Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan Orang Tua

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan

merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk

sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan

membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan

anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di

atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian

keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri

dari ayah, ibu dan anak-anak.

Orang tua adalah pengertian umum dari seseorang yang melahirkan kita , orang

tua biologis. Namun orang tua juga tidak selalu dalam pengertian yang melahirkan.

Orang tua juga bisa terdefinisikan terhadap orang tua yang telah memberikan arti

kehidupan bagi kita.Orang tua yang telah mengasihi kita, memelihara kita sedari kecil

(Ilham,2015)

Besar kecilnya factor risiko terhadap timbulnya gigi sulung pada anak pra

sekolah dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran orang tua merawat kesehatan gigi.

Pengetahuan dan kebiasaan yang perlu dimiliki orang tua antara lain yang berkaitan
dengan cara membersihkan diri, jenis makanan ynag menguntungkan kesehatan gigi

dengan cara makan minum yang benar (Lindia,2009)

Orang tua merupakan orang yang paling mengerti dan dimengerti anak

penyandang autisme (suteja, 2014)

Mendidik anak autis bukan merupakan hal yang sederhana, meskipun untuk

melakukannya dibutuhkan bantuan terapis namun keterlibatan orang tua dalam

penyusunan prioritas program pendidikan tetap mutlak adanya. (suteja,2014)

Tingginya frekuensi karies pada anak dengan disabilitas bisa terjadi karena

kurangnya pemahaman orang tua dalam hal kesehatan gigi, anak-anak paling utama

dilatih oleh ibu, karena ibu sosok palig dekat dengan anak (christiono,R.rama)

B. Kesehatan Gigi dan Mulut

Kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk dipelihara agar gigi dapat

berfungsi dengan semestinya didalam mulut. Memelihara kesehatan gigi dan mulut

ada beberapa cara yaitu :

a. Menyikat gigi

Menurut Sriyono (2005), tujuan menyikat gigi adalah untuk menghilangkan

dan mengganggu pembentukan plak, membersihkan gigi dari makanan,debris,

dan pewarnaan, menstimulasi jaringan gingiva, mengaplikasikan pasta gigi


yang berisi yang berisi suatu bahan khusus yang ditujukan terhadap karies,

penyakit periodontal atau sensitivitas.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyikat gigi adalah :

1) Frekuensi menyikat gigi

Pratiwi (2007), mengatakan bahwa,menyikat gigi sebaiknya dilakukan

minimal 2 kali sehari. Setiap anggota keluarga harus memiliki sikat gigi

sendiri

2) Waktu

Menurut Pratiwi(2007) eaktu yang paling tepat menyikat gigi adalah

setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam.

3) Gerakan menyikat gigi

Setiap metode menyikat gigi telah disarankan oleh beberapa dokter

gigi ahli memiliki kesulitan tersendiri. Secara umum sampai saat ini

disimpulkan bahwa cara sikat gigi yang paling efektif adalah dengan

mengkombinasikan metode-metode menyikat gigi. Menurut pratiwi

(2007), metode kombinasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Pada gerakan vertical, bulu sikat diletakkan tegak lurus dengan

permukaan fasial gigi dan digerakan dari atas kebawah atau

sebaliknya.

b) Gerakan vertikal juga dilakukan pada permukaandalam gigi yaitu

permukaan palatal pada gigi atasdan lingual pada gigi bawah.


c) Gerakan horizontal dilakukan pada permukaan kunyah (permukaan

oklusal) pada gigi geraham (premolar dan molar).

d) Gerakan memutar dilakukan pada permukaan fasial gigi atas sampai

bawah dari belakang kiri, ke depan dan belakang kanan

4) Syarat sikat gigi yang baik

Menurut pratiwi (2007), ada beberapa syarat sikat gigi yang baik

untuk digunakan, antara lain :

a) Kepala sikat gigi harus kecil harus cukup kecil dan ramping, untuk

dapat digunakan keseluruh permukaan mulut dan bagian belakang

yang biasanya sulit dijangkau.

b) Tangkai sikat gigi mudah digenggam, supaya mudah digerakkan

maka sebaliknya tangkai sikat gigi lurus.

c) Bulu sikat gigi yang halus dan lembut, ujung bulu sikat bentuknya

bulat dan halus serta bulunya rata.

5) Pemakaian pasta gigi

Menurut standar internasional kadar flour dalam pasta gigi yang baik

untuk anak adalah 500-1000 ppm. Pemakaian pasta sudah dapat dimulai

pada usia dua tahun. Untuk menghindari flourosis, banyaknya pasta ynag

diberikan pada anak-anak dianjurkan sebesar biji kacang polong

(American Dental Association, 15 januari 2011)


b. Makanan yang menyehatkan gigi

Dianjurkan bagi anak-anak dalam diet sehari-hari untuk menambah

makanan yang mengandung air dan serat yang memiliki daya membersihkan

gigi sendiri seperti apel,papaya dan lain-lain yang disebut juga dengan self

cleansing (Machfoedz,2005). Daging atau produk yang mengandung

daging,wortel dan jenis sayuran lainnya serta kacang dan keju termasuk jenis

makanan yang direkomendasikan (Pratiwi,2007).

c. Makanan yang merusak gigi

Menurut Boediharjo (1985), seperti bagian tubuh yang lain, gigi,

tulang dan jaringan lainnya dalam mulut membutuhkan makanan yang baik

supaya tetap dalam keadaan sehat. Diet yang baik sangat penting untuk

kesehatan gigi. Mengontrol diet makanan sehari-hari adalah tindakan yang

pertama dapat dilakukan untuk mencegah terbentuknya plak atau setidaknya

dapat mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat terutama sukrosa,

karena makanan inilah yang merupakan sumber utama pembentukan zat

pelekat dalam lapisan plak.

Anak-anak umumnya senang gula-gula, padahal gula-gula adalah

musuh gigi anak-anak. Artinya apabila anak-anak terlalu banyak makan gula-

gula dan jarang membersihkan segera setelah memakan gula-gula maka gigi –

giginya umumnya banyak karies, karena gula-gula dalam permukaan gigi

akan diubah oleh kuman-kuman dengan bahan dari mulut kuman-kuman itu
menjadi asam. Asam yang menempel pada email akan melunakan permukaan

email sehingga kuman-kuman melubanginya (Machfoedz,2005)

Makanan kariogenik yang sering dimakan diantara waktu makan

mempunyai cirri-ciri pH rendah, mengandung gula tinggi dan lengket

(newburn,1982 cit Suwelo,1992).

C. Struktur Gigi

Menurut Pratiwi (2007), struktur gigi yang ada pada manusia terdiri dari

beberapa lapisan, diantaranya :

1. Email
Email berasal dari jaringan Ektoderm. Email merupakan lapisan terluar pada

mahkota gigi. Banyak mengandung kalsium sehingga bila dibandingkan dengan

lapisan gigi lain, email merupakan jaringan paling keras dan kuat karena

memiliki kandungan anorganik 96%. Karena itu, email merupakan pelindung

gigi dari sensitivitas panas atau dingin dan nyeri saat mengunyah (Pratiwi, 2007).

2. Dentin
Dentin berasal dari jaringan Mesoderm yaitu susunan dan asal yang sama

dengan jaringan tulang. Dentin memiliki kemampuan untuk melakukan

regenerasi bila dihubungkan dengan jaringan pendukung gigi. Dentin terletak di

bawah email pada mahkota gigi. Di dalam dentin terdapat pembuluh-pembuluh

yang sangat halus. Mulai dari batas rongga pulpa sampai kebatas email dan
semen. Pembuluh ini berjalan menyebar keseluruh permukaan dentin yang

disebut Tubuli Dentin (Pratiwi, 2007)

3. Pulpa

Pulpa adalah struktur gigi terdalam (di bawah dentin) berupa rongga yang

berisi jaringan pulpa. Jaringan pulpa penuh dengan sel saraf yang sensitif

terhadap rangsang mekanis-teknis-kimia, jaringan limfa (cairan getah bening),

jaringan ikat, pembuluh darah arteri dan vena (Pratiwi, 2007)..

Menurut Pratiwi (2007), pulpa terdiri dari beberapa bagian :

a. Tanduk pulpa (pulp horn)

b. Ruang pulpa (pulp chamber), yang berada dibagian tengah gigi.

c. Saluran pulpa (pulp canal), yang berada dibagian akarnya.

d. Foramen Apical merupakan tempat masuknya jaringan pulpa ke rongga pulpa

berupa lubang di daerah ujung akar / apeks gigi.

e. Suplementary canal yaitu percabangan saluran pulpa berjumlah dua atau

lebih yang berada dekat apical (ujung akar).

f. Orifice yaitu pintu masuk yang menghubungkan ruang pulpa dengan

salurannya. Umumnya garis luar bentuk gigi. Pulpa berasal dari jaringan

mesenkim dan berfungsi sebagai pemberi nutrisi gigi-gigi yang mengandung

sel-sel saraf. Sistem sensorisnya berfungsi mengontrol peredaran darah dan

sensasi nyeri.
D. Pengertian Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure dan daerah interproximal) meluas

ke arah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu

permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi,

misalnya : dari email ke dentin atau ke pulpa (Tarigan, 1990).

Menurut Pratiwi (2007), tanda-tanda awal pada karies gigi yaitu :

1. Munculnya spot putih seperti kapur pada permukaan gigi. Ini menunjukkan area

demineralisasi akibat asam.

2. Proses selanjutnya, warnanya akan berubah menjadi coklat, kemudian mulai

membentuk lubang. Jika spot kecoklatan ini tampak mengkilap, maka proses

demineralisasi telah berhenti yaitu jika kebersihan mulut membaik. Spot ini

disebut stain dan dapat dibersihkan. Sebaliknya, spot kecokelatan yang buram

menunjukkan proses demineralisasi yang sedang aktif. Karena itu diperlukan

pemeriksaan rutin untuk mendeteksi dini timbulnya lubang.

3. Jika kerusakan telah mencapai dentin, biasanya mengeluh sakit atau timbul ngilu

setelah makan atau minum manis, asam, panas atau dingin. Apabila dokter gigi

melakukan pemeriksaan, rasa ngilu terkadang dirasakan saat karies ditelusuri

dengan alat sonde.

4. Apabila seorang pasien mengeluh rasa sakit bukan hanya setelah makan saja,

berarti kerusakan gigi sudah mulai mencapai pulpa. Kerusakan pulpa yang akut
akan terjadi apabila keluhan sakit terjadi terus-menerus yang akhirnya

mengganggu aktivitas sehari-hari.

E. Proses Terjadinya Karies

Karies adalah penyakit infeksi yang disebabkan pembentukan plak kariogenik

pada permukaan gigi yang menyebabkan demineralisasi pada gigi (demineralisasi

email terjadi pada ph 5,5 atau lebih). Sekitar 300 macam spesies bakteri di rongga

mulut, hanya sebagian diantaranya, yang dikenal dengan Streptococcus Mutans (SM)

adalah penyebab utama karies pada mahkota karena sifatnya yang : (1) menempel

pada email; (2) menghasilkan dan dapat hidup di lingkungan asam; (3) berkembang

pesat di lingkungan yang kaya sukrosa dan (4) menghasilkan bakteriosin, substansi

yang dapat menumbuhkan organisme kompetitornya (Putri M.H,. Herijulianti, E., &

Nurjannah, N. 2011).

Saliva berperan penting pada proses karies. Fungsi saliva yang adekuat penting

dalam pertahanan melawan serangan karies. Mekanisme fungsi perlindungan saliva,

meliputi : (1) aksi pembersihan bakteri; (2) aksi buffer; (3) aksi antimikroba dan (4)

remineralisasi. Berkurangnya saliva secara signifikan meningkatkan laju

pertumgbuhan karies. Berkurangnya aliran saliva akan berakibat pada tertekannya Ph

dalam jangka waktu lama (berkurangnya buffering), menurunnya efek antibakteri dan

berkurangnya ion-ion untuk remineralisasi (Putri M.H,. Herijulianti, E., & Nurjannah,

N. 2011).
Seringkali siklus proses karies membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

menyebabkan kavitas. Perkembangan melalui email sering kali lambat sehingga lesi

email kadang kala tetap tanpa perubahan selama 3-4 tahun. Laju perkembangan

karies melalui dentin juga lambat sehingga proses berjalan panjang, memberi

kesempatan untuk remineralisasi yang dapat mencegah tidak sampai terjadi kavitas

(Putri M.H,. Herijulianti, E., & Nurjannah, N. 2011).

F. Macam-macam Karies Gigi

1. Karies Email

Karies tersebut baru mengenai bagian email. Pada karies ini orang yang

menderita belum merasakan sakit, belum merasakan ngilu, belum merasakan

apa-apa sebagai akibat lubang ini (Machfoedz dan Zein, 2005).


Gambar 1 : Karies Email
Sumber : https://www.google.co.id

2. Karies Dentin

Karies dentin berarti lubang sampai dentin, orang yang menderita karies ini

akan merasakan ngilu bila lubangnya kemasukkan makanan yang agak keras,

ataupun kena rangsangan dingin seperti es. Pada kelompok ini pun cara

pengobatannya ditumpat seperti karies email. Dentin ini merasakan rangsangan,

karena di dalam dentin sudah ada saluran-saluran kecil sekali (tak terlihat oleh

mata) yang berisi saraf, pembuluh darah dan limfe (Machfoedz dan Zein, 2005).

Gambar 2 : Karies Dentin


Sumber : https://www.google.co.id

3. Karies Pulpa

Setelah karies ini belum juga dibawa ke klinik untuk dirawat, maka akan

berlanjut sehingga lubang tersebut menembus atap pulpa atau atap benak gigi

atau pulpa gigi. Kuman-kuman akan menyerbu pulpa sehingga terjadinya radang
pulpa atau infeksi pulpa atau pulpitis, orang yang menderita pulpitis in akan

merasakan sakit sekali bila kena rangsangan dingin dan bila kemasukkan

makanan yang keras (Machfoedz dan Zein, 2005).

Gambar 3 : Karies Pulpa


Sumber : https://www.google.co.id

G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan banyak faktor (multiple factors)

yang saling mempengaruhi dan faktor utama yaitu gigi dan saliva, mikroorganisme,

substrat serta waktu. Keempat faktor tersebut digambarkan sebagai empat lingkaran,

bila lingkaran tersebut tumpang tindih maka terjadi karies (Suwelo, 1992).
Gambar 4 : Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies
Sumber : https://www.google.co.id

Selain faktor yang merupakan faktor langsung di dalam mulut yang berhubungan

dengan karies terdapat pula faktor tidak langsung; disebut juga faktor risiko luar yaitu

predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku

yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Suwelo, 1992).

Faktor risiko di dalam mulut yaitu faktor yang berhubungan langsung dengan

karies antara lain :

1. Gigi dan Saliva

Permukaan email lebih banyak mengandung mineral dan bahan-bahan

organik dengan air yang relatif lebih sedikit (Newburn, Muhler, cit. Suwelo,
1992). Susunan gigi yang berjejal (crowding) dan saling tumpang tindih (over

lapping) akan mendukung timbulnya karies, karena daerah tersebut sulit

dibersihkan (Suwelo, 1992).

Keadaan normal, gigi selalu dibasahi oleh saliva karena kerentanan gigi

terhadap karies banyak tergantung pada lingkungannya, maka peran saliva sangat

besar sekali. Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena

banyak mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam

melakukan remineralisasi jika ada ion fluor, selain mempengaruhi komposisi

mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH nya, jika aliran

saliva berkurang atau menghilang, maka karies mungkin tidak akan terkendali

(Kidd, E. A. M, & Bechal, S. J. 1991).

2. Mikroorganisme

Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri serta produk-produknya

yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi

secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email

yang bersih terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik

yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri atas glikoprotein

yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah penyakit gigi. Sifatnya

sangat lengket dan mampu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan

gigi.
Bakteri yang terdapat pada plak adalah Streptococcus mutans dan

Lactobacillus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu membuat asam

dari karbohidrat yang dapat diragikan, kuman-kuman tersebut dapat tumbuh

subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena

kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari

karbohidrat makanan (Kidd, E. A. M, & Bechal, S. J. 1991).

3. Substrat

Substrat merupakan campuran makanan halus dan minuman yang dimakan

sehari-hari dan menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap

karies secara lokal di dalam mulut (Suwelo, 1992). Substrat yang menempel di

permukaan gigi berbeda dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh yang

diperlukan untuk mendapatkan energi yang membangun tubuh (Suwelo, 1992).

4. Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama

berlangsungnya proses karies, hal tersebut menandakan bahwa proses karies

tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti, bila

saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi

dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun dengan

demikian sebenarnya dapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit

ini (Kidd, E. A. M, & Bechal, S. J. 1991).

H. Pencegahan Karies Gigi


Menurut Frenchkken, dkk (1999), karies dapat dicegah dengan tiga aktivitas

bersama-sama :

1. Menghilangkan plak seluruhnya dengan hati-hati dan efektif, paling tidak satu

kali sehari.

2. Membatasi frekuensi makan dan minum, makanan dan minuman yang manis.

3. Meningkatkan pertahanan email misalnya dengan menggunakan fluoride dalam

pasta gigi atau air kumur.

I. Def-t

1. Pengertian Def-t

Indeks karies gigi yaitu angka yang menunjukan jumlah gigi karies seseorang

atau sekelompok orang. Indeks karies gigi sulung disebut def-t. oleh gruebbel tahun

1944 (cit.Suwelo,1992). Indeks karies def-t adalah jumlah gigi karies ynag masih bisa

ditambal (d atau decay), ditambah dengan jumlah gigi karies yang tidak dapat

ditambal lagi atau gigi dicabut (e atau extractie) dan jumlah gigi karies yang sudah

ditambal (f atau filling)

Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu waktu pemeriksaan waktu menilai

memakai indeks Def-t yaitu (Sriyono, 2005) :

a. Jika ada gigi yang ditambal sementara, maka gigi tersebut dimasukkan pada

kriteria d.
b. Jika sebuah gigi mempunyai 1 atau lebih tambalan pada permukaannya,

sedangkan permukaan lain karies, maka gigi tersebut dimasukkan kedalam

kriteria d.

c. Jika ada gigi yang telah ditambal dan timbul karies sekunder disekelilingnya,

maka gigi tersebut dimasukkan pada kriteria d.

d. Apabila ada tambalan preventif misalnya fissure sealent, maka gigi tersebut

tidak dimasukkan pada kriteria f.

e. Apabila ada tambalan crown karena karies, maka gigi tersebut tidak

dimasukkan pada kriteria f.

J. Autisme

Autisme berasal dari bahasa yunani yakni “auto” yang berarti berdiri sendiri.

Arti kata ini ditujukan pada seseorang penyandang autisme yang seakan-akan hidup

di didunianya sendiri (suteja,2014)

Autis merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa

aspek bagaimana anak melihat dunia dan belajar dari pengalamannya (monica,dkk

2015)

Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang menunjukan adanya

syndrome perilaku yaitu interaksi sosial dan perkembangan sosial abnormal, tidak

mampu mengadakan komunikasi yang normal, minat serta aktifitasnya sangat


terbatas, kaku, sering mengulang apa yang dia ketahui dan tanpa imajinasi.

(monica,dkk 2015)

Secara ilmiah dibuktikan bahwa autisme adalah suatu kelainan/penyakit yang

disebabkan multifaktorial, dengan banyak ditemukan kelainan pada tubuh penderita.,

salah satunya manifestasi alergi. Pengaruh alergi makanan ke otak tersebut adalah

sebagai salah satu pemicu memperberat penyakit autism (laela,2007)

Prevalensi Autism Spectrum Disorder(ASD) atau autism adalah 1: 500 anak.

Pada pria lebih sering dijumpai daripada wanita dengan perbandingan 4:1(laela,2007)

K. Gejala autisme

Autisme merupakan spectrum disorder yaitu gangguan kesehatan dengan

banyak variasi gejala, dari samar sampai sangat jelas. Hal ini dapat disebabkan

perbedaan kelainan didalam otak, oleh karena itu dua anak penyandang autisme dapat

menunjukan gejala yang sangat berbeda sehingga terapinya juga berbeda. (

asmika,dkk 2006)

Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang

kompleks yang mulai tampak sebelum anak berusia tiga tahun, bahkan anak yang

termasuk autis infantile gejalanya sudah muncul sejak lahir. (Monica,dkk 2015)
Autis dianggap sebagai gangguan perilaku atau gangguan psikiatri yang

disebabkan oleh kerusakan genetik yang sulit untuk dapat disembuhkan. (Monica,dkk

2015)

Faktor penyebab anak autisme antara lain faktor genetik, faktor imunologik,

factor perinatal, faktor biokimia, dan factor psikodinamika. Adanya disfungsi

metallothionein atau ketidakmampuan tubuh untuk mengikat logam berat sehingga

berakibat menimbulkan keracunan logam, sebagai contoh tingginya kandungan

merkuri dalam tubuh (Laela,2007)

Gejala autisme dapat timbul pada usia dini, kurang dari 1 tahun, dengan gejala

awal bermanifestasi sebagai tidak dijumpainya perilaku perkembangan yang lazim

serta gejala patologi awal. Pada anak usia dini, autisme, retardasi mental, atau variasi

perkembangan normal sulit dibedakan. Gejala dan tanda yang tidak semestinya dan

aneh, harus diperhatikan dengan cermat. Intervensi harus segera dilakukan, jangan

ditunda hanya untuk menunggu diagnosa pasti. (Laelia,2007)

L. Ciri-ciri Autisme

Seolah dalam dunia tersendiri, tidak tertarik pada anak lain, memilih bermain

sendiri. Kontak pandang atau mata buruk. Keluhan masalah perilaku, anak suka

mengamuk, tidak tahu memainkan mainan, jalan jinjit. Sangat peka atau tertarik pada

tekstur atau bunyi tertentu. Hiperaktif, tidak kooperatif atau melawan. Suka

membariskan mainan atau barang. Pola geraknya ganji(Laelia,2007)

Menurut Universitas Sumatera Utara didalam penelitian tentang


1. Kerusakan yang dapat ditandai dari penggunaan beberapa perilaku non

verbal seperti tatapan langsung, ekspresi wajah, postur tubuh dan gestur

untuk mengatur interaksi sosial.

2. Kegagalan untuk mengembangkan hubungan teman sebaya yang tepat

menurut tahap perkembangan.

3. Kekurangan dalam mencoba secara spontanitas untuk berbagi kesenangan,

ketertarikan atau pencapaian dengan orang lain (seperti dengan kurangnya

menunjukkan atau membawa objek ketertarikan).

4. Kekurangan dalam timbal balik sosial atau emosional.

5. Penundaan dalam atau kekurangan penuh pada perkembangan bahasa (tidak

disertai dengan usaha untuk menggantinya melalui beragam alternatif dari

komunikasi, seperti gestur atau mimik).

6. Pada individu dengan bicara yang cukup, kerusakan ditandai dengan

kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan

orang lain.

7. Penggunaan bahasa yang berulang-ulang dan berbentuk tetap atau bahasa

yang aneh.

8. Kekurangan divariasikan, dengan permainan berpura-pura yang spontan

atau permainan imitasi sosial yang sesuai dengan tahap perkembangan.

9. Meliputi preokupasi dengan satu atau lebih pola ketertarikan yang

berbentuk tetap dan terhalang, yang intensitas atau fokusnya abnormal.


10. Ketidakfleksibilitasan pada rutinitas non fungsional atau ritual yang

spesifik.

11. Sikap motorik yang berbentuk tetap dan berulang (tepukan atau

mengepakkan tangan dan jari, atau pergerakan yang kompleks dari

keseluruhan tubuh).

12. Preokupasi yang tetap dengan bagian dari objek

Anda mungkin juga menyukai