Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial, dan juga makhluk ekonomi pada dasarnya selalu
menghadapi masalah ekonomi. Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah
kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak tebatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan
manusia jumlahnya terbatas. Oleh karena ingin memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas itu
manusia melakukan tindakan ekonomi, motif ekonomi dan prinsip ekonomi.
Tindakan ekonomi adalah sebuah istilah yang mengacu pada setiap usaha manusia yang
dilandasi oleh pilihan yang paling baik, dan paling menguntungkan. Misalnya: ibu memasak
dengan kayu bakar karena harga minyak tanah sangat mahal. Motif ekonomi adalah alasan
ataupun tujuan seseorang sehingga seseorang itu melakukan tindakan ekonomi, Sedangkan
prinsip ekonomi merupakan pedoman untuk melakukan tindakan ekonomi yang didalamnya
terkandung asas dengan pengorbanan tertentu diperoleh hasil maksimal.
Tindakan, motif dan prinsip ekonomi inilah yang mendorong manusia untuk berusaha
memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas,
manusia mendirikan instansi, lembaga ataupun usaha untuk meningkatkan pereknomiannya.
Lembaga itu seperti lembaga keuangan , kementrian perdagangan, BUMNN, BUMD, BUMS,
dan koperasi.
Salah satu lembaga eknomi yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat ialah koperasi. Koperasi sebagai bentuk suatu organisasi perekonomian Indonesia
telah berakar sejak zaman nenek moyang dulu, karena koperasi berasaskan kepada kehidupan
kerja sama dan gotong royong. Walaupun dalam kehidupan sehari-hari, berkerja sama dan
bergtotong royong ini tidak hanya sebatas dalam bidang perekonomian saja. Sejak awal
didirikannya negara Republik Indonesia, kehidupan berkoperasi telah dinyatakan sebagai dasar
perekonomian Indonesia, sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945, dan sebagai pedoman pelaksanaannya telah ditebitkan pula seperangkat peundang-
undangan dan peraturan tentang koperasi.
Oleh karena hal itu, penulis ingin membuat sebuah makalah tentang seluk-beluk koperasi
di Indonesia dengan judul ”KOPERASI (Dasar Hukum, Tata Cara dan Syarat-Syarat
Pendirian serta Tanggung Jawab Organ Koperasi)”

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian tetang koperasi diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian koperasi dan apa dasar hukum koperasi di Indonesia?


2. Bagaimana tata cara pendirian koperasi di Indonesia ?
3. Apa saja syarat-syarat pendirian koperasi di Indonesia ?
4. Apa saja tanggung jawab organ koperasi ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa itu koperasi beserta dasar hukum, tata cara pendirian, syarat pendirian
koperasi, dan apa-apa saja tanggung jawab organ-organ koperasi.
2. Menambah referensi kepustakaan untuk masalah yang sama.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Koperasi Dan Apa Dasar Hukum Koperasi Di Indonesia
2.1.1 Pengertian Koperasi
Mengenai pengertian koperasi ini dalam beberapa buku dan karya ilmiah terdapat
beberapa pendapat, diantaranya yaitu:
1. Menurut R.T.Sutantya Rahardja Hadhikusuma,SH.,MH., koperasi berasal dari kata-
kata latin yaitu cum yang berarti dengan, dan aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata
ini, dalam Bahasa inggris dikenal istilah Co dan Operation, yang dalam Bahasa Belanda
disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneging yang berarti bekerja bersama dengan
orang lain untuk mencapai suatu tujuan terentu1;
2. Menurut Drs.Arifin sitio,M.Sc. dan Ir.Halomoan Tamba,M.B.A., Koperasi
mengandung makna “kerja sama”. Koperasi(cooperative) bersumber dari kata co-
operation yang artinya “kerja sama”2;
3. Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki
dan dioperasikan oleh orang-orang demi kepentingan bersama. Koperasi melandaskan
kegiatan berdasrkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan
2.1.2 Dasar Hukum Koperasi Di Indonesia
Di Indonesia koperasi telah mendapatkan tempat jelas dan pasti, maka dari itu koperasi
berlandaskan hokum negara yang sangat kuat. Dasar hokum koperasi di Indonesia ditinjau dari
hieraki perundang-undangan adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 33 ayat 1 UUD 1945)
b. TAP MPR RI
c. Undang-Undang/PerPU (Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian)
d. Peraturan Pemerintah
 Perarturan Pemerintah No. 4 tahun 1994 tentang persyaratan dan tata cara
pengesahan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi.
 Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1994 tentang pembubaran koperasi oleh
pemerintah
1)Hadhikusuma.R.T.Sutanty Rahardja.Hukum koperasi Indonesia.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.cetakan II 2002.hlm:1
2)Sitio,Arifin.,Tamba,Halomoan,Koperasi teori dan praktik.Jakarta: Penerbit Erlangga,2001.hlm:13

3
 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan simpan
pinjam oleh koperasi
 Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1998 tentang modal penyertaan pada koperasi
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Menteri
 Surat Keputusan Menteri Negara koperasi dan PKM No. 19/KEP/Meneg/III/2000
tentang pedoman kelembagaan dan usaha koperasi
 Peraturan menteri No.01 tahun 2006 tentang petunjuk Pelaksanaan pembentukan,
pengesahan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi
2.2 Tata Cara Pendirian Koperasi Di Indonesia
Langkah-langkah dalam mendirikan koperasi harus sesuia dengan”Pedoman Tata Cara
Mendirikan Koperasi” yang dikeluarkan oleh Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan
Menengah tahun 1998. Pedoman tersebut adalah sebagai berikut.
A. Dasar Pembentukan
Orang atau masyarakat yang akan mendirikan koperasi harus memehami maksu dan
tujuan koperasi, serta kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi utuk meningkatkan
pendapatan dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mereka. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pembentukan koperasi adalah sebagai berikut.
 Orang-orang yang mendirikan dan menjadi anggota koperasi harus mempunyai kegiatan
atau kepentingan ekonomi yang sama. Hal ini mengandung arti bahwa, tidak setiap
orang dapat mendirkan dana tau menjadi anggota koperasi tanpa adanya kejelasan
kegiatan atau kepentingan ekonominya.kekegiatan ekonomi yang sama diartikan
memiliki profsei atau utau usaha yang sama, sedangkan kepentingan ekonomi yang
sama diartikan memiiki kebutuhan ekonomi yang sama.orang-orang yang mendirkaan
koprasi tersebut tidak dalam keadaan cacat hokum, yaitu tidak sedang menjalani, terlibat
masalah, atau sengketa hokum, baik dalam bidang perdata maupun pidana. Juga
termasuk orang-orang yang diindikasikan sebagai orang yang suka menghasut atau kena
hasutan pihak lain yang merusak atau memecah belah persatuan gerakan koperasi.
 Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara ekonomi. Layak secara
ekonomi diartikan bahwa, usaha tersebut akan dikelola secara efisien dan mampu

4
menghasilkan keuntungan usaha dengan memperhatikan factor-faktor tenaga kerja,
modal, dan tekonologi.
 Modal sendiri harus tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang akan dilaksanakan,
tanpa menutup kemungkinan memeproleh batuan, fasilitas dan pinjaman dari pihak luar.
 Kepengurusan dan manajemen harus disesuiakan dengan kegiatan usaha yang akan
dilaksnakan agar tercapaia efisiensi dalam pengelolaan koperasi.
B. Persiapan Pembentukan Koperasi
Persiapan yang perlu dilakukan dalam pendirian koperasi adalah sebagaia berikut.
 Orang yang bermaksud mendirikan koperasi terlbih dahlu harus mendapat penerangan
dan penyuluhan yang seluas-luasnya dari pejabat Departemen Koperasi, pengusaha
kecil, dan menengah. Sasarannya adalah, agar mereka memperoleh pengertian dan
kejelasan mengenai maksud dan tujuan pendirian koperasi. Termasuk diantaranya adalah
penjelasan pendirian koperasi. Termasuk di antaranya adalah penjelasan mengenai apa
sebenarnya koperasi itu, termasuk struktur organisasinya, manajemen, serta kegiatan
usahanya, dan yang paling penting ialah mengenai landasan, prinsip/sendi dasar
koperasi, keanggotaan dan kepengurusannya.
 Di samping hal tersebut diatas, juga sangat baik dilakukan pendidikan atau latihan lebih
dahulu bagi sebagian atau seluruh peminat yang akan mendirikan koperasi tersebut. Jika
hanya sebagian saja yang dapat memperoleh pendidikan/latihan, maka mereka itu
nantinya diharapakan dapat memeberikan penerangan dan penjelasan secukupnya,
kepada rekan-rekannya mengenai bidang perkoperasian tadi. Jadi, dalam hal ini Pejabat
koperasi dibatu dalam rangka memeberikan penerangan dan penyuluhan
perkoperasiannya, yang berarti memperlancar pembentukan koperasi itu sendiri.
 Setelah dirasa cukup pengertiaanya dan dialndasi dengan keyakinan dan kesadaran
mereka, tanpa adanya paksaan atau hanya ikut-ikutan saja, maka mereka dapat
mengadakan rapat pembentukan.
C. Rapat Pembentukan
Setelah persiapan pembentukan koperasi dilakukan, maka selanjutnya perlu dilakukan
rapat pembentukan dengan ketentuan sebagai berikut.
 Rapat pembentukan dihadiri oleh peminat-peminat tersebut di atas paling sedikit 20
orang dan di pimpin oleh salah seorang/lebih dari antara mereka sendiri

5
 Karena pentingnya rapat pembentukan ini, seyogyanya mengundang pejabat/petugas
departemen koperasi setempat, untuk membantu kelancaran jalannya rapat, serta
memberikan berbagaia petunjuk, penjelasan, dan dorongan agar maksud dan tujuan
pendirian koperasi tercapaia
 Rapat membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan koperasi, antara lain
 Tujuan pendirian koperasi
 Usaha yang hendak dijalankan
 Penerimaan dan persyaratan keanggotaan dan kepengurusan
 Penyusunan anggaran dasar
 Menetapkan modal awal yang terdiri dari simpanan-simpanan
 Pemilihan pengurus dan badan pemeriksa koperasi
 Penyusuanan AD/ART koperasi harus selalu memperhatikan dan berpegang teguh pada
ketentuan-ketentuan yang ada. AD/ART tersebut juga tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan Undang-Undang Koperasi dan peraturan-peraturan pelaksanannya,
dan tidak berlawanan dengan kepentingan dan kebutuhan mereka bersama. pada dasanya
adalah.
 Nama, pekerjaan, serta tempat tinggal para pendiri koperasi
 Nama lengkap, dan nama singkatan dari koperasi
 Tempat kedudukan koperasi dan daerah kerjanya
 Maksud dan tujuan koperasi
 Jenis dan kegiatan usaha yang akan dilaksanakan
 Syarat-syarat keanggotaan dan kepengurusan
 Ketentuan-ketentuan mengenai hak, kewajiban, dan tugas anggota dan para
pelaksana lainnya
 Ketentuan-ketentuan mengenai simpanan-simpanan(permodalan) sisa hasil usaha,
tanggungan anggota/koperasi, dan sisa kekayaan apabila koperasi dibubarkan, dan
 Lain-lainnya sesuia dengan pembicaraan dalam rapat pembentukan dimaksud
 Rapat harus menyepakati keputusan mengenai pembentukan koperasi , konsep
AD/ART. Modal awal, rencana kerja, serta pemilihan pengurus(mereka yang diberi
kuasa[pendiri] oleh rapat untuk menandatangani AD serta mengurus pengajuan
permohonan pengesahan badan hokum kepada yang berwenang). Setelah rapat

6
pembentukan selesaia, pengurus koperasi yang bersangkutann diwajibkan membuat
berita acara rapat pembentukan. Berita acara tersebut, konsep anggara dasar yang telah
disetujui rapat tadi, dan neraca awal koperasi, akan menjadi lampiran dari surat
permohonan pengesahan badan hokum, yang diajukan oleh pengurus koperasi kepada
pejabat koperasi setempat1.
D. Fase Pengesahan
Atas dasar permohonan pengesahan yang disampaikan oleh pengurus koperasi(juga
merupakan pendiri)secara tertulis tersebut, maka dalam jangka waktu paling lama tiga(3) bulan
sejak diterimanya permohonan pengesahan, pejabat yang bersangkutan harus memberikan
putusan apakah permohonan tersebut diterima ataukah tidak.
Jika permohonan pengesahan ini ditolak, alasan-alasan penolakan diberitahukan secara
tertulis kepada para pendiri dalam jangka waktu paling lambat 3(tiga) bulan sejak diterimanya
permohonan pengesahan. Dalam hal terjadi penolakan permohonan pengesahan, para
pendiri/pengurus dapat mengajukan permohonan ulang paling lama 1(satu) bulan sejak
diterimanya penolakan permohonan tersebut. Keputusan terhadap pengajuan permohonan ulang
ini, diberikan dalam jangka waktu paling lama 1(satu) bulan sejak diterimanya pengajuan
permohonan ulang tersebut.
Namun jika permohonan pengesahan ini diterima, maka sejak saat itu koperasi berstatus
sebagaia badan hukum. Pengesahan ini ditandai dengan diumumkannya akta pendirian koperasi
tersebut(yang didalamnya termuat pula anggaran dasarnya), kedalam berita Negara Repulik
Indonesia. Dengan diperolehnya status sebagaia badan hokum, maka secara hokum, koperasi
tersbut telah diakui keberadaanya seperti orang(person) yang mempunyai kecakapan untuk
bertindak, memiliki wewenangan untuk mempunyai harta kekayaan, melakukan perbuatan
hokum seperti: membuat perjanjian, menggugat dan digugat dimuka pengadilan, dan
sebagainya2.
2.3 Syarat-Syarat Pendirian Koperasi Di Indonesia
Menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian bab IV,pasal 6 sampai dengan
pasal 8, rincian syarat-syarat pendirian koperasi adalah sebagai berikut.
a. Persyaratan pembentukan koperasi didasarkan atas bentuk koperasi yang akan
dibentuk(koperasi primer atau koperasi sekunder)
1)Sitio,Arifin.Tamba,Halomoan. koperasi teori dan praktik. Jakarta:Penerbit Erlangga, 2001.hlm: 46-48
2Hadhikusuma,R.T.Sutantya.R.Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, caetakan II 2002.hlm: 68-69

7
b. Pembentukan koperasi primer memrlukan minimal 20 orang anggota. Sedangkan
keanggotaan koperasi sekunder adalah badan hokum koperasi, minimal 3 koperasi
c. Koperasi yang akan dibentuk harus berkedudukan diwilayah negara republic Indonesia
d. Pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat angggaran dasar
Anggaran dasar koperasi minimal harus memuat beberapa hal berikut ini.
 Daftar nama pendiri
 Nama dan tempat kedudukan
 Maksud dan tujuan serta bidang usaha yang akan dilakukan
 Ketentuan mengenai keanggotaan
 Ketentuan mengenai rapat anggota
 Ketentuan mengenai pengelolaan
 Ketentuan mengenai pemodalan
 Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya
 Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha
 Ketentuan mengenai sanksi
2.4 Tanggung Jawab Organ Koperasi
Terdapat pembagian tugas (job desscription) pada masing-masing unsur. Demikian pula
setiap unsur manajemen mempunyai lingkup keputusan (decision area) yang berbeda, kedatipun
masih ada lingkup keputusan yang dilakukan secara bersama (shared decision area).
Adapun lingkup keputusan masing-masing unsur manjemen koperasi adalah sebagaia
berikut.
1. Anggota Koperasi
Keanggotaan koperasi dapat terdiri dari:
a. Orang-orang
Ada baiknya uraian akan diawali dengan kewajiban yang dibebankan kepada para
anggota, setelah itu baru uraian hak-hak mereka.
a) Kewajiban-kewajiban para anggota

8
 Mengamalkan landasan-landasan, asas dan sendi dasar koperasi, undang-undang,
peraturan pelaksanaannya, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, serta
keputusan rapat anggota
 Menghadiri aktif dan berperan dalam rapat anggota
 Melunasi simpanan-simpanan yang ditentukan seperti simpanan pokok, simpanan
wajib, dan lain-lain
 Berperan aktif dalam proses usaha yang diselenggarakan koperasi mulai dari
membeli, menjual, dan lain-lain pada koperasi
 Mengikuti pendidikan yang diadakan, tentang perkoperasian
 Kewajiban lainnyayang berupa tanggungan, sebagai berikut
 Kewajiban bersama atas kerugian yang diderita, baik yang terjadi ketika
penutupan tahun buku maupun pada saat pembubaran koperasi
 Bila tanggungan anggota bersifat terbatas, tanggungan anggota hanya sejumlah
uang yang ditetapkan dan tercantumkan dalam AD koperasi, sedangkan bila
ditetapkan tanggungan bersifat tak terbatas berarti tanggungan meliputi juga harga
benda milik jika ternyata koperasi tidak mampu menutupi kerugian saat
pembubaran
 Anggota yang telah keluar masih harus menanggung kerugian saat koperasi
dibubarkan, dengan syarat kerugian timbul saat yang bersangkutan masih
berstatus anggota dan saat keluarnya belum lewat 12 bulan
 Bila terdapat anggota yang ternyata tidak mampu memenuhi tanggungannya,
maka tanggungannya dibebankan kepada anggota lainnya secara merata
b) Hak-hak anggota koperasi
 Menghadiri RAT dan sekaligus bersuara dalam rapat
 Memilih/dipilih menjadi anggota pengurus/BP Badan pemeriksa
 Menuntut diselenggarakan RA (rapat anggota) berdasar AD/ART
 Mengemukakan pendapat atau saran-saran kepada pengurus didalam rapat, baik
diminta ataupun tidak
 Mendapat pelayan yang sama antara anggota
 Melakukan pengawasan atas jalannya organisasi dan usaha koperasi

9
 Menerima bagian dari sisa hasil usaha koperasi menurut ketentuan-ketentuan dalam
anggaran dasar3.
2. Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan pemegang kuasa tertinggi dalam menetapkan kebijakan
umum dibidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi. Kebijakannya bersifat
strategis dirumuskan dan ditetapkan pada forum rapat anggota. Umumnya, rapat anggota
diselenggrakan sekali setahun.
3. Pengurus
Pengurus dipilih dan diberhentikan oleh rapat anggota. Dengan demikian, pengurus
dapat dikatakan sebagai pemegang kuasa rapat anggota dalam mengoperasionalkan
kebijakan-kebijakan strategis yang ditetapkan rapat anggota. Penguruslah yang
mewujudkan arah kebijakan strategis yang menyangkut organisasi maupun usaha.
4. Pengawas
Pengawas mewakili anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan yang dilaksanakan oleh pengurus. Pengawas dipilih dan diberhentikan oleh
rapat anggota. Oleh sebab itu, dalam struktur organisasi koperasi, posisi pengawas dan
pengurus adalah sama.
5. Pengelola
Pengelola adalah tim manajemen yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus,
untuk melaksanakan teknis operasional dibidang usaha. Hubungan pengelola usaha
(managing director) dengan pengurus koperasi adalah hubungan kerja atas dasar perkatan
dalam bentuk perjanjian atau kontrak kerja4.

3)Sudarsono. Edilius.Koperasi dalam Teori dan Praktik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, cetakan kelima 2010.hlm: 86-88
4)Sitio, Arifin. Tamba, Halomoan. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001.hlm: 41

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melihat dari apa yang menjadi latar belakang makalah ini, maka yang dapat saya simpulkan
adalah sebagai berikut. Koperasi merupakan salh satu pilar ekonomi bangsa, pemerintah
Indonesia sanngat berkepentingan dengan koperasi. Pengertian dari koperasi sendiri dilihat dari
segi Bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu cum yang berarti dengan,
dan aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam Bahasa inggris dikenal istilah Co dan
Operation, yang dalam Bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneging yang
berarti bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan terentu. Dasar hokum
koperasi sendiri telah dicantumkan dalam pasal 33 ayat (1) UUD NKRI 1945, dan sebagai
pedoman pelaksanaannya telah ditebitkan pula seperangkat perundang-undangan dan peraturan
tentang perkoperasian.
Tata cara pendirian koperasi juga telah diatur dalam ”Pedoman Tata Cara Mendirikan
Koperasi” yang dikeluarkan oleh Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah tahun
1998. Dan terdapat 2 tahap utama yaitu.
1) Fase pembentukan/pendirian
2) Fase Pengesahan
Syarat-syarat pendirian koperasi juga diatur dalam UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian
bab IV,pasal 6 sampai dengan pasal 8.
Tanggung jawab organ koperasi pun terdapat pembagian tugas (job description) yang
berbeda-beda setiap organ seperti anggota koperasi, pengurus, badan pemeriksa, dewan
penasehat (DP), manajer dan karyawan lainnya.

3.2 Saran
Adapun sebagai saran yaitu dimana kita sebagai mahasiswa perlu akan pembahasan tentang
koperasi terutama tentang koperasi di Indonesia lebih banyak lagi guna untuk menambah
wawasan dari referensi yang ada.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hadhikusuma,R.T.Sutantya Rahardja.2002.Hukum Koperasi Indonesia.Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, cetakan kedua.

Sitio, Arifin. Tamba, Halomoan.2001.Koperasi teori dan Praktik.Jakarta: Penerbit Erlangga.


Sudarsono. Edilius.2010.Koperasi Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
cetakan kelima.
Tjandra, Beby Indrayani.2013.Dasar-Dasar hukum koperasi Indonesia.
https://vanillacho12.wordpress.com/2013/10/19/dasar-dasar-hukum-koperasi-indonesia/
(diakses 19 maret 2016)

12

Anda mungkin juga menyukai