Anda di halaman 1dari 10

GERAKAN MAHASISWA PADA MASA 10 TAHUN REFORMASI

KONSTRUKTIF ATAU DESTRUKTIF

A. PENDAHULUAN

Tumbangnya rezim orde baru yang telah berkuasa kurang lebih selama 32 tahun
merupakan sumbangsih pikiran dan tenaga atau usaha yang dilakukan oleh mahasiswa
dengan bangga kita katakana demikian yang didukung oleh lapisan masyarakat yang
puncaknya pada tahun 1998 dengan mundurnya soeharato secara resmi dari kursi
Kepresidenan. Mahasiswa sebagai motor dari pergerakan ini yang dibantu oleh
masyarakat bersatu padu membangun gerakan yang terdiri dari berbagai elemen
gerakan mahasiswa lainnya telah berhasil membuat isu bersama dan musuh bersama
yaitu soeharto harus mundur dari kursi kepresidenan. Selain itu, mahasiswa juga
menuntut untuk melakukan reformasi total dalam tataran pemerintahan, membrantas
kkn, perbaikan ekonomi, menuntut soeharto untuk segera mengembalikan asset-aset
Negara kepada rakyat. Dengan tuntutan ini soeharto pun mengundurkan diri kursi
Kepresidenan. Orde baru telah berakhir maka digantiakn dengan zaman reformasi
dengan beberapa tuntuan seperti yang disebutkan di atas. Seiring dengan perjalan
waktu pasca reformasi peranan gerakan mahasiswa sepertinya kurang produktif.
Tuntutan reformasi belum juga tuntas sampai saat ini, korupsi merajalela, kemiskinan
meningkat, ekonomi rakayat makin terpuruk dengan naiknya harga BBM, sembako
naik, persoalan sosial dan masih banyak lagi persoalan lain . Sampai saat ini
mahasiswa belum juga bisa memberikan kontribusi riil terhadap masyarakat untuk
menyelesaikan persoalan ini. Ini merupakan PR besar bagi gerakan-gerakan
mahasiswa untuk kedepannya. Maka dengan tulisan ini kita mencoba melihat
pergerakan mahasiswa pasca tumbangnya rezim orde baru sampai zaman reformasi
yang sedang berjalan dengan komitmen reformasinya. Melihat realita ini perlu
kiranya untuk menyatukan kembali gerakan mahasiswa mencari musuh bersama agar
nantinya gerakan mahasiswa kembali bersatu dalam persoalan yang ada. Memang
pada saat itu adalah momen yang tepat bagi gerakan mahsiswa untuk menyatukan visi
dan misi. Tapai walaupun demikian sebenarnya kita bisa menyatukan gerakan tanpa
harus menunggu adanya momen, yaitu bagaimana kita bisa menciptakan momen.

Wallim Harianja UNP


B. PEMBAHASAN
Kepada para mahasiswa yang merindukan kejayaan
Kepada rakayat yang kebingungan di persimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan dilembar sejarah manusia
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersebahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta
Sebuah syair perjuangan yang kita nyanyikan dengan lantang untuk
mengobarkan semangat para mahasiswa terutama sewaktu turun aksi ke jalan. Hampir
semua elemen gerakan mahasiswa menggunakan syair tersebut. Ini menunjukkkan
bahwa semua elemen gerakan mahsiswa baik itu ekstra kampus dan intra kampus
memiliki totalitas perjuang yang sama. Mahasiswa dengan segala potensinya selalu
berusaha memberikan sumbangsih pikiran dan tenaganya untuk memberikan
kontribusi terhadap persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa. Dalam aksinya
ketika turun ke jalan mahasiswa selalu mengatasnamakan kepentingan rakyat untuk
menentang berbagai kebujakan yang keluarkan pemerintah yang dianggap merugukan
rakyat secara umum. Aksi (turun ke jalan) bukanlah satu-satunya jalan untuk
menentang kebijakan pemerintah yang diangap melencang, tapi ini hanyalah salah
satu alternative karena mahaiswa merasa merupakan bagian dari masyarakat.
Ada fenomena yang menarik ketika kita melihat berbagi aksi turun ke jalan
yang dilakukan oleh gerakan-gerakan mahasiswa yang semuanya mengaku sebagai
pembela kepentingan rakyat. Maraknya demonstrasi ini tentu tidak telepas dari
tumbangnya rezim orde baru dan dalam peristiwa tersebut mahasiswa turun ke jalan
demonstrasi besar-besaran yang dibantu oleh masyarakat yang kemudian kita kenal
dengan reformasi, karena memang aksi turun ke jalan merupakan cara yang paling
ampuh pada saai itu membuat isu bersama dan memberikan informasi kepada seluruh
masyarakat Indonesia bahwa bangsa ini harus melakukan perubahan sehingga
masyarakat juga merasa harus ikut berpartisifasi dalam perubahan tersebut. Reformasi
inilah yang seakan membuka kran demokrasi di Indonesia sehingga arus perubahan
yang dulu tersumbat oleh kebijakan pemerintah yang otoriter kini mengalir dengan
deras, rakyat telah bebas memberikan pendapatnya, mahasiswa sudah bisa bersuara
lantang menentang kebijakan pemeintah. Arus perubahan dan kebebasan inilah yang

Wallim Harianja UNP


semakin memperkuat harga jual rakyat terutama mahasiswa dalam pandangan
pemerintah. Sering orang mengatakan kalau mahasiswa takut sama dosen, dosen takut
kepada dekan, dekan takut kepada rektor, rektor takut sama presiden dan presiden
takut kepada mahsiswa.
Namun dalam realitanya yang terjadi tidak selamanya sesuai dengan yang
diperkirakan, arus demokrasi tersebut mengalir terlalu deras tanpa ada pembatas atau
hambatan sehingga tidak dapat diarahkan menuju agenda reformasi yang telah dicita-
citakan, bahkan sudah lari dari agenda tersebut. Selain itu ada beberapa sampah-
sampah yang terdapat dalam kran yang terbuka tersebut yang ternyata dapat
menghambat laju perubahan, sehingga dapat kita lihat bersama bahwa perubahan
yang kita inginkan belum juga sepenuhnya dapat tercapai.
Motor dari reformasi ini adalah mahasiswa, barangkali kita semua sepakat tapi
perlu kita kaji kembali sedikit ke belakang bahwa dalam demontsrasi yang dimotori
oleh mahasiswa ternyata mendapat bantuan dari berbagai elemen termasuk
masyarakat. Jadi perjuangan reformasi merupakan perjuangan bersama oleh
mahasiswa sebagai motor dan masyarakat. Dua komponen inilah yang sangat
berperan dalam proses perubahan. Maka, jangan mengannggap bahwa mahasiswa
adalah segala-galanya atau supermen yang dapat menyelesaikan semua permasalahan
yang dialami oleh bangsa tanpa bantuan dan partisipasi dari masyarakat luas.
Mahasiswa hanya dapat berbicara saja (sebagai pemikir) dengan konsep-konsep yang
ideal tetapi tidak akan sanggup untuk merealisasikannya tanpa bantuan atau dukungan
dari lapisan masyarakat, karena memang mahasiswa disamping tugas control sosial
juga harus menyelesaikan tugas akademik di kampus masing-masing. Begitu juga
dengan masyarakat, mereka tidak akan mampu melakukan suatu perubahan tanpa
diiringi oleh sebuah pemikiran matang dan konsep yang jelas sehingga diperlukan
intelektual muda yang memiliki pemikiran segar yang mampu untuk menjadi pemikir-
pemikir bagi masyarakat. Maka perubahan akan tercapai apabila kedua komponen
tersebut dapat berdampingan secara harmonis.
Mahasiswa tidak boleh terjebak dalam romantisme masa lalu tentang peranan
mahasiswa sebagai lokomotif perubahan. Selain itu kalu kita perhatiakan secara jernih
lagi bahwa ternyata masih banyak sekali aktivis mahasiswa yang dulunya
memperjuangkan kepentingan rakyat namun ketika statusnya berubah dari mahasiswa
menjadi seorang pejabat (birokrasi) semua idealisme tersebut hilang, karena sudah
terlena dengan jabatan yang dipegang sehingga berusaha untuk selalu

Wallim Harianja UNP


mempertahankan jabatan dengan menghalalkan segala cara. Sebagai contoh
barangkali kita bisa sama-sama melihat banyak mantan-mantan aktivis mahasiswa
terjerat kasusu korupsi, namun hal itu tidak bisa digeneralisasi tetapi kasus ini
menjadi bahan evaluasi bagi kita sebagai seorang aktivis mahasiswa kenapa hal itu
bisa terjadi di kalangan aktivis. Ada yang beranggapan bahwa hal itu kembali pada
diri individu masing-masing namun kenapa individu-individu tersebut bisa muncul
dalam diri seorang mahasiswa yang tergabung dalam suatu pergerakan, apakah
memang tidak ada control dari organisasi pergerakan tersebut kepada anggotanya
terutama berkaitan dengan moral. Hal ini sebenarnya terjadi karena memang tidak
suatu internalisasi dari nilai-nilai moral yang dianut oleh suatu pergerakan mahasiswa
kepada anggotanya sehingga ketika sudah berbeda statusnya nilai-nilai moral tersebut
hilang tak berbekas dan idealismenya sebagai mahasiswa hilang terkalahkan oleh
idealisme materialistis.
Fenomena yang terjadi seperti yang dipaparkan di atas bisa saja menghinggapi
gerakan mahsiswa saat ini. Minimnya pemberian muatan ideology dalam kaderisasi
sebagian gerakan mahasiswa bisa jadi menjadi titik awal untuk munculnya mahasiswa
yang memiliki ideology yang mengambang atau bahkan menjadi pragmatis karena
memang akan selalu tepengaruh lingkungan dimana dia berkecimpung. Ideology
adalah landasan kita untuk bergerak sehingga sangat penting bagi setiap gerakan
mahasiswa untuk menanamkan nilai-nilai ideology kepada setiap anggotanya sejak
dini.
Fenomena lain yang terjadi dalam kalangan gerakan mahsiswa adalah
menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap apa yang dilakukan oleh mahasiswa.
Penurunan kepercayaan ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain:
1. Ketidakjelasan hasil dari reformasi
Reformasi yang digulirkan oleh mahsiswa menjadi titik tolak perubahan
namun sampai saat ini perubahan yang terjadi belum bisa memberikan
kontribusi yang berarti. Sehingga rakyat menjadi ragu dan bahkan masyarakat
menyalahkan mahasiswa apabila terjadi gejolak ekonomi seperti kenaikan
BBM, tarif listrik, telepon dsb. Peran mahasiswa dalam mengawal reformasi
sepertinya tidak dirasakan oleh masyarakat sehingga apabila mahasiswa
melakukan respon terhadap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
masyarakat terlihat apatis dan tidak mau tau turun bersama-sama dengan
mahasiswa.

Wallim Harianja UNP


2. Tindakan anarkis mahasiswa yang semakin memperburuk citra seorang
mahsiswa yang katanya kaum intelektual muda. Perkelahian antar mahasiswa
antar Fakultas secara otomatis akan menurunkan wibawa mahasiswa sebagai
kaum terpelajar yang seharusnya menggunakan cara-cara yang arif dalam
menyelesaikan suatu permasalahan bukan dengan menggunakan otot dan ini
akan menimbulkan masalah baru bukan menyelesaikan masalah. Tindakan
anarkis mahasiswa juga sering terjadi ketika melakukan aksi unjuk rasa dalam
merespon isu-isu yang terjadi. Sebagian elemen mahasiswa berangapan bahwa
cara-cara anarkis masih merupakan tindakan yang efektif untuk menyuarakan
aspirasi mereka. Hal tersebut tidak sepenuhnya bisa disalahkan karena
memang kadang pemerintah akan mendengar aspirasi mahasiswa apabila
dibarengi dengan tindakan yang dapat memberikan pressure kepada
pemerintah dan juga kalangan pers akan meliput aksi unjuk rasa yang
menghebohkan. Dampak lain adalah mahasiswa dikatakan tukang rusuh,
apalagi ketika mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa sering mengganggu arus
lalu lintas yang menggannggu aktivitas masyarakat dalam mencari kebutuhan
hidup. Bukankah ketika mahasiswa melakukan aksi tujuan utama mereka
adalah untuk membela kepentingan rakyat namun ketika yang terjadi seperti di
atas berarti siapa yang kita bela karena yang katanya dibela adalah rakyat
ternyata tidak mendukung pembelaan kita.
3. Kurangnya perhatian mahasiswa terhadap kasus-kasus yang sebenarnya paling
menyentuh lapisan masyarakat bawah. Saat ini mahasiswa lebih banyak fokus
pada persoalan atau isu-isu nasional dan internasioanal namun lupa dengan
isu-isu local atau persoalan yang ada di daerah masing-masing. Hal ini
menyebabkan banyak kasus yang sebenarnya sangat membutuhkan peran serta
mahasiswa di dalamnya tetapi ternyata rakyat hanya berdiri sendiri untuk
mengatasinya. Mahasiswa hanya fokus pada persoalan polotik tetapi kurang
respon dengan masalah-masalah sosial yang sebenarnya tidak kalah
pentingnya untuk ditanggapi. Tidak semua persolan bisa dileselesaikan
melalui jalur politik.
Gerakan mahasiswa saat ini perlu melakukan evaluasi terhadap gerakan yang telah
dilakukan. Apakah memang sudah memberikan sumbangsih kebaikan atau
sebaliknya menambah kesengsaraan yang saat ini telah menimpa rakyat Indonesia.
Oleh karena itu mari kita sama-sama mengajak semua elemen gerakan mahasiswa

Wallim Harianja UNP


untuk kembali pada gerakan murni yang ideal sehingga bisa mengembalikan citra
nama baik mahasiswa yang katanya kaum intelektual muda yang memang peduli
dan bisa memberikan sumbangsih pikiran dan tenaga untuk kepentingan rakyat
Indonesia. Terutama dalam konteks kepeduliannya dalam merespon masalah-
masalah sosial politik yang berkembang di tengah masyarakat. Berbagai persolan
yang terjadi di tengah masyarakat dengan adanya praktek-praktek ketidakadilan,
ketimpangan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat atas hak-hak yang
dimiliki tengah terancam. Maka kehadiran gerakan mahasiswa sebagai
perpanjangan aspirasi rakyat sangat dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan
kesadaran politik rakyat dan advokasi terhadap konflik-konflik yang terjadi yang
dilakukan oleh penguasa. Secara umum advokasi yang dilakukan lebih ditujukan
pada upaya penguatan posisi tawar rakyat maupun tuntutan-tuntutan atas konflik
yang terejadi menjadi lebih signifikan. Dalam memainkan peran yang demikian
itu, motivasi gerakan mahasiswa lebih banyak mengarah pada panggilan nurani
atas kepeduliannya yang mendalam terhadap kondisi masyarakatnya serta dapat
berbuat lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas hidup anak bangsanya.
Dengan demikian, segala ragam bentuk perlawanan yang dialakukan oleh gerakan
mahasiswa lebih merupakan dalam rangka melakukan koreksi atau control atas
perilaku-perilaku politik penguasa yang dirasakan telah mengalami penyimpangan
dan telah melanggar komitmen awalnya dalam melakukan serangkaian perubahan
dalam tataran masyarakat. Oleh karena itu, perannnya menjadi begitu penting dan
berharga tatkala itu dilakukan di tengah-tengah masyarakat yang sedang dilanda
oleh persoalan-persoalan sosial politik. Saking begitu berartinya, sejarah
perjalanan sebuah bangsa di dunia telah membuktikan bahwa perubahan sosial
yang terjadi hampir sebagian besar dipicu dan dimotori oleh adanya gerakan
perlawanan gerakan mahasiswa walaupun mendapatkan tekanan dari
pemerintahan yang sedang berkuasa.
Masa studi selama di kampus merupakan sarana penempaan diri yang telah
merubah pikiran, sikap dan persepsi mereka dalam meumuskan kembali masalah-
masalah yang tejadi di sekitarnya. Kemandegan suatu ideologi dalam
memecahkan masalah terjadi meransang mahasiswa untuk mencari alternative
ideolagi lain yang secara empiris dianggap berhasil. Tatakala mereka menemukan
kebijakan public yang dilansir penguasa tidak sepenuhnya sesuai dengan

Wallim Harianja UNP


keinginan rakyat kebanyakan, bagi mahasiswa yang kritis dengan mata hatinya,
merekan akan merasa terpanggil sehingga terangsang untuk bergerak.
Di samping gerakan mahasiswa melakukan perlawanan terhadap kebijakan
pemerintah yang dianggap melenceng dan merugikan rakyat banyak baik itu
dengan jalur politik atau dengan cara lain, maka perlu kiranya gerakan mahasiswa
untuk merobah paradigma gerakan antara lain: Paradigma dari membaca ke
menganalisa. Gerakan mahasiswa dalam melakukan gerakannya perlu sebuah
konsep yang jelas sehingga apa yang dilakukan tidak mengambang dan tepat
sasaran, maka dituntut untuk membaca dan memperdalam wawasan tentu tidak
cukup dengan membaca dan mencari informasi tetapi semua itu harus dibarengi
dengan tradisi menganalisa informasi atau persoalan dengan berfikir logis dan
mendalam. Paradigma dari teks ke kontekstual, terkadang pemahaman mahasiswa
atas teks-teks yang dipelajari di kampus bersifat tekstual. Oleh karena itu, perlu
adanya penyeimbangan antara pemikiran dalam memahami realitas. Kalangan
mahasiswa tidak semestinya hanya memahami teks saja tetapi harus mampu
melihat perubahan yang terjadi di dalam masyarakat yang cepat dari teks-teks
yang dipelajari di kampus. Paradigma mahasiswa di kampus harus bertumpu pada
penyelarasan ideologis dengan ketajaman analisa terhadap persoalan-persoalan
yang terjadi. Kalangan mahasiswa harus mampu membaca, mengkaji, dan
berdiskusi secara logis, kritis, sistematis dan komprehensif serta mampu
membedah persoalan dari berbagai aspek dan sudut pandang ilmu.

C. PENUTUP
Gerakan mahasiswa saat ini sudah saatnya untuk melakukan evaluasi terhadap
gerakan yang telah dibangun. Kalau selama ini kita melakukan gerakan yang
mungkin menurut kita sudah memberikan sebuah pembelaan terhadap masyarakat
tetapi dalam realitanya masyarakat justru menganggap merugiakan mereka, perlu
kita kaji ulang untuk mencari alternatif lain yang lebih aman dan pas kiranya agar
tidak menganggu aktivis masyarakat. Sebagai contoh misalnya ketika mahasiswa
mengadakan aksi turun ke jalan membawa isu ingin membela kepentingan rakyat,
yang seharusnya mahasiswa mendapat support dari masyarakat, tapi yang terjadi
juustru sebaliknya mereka menganggap mahasiswa telah menghambat activitas
mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selama ini gerakan mahasiswa
banyak terfokus pada persolan-persolan Nasional dan Internasional sehingga

Wallim Harianja UNP


persolan lokal terabaikan padahal sebenarnya itu tidak kalah urgennya untuk
diangkat sebagai isu bersama dan itu adalah persoalan yang langsung menyentuh
rakyat, maka kedepannya gerakan mahasiswa jangan hanya terfokus pada
persolan-persoalan Nasional dan Internasioanal tetapi juga harus membahas
persoalan yang ada di daerah-daerah yang langsung menyentuh masyarakat. Kalau
selama ini gerakan mahasiswa hanya bisa melakukan tindakan protes terhadap
kebijakan pemerintah, melakukan pelawanan terhadap kebijakan yang diambil
pemerintah. Kedepan sudah seharusnya gerakan mahasiswa bisa bekerja sama
dengan pemerintah mencari solusi terbaik untuk mengatasi persolan-persoalan
yang dialami oleh bangsa ini. Barangkali gerakan mahasiswa harus memikirkan
konsep yang jelas untuk membantu pemerintah mencari solusi terhadap persolan
yang ada. Keterbukaan pemerintah sangat diharapkan disini sehingga komunikasi
bisa berjalan lancar dan tidak ada saling mencurigai antara gerakan mahasiswa
dan pemerintah.

Wallim Harianja UNP


Makalah
“GERAKAN MAHASISWA DALAM 10 TAHUN
REFORMASI”
Diajukan sebagai syarat mengikuti DM2 Kammi Daerah
Riau

OLEH :
WALLIM HARIANJA
65527/2005
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2008

Wallim Harianja UNP


Wallim Harianja UNP

Anda mungkin juga menyukai