Anda di halaman 1dari 5

Tugas

NAMA : WAHYU DWI ARDI

NIM : 130120060

Hubungan antara Porter’s 5 Forces dengan Kedai Bakmi Janda

1. Five Force Model


Five Forces Model atau yang lebih dikenal dengan Porter Five Forces adalah suatu
metode untuk menganalisis industri dan pengembangan strategi bisnis atau
lingkungan persaingan yang dipublikasikan oleh Michael E Porter, seorang profesor
dari Harvard Business School pada tahun 1979. Menurut Five Forces Model ada
lima hal yang dapat menentukan tingkat persaingan dan daya tarik pasar dalam
suatu industri.

Menurut Five Forces Model, sebuah industri disebut “tidak menarik” bila kombinasi
dari five forces menurunkan profitabilitas secara keseluruhan. Sebuah industri
disebut menarik bila kombinasinya menunjukkan profitabilitas yang menjanjikan.
Tiga dari lima Five Forces merujuk pada persaingan dari sumber eksternal. Sisanya
adalah ancaman internal.

Five Forces Model

A. Threat of New Entrants


Hambatan masuk (entry barriers) merupakan berbagai faktor yang akan
menghambat pendatang baru (potential new entrants) memasuki suatu industri di
Five Forces Model. Hambatan masuk yang rendah akan mengakibatkan suatu
industri mengalami penurunan profitabilitas dengan cepat karena semakin
meningkatnya persaingan di antara perusahaan dalam satu industri. Sebaliknya
dalam Five Forces Model hambatan masuk industri yang tinggi, diasumsikan akan
dapat mempertahankan daya tarik industri untuk jangka waktu yang panjang.

B. Bargaining Power of Suppliers


Dalam Five Forces Model Pemasok memiliki posisi tawar-menawar (bargaining
position) yang berbeda-beda terhadap perusahaan di dalam Five Forces Model.
Kemampuan pemasok untuk menentukan syarat-syarat perdagangan yang
menguntungkan kedua belah pihak sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen struktur
industri sebagai berikut: differentiation of inputs, switching costs of supplier and firms
in the industry, presence of substitute inputs, supplier concentration, importance of
volume to supplier, cost relative to total purchases in the industry, impact of inputs on
cost or differentiation, threat of forward integration. Apabila perusahaan dapat
memperoleh pasokan bahan baku dari beberapa pemasok maka kedudukan
perusahaan relatif lebih kuat dibandingkan pemasok sehingga pemasok tidak akan
memberikan ancaman berarti bagi perusahaan di Five Forces Model. Tetapi apabila
perusahaan bergantung hanya kepada satu pemasok maka kedudukan pemasok
menjadi kuat dan dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan.

C. Bargaining Power of Buyers/Consumers


Dalam Five Forces Model pembeli memiliki posisi penting terhadap
keberlangsungan hidup perusahaan karena sales revenue yang diperoleh
perusahaan berasal dari penjualan produk perusahaan kepada buyer. Posisi tawar
menawar pembeli terhadap perusahaan yang menjual barang dan jasa ditentukan
oleh dua hal utama yakni bargaining leverage dan price sensitivity. Bargaining
Leverage pembeli selanjutnya ditentukan oleh beberapa faktor sebagai
berikut: buyer concentration vs firm concentration, buyer volume, buyer integrate,
substitute products.

D. Threat of Subtitute Products


Dalam Five Forces Model Persaingan terhadap produk dihasilkan perusahaan tidak
hanya berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang sama sehingga
menimbulkan persaingan langsung(direct competition), melainkan bisa juga berasal
dari perusahaan yang memproduksi produk yang memiliki kesamaan fungsi dengan
produk yang dihasilkan perusahaan. Produk seperti itu dinamakan produk
subsitusi (substitute products).

E. Competitive Rivalry Within the Industry


Di dalam industri Five Forces Model sendiri, terjadi persaingan antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Menurut Porter pencetus Five Forces
Model, intensitas persaingan (intensity of rivalry) antar perusahaan dalam satu
industri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: industry growth, fixed
costs/value added, intermitten overcapacity, product differiencies, brand identity,
switching costs, concentration & balance, informational complexity, diversity of
competitors, corporate stakes, dan exit barriers. Perusahaan yang melakukan
inovasi dapat menikmati profit yang besar pada saat pesaing lain belum memasuki
pasar yang sama. Tetapi sebagaimana dinyatakan oleh Hermawan Kartajaya,,
persaingan saat ini sudah memasuki tahap wild. Hal ini ditandai dengan semakin
cepatnya pesaing memperoleh akses teknologi sehingga dalam waktu yang relatif
singkat mereka akan dapat menghasilkan produk yang serupa dengan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan innovator.
– Pure Monopoly
– Avoided Competition
– Hypercompetition
– Perfect Competition
2. BAKMI JANDA

Sebelum Kita menganalisi antara kedua hal diatas, maka kita harus mengenali
terlebih dahulu Profil dari Kedai bakmi Janda dan apa saja yang dapat kita
hubungkan dengan Five Forces Model.

1) Gambar Kedai

2) Gambar Menu
Dari kedua gambar tersebut, Kita dapat menganalisa Hal-hal yang menjadi
Kelebihan dari Kedai tersebut.

1. Keunikan Penamaan
2. Keunikan Pemilik
3. Pelayan yang menjadi ikon Kedai tersebut.
4. Penamaan Menu

Sedangkan Hal yang kekurangan dari Kedai tersebut

1. Menu Biasa saja


2. Hanya berpatok kepada Jargon “Janda”
3. Banyak yang bisa membuat Bakmie

Analisa dengan memakai Five Forces Model.

1. Threat of New Entrants

Dalam membuka kedai Bakmie, hambatan masuk pesaing sangat rendah,


karena sudah banyak kedai Bakmie yang sudah ada sebelumnya. Kelebihan dari
Kedai ini mungkin adalah Penamaan dan Pemiliknya yang berstatus sebagai
“Janda” dimana untuk budaya di sebagian daerah nilai “Janda” memiliki konotasi
baik dalam menarik pengunjung.

Pengunjung yang datang mungkin pertama kali adalah karna penasaran akan
namanya saja. Belum tentu karena rasa, dimana rasa dalam industri makanan
adalah Aspek utama untuk keberlangsungan suatu industri.

Pesaing akan dengan mudah membuat Produk yang sama, walau dengan
Slogan atau moto yang tidak kalah kreatif dalam penamaan. Bahkan mungkin
pesaing dapat menganalisa dari kekurangan yang ada di Kedai bakmi janda
tersebut, kemudian disempurnakan oleh Pesaing yang baru.

2. Bargaining Power of Suppliers

Pemasok untuk bahan-bahan menu di kedai Bakmi ini adalah bahan bahan yang
umum ada, dan banyak penjualnya. Jadi Kedai Bakmi tidak akan takut akan
monopoli dari Pemasok bahan baku. Tapi mungkin untuk Beberapa bahan baku
yang mana Bahan pokoknya adalah musiman, akan sangat susah menjaga
keberlangsungan bahan baku, sehingga disuatu titik maka Kedai Bakmi dapat
dengan mudah kalah kekuatan dengan pemasok.

Untuk menjaga agar Biaya selalu seimbang, maka dapat dilakukan suatu
perjanjian khusus dengan para pemasok, sehingga kelangsungan bahan baku yang
dibutuhkan oleh Kedai Bakmi dapat terus ada tanpa adanya hambatan yang
signifikan. Jadi kekuatan dari Pemasok juga tidak terlalu besar.
3. Bargaining Power of Buyers/Consumers

Kekuatan konsumen akan produk Bakmi ini adalah sangat kuat. Karena kesalah
sedikit yang dilakukan oleh Kedai Bakmi dalam memuaskan pelanggan akan
berdampak sangat besar akan kenaikan atau penurunan jumlah pembeli. Karena
bisnis makanan adalah bisnis yang dapat dengan mudah mencapai titik jenuh
apabila perusahaan tidak cepat melakukan adaptasi terhadap selera konsumen.

Apabila kita melihat Daftar menu, maka harga yang dipaparkan adlah wajar untuk
Kedai tersebut, dimana Tempat dan pelayanan yang dilakukan oleh Kedai juga
memakai biaya yang rendah, sehingga pangsa pasar adalah dari masyarakat
menengah hingga kelas atas. Konsumen sangat memiliki kekuatan untuk
mengontrol keberlangsungan Kedai Bakmi tersebut. Sehingga Kompetitor dapat
dengan mudah menggoda konsumen untuk beralih kepada Kompetitor baru.

4. Threat of Subtitute Products

Pada dasarnya, Bakmi bukanlah kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, dan


juga banyak sekali produk pengganti apabila tidak dapat makan Bakmie di kedai
tersebut. Persaingan “Bakmi” saja sudah sangat besar, ditambah dengan persaingan
antar produk yang berbeda namun memiliki manfaat yang sama. Dimana nilai jual
yang sangat mencolok di Kedai ini adlah “Janda” itu sendiri dan bukanlah Bakmi.

5. Competitive Rivalry Within the Industry

Persaingan bisnis makanan Bakmie ini sangat besar sekali, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa memiliki pangsa pasar yang sangat besar juga. Namun banyak
hal-hal yang dapat dimaksimalkan oleh Bakmie tersebut, dari dengan menurunkan
tingkat Biaya Tetap, Menumbuhkan citra Kedai, juga dapat memaksimalkan
persaingan dengan membuat produk produk yang sangat beragam, sehingga
pesaing tidak dapat menggantikan kedudukan Kedai dimata pembeli potensial.

Jadi, persaingan terbesar adalah dengan Kedai makanan lain yang memiliki
Tema yang tidak kalah kreatif dengan yang sudah ada, sehingga dapat dengan
mudah menarik perhatian orang banyak.

3. KESIMPULAN
Dari lima hal yang sudah dibahas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bisnis
Kedai Bakmi Janda ini sangat mudah untuk disaingi dan mudah untuk
ditinggalkan oleh penjual. Karena kelebihan yang paling mencolok adalah nama
dan slogan yaitu “Janda”. Dimana prodak utama yang dijual adalah makanan,
namun tidak ada kelebihan mencolok dari kedai tersebut yang berasal dari menu
yang mereka buat. Hanya penamaan menu yang terbilang kereatif namun
ternyata adalah menu yang wajar dan ada di kedai kedai yang lain.

Anda mungkin juga menyukai