) Menurunkan gluconeogenesis – menurunkan produksi glukosa dari berbagai substrates di
hati; kekurangan insulin menyebabkan produksi glukosa dari variasi substrat pada hati dan
di tempat lain.
(10) Meningkatkan ambilan/serapan amino asam – memfasilitasi penyerapan dari sirkulasi
asam amino; kekurangan insulin akan menghambat penyerapan. Secara
skematik peranan insulin seperti terlihat pada gambar 1 di bawah ini:

Dari Gambar di atas Men unju k kan bahwa masuknya glukosa ke dalam sel otot rangka
dan ke jaringan adiposa hanya melalui pembawa di membran plasma yang dikenal sebagai
glucose transporter. Glukosa transporter ini adalah glucose transporter 4 atau yang lebih
dikenal dengan istilah GLUT 4. Glut 4 ini ditemukan pada jaringan adiposa dan otot serang
lintang (otot rangka dan jantung) (10, 11, 12, 13). Insulin meningkatkan mekanisme difusi
terfasilitasi (dengan perantara pembawa) glukosa ke dalam sel-sel tergantung insulin tersebut
melalui fenomena transporter recruitment (17). Pengangkut-pengangkut tersebut diinsersikan
ke dalam membran plasma sebagai respon terhadap peningkatan sekresi insulin, sehingga
terjadi peningkatan pengangkutan glukosa ke dalam sel. Apabila sekresi insulin berkurang,
GLUT4 tersebut sebagian ditarik dari membran sel dan dikembalikan ke simpanan intrasel (
2,10,11, 12, 13). Proses ini seperti ditunjukkan oleh gambar 2 di bawah ini:
Akan tetapi pada beberapa jaringan masuknya glukosa tidak tergantung pada insulin—yaitu
otak, otot yang aktif, dan hati (17). Pada otot yang aktif seperti ketika digunakan dalam latihan
olahraga memang tidak tergantung pada insulin tetapi pada kondisi istirahat sel-sel tersebut tetap
bergantung pada insulin. Kontrol insulin ketika olahraga akan dijelaskan berikutnya.

2) Faktor yang Mengontrol Sekresi Insulin

Kontrol utama atas sekresi insulin adalah sistem umpan balik negatif langsung antara sel β
pankreas yang menghasilkan insulin dengan konsentrasi glukosa dalam darah. Peningkatan kadar
glukosa darah, sepeti yang terjadi setelah proses pencernaan makanan secara langsung akan
merangsang sintesa dan sekresi insulin oleh sel β pankreas (2, 15). Dengan adanya kadar insulin
yang meningkat, maka akan menurunkan kadar glukosa darah ke tingkat yang normal karena
terjadi peningkatan pemakaian dan penyimpanan glukosa.

Sebaliknya penurunan kadar glukosa darah akan secara langsung menghambat sekresi
insulin. Penurunan kecepatan sekresi insulin ini menyebabkan perubahan metabolisme dari
keadaan absorptif ke keadaan pascaabsorptif. Dengan demikian sistem umpan balik negatif
sederhana ini mampu mempertahankan pasokan glukosa ke jaringan secara konstan tanpa
memerlukan fungsi hormon insulin.

Faktor lain yang mengontrol sekresi hormon insulin adalah:

(1) Peningkatan kadar asam amino plasma.


(2) Hormon pencernaan utama yang disekresikan oleh saluran pencernaan sebagai respon adanya
makanan.
(3) Sistem saraf otonom, secara skematik seperti tampak pada gambar. 3 di bawah ini:
Konsentrasi glukosa
darah
Hor mone Konsentrasi asam
pencernaa amino

+
Kontrol utama
+
Asupan makanan

+ +
+ + Stimulasi simpatis (dan
Stimulasi epinephrine)
Sel -sel β pankreas
parasimpatis

Sekresi insulin

Glukosa darah , asam lemak darah , asam amino darah , sintesa protein
simpanan glukosa

b. Glukagon

Banyak ahli fisiologi memandang sel-sel β pankreas penghasil insulin dan sel-sel α pankreas
penghasil glukagon sebagai pasangan sistem endokrin yang sekresinya kombinasinya merupakan
faktor utama dalam mengatur metabolisme bahan bakar (17). Glukagon mempengaruhi banyak
proses metabolisme yang juga dipengaruhi oleh insulin dan berlawanan dengan efek insulin (2,
15, 17). Glukagon bekerja terutama di hati, tempat hormon ini menimbulkan berbagai efek pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yaitu:

(1) Efek pada karbohidrat, mengakibatkan peningkatan pembentukan dan pengeluaran glukosa
oleh hati sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Glukagon menimbulkan efek
hiperglikemik dengan menurunkan sintesis glikogen, meningkatkan glikogenolisis, dan
merangsang glukoneogenesis.
(2) Efek pada lemak, mendorong penguraian lemak dan menghambat sintesa trigliserida.
Glukagon meningkatkan pembentukan keton (ketogenesis) di hati dengan mendorong
perubahan asam lemak menjadi badan keton (gambar 1).
(3) Efek pada protein, glukagon menghambat sintesa protein dan meningkatkan penguraian
protein di hati. Stimulasi glukoneogenesis juga memperkuat efek katabolik glukagon pada
metabolisme protein di hati. Walaupun meningkatkan katabolisme protein di hati, glukagon
tidak memiliki efek bermakna pada kadar asam amino darah karena hormon ini tidak
mempengaruhi protein otot, simpanan protein yang utama di tubuh. Secara sekematik
ditunjukkan oleh Gambar 4 :
Seperti sekresi insulin, faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah efek
langsung konsentrasi glukosa darah pada pankreas endokrin (17). Ketika glukosa darah
mengalami penurunan maka sel α pankreas meningkatkan sekresi glukagon. Efek hiperglikemik
hormon ini cenderung memulihkan konsentrasi glukosa darah ke tingkat normal. Sebaliknya
peningkatan glukosa darah seperti yang terjadi setelah makan akan menghambat sekresi
glukagon yang juga cenderung memulihkan kadar glukosa ke kadar normal, seperti ditunjukkan
gambar 5 berikut:
3. Kontrol Hormon Insulin dan Glukagon Selama Latihan

Selama aktivitas fisik , tubuh manusia berusaha mengembangkan suatu mekanisme


kompleks dari mobilisasi hormon yang mengatur dan menyesuaikan jalur metabolisme ke suatu
kondisi yang spesifik. Ketika aktivitas fisik kepekaan insulin meningkat yang menyebabkan
penurunan kadar glukosa plasma. Oleh karena itu insulin mungkin tidak berperan dalam
meningkatkan transpor glukosa ke dalam otot yang sedang bekerja. Selama latihan, glukosa dan
asam lemak bersamaan dibutuhkan sebagai bahan bakar metabolisme, maka glukagon meningkat
sedangkan insulin menurun (2, 6, 9)

Dengan turunnya kadar glukosa plasma maka tubuh berusaha untuk mengembalikan
kadar glukosa plasma yakni dengan menskresi hormon glukagon. Hormon ini mempunyai peran
yang berlawanan dengan fungsi dari hormon insulin. Mekanisme kerja dari kedua hormon
insulin dan glukagon ketika terjadi aktivitas fisik atau latihan olahraga masih memerlukan
penjabaran dan kajian lebih lanjut. Untuk itu di bagian ini akan diungkap bagaimana kerja kedua
hormon ini ketika latihan dan adaptasinya yang terjadi ketika latihan.

a. Kontrol Insulin Selama Latihan

Hormon insulin satu-satunya hormon glucoregulatory yang mengalami penurunan pada saat
latihan di bawah kondisi fisiologis normal . Hormon insulin menurun selama lari treadmill
dengan waktu yang lama dengan intensitas 76%VO2max dan pada latihan incremental
treadmill dengam intensitas 47% dan 77% VO2max (tidak ada perbedaan berpengaruh nyata
dicatat pada 100% VO2max) (10). Banyak penelitian lain juga telah mengamati adanya
penurunan yang sama; penurunan ini banyak terjadi pada latihan jangka waktu lebih panjang
dengan intensitas lebih rendah dibandingkan singkatnya jangka waktu pendek dengan intensitas
latihan yang tinggi (11)

Beberapa peneliti ( Hoffman, Fiedler dan Kibittel, 1972; Pruett, 1970; Gerberger, Keibel,
Langer dan Pickenhain) menunjukkan ada suatu penurunan dari konsentrasi hormon insulin
plasma selama aktivitas (11). Bagaimanapun, Hellemans (1978) membuktikan suatu
penyimpangan dari kadar insulin plasma selama aktivitas yang bergantung kepada subyek
pelatihan . Pada individu yang terlatih ada kenaikan yang konstan dari kadar insulin plasma
selama tiga menit pertama pada aktivitas sepeda ergometer , kemudian kadar insulin plasma
menurun secara progresif dan pada akhir dari latihan kadar insulin lebih rendah dibandingkan
kadar basal insulin. Juga, dua jam setelah latihan hormon insulin plasma masih tersisa pada taraf
dasar. Berbeda pada individu tak terlatih kadar insulin plasma meningkat dengan cepat pada
menit pertama aktivitas fisik, kemudian kadar insulin ini tersisa tetap tinggi dan bahkan dua
jam setelah latihan selesai.

Penemuan ini menyepakati penemuan sebelumnya dimana pada individu tak terlatih
kadar hormon insulin plasma meningkat selama latihan. Sama pentingnya, konsentrasi dari
hormon insulin plasma selama latihan jangka waktu pendek sangat bergantung kepada proses
pencernaan dari makanan kaya karbohidrat sebelum latihan (Orara, Vapaatalo, Saarela dan
Reinila, 1974). Pada individu yang minum air tanpa karbohidrat (placebo), hormon insulin
plasma selama latihan di bawah taraf inisial; sedang pada individu yang minum karbohidrat,
walau hormon insulin plasma menurun selama latihan, tetapi penurunan ini tidak sampai di
bawah taraf inisial/normal. Dari sini ada anggapan dimana ada modifikasi yamg tetap dari
keberhasilan stimuli bahwa yang bertanggung-jawab terhadap variasi dari pengeluaran hormon
insulin selama latihan, yang didasari oleh kadar glukosa darah..
Sekresi hormon insulin selama aktivitas fisik diatur oleh :
(1) Konsentrasi Glukosa Darah, tidak tampak suatu mekanisme pengaturan yang relevan
selama latihan sejak kadar glukosa plasma sedikit. Demikian juga, ketika konsentrasi dari
glukosa darah rendah, mekanisme pengatur ini mungkin menghasilkan satu rangsangan
yang menghambat sekresi hormon insulin; oleh sebab itu, ini tidak boleh menjadi tidak
relevan untuk latihan yang keras dan waktu yang lama.
(2) Kadar Glukagon Plasma , Glucagon adalah suatu hormon perangsang dari sekresi hormon
insulin pada sel beta dan secara tak langsung meningkatkan glukosa pada darah. Lebih dari
itu bahwa selama latihan kenaikan dari glucagon menghasilkan satu aktivator yang berakibat
langsung pada pengeluaran dari hormon insulin.
(3) Konsentrasi Katekholamin pada Darah. Peningkatan dari noradrenaline pada darah
menghambat sekresi hormon insulin (Orara, Vapaatalo, Saarela dan Reinila, 1974; Karam,
Grasso, Wegienka, Frodsky dan Forsham, 1966). Sesuai dengan di atas, kenaikan sekresi
catecholamines yang dihasilkan selama latihan akan berfungsi sebagai suatu mekanisme
penghambatan dari sekresi hormon insulin.
(4) Kadar cAMP, meningkatnya cAMP akan merangsang sekresi hormon insulin. Sebelumnya,
telah menjadi anggapan bahwa konsentrasi cAMP meningkat selama latihan.
(5) Somatostatin, kenaikan dari somatostatin menghambat pengeluaran dari hormon insulin.
Selama latihan ada suatu kenaikan dari hormon pertumbuhan dan, sangat mungkin,
pelepasan somatostatin dihambat.

Jadi, selama latihan ada berbagai mekanisme aktivator dan penghambat dari sekresi hormon
insulin yang terjadi secara serempak. Fakta ini untuk menjelaskan penemuan oleh peneliti
berbeda, hasil yang kontradiksi tentang modifikasi plasma dari hormon insulin selama latihan,
terutama ketika mempertimbangkan variasi dari pengeluaran hormon dalam hubungannya
dengan aktivitas latihan seseorang.

1) Fungsi Metabolik Selama Latihan

a) Efek pada Carbohydrates. peningkatan dari hasil pengeluaran dari hormon insulin plasma :
(1) Kenaikan dari serapan glukosa oleh otot dan dengan jaringan lain melalui suatu
mekanismme pada membran selular:
(a) Kenaikan dari serapan glukosa oleh jaringan adipose .
(b) Kenaikan dari sintesa glikogen otot .
(c) Pengurangan dari cAMP, dari gluconeogenesis dan dari sintese glikogen hati.
(2) Akibat yang relevan bahwa hormon insulin itu dapat menghasilkan ambilan glukosa
selama latihan menyisakan keraguan, paling tidak, ada dua alasan yakni pendapat
yang dikemukakan oleh Company, Balagué and Barbany (17) :karena akibat fluktuasi
(kenaikan atau penurunan) pada kadar insulin plasma dalam darah yang dihasilkan
selama aktivitas; dan sehubungan dengan fakta yang benar bahwa ambilan dari
glukosa oleh otot rangka selama latihan meningkat bahkan ketika hormon insulin tidak
ada (16).
2) Efek pada lemak, peningkatan dari hasil pengeluaran insulin akan terjadi :
(1) Kenaikan dari sintesa dari asam lemak di jaringan adipose.
(2) Kenaikan dari sintese dari fosfat glycerol di jaringan adipose .
(3) Kenaikan dari penyimpanan dari triglycerides di jaringan adipose
(4) Kenaikan dari sintese dari lipids pada hati.

b. Kontrol Glukagon Selama Latihan

Sebagai suatu hormon yang kerjanya berlawanan langsung dengan hormon insulin,
glukagon meningkat sebagai respons dari latihan. Efek ini telah ditunjukkan oleh latihan yang
makin lama makin bertambah dan latihan daya tahan yang lama. Pada studi yang dilakukan
oleh Galbo (15,16), ditemukan bahwa glucagon lebih meningkat pada skenario latihan dengan
waktu yang lebih panjang (peningkatan tiga kali lipat diatas nilai istirahat) dibandingkan di
latihan incremental (meningkatnya 35% dari istirahat ke VO2max).
Para ahli telah menunjukkan bahwa pelepasan dari glucagon meningkat selama latihan fisik
(Bottger, Schlein, Faloona Knoche dan unger, 1972; Galbo, Holst dan Christensen, 1975;
Marliss, Girardier, Seydoux, Wollheim, Kanazawa, Orci, renold dan Porte, 1973; Hellemans,
1978) (16). Pada latihan dengan intensitas moderat konsentrasi glukagon di darah hanya
meningkat 35%, sedangkan pada latihan intensif dan waktu yang lama mungkin bertambah
sebanyak 300% (10,13). Ada buktik tambahan bahwa ada respon yang berbeda dari kadar
glukagon plasma selama latihan antara subyek terlatih dan tidak terlatih. Pada subjek terlatih
terjadi penurunan dari glucagon plasma selama latihan dan satu kali aktivitas latihan selesai
glucagon kembali meningkat ke konsentrasi normal. Sebaliknya, pada subyek tak terlatih
terdapat sebuah peningkatan luar biasa dari glucagon plasma dua jam tak bergerak setelah
latihan (10,13).

Mekanisme kontrol sekresi glukagon selama latihan dapat digolongkan ke dalam dua
kategori :

1) Glukagon Aktivator
Meningkatnya penghantaran simpatis yang dihasilkan selama latihan, atas bantuan jalur β -
adrenergic, merangsang sekresi dari glucagon. Untuk alasan ini, suatu beta-blocker (agen
penghambat β -adrenergic) selama latihan menata meningkatnya sekresi glucagon (15,16).
Beberapa peneliti (Galbo, Holst, Christensen, 1975) menemukan suatu hubungan antara kadar
glucagon dan kadar dari adrenaline dan noradrenaline selama latihan yang intensif; walau
korelasi ini hanya berpengaruh nyata pada adrenaline selama latihan dengan intensitas moderat.
Efek Adrenergic ini mungkin dimediasi oleh konsentrasi siklik cAMP. Ini kemungkinan untuk
menjelaskan bahwa peningkatan konsentrasi dari cAMP masuk ke dalam pankreas yang
terisolasi meningkatkan sekresi dari glucagon (Weir, Knowton dan Martin, 1975). Di samping
itu,sekali ditegaskan bahwa terjadi kenaikan dari konsentrasi cAMP selama aktivitas
(10,12,15,16).
Penurunan dari konsentrasi dari glukosa darah merupakan suatu mekanisme kuat dari
sekresi glukagon. Bagaimanapun, pengurangan dari konsentrasi glukosa darah hanya terjadi
setelah latihan yang intensif dan keras (10,15,). konsekuensinya adalah suatu penurunan
konsentrasi glukosa darah mempunyai pengaruh nyata sebagai satu rangsangan untuk sekresi
glukagon dalam kondisi ini (latihan yang keras).

2. Glukagon Inhibitor
Kenaikan dari kadar asam lemak bebas di darah secara umum merupakan suatu mekanisme
penghambat untuk sekresi glukagon.Hasilnya adalah suatu kontrol negatif oleh asam lemak
bebas harus diberikan bergantung kepada latihan untuk individu itu sendiri. Kenaikan dari
konsentrasi glukagon selama latihan mengindikasikan bahwa glukagon aktivator lebih berperan
dominan daripada efek glukagon inhibitor.

Fungsi Metabolik Selama Latihan

a) Efek pada karbohidrat, yakni merangsang glikogenolisis dan glukoneogenesis. Dalam proses
glikogenoisis, glukagon merangsang adenincyclase dari sel hati. Proses ini menuju aktivasi
phosphorylase, oleh sebab itu pemecahan glikogen menjadi meningkat. Glucagon tidak
menyempurnakan glikogenolisis pada otot. Glikoneogenesis pada hati meningkat banyak
sebagai satu fungsi dari tersedianya asam amino.
b) Akibat pada Lipids, lemak intraseluler dalam jaringan adiposa yang ditransformasi ke
trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol, juga peka terhadap peranan glukagon.
Mekanisme ini seperti tergambar dalam skema di bawah ini:
Dengan demikian, proses lipolisis ini dapat dipastikan diakibatkan ada peranan dari glukagon
yang juga berpartisipasi dalam meningkatnya asam lemak bebas yang dihasilkan selama latihan.
Oleh karena itu, ada hubungan yang parallel antara tingkat latihan dengan kadar glukagon darah
dan asam lemak bebas.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Metabolisme yaitu suatu proses kimia dan fisika yang terjadi dalam tubuh. Prosesnya
dimulai dngan tubuh menyerap nutrisi dari makanan,lalu nutrisi dipecah dengan bantuan enzim-
enzim pencernaan menjadi bentuk lain yang lebih sederhana yang lebih dapat diterima oleh tubuh,
hingga akhirnya dapat diedarkan bersama dengan darah untuk sumber energi sebagai aktivitas
sehari-hari.
Banyak factor yang dapat menyebabkan terganggunya metabolisme.Salah contohnya
Terganggunya proses bekerja suatu organ tertentu.Jenis – jenis metabolisme gangguan tubuh :
1. Gangguan metabolisme karbohidrat
2. Gangguan metabolisme Protein
3. Gangguan metabolisme Lemak
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan kontrol hormone
insulin dan glukagon dalam perubahan metabolisme selama latihan :

(1) Pada berbagai kondisi insulin dan glukagon secara normal merupakan hormon pengatur
yang paling dominan mengubah jalur metabolik. Insulin memiliki efek penting pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa,
asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong penyimpanan zat-zat gizi
tersebut (glikogenesis). Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam
amino darah meningkat. Efek glukagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan
epinefrin.Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari
otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan
karbohidrat).
(2) Selama latihan, glukosa dan asam lemak bersamaan dibutuhkan sebagai bahan bakar
metabolisme, maka glukagon meningkat sedangkan insulin menurun. Sekresi hormon
insulin selama aktivitas fisik diatur oleh konsentrasi glukosa darah,kadar glukagon
plasma , konsentrasi katekholamin pada darah, kadar camp, somatostatin. Mekanisme
kontrol sekresi glukagon selama latihan dapat digolongkan ke dalam dua kategori yaitu
glukagon aktivator dan glukagon inhibitor.
(3) Kerja kedua hormon walaupun berlawanan namun membutuhkan kesinambungan dan
kesinergisan peran diantara keduanya baik dalam kondisi normal maupun dalam dalam
kondisi latihan. terutama pada latihan yang intense dan prolonge atau waktu yang sangat
lama.
4.2. SARAN
Kurangnya wawasan dan pengetahuan yang menghamabat pada makalah ini kami sudah
berusaha sebaik mungkin dalam memahami dan menelaah materi beserta jurnalnya apa bila ada
kekurangan ataupun kesalahan mohon di maafkan terimakasih.
DAFTAR PUSAKA

McArdle, William D, Katch, Frank I. & Katch, Victor L. 2001. Exercise Physiology.

Energy, Nutrition, and Human Performance. Philadelphia etc: Lippincott.

Supriadi. 2000. Pengaruh Latihan Aerobik dan Anaerobik terhadap Luas Penampang.

Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Texbook of Medical Physiology) (9th Ed.).
Terjemahan oleh Setiawati Irawan, Tengadi, LMA Ken Ariata Santoso dan Alex. Jakarta: EGC.

Brooks GA, Fahey TD, 1984. Exercise Physiology Human Bioenergetics and Its Aplications. New York :
Macmillan Publishing Company, pp 701 – 715. Kedokteran EGC, hlm 275.

Anda mungkin juga menyukai