Anda di halaman 1dari 8

PEMASANGAN KABEL LISTRIK

BAWAH LAUT

Disusun Oleh:
DIMAS ADRIANSYAH (150120201015)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik terutama yang menggunakan
tenaga air, biasanya terletak jauh dari pusat-pusat beban. Dengan demikian,
tenaga listrik yang telah dibangkitkan harus disalurkan melalui saluran-
saluran transmisi. Saluran-saluran ini membawa tenaga listrik dari pusat
pembangkit ke pusat-pusat beban baik langsung maupun melalui gardu-gardu
induk dan gardu-gardu rele. Saluran transmisi yang dapat digunakan adalah
saluran udara atau saluran bawah tanah. Menurut jenis arus yang dapat
dibangkitkan yaitu sistem arus bolak balik (AC atau alternating current) dan
sistem arus searah (DC atau direct current).
Dengan memperhatikan kondisi negara Indonesia, luas wilayahnya
sebagian besar adalah lautan. Lautan ini bukanlah suatu pemisah antara pulau
yang satu dengan pulau lainnya, melainkan pulau dipandang sebagai
penghubung antar pulau. Bertitik tolak dari uraian tersebut, maka seyogyanya
para ahli perencanaan penyediaaan tenaga listrik di negera ini turut menyikapi
akan penyatuan sistem ketenagalistrikan, dengan menerapkan transmisi
dengan menggunakan kabel bawah laut.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apa itu kabel bawah laut
2. Bagaimana cara pemasangan kabel bawah laut?

1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah ini yaitu:
1. Mengetahui kabel bawah laut
2. Mengetahui cara pemasangan kabel bawah laut
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kabel Bawah Laut


Kabel bawah laut (submarine) pada dasar-nya merupakan teknologi yang
memungkinkan penyatuan atau pengintegrasian sistem kelistrikan di suatu negara.
Umumnya, sistem transimisi yang digunakan disebut dengan high voltage direct
current (HVDC). HVDC atau arus tinggi yang berjenis searah tersebut, dapat
membawa daya listrik yang besar dengan instrumen kawat tembaga berlilit
sebagai penghantar tegangan, dan kulit pita baja sebagai pelindung kawat yang
diletakkan di bawah laut.
Yang jelas, melalui pemasangan kabel bawah laut tersebut, distribusi dan
pemenuhan kebutuhan listrik di suatu daerah tidak perlu lagi dilakukan dengan
membangun pembangkit di daerah tersebut. Apalagi kalau kondisi sumber daya
energi setempat tidak memungkinkan. Cukup dengan me-ngirim pasokan listrik
melalui kabel bawah laut, maka PLN dapat memenuhi kebutuhan listrik ke suatu
daerah dari sumber utama pembangkit listrik besar yang berada di daerah lain.
(Sumber: http://www.listrikindonesia.com dan
http://www.mmindustri.co.id/teknologi-pembangunan-kabel-bawah-laut/)

2.2 Survei Jalur dan Penetapan Panjang Kabel


Survei ini bertujuan untuk mendapatkan data-data kondisi laut dan jalur kabel
yang sesuai. Lintasan yang dilalui kabel diusahakan yang pendek dan lurus, dasar
laut tanpa lembah dan laut yang tidak terlalu dalam. Survei jalur kabel meliputi:
1. Karakteristik permukaan dasar laut
2. Kedalaman laut
3. Pergerakan arus
4. Arus pasang surut
5. Pergeseran pasir dasar laut
6. Data pendukung lainnya
2.3 Perbandingan Kapasitas Transmisi Daya pada Tegangan Tinggi DC dan AC
Apabila ada dua saluran transmisi yang dapat dibandingkan, satu adalah
saluran transmisi AC dan yang lainnya adalah saluran transmisi DC, dianggap
bahwa isolator – isolator AC dan DC menahan tegangan puncak ke tanah yang
sama.
Menurut studi memperlihatkan bahwa dari suatu saluran DC umumnya
biasanya sekitar 33 % lebih kecil dari suatu saluran AC untuk kapasitas yang
sama. Selanjutnya jika suatu saluran DC dua kutub dibandingkan dengan saluran
ac 3 phasa rangkaian ganda, biaya saluran DC sekitar 45 % lebih kecil dari
saluran AC. Biasanya keuntungan biaya saluran DC meningkat pada tegangan
tinggi. Rugi daya karena gejala korona lebih kecil pada saluran DC dibanding
saluran AC.
Dan pembebanan impedansi surja (beban alami) adalah merupakan fungsi dari
tegangan, induktansi dan kapasitansi saluran tidak merupakan fungsi dari panjang
saluran. Bagaimanapun, converter – converter pada kedua ujung saluran
membutuhkan daya reaktif dari sistem AC. Kabel – kabel tanah yang digunakan
untuk transmisi AC dapat juga digunakan untuk DC dan biasanya dapat
menyalurkan daya DC yang lebih besar dari AC. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya arus pemuatan kapasitif dan pemanfaatan isolasi yang lebih baik serta
pemakaian bahan dielektrik lebih sedikit.

2.4 Pekerjaan Instalasi Kabel Laut


Gaya tarik peletakan kabel ditentukan oleh kecepatan saat peletakan, berat
kabel, gaya pecah dan arus pasang.
Selama kabel diletakkan, "To" dikontrol pada nilai 500 - 1000 kg.
Beberapa jenis pekerjaan pada saat peletakan kabel meliputi :
1. Pemilihan vessel peletakan kabel, ditarik oleh beberapa tug boat.
2. Pekerjaan persiapan peletakan kabel
3. Penempatan kabel laut
4. Proteksi kabel laut
Selama bertahun-tahun penggelaran kabel itu hanya diletakkan di dasar laut
dan aspek geoteknik dari proses instalasi itu dianggap tidak terlalu penting.
Dengan demikian aspek geoteknik dari pemilihan rute kabel itu, sebagian besar
hanya terbatas pada identifikasi potensi bahaya, seperti longsor di bawah laut
yang bisa mematahkan kabel, gunung berapi bawah laut, dan area batuan di mana
gerakan atau getaran karena arus (strumming) bisa mengenai armour kabel dan
mengakibatkan kerusakan.
Selain itu, untuk setiap operasi penggelaran kabel, bertujuan agar aman saat
memindahkan kabel dari kapal (vessel) ke dasar laut dan menempatkannya
dengan akurat. Tidak hanya kabel yang harus diletakkan pada jalur khusus, tapi
kabel juga harus diletakkan dalam kondisi khusus baik itu slack atau tension-nya.

a. Dasar Penggelaran Kabel dalam Keadaan Steady State


Dalam keadaan steady state tidak ada perubahan dengan waktu-dasar laut
yang datar, kapal berada dalam perjalanan steady state pada kecepatan yang
sama, payout kabel steady state dan kabel yang digunakan adalah sama.

Gambar 1 Penggelaran Kabel Dalam Keadaan Steady State


Letak slack kabel dalam keadaan steady state memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Adapun bentuk kabel dari kapal menuju dasar laut adalah garis lurus,
diasumsikan tidak ada tension di dasar laut. Dalam kasus ini,
kelebihan atau slack-nya kabel tetap diletakkan. Tentu saja, ada radius
bengkokan kecil di dasar laut akibat kekakuan kabel, tapi hal ini tidak
bisa dilihat dari perspektif itu saja.

2. Untuk mencegah tension di bagian bawah, payout kabel (Vc) di kapal


hanya sedikit lebih cepat dari kecepatan kapal (Vs), Vc> Vs.
Misalnya, jika kapal bergerak pada 5 m/s dan payout kabel dari kapal
adalah sebesar 5,05 m/s (1% lebih cepat), akan ada 1% kelebihan atau
slack di dasar laut yang datar

3. Sudut kabel ditentukan oleh kecepatan kapal, berat kabel dan drag
koefisien dari kabel (ketahanan terhadap bergerak kabel mengikuti
arus).

4. Pendaratan kabel biasanya cukup jauh di belakang kapal. Contohnya,


untuk kapal yang bergerak pada 2,5 m/s (5 knots), kabel yang ringan
ditempatkan di 4 km dari air yang akan mendarat sekitar 20 km di
belakang kapal (jarak layback). Sudut kabel akan mendekati 11
derajat.

b. Sudut Kritis Kabel


Sudut kritis alpha (α) yang ditunjukkan di bawah adalah fungsi dari
kecepatan kapal, berat kabel dan ketahanan tarik kabel mengikuti arus.
Berdasarkan Gambar 2 bisa disimpulkan:
1. Sudut kabel berbanding terbalik dengan kecepatan kapal, jadi, jika
kecepatan kapal dua berarti sudut kabel adalah setengahnya.

2. Sudut kabel sebanding dengan berat kabel. Kabel yang lebih berat
memiliki sudut kabel yang lebih besar dan lebih vertikal di air.
3. Sudut kabel bukan merupakan fungsi dari kecepatan payout kabel,
sepanjang kabel tersebut. memiliki kelebihan yang diletakkan di dasar
laut.
4. Engineer kabel bawah laut menggunakan istilah konstanta hidrodinamik
untuk menentukan hubungan antara Sudut kabel dan kecepatan kapal.
5. Sudut kabel bisa didefinisikan sebagai : 𝛼 = H/VS
a. H adalah konstanta hidrodinamik dengan unit dari kecepatan-derajat
b. VS adalah kecepatan dari kapal

Gambar 2. Pengaruh kecepatan kapal terhadap sudut penggelaran kabel

Ada beberapa penyebab kerusakan kabel laut, di antaranya oleh peralatan pancing,
jangkar kapal, gigitan ikan, gesekan sirip ikan, dan lain-lain. Oleh karena itu kabel
laut harus diproteksi terhadap kemungkinan terjadinya gangguan seperti yang
disebutkan di atas. Ada beberapa cara yang telah dilakukan memproteksi ganggguan,
di antaranya adalah :
a. Menimbun kabel laut di dasar laut, kedalaman penimbunan tergantung
panjang mata peralatan pancing atau mata jangkar, biasanya (20 - 150)cm.
b. Proteksi dengan rantai pelindung atau jaring pelindung yang diikat pada
kabel. Pemilihan jalur yang tepat atau dengan pemberian tanda yang
menyolok pada jalur lintasan kabel sangat membantu untuk menghindari
kerusakan kabel oleh peralatan pancing dan jangkar kapal.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan makalah ini, ada
beberapa faktor Indonesia dapat melakukan pemasangan kabel listrik bawah
laut (submarine cable) yang sangat berguna bagi pulau – pulau kecil yang
pemasokan listriknya kurang memadai. Walaupun harus menggunakan biaya
yang cukup besar dan harus untuk jangka waktu yang lama.

3.2 Saran
Saran dari saya terhadap makalah ini, inovasi ini harus diperhatikan
oleh pemerintah agar menjadi inovasi yang bagus untuk kedepannya bagi
rakyat yang membutuhkan pasokan listrik yang cukup. Dikarenakan beberapa
pulau – pulau kecil yang masih kesusahan pasokan listrik.

Anda mungkin juga menyukai