Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN III

MUQADDIMAH AD/ART MUHAMMADIYAH

Nama : Citra Dwi Lestari

NIM : 201510410311055

Kelas : Mutaqaddimin A

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

SEPTEMBER 2016
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta
dorongan dari semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan seksama.

Makalah yang berjudul “MUQADDIMAH AD/ART MUHAMMADIYAH” ini


disusun untuk memenuhi tugas Al-Islam dan Kemuhammadiyahan III yang diampu oleh
Bapak Lukman Hakim S.HI, M.Pd.I.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun teknis penulisan. Oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk
rekan-rekan yang membaca sehingga dapat memperluas ilmu tentang larutan.

Malang, 19 September 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1

BAB II DASAR TEORI ........................................................................................... 2

2.1 Sejarah Perumusan Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah ............. 2

2.2 Hakikat dan Fungsi Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah ............. 3

2.3 Matan Atau Isi Pokok ...................................................................................... 4

2.4 Penjelasan Isi Pokok ........................................................................................ 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 13


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persyarikatan Muhammadiyah merupakan Gerakan Islam dan Da’wah Amar


Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, beraqidah Islam, bersumber pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah, bertujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agam Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, bergerak dalam segala bidang
kehidupan antara lain bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi. Bahwa
untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan harus diperjuangkan secara terus menerus
antara lain dengan membina generasi muda yang memiliki aqidah, fisik dan mental
kuat, berilmu dan berteknologi serta berakhlaqul karimah.
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada hakekatnya merupakan
ideologi Muhammadiyah yang memberi gambaran tentang pandangan
Muhammadiyah mengenai kehidupan manusia di muka bumi ini, cita-cita yang ingin
diwujudkan dan cara-cara yang dipergunakan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Sebagai sebuah ideologi, Muqaddimah Anggaran Dasar menjiwai segala gerak dan
usaha Muhammadiyah dan proses penyusunan sistem kerja sama yang dilakukan
untuk mewujudkan tujuannya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini, antara lain :


 Bagaimana sejarah perumusan muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah?
 Bagaimana hakikat dan fungsi Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah?
 Apa matan atau isi pokok dari Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan ini, antara lain :


 Untuk memaparkan sejarah perumusan muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah
 Untuk menjelaskan hakikat dan fungsi Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah
 Untuk mendeskripsikan matan atau isi pokok dari Muqaddimah Anggaran
Dasar Muhammadiyah

1
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sejarah Perumusan Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan oleh Ki


Bagus Hadikusumo sebagai hasil penyorotan dan pengungkapan kembali terhadap pokok
pikiran-pokok pikiran yang dijadikan dasar amal usaha dan perjuangan Kyai Ahmad
Dahlan dengan menggunakan wadah persyarikatan Muhammadiyah. Rumusan
‘Muqaddimah’ diterima dan disahkan oleh Mu’tamar Muhammadiyah ke 31 yang
dilangsungkan di kota Yogyakarta pada tahun 1950, setelah melewati penyempurnaan
segi redaksionil yang dilaksanakan oleh sebuah tim yang dibentuk oleh sidang Tanwir.
Tim penyempurnaan tersebut anggota-anggotanya terdiri dari : Buya Hamka, K.H Farid
Ma’ruf, Mr. Kasman Singodimedjo serta Zain Jambek.

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan baru pada


periode Ki Bagus Hadikusumo, sebab-sebabnya antara lain :

a. Belum adanya kepastian rumusan tentang cita-cita dan dasar perjuangan


Muhammadiyah
Kyai Ahmad Dahlan membangun Muhammadiyah bukannya didasarkan
pada teori yang terlebih dahulu dirumuskan secara ilmiah dan sistematis. Akan
tetapi apa yang telah diresapinya dari pemahaman agama yang bersumber pada
Al-Qur’an dan Hadist oleh beliau segera diwujudkan dalam amalan yang nyata.
Oleh karena itu Kyai Ahmad Dahlan lebih tepat dikatakan sebagai seorang ulama
yang praktis, bukannya ulama teoretis.
Pada awal perjuangan Muhammadiyah, keadaan serupa itu tidak
mengaburkan penghayatan seseorang terhadap Muhammadiyah, baik ia seorang
Muhammadiyah sendiri ataupun seorang luar yang berusaha memahaminya. Akan
tetapi serentak Muhammadiyah semakin luas serta bertambah banyak anggota dan
simpatisannya mengakibatkan semakin jauh mereka dari seumber gagasan.
Karena itu wajar apabila terjadi kekaburan penghayatan terhadap dasar-dasar
pokok yang menjadi daya pendorong Kyai Ahmad Dahlan dalam menggerakkan
persyarikatan Muhammadiyah.
b. Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah menampakkan gejala menurun,
akibat terlalu berat mengejar kehidupan duniawi
Perkembangan masyarakat terus maju, ilmu pengetahuan dan teknologi
tidak henti-hentinya menyajikan hal-hal yang membuat manusia kaget dan
mencengangkan, membuat dunia semakin ciut dan sempit; pengaruh budaya
secara timbal balik terjadi dengan lancarnya antara satu negara dengan negara
lainnya baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif. Keadaan yang
serupa itu tidak terkecuali mengenai masyarakat Indonesia.

2
Tersebab adanya perkembangan zaman serupa itu yang seluruhnya hampir dapat
dinyatakan mengarah kepada kehidupan duniawi dan sedikit sekali yang
mengarah kepada peningkatan kebahagiaan rohani, menyebabkan masyarakat
Indonesia termasuk di dalamnya keluarga Muhammadiyah terhimbau oleh
gemerlapan kemewahan duniawi.
c. Makin kuatnya berbagai pengaruh dari luar yang langsung atau tidak berhadapan
dengan faham dan keyakinan Muhammadiyah
Bersama dengan perkembangan zaman yang membawa berbagai
perubahan dalam masyarakat; maka tidak ketinggalan pengaruh cara-cara berfikir,
sikap hidup atau pandangan hidup masuk ke tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Selain banyak yang bermanfaat, tak sedikit yang dapat merusak keyakinan dan
faham Muhammadiyah.
d. Dorongan disusunnya preambul UUD 1945
Sesaat menjelang proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945, tokoh-tokoh pergerakan bangsa Indonesia dihimpun
oleh pemerintah Jepang dalam wadah “Badan Penyelidik” usaha persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang tugasnya antara lain mempelajari
Negara Indonesia Merdeka. Dan di antara hal yang penting adalah terumuskannya
“Piagam Jakarta” yang kelak dijadikan “Pembukaan UUD 1945” setelah diadakan
beberapa perubahan dan penyempurnaan di dalamnya. Pada saat merumuskan
materi tersebut, para pimpinan pergerakan bangsa Indonesia benar-benar
memusyawarahkan secara matang dengan disertai debat yang seru antara satu
dengan yang lain, yang ditempuh demi mencari kebenaran. Pengalaman ini
dialami sendiri oleh Ki Bagus Hadikusumo yang kebetulan terlibat di dalamnya
karena termasuk sebagai anggota BPUPKI. Beliau merasakan betapa pentingnya
rumusan Piagam Jakarta, sebab piagam ini akan memberikan gambaran kepada
dunia luar atau kepada siapapun tentang cita-cita dasar, pandangan hidup serta
tujuan luhur bangsa Indonesia bernegara. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada saat periode Ki Bagus Hadikusumo, adanya “Muqaddimah Anggaran
Dasar Muhammadiyah” benar-benar sudah sangat diperlukan karena adanya
beberapa alasan dan kenyataan tersebut.

2.2 Hakikat dan Fungsi Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

1) Hakikat Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada hakikatnya merupakan suatu


kesimpulan dari perintah dan ajaran Al-Quran dan As-Sunah tentang pengabdian dan
manusia kepada Allah SWT, amal dan perjuangan bagi setiap umat muslim yang sadar
akan kedudukannya selaku hamba dan khalifah dimuka bumi.

3
2) Fungsi Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah merupakan jiwa ,nafas dan


semangat pengabdian dan perjuangan ke dalam tubuh dan segala gerak organisasinya,
yang harus dijadikan asas dan pusat tujuan perjuangan Muhammadiyah.

2.3 Matan Atau Isi Pokok

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

ِ‫ٱّللِ ِب ۡس ِم‬
َِ ‫ن‬ ِِ ‫ٱلر ۡح َٰم‬
َ ‫يم‬ِِ ‫ٱلر ِح‬َ ١ ِ‫ّللِ ۡٱلح ۡمد‬ َِ ِ ‫ب‬ ۡ َٰ ِ‫ ل ِمين‬٢ ‫ن‬
ِِ ‫ٰٱلعِ ر‬ ِِ ‫ٱلر ۡح َٰم‬
َ ‫يم‬
ِِ ‫ٱلر ِح‬
َ ٣ ‫ك‬ِِ ‫ۡو ِِمٰي َٰم ِل‬
ِِ ‫ ٱلد‬٤ ِ‫ ن ۡست ِعينِ وإِيَاكِ ن ۡعبدِ إِيَاك‬٥ ‫ٱهدِنا‬
‫ِين‬ ۡ ِ‫ٰٱلصر‬ِ َٰ ِ‫ ۡٱلم ۡست ِقيمِ ط‬٦ ِ‫أ ۡنعِ ۡمتِ ٱلَذِينِ ِص َٰرط‬
ِِ ‫ضا ِٓلينِ ولِ عل ۡي ِهمِۡ ۡٱلم ۡغضو‬
ِۡ‫ب غ ۡي ِِر عل ۡي ِهم‬ َ ‫ ٱل‬٧
“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah yang
mengasuh semua alam; yang Maha Pemurah dan Penyayang; yang memegang pengadilan
pada hari kemudian; Hanya kepada Kau hamba menyembah dan hanya kepada Kau
hamba mohon pertolongan; Berilah petunjuk kepada hamba jalan yang lempang; Jalan
orang-orang yang telah Kau beri kenikmatan, yang tidak dimurkai dan tidak tersesat
lagi”. (Q.S Al-Fatihah 1-7).

ُ ‫سلَّ َم نَ ِبيًّا َو َر‬


ً‫س ْول‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ضيْتُ بِاهللِ َربًّا َوبِا ْ ِإل ْسالَ ِم ِد ْينًا َوبِ ُم َح َّمد‬
ِ ‫َر‬
“Saya ridha, bertuhan kepada Allah, beragama kepada Islam dan bernabi kepada
Muhammad Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam”.

1) Amma ba’du, Bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allah semata-
mata. Bertuhan dan beribadah serta tunduk dan ta’at kepada Allah adalah satu-
satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama manusia.
2) Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat-iradat) Allah atas
kehidupan manusia.
3) Masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat
diwujudkan di atas dasar keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong
bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya,
lepas dari pada pengaruh syaitan dan hawa nafau. Agama Allah yang dibawa dan
diajarkan oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya
Pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik-baiknya.
4) Menjunjung tinggi hukum Allah lebih dari pada hukum yang manapun juga,
adalah kawajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan kepada
Allah. Agama Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi, sejak

4
Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW dan diajarkan kepada ummatnya
masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat.
5) Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentosa sebagai yang
tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, terutama ummat Islam, ummat yang percaya
akan Allah dan Hari Kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci
itu; beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya mengumpulkan segala
kekuatan dan mempergunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di dunia ini,
dengan niat yang murni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya
mengharapkan karunia Allah dan ridla-Nya belaka serta mempunyai rasa
tanggung-jawab di hadirat Allah atas segala perbuatannya; lagi pula harus sabar
dan tawakkal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang
menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya dengan penuh
pengharapan akan perlindungan dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.
6) Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka dengan
berkat dan rahmat Allah dan didorong oleh firman Allah dalam Al-Qur’an :

‫وف ويأْمر ْونِ ا ْلخ ْي ِِر ِإلى يَ ِْدع ْونِ أ َمةِ ِمنك ِْم و ْلتكن‬
ِِ ‫ن وي ْنه ْونِ ِبا ْلم ْعر‬
ِِ ‫همِ وِاولئِكِ ا ْلم ْنك ِِر ع‬
ِ‫ا ْلم ْف ِلح ْون‬
“Adakanlah dari kamu sekalian golongan yang mengajak kepada keIslaman, menyuruh
kepada kebaikan dan mencegah dari pada keburukan. Mereka itulah-golongan yang
beruntung berbahagia”. (Q.S Ali ‘Imran : 104)

Pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Miladiyah oleh
K.H.Ahmad Dahlan didirikanlah suatu Persyarikatan sebagai “GERAKAN ISLAM’
dengan nama “MUHAMMADIYAH” yang disusun dengan majlis-majlis (bahagian-
bahagian)-nya, mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan “syura” yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau Muktamar.

Dalam kaitannya sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah memandang bahwa


Islam adalah agama dakwah yang mewajibkan umatnya untuk selalu mendakwahkan
ajaran Islam. Sekecil apapun dan sepahit apapun setiap muslim wajib menyampaikan
kebenaran seperti hadits Rasulullah yang artinya “Sampaikanlah ajaran dariku
(Muhammad) walaupun satu ayat”.

Muhammadiyah memiliki modal sosial yang cukup besar sebagai gerakan Islam
yang termasuk besar di negeri ini. Organisasi lain boleh lebih besar dari segi kuantitas
anggotanya, namun dari segi kualitas dalam amal usaha, sumber daya manusia,
infrastruktur dan sistem organisasi, serta kepercayaan publik sesungguhnya
Muhammadiyah terbilang unggul. Sebagai organisasi Islam modern Muhammadiyah
termasuk terbesar di dunia Islam. Kondisi ini harus disyukuri sebagai nikmat dan karunia
Allah yang sangat berharga, karena itu potensi yang besar tersebut tidak boleh dibiarkan
laksana genangan danau yang diam, apalagi seperti ”gajah bengkak” yang sulit bergerak.

5
7) Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-
perintah Allah dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhamnad SAW, guna
mendapatkan karunia dan ridla-Nya, di dunia dan akhirat, dan untuk mencapai
masyarakat yang sentosa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang
melimpah-limpah, sehingga merupakan :

ِ‫غف ْورِ وربِ ط ِيبةِ ب ْلدة‬


“Suatu negara yang indah, bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan Yang
Maha Pengampun”. (Q.S As-Saba’ : 15)

Maka degan Muhammadiyah ini mudah-mudahan ummat Islam dapatlah diantarkan ke


pintu gerbang Syurga “Jannatun Na’imi’ dengan keridlaan Allah Yang Rahman dan
Rahim.

2.4 Penjelasan Isi Pokok

Sebelum memasuki keterangan secara terperinci, terlebih dahulu perlu diketahui


bahwa apabila Muqaddimah tersebut di atas disimpulkan, maka akan didapatkan tujuh
pokok pikiran, yaitu :

Pertama : Hidup manusia harus mentauhidkan Allah; ber-Tuhan, beribadah serta tunduk
dan taat hanya kepada Allah

Kedua : Hidup manusia adalah bermasyarakat

Ketiga : Hanya hukum Allah satu-satunya hukum yang dapat dijadikan sendi pembentuk
pribadi utama, dan mengatur tertib hidup bersama menuju kehidupan berbahagia-
sejahtera yang hakiki dunia dan akhirat

Keempat : Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk


mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah wajib sebagai ibadah
kepada Allah dan berbuat ihsan kepada sesama manusia

Kelima : Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk


mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya hanya akan berhasil bila
mengikuti jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW

Keenam : Perjuangan mewujudkan maksud dan tujuan di atas hanya dapat dicapai
apabila dilaksanakan dengan cara berorganisasi

Ketujuh : seluruh perjuangan memadu ke satu titik tujuan Muhammadiyah, yakni


“terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu
wata’ala

6
Keterangan pokok pikiran pertama :

“Hidup manusia harus mentauhidkan Allah; berTuhan, beribadah serta tunduk dan taat
hanya kepada Allah”.

Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang diberi kedudukan tertinggi di
antara makhluk-makhluk lainnya, dan ia dititahkan dengan disertai satu tujuan tertentu.
Oleh karena itu sudah seharusnyalah kalau manusia menyesuaikan hidup dan
kehidupannya sejalan dengan maksud dan tujuan Allah menciptakannya dengan cara
mendasarkan seluruh hidupnya di atas dasar Tauhid, dalam arti hidup berTuhan,
beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada Allah semata.

Manusia harus percaya dan yakin dengan sesungguh-sungguhnya, bahwa tidak


ada sesuatu apapun yang wajib disembah, tak ada sesuatu apapun yang pantas ditakuti,
tidak ada sesuatu apapun yang pantas dicintai, dan tidak ada sesuatu apapun yang wajib
ditaati serta diagung-agungkan kecuali hanya kepada Allah semata. Kalaupun di dalam
hidupnya seseorang mesti mencurahkan rasa cinta ataupun kesadaran mentaati sesuatu,
maka keseluruhannya dilaksanakan dalam kerangka dasar mencintai dan mentaati kepada
Allah juga.

Pengabdian diri semata-mata hanya kepada Allah, yang pangkalnya digerakkan


dan disinari oleh iman yang kokoh, akan melahirkan amal ibadah yang ikhlas, dan bersih,
serta dilaksanakan penuh ketaatan semata-mata hanya mengharapkan ridla-Nya. Surat al-
Bayyinah ayat 4-5 menerangkan bahwa .”tidaklah mereka diperintahkan (sesuatu apapun)
kecuali agar supaya mereka menghambakan diri kepada Allah, dengan mengikhlaskan
agama semata-mata untuk Allah juga.

Pengertian Ibadah

Bagaimana pengertian ibadah yang dapat diterapkan dalam setiap langkah dan
tindakan manusia sepanjang hari? Dalam hal ini Majlis Tarjih telah memberikan batasan
pengertian ibadah sebagai berikut : “Ibadah ialah taqarrub atau mendekatkan diri kepada
Allah, dengan jalan mentaati segala sesuatu yang diizinkan kepadanya”.

Dari batasan seperti di atas, akhirnya pengertian ibadah dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :

a) Ibadah khusus atau ibadah mahdlah, yakni ibadah yang telah ditetapkan secara
pasti oleh Allah, baik perinciannya, tingkah dan tata caranya, misalnya ibadah
shalat, ibadah shiyam, ibadah haji, bersuci.
b) Ibadah ‘Aam atau ibadah umum, yakni segala pekerjaan yang telah diizinkan
Allah untuk dilakukannya.

Adapun maksud dan tujuan ibadah umum ini ialah untuk mengemban amanat Allah
berupa kesediaan melaksanakan misi khalifah di atas bumi yang tugas utamanya ialah :

7
a) Membangun kemakmuran dan kesejahteraan hidup umat manusia.
b) Menciptakan perdamaian dan ketertiban masyarakat dunia.

Tegasnya hidup beribadah yang sepenuhnya ialah hidup bertaqarrub kepada Allah
digunakan untuk menunaikan amanat-Nya sebagai khalifah di bumi dengan mematuhi
segala ketentuan yang menjadi peraturan-Nya, yang secara tegas telah diuraikan dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih.

Menurut faham Muhammadiyah, ibadah yang wajib ditunaikan oleh setiap


muslim tidaklah semata-mata hanya yang bersifat hubungan langsung antara manusia
dengan Allah seperti tergambar dalam ibadah shalat atau shiyam, melainkan juga berbuat
dan membangun kesejahteraan serta perdamaian di antara sesama umat manusia dan
masyarakat. Bagi Muhammadiyah, amal ibadah yang sifatnya umum adalah merupakan
kelengkapan dan kesempurnaan amal ibadah yang langsung kepada Allah. Seseorang
yang telah menyatakan dirinya sebagai seorang Islam belum dianggap lengkap dan
sempurna agamanya kalau hanya sekedar menjalankan pokok-pokok yang tersimpul
dalam rukun Islam yang lima. la masih dituntut kesempurnaannya lewat penunaian misi
yang dipangkunya selaku khalifah Allah yang keseluruhannya demi membangun dunia
baru yang damai dan sejahtera di bawah naungan ridha dan ampunan Allah.

Keterangan pokok pikiran kedua :

“Hidup manusia adalah bermasyarakat”.

Hidup bermasyarakat bagi manusia adalah sunnatullah seperti ditegaskan oleh Allah
dalam Surat Al-Hujurat Ayat 13 “Sesungguhnya Kami menjadikan engkau semua dalam
bentuk berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal.”

Islam mengakui manusia sebagai makhluk yang mandiri dan berpribadi.


Sekalipun demikian ia tidak akan dapat melepaskan diri dari hubungan sesama manusia,
bahkan dengan mempelajari sifat dan susunan hidup manusia maka bagaimanapun juga
tinggi nilai pribadinya akan tetapi ia tidak akan mempunyai nilai bila sifat kehidupannya
hanya semata-mata berguna bagi dirinya sendiri. Nilai seseorang akan ditentukan oleh
ukuran seberapa jauh ia memberikan pengorbanan dan darma baktinya dalam upaya
membina kelestarian hidup bersama. Jadi hanya dengan hidup bermasyarakat terletak arti
dan nilai kehidupan manusia.

Keterangan pokok pikiran ketiga :

“Hanya hukum Allah satu-satunya hukum yang dapat dijadikan sendi pembentukan
pribadi utama dan pengatur tertib hidup bersama menuju kehidupan bahagia sejahtera
yang hakiki dunia dan akhirat.”

8
Pendirian pokok pikiran ketiga ini lahir dan kemudian menjadi keyaninan yang
kokoh dan kuat adalah sebagai hasil penelaahan dan pemahaman terhadap ajaran Islam
dalam arti dan sifat yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu pokok pikiran ini merupakan
“bekal keyakinan dan pandangan hidup”.

Agama Islam merupakan ajaran-ajaran yang sangat sempurna serta mutlak nilai
kebenarannya. la merupakan petunjuk jiwa dan sebagai rahmat serta taufiq Allah kepada
manusia untuk meraih kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat. Surat Ali Imran ayat 19 dan
85 menegaskan “Sesungguhnya agama yang ada di sisi Allah hanyalah agama Islam, dan
siapapun yang mencari agama selain agama Islam, tidak akan diterima dan ia diakhirat
termasuk golongan orang-orang yang rugi.” Surat al-Maidah ayat 3 menerangkan tentang
kesempurnaan Islam: “Pada hari ini telah Aku sernpurnakan agama untukmu dan telah
Aku cukupkan pula nikmatKu padamu, dan Aku merelakan Islam sebagai agamamu.”

Keterangan pokok pikiran keempat :

“Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan


masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah dan
berbuat ihsan dan ishlah kepada sesama manusia.”

Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dengan mencari


keridhaan Allah termasuk sabilillah yang artinya : “Jalan yang dapat menyampaikan
kepada yang diridhai Allah atas semua amal yang diizinkanya”.

Pokok pikiran keempat, sebagai konsekuensi atas keyakinan dan pandangan hidup
sebagaimana tersimpul dalam pokok pikiran ketiga. Adanya pandangan dan keyakinan
hidup bahwa hanya ajaran Islam satu-satunya yang dapat dijadikan sendi mengatur
ketertiban hidup manusia menuju kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan akhirat,
akhirnya menumbuhkan kesadaran wajib berjuang, menegakkan ajaran Islam.

Keterangan pokok pikiran kelima :

“Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan


masyarakat Islam yang sebenar-benarnya hanya akan berhasil bila mengikuti jejak
perjuangan para Nabi, terutama Perjuangan Nabi Muhammad SAW”.

Pokok pikiran kelima mempersoalkan tentang bagaimana cara dan akhlak


berjuang menegakkan keyakinan hidup tersebut. Bagi tiap pejuang muslim tidak ada cara
dan contoh yang patut dijadikan teladan kecuali harus mengikuti cara-cara perjuangan
para nabi terutama Nabi Muhammad SAW. Sebab pada diri Rasulullah tergambar
rentangan contoh teladan paling bagus dan mulia, seperti yang telah ditegaskan Allah
dalam SuratAal Ahzab ayat 21 : “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada suatu contoh

9
yang baik bagi kamu sekalian, ialah bagi orang yang mengharapkan keridhaan Allah dan
keselamatan hari akhir serta ingat, sebanyak-banyak kepada Allah”.

Keterangan pokok pikiran keenam :

“Perjuangan mewujudkan maksud dan tujuan di atas hanya akan dapat tercapai apabila
dilaksanakan dengan berorganisasi”

Pokok pikiran keenam membicarakan tentang alat perjuangan sebagai rangkaian


logis pokok pikiran-pokok pikiran yang sebelumnya, ialah: munculnya keyakinan dan
pandangan hidup menumbuhkan konsekuensi untuk memperjuangkannya dengan suatu
metode dan akhlak tertentu serta dilaksanakan dengan menggunakan alat perjuangan
demi efisiensi pelaksanaannya.

Perjuangan menegakkan ajaran Islam hanya akan dapat berhasil secara efektif &
efisien apabila diperjuangkan dengan mempergunakan suatu alat berupa organisasi. Dan
sudah semestinya organisasi yang dijadikan alat untuk meraih satu tujuan yang sangat
tinggi dan agung, memerlukan berbagai syarat yang berat juga, yang harus sepadan dan
sebanding dengan nilai yang hendak dicapai. Ajaran Islam menekankan kepada umatnya
agar dalam berusaha menegakkan ajaran Islam hendaknya dilakukan dengan cara
berorganisasi sebagaimana yang dinyatakan dalam Surat Ash-Shaf ayat 4:
“Sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang yang berjuang di atas jalan-Nya
secara tersusun rapi ibarat suatu bangunan yang kokoh dan kuat”.

Muhammadiyah sadar bahwa mengingat ayat tersebut maka berorganisasi untuk


melaksanakan kewajiban menegakkan ajaran Islam, hukumnya adalah wajib. Hal ini
dikukuhkan oleh qaidah umum ushul fikih yang menyatakan bahwa :”Apabila suatu
kewajiban tidak selesai kecuali dengan adanya sesuatu yang lain, maka adanya sesuatu
yang lain tersebut hukumnya wajib juga”. Untuk mengatur agar jalan kehidupan
organisasi Muhammadiyah dapat:

a) Tepat, yaitu sesuai dan selalu pada prinsip-prinsipnya.


b) Benar, yaitu sesuai dengan teori perjuangan serta lurus menuju maksud dan
tujuan.
c) Tertib, yaitu serasi dan tidak bersimpang-siur.
d) Lancar, yaitu maju terus sampai kepada tujuan.

Maka perlu diadakan berbagai peraturan yang berupa :

a) Anggaran Dasar Muhammadiyah.


b) Anggaran Rumah Tangga Muhamnadiyah.
c) Qaidah-qaidah.
d) Dan peraturan-peraturan yang diperlukan.

10
Keterangan pokok pikiran ketujuh :

“Seluruh perjuangan mengarah ke satu tujuan Muhammadiyah, yakni terwujudnya


masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

Pokok pikiran ketujuh membicarakan tentang tujuan perjuangan. Di mana


Muhammadiyah selaku organisasi menetapkan bahwa segala amal perjuangan yang telah
dan yang akan dirintisnya tidak boleh lepas dari tujuan yang dicita-citakan sejak semula,
yakni terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu
wata’ala.

Adapun wujud dari masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT
dapat diberi ciri sebagai berikut : masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur dan
bahagia yang diwujudkan atas dasar keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-
royong, saling tolong menolong dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-
benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan hawa nafsu.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah didirikan oleh Ketua Pengurus


Besar Muhammadiyah yaitu Ki Bagus Hadikusumo pada tahun 1946-1951 dengan
bantuan beberapa sahabatnya, seperti HAMKA, Mr. Kasman Singodimejo, KH. Farid
Ma’ruf dan Zein Djambek.
Latar Belakang disusunnya Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
adalah belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan
Muhammadiyah, adanya kecenderungan kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah
yang menampakkan gejala menurun sebagai akibat terlalu berat mengejar kehidupan
duniawi, semakin kuatnya berbagai pengaruh alam pikiran dari luar yang langsung atau
tidak langsung behadapan dengan faham dan keyakinan hidup Muhammadiyah, dan
dorongan disusunnya Pembukaan Undang-Undang Dasar RI tahun 1945.
Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah tersebut mengandung 7
(tujuh) pokok pikiran, serta terdapat pula hakikat dan fungsi dari adanya Muqaddimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah.

12
DAFTAR PUSTAKA

AD-ART & Qa’idah-Qa’idah Ortom, Majelis, Badan dan Lembaga di Muhamadiyah


Periode 1995-2000. Yogyakarta : Bagian Humas Dokumentasi dan Perpustakaan
Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hambali, Drs. H. Hamdan. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah

Kamal, Musthafa, 1994, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta: Angkasa

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2005, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah, Yogyakarta : Suara Muhammadiyah

13

Anda mungkin juga menyukai