Kasus
Struktur modal PT Sentul tanggal 31 Desember 2016 adalah sbb:
Modal saham (600.000 lb) Rp 600.000.000,00
Laba ditahan = Rp 250.000.000,00
Rp 850.000.000,00
Saham ditarik dari peredaran
120.000 lb @Rp 1.100,00 Rp 132.000.000,00
Jumlah Modal = Rp
PT Gatra memiliki 360.000 lb saham beredar PT Sentul. Pada tanggal 1 Januari 2017 PT Gatra 120.000
lembar saham yang ditarik kembali dari peredaran dengan harga @ Rp1.200,00
contoh:
PT Sur mempunyai rekening modal per 31 Desember 2016, sebelum terjadi pembelian saham oleh PT
Boro, yaitu sbb:
Saham biasa 120.000 lb nom. @Rp 6.000,00 =Rp720.000.000,00
Agio saham biasa Rp 72.000.000,00
Saham utama 10% 80.000 lb nom. @Rp 11.000,00 =Rp880.000.000,00
Jumlah modal saham Rp
Laba ditahan Rp 350.000.000,00
Jumlah modal Rp
Pada tanggal tersebut PT Bo membeli saham-saham beredar PT Sur dengan perincian, 75.000 lb saham
biasa dengan harga @Rp 6.500,00 dan saham utama 46.000 lb dengan harga @Rp 11.350,00
(ctt: selama 2 th terakhir PT Sur tidak membagi deviden)
Contoh Kasus
Pada tanggal 1 Januari 2018, PT Yance membeli 6.000 lembar saham beredar dari PT Sim dengan harga
@ Rp 25.000,00. Pada saat pembelian posisi modal PT Sim menunjukkan data sbb:
Modal Saham, 10.000 lembar nominal @Rp 16.000,00 Rp 160.000.000,00
Laba ditahan Rp 86.000.000,00
Dalam tahun 2018 PT Sim melaporkan laba operasi sebesar Rp 50.000.000,00, dan membagi saham
bonus sebanyak 20% dari total modal saham.
Metode Equity
- nilai investasi saham perusahaan berubah dg adanya laba operasi
- saham bonus tidak mempengarui nilai invesatsi
- penurunan saldo LYD tdk mengurangi nilai investasi saham
Apabila neraca konsolidasi disusun, maka eliminasi dihitung dengan dasar posisi terakhir (tgl
penyusunan neraca konsolidasi).
Apabila barang dagangan yang dijual oleh pihak yang ada hubungan afiliasi belum terjual (persediaan)
pd saat LK disusun, berarti L/R atau kenaikan nilai barang yg sudah diakui oleh pihak penjual belum
sempat direalisasi, dg demikian hanya terjadi perpindahan tempat pengelolaan terhadap barang tersebut,
oleh sebab itu laba/rugi tersebut harus dieliminasi.
1. Apabila perusahaan induk selaku pihak penjual barang, maka tidak ada hubungannya dg pihak
minoritas, seluruh jumlah laba harus dihapus, persediaan barang dilaporkan sebesar harga pokok
semula (original cost)
2. Apabila perusahaan anak yang menjual barang, maka perusahaan anak mengakui laba/rugi, jika
pemilikan PI kurang dari 100% maka ada kepentingan dg pihak minoritas
Apabila barang dagangan tersebut oleh pihak pembeli sudah dijual lagi (pd pihak lain), maka telah
terjadi realisasi laba/rugi atas penjualan barang tersebut baik oleh penjual pertama maupun oleh penjual
kedua. Apabila neraca konsolidasi disusun maka laba rugi yang timbul dari penjualan B/D tersebut tidak
perlu dihapus.
c. Laba rugi dari transaksi Penjualan aset tetap antar Perusahaan Afiliasi
Eliminasi terhadap laba (rugi) yang timbul dari transaksi jual beli aktiva tetap tidak berbeda dengan
transaksi jual beli barang dagangan, perbedaannya terletak pada saat realisasi terhadap laba yang
terjadai.
Pemilikan obligasi dari suatu perusahaan afiasi berakibat timbulnya hutang piutang antar perusahaan
tersebut. Di dalam neraca konsolidasi hutang piutang tersebut harus dieliminasi, sehingga obligasi yang
dilaporkan dalam neraca adalah obligasi yang dimiliki oleh pihak diluar hubungan afiliasi. Obligasi dapat dijual
dengan kurs diatas atau dibawah nilai nominalnya.
Perbedaan antara harga jual obligasi dengan nilai nominalnya, disebabkan oleh karena tingkat bunga
nominal tidak sama dengan tingkat bunga efektif (sesungguhnya). Pada saat jatuh tempo obligasi akan dilunasi
sebesar nilai nominalnya. Perbedaan nilai nominal dengan harga jual akan disesuaikan sepanjang umur obligasi
(akumulasi diskonto/premium). Obligasi dapat dibeli langsung dari perusahaan yang mengeluarkan obligasi atau
melalui pasar modal.
Eliminasi hutang piutang obligasi dilakukan dengan cara mengurangkan nominal obligasi yang dimiliki
perusahaan afiliasi dengan pengurangan terhadap saldo rekening diskonto/premium yang belum diakumulasi.
Harga perolehan obligasi menurut catatan pembukuan perusahaan investor dianggap sebagai kurs pelunasan
obligasi yang bersangkutan.
Contoh kasus
PT ET mengeluarkan 30 lembar obligasi 10% nominal @Rp 8.000.000,00 pada tanggal 1 Januari 2000. Obligasi
tersebut terjual semuanya pada tanggal yang sama dengan kurs 120%. Bunga obligasi akan dibayar tiap tanggal 1
Januari dan 1 Juli, obligasi tersebut akan jatuh tempo 1 Januari 2010. Pada tanggal 1 Januari 2004, PT US selaku
anak perusahaan dari PT ET membeli 18 lembar obligasi PT ET dari pemegang sebelumnya dengan harga
Rp162.000.000,00
- -
Laba-rugi yang terjadi merupakan beban bagi perusahaan anak, oleh sebab itu akan dibebankan ke saldo LYD
perusahaan induk dan atau LYD PA.
Contoh kasus
PT Rejasa memiliki 80% saham beredar dari PT Selancar. Pada tgl 1 Januari 2009 PT Selancar
mengeluarkan 6 lembar 10% obligasi nominal @Rp 15.000.000,00. Obligasi tersebut terjual
semuanya pada tanggal yang sama dengan kurs 110%. Bunga obligasi akan dibayar tiap tanggal 1
Januari dan 1 Juli, obligasi tersebut akan jatuh tempo 31 Desember 2018. Pada tanggal 1 Januari
2011, PT Rejasa membeli 4 lembar obligasi PT Selancar dari pemegang sebelumnya dengan harga
Rp65.200.000
Premuim LYD PT
Tgl Penyusunan obligasi LYD PT Rejasa Selancar Investasi
N. Konsolidasian Rp. (D) Rp. (D) Rp. (D) Obligasi (K)
1 Januari 2011
31 Desember
2011
31 Desember
2012
31 Desember
2013
31 Desember
2014
31 Desember
2015
31 Desember
2016 - -
31 Desember
2017
31 Desember